Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77085 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dinny Dyah Puspita
"ABSTRAK
Fasad bangunan atau muka bangunan adalah hal pertama yang dilihat oleh calon pengunjung. Dalam hal restoran, fasad bangunan akan memberikan impresi terhadap servis, kualitas dan atmosfer restoran di dalamnya sehingga suatu restoran membutuhkan sesuatu yang merepresentasikan konsep restoran yang ingin ditampilkan, (Bitner, 1992). Bagi restoran yang memakai bangunan cagar budaya, umumnya restoran tersebut mempunyai konsep yang berhubungan dengan kultur dan kreatifitas (Heritage Lottery Fund, 2013). Namun untuk restoran yang memakai bangunan cagar budaya (BCB), peraturan mengenai adaptasi fungsi bangunan tetap berlaku contohnya adalah larangan dalam merubah fisik bangunan. Hal ini berlaku juga dalam penerapan desain pencahayan fasad. Pencahayaan buatan pada BCB memerlukan perlakuan khusus karena harus mengikuti kaidah pelestarian. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui prinsip dan teknik pencahayaan pada fasad restoran dengan BCB yang dapat sekaligus mengakomodasi elemen fasad yang bersifat komersial. Adapun bangunan restoran yang dijadikan studi adalah Café Batavia yang berada di kawasan Kota Tua dan Tugu Kuntskring Paleis yang berada di Menteng, Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei berupa observasi dan wawancara dengan calon pengunjung.

ABSTRACT
The facade of the building is the first thing that is seen by potential visitors. In the case of restaurants, the facade of the building will give an impression of service, quality, and atmosphere of the restaurant in it so that a restaurant needs something could represent the concept of the restaurant that is wanted to be displayed (Bitner, 1992). Restaurants that use heritage buildings as their trading places can be very commercially unique. Generally, they already have concepts that are related to culture and creativity (Heritage Lottery Fund, 2013). But for them, the regulations regarding the adaptation of building functions will still apply. For example, the prohibitions in changing the physical structure of buildings which affect the applications of the facade lighting designs, so that artificial lighting in commercial heritage buildings requires special treatment because it must follow the preservation rules.
This study aims to analyze the principles and techniques of lighting in restaurant facades with heritage buildings which also accommodate the commercial facade elements. effects on the facades of commercial buildings as well as on cultural heritage buildings. This is a qualitative study based on the survey, and interviews with the potential customers. This study uses Café Batavia in the Kota Tua area and Tugu Kuntskring Paleis located in Menteng as case studies."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The cities majority in the world especially big cities are have unique character that is to be identity. Dominant building is one of identity of place or city. This building is built for purpose particularly and so are having more qualitative and quantitative value. However the dominant building gives influence to place or object in the neighborhood. In the visual, dominant building or architecture element can be landmark as interesting focus point and contrast on the place and environment. For the city or region, landmark is external element and dominant visual form such as mountain, sky rapper building, high tower, ritual religiosity building and etc. So landmark can be orientation point that helping people for know to place. The Paikhong building existent as place of ritual religiosity at Singkawang city is identity character on urban morphology that having majority population is china people. Almost all of the region with the china people majority such as Singkawang Barat and Singkawang Selatan are found Phaikong building actually. In the general, Paikhong is built at the cross street side and should be identity image of city with china majority inhabitant. "
710 JIAUPI 8:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah Hasna Ersaid
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang representasi ruang dari sebuah film animasi yang merupakan hasil respons dari bagaimana aktivitas atau narasinya berlangsung. Dalam film animasi, ruang yang dipresentasikan merupakan ruang fiksi yang dapat membuat penontonnya melihat penggambaran abstrak yang sama. Walaupun berada di satu bidang layar yang datar dengan karakternya, penggambaran ruang dalam animasi tetap bisa membuat penontonnya merasakan kualitas dari ruang tersebut. Representasi visual yang dilihat dari film animasi mengkemas kualitas spasial interior dari media gambar dan memberikan kesan huni (immersion) dari layar, yang disebut interioritas.
Interioritas menjadi hasil presepsi seorang individu terhadap bagaimana penonton melihat ruang animasi tersebut dan dari kualitas ruang yang dihadirkan dalam film yang kemudian dapat diuraikan melalui mise-en-scéne. Fenomena ini menghasilkan pertanyaan mengenai bagaimana pembentukan kualitas representasi ruang dalam film animasi menghasilkan interioritas melalui mise-en-scéne. Pada skripsi ini, analisis elemen-elemen dari mise-en-scéne pada film animasi dilakukan untuk mengetahui bagaiamana representasi animasi dapat tersusun. Analisis tersebut menghasilkan cara untuk narasi dalam film animasi dituturkan dengan interaksi keseluruhan elemen yang berada di dalam layar, sehingga dapat menarasikan kualitas ruang pada film animasi.

ABSTRACT
This thesis discusses the representation of space which is the result of the activities or narrative that takes place in an animated film. In animated films, the space presented is a fictional space that can make the viewers see the same abstract idea. However, the depiction of space in animation can still make the audience feel the quality of the space. The visual representation displayed from animated films packs the spatial quality of the interior of the image media and provides a sense of occupancy from the screen, called interiority.
The interiority, then, is the result of individual perceptions of the audience seeing the animation space and from the quality of the space presented in the film which can then be described through mise-en-scéne. This phenomenon produces a question about how to make the quality of the representation of space in animated films that produce interiority through mise-en-scéne. In this thesis, the analysis of the elements of mise-en-scéne in the animated film is done to find out how the representation of animation can be arranged. This analysis produces a way for animated films to be told with the interaction of all the elements on the screen, so that they can narrate the quality of space in animated films."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sega Sufia Purnama
"ABSTRAK
Bangunan mendapatkan pengaruh luar yang bersifat dinamis setiap harinya. Bangunan yang ada sekarang, terutama bangunan tinggi memiliki elemen bangunan yang statis sedangkan keadaan alam selalu berubah. Hal ini mengakibatkan kerugian berupa penggunaan energi yang berlebihan, terutama untuk penghawaan dan pencahayaan. Untuk merespon sinar matahari, bangunan sebaiknya harus bersifat dinamis. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggerakan fasad tersebut. Salah satunya dengan cara membuat fasad bergerak secara dinamis mengikuti arah edar matahari untuk meminimalisir sinar dan menahan panas yang masuk ke dalam bangunan. Dengan kata lain, merubah fasad statis menjadi fasad dinamis. Tulisan ini membahas tentang penelitian dan pengembangan purwarupa prototype modul fasad dinamis bangunan tinggi untuk kasus Jakarta. Penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu : 1 analisis terhadap peneduh fasad statis, 2 pengembangan desain, 3 pembuatan purwarupa dan 4 pengujian. Karakteristik fasad dinamis berbentuk kerai louver adalah yang paling efektif karena tidak hanya mampu menciptakan pembayangan tetapi tetap dapat menjaga visibilitas dengan baik dibandingkan jenis overhang dan sirip fins . Performa fasad dinamis lebih efektif dari fasad statis. Hal ini terlihat dari rata-rata pembacaan suhu dalam kotak uji fasad dinamis, yaitu sebesar 35.6 0 C dan kotak uji fasad statis sebesar 37.8 0 C. Terdapat selisih sebesar 2.2 0 C atau dengan kata lain terjadi penurunan suhu sebesar 5,4 .
ABSTRACT
Buildings experience dynamic environment every day. But, their elements in a static condition that can rsquo t handle dynamic change of environment. This condition increases the use of energy in the building, especially for cooling and lighting. One of the dynamic environment should handle is sunlight. To respond, building element should be dynamic. The way to respond is facade must be moved to follow the sun movement. The aim is to decrease the amount of heat from sunlight which get into the building. The other word is to change static fa ade to dynamic fa ade. This research is discus about development of dynamic fa ade module prototype for high rise building in Jakarta. This research will be done through some step 1 sun shading model simulation in high rise building in Jakarta. 2 dynamic facade concept design development. 3 making of dynamic facade module prototype. 4 filed test for the dynamic facade module prototype. The result is dynamic fa ade with louvre is the most effective shading device compare with overhang and fins. It not only creates good shadowing but also has good enough visibility. The performance of dynamic fa ade is better than static fa ade. It seen from average temperature reading of HOBO that put in the test box. The temperature reading of test box with the dynamic fa ade is 35.6 0 C, meanwhile in test box with static fa ade is 37.8 0 C. The temperature difference is 2.2 C or it decrease 5.4 . "
2018
T49233
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hongkong: Tang Art, 2011
R 725.2 GRA
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Wimpy Seoulino
"Tugas akhir ini membahas mengenai gaya fasad bangunan sekolah di Kota Bogor yang bertujuan untuk mengetahui bentuk, jenis gaya arsitektur fasad bangunan sekolah kolonial di Kota Bogor dan faktor apa yang mempengaruhinya. Dari lima fasad bangunan yang menjadi objek penelitian, seluruh fasad bangunan memiliki gaya dominan Indisch stijl dengan beberapa ornamen pengaruh gaya art deco, art and craft, dan Amsterdam school. Pengaplikasian gaya Indisch stijl merupakan bukti adanya modernisasi namun tetap mengupayakan adaptasi dan eklektisisme terhadap tradisi arsitektur lokal dan iklim Kota Bogor. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya pada fasad bangunan sekolah kolonial di Kota Bogor pada tahun 1899-1930 adalah historis, keletakan, dan waktu.

This final project discusses the facade style of school buildings in Bogor City which aims to determine the form, type of architectural style of colonial school buildings in Bogor City and what factors influence it. Of the five building facades that became the object of research, all of the building facades have the dominant style of Indisch Stijl with several influences of art deco, art and craft ornaments, and the Amsterdam school. The application of the Indisch Stijl style is proof of modernization but still strives for adaptation and eclecticism to local architectural traditions and the climate of Bogor City. The factors that influence the style on the facade of a colonial school building in Bogor City in 1899-1930 are history, location, and time."
Depok: 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Frick, Heinz
Semarang: Kanisius, 2004
694.6 FRI i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anugerah Artha
"Menurut timeshighereducation.com Curtin University adalah salah satu Universitas berstandar Internasional di dunia. Dengan mottonya Look Ever Forward institusi ini membutuhkan tempat baru untuk mengakomodasi mahasiswa dari seluruh bagain dunia yang jumlahnya terus berkembang dengan tujuan sebagai tempat penelitian dan inovasi. Di skripsi ini tempat yang dimaksud adalah gedung baru Sekolah Lingkungan Buatan. Pertanyaan yang harus ditanyakan sekarang adalah Jenis bangunan seperti apa yang cocok dengan visi dan misi Curtin yaitu untuk melihat terus kedepan Salah satu professor di Curtin University mengusulkan pendekatan desain lipstick deciduous. Pendekatan ini mengusulkan untuk mendesain sesuatu bukan hanya berdasarkan keindahan estetika (desain lipstick) tetapi mendesain dengan pertimbangan ke masa depan agar apa yang di desain bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan waktu (desain deciduous).

According to timeshighereducation com Curtin University is one of the most International Universities in the World. With the motto Look Ever Forward the institution needs a brand new space that accommodates the rapidly growing number of students from across the globe to research and innovate. Making Curtin University Look Ever Forward to the future. In this thesis the space is specified as the School of Built Environment new building. Now the question is What kind of building that can reflect and accommodate Curtin Universitys motto which serves as its vision as well, to Look Ever Forward DR Chamila Subasinghe an architecture professor at Curtin University proposed the lipstick-deciduous design method. Instead of designing something that only appealing aesthetically (lipstick design) he proposed the design to be something that can evolve through adaptive use as time goes by to the future (deciduous design). "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rino Syahrir
"Keadaan lingkungan dunia saat ini menuntut partisipasi semua pihak untuk membuat perbaikan. Krisis energi dengan sumber bahan bakar fosil yang tak dapat diperbaharui, polusi udara dunia yang menyebabkan efek rumah kaca dan menipisnya lapisan ozon di udara menuntut pemikiran dan teknologi yang mendukung pada tujuan dunia yang lebih baik. 'Green Architecture' sebagai suatu pemikiran arsitektural terhadap masalah lingkungan, energi dan ekologi tersebut menawarkan beberapa prinsip yang bersifat tidak mengikat secara letak dan potensi geografis maupun jenis bangunan. Kota Jakarta mempunyai faktor lingkungan, faktor sosial ekonomi, faktor regulasi pemerintah, dan faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dan dimanfaatkan daiam perancangan bangunan tinggi 'Green Architecture' di Jakarta. Sehingga dapat dibuat usulan prinsip-prinsip bangunan tinggi 'Green Architecture' dengan spesifik lingkungan sosial ekonomi Jakarta dengan dasardasar pemikiran yang sama, yaitu wawasan lingkungan dan efisiensi energi. Pada saat ini prinsip-prinsip 'Green Architecture' belum banyak digunakan dalam perancangan bangunan tinggi di Jakarta. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kota Jakarta ditambah desakan regulasi pemerintah yang mendukung kearah wawasan lingkungan dan efisiensi energi, perancangan bangunan tinggi 'Green Architecture' masih sangat dimungkinkan dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas lingkungan kota Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>