Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86648 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farissa Saisarah Munir
"Udara memegang peranan penting dalam penyebaran mikroorganisme. APM Equestrian Centre merupakan tempat yang memiliki fasilitas lengkap untuk kuda. Pada lingkungan dengan jumlah kuda yang banyak serta terdapat pekerja di dalamnya membuat pentingnya mengetahui profil kualitas udara mikrobiologis di APM Equestrian Centre. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi sumber pencemar, mengetahui total bakteri dan jamur di udara, meninjau faktor lingkungan (temperatur, kelembaban, dan kecepatan angin) yang mempengaruhi konsentrasi, dan merekomendasikan upaya untuk meminimalisir risiko dan penyebaran mikroorganisme. Penelitian ini dilakukan selama empat hari dan dilakukan di tujuh titik pada APM Equestrian Centre (Kandang utama, kamar pekerja, ruang pakan, tempat mandi kuda, kantor, lapangan indoor, kandang breeding). Sampel udara diambil dengan metode aktif menggunakan EMS Bioaerosol Sampler Single-Stage dengan debit aliran sebesar 0,0283 m3/menit. Media yang digunakan adalah Tryptic Soy Agar untuk bakteri dan Malt Extract Agar untuk jamur. Dari penelitian ini diketahui konsentrasi bakteri tertinggi ditemukan pada kandang utama yaitu sebesar 7.338±2543 CFU/m3 dan terendah di lapangan indoor sebesar 279±108 CFU/m3.  Konsentrasi jamur tertinggi ditemukan di ruang pakan yaitu sebesar 4122±2953 CFU/m3 dan terendah di lapangan indoor 780±85 CFU/m3. Sedangkan korelasi antara faktor lingkungan terhadap konsentrasi bakteri dan jamur hanya ditemukan pada beberapa lokasi. Rekomendasi untuk memimalisir risiko dan pencegahan penyebaran mikroorganisme dapat dilakukan dengan mengganti alas kandang kuda yang lebih sedikit menghasilkan debu, meningkatkan kebersihan kandang, dan menambah sirkulasi udara.

Air plays an important role in the spread of microorganism. APM Equestrian Centre is a place with full facility for horse riding and breeding. In an environment with a lot of horses and workers, it is important to assess the microbiologic air quality of APM Equestrian Centre. The goal of this research is to identify source of pollutant, total air bacteria and fungi content, assess environmental factors (temperature, humidity, and wind speed) which influences concentration, and to recommend efforts to minimize risks and spreading of microorganism. This research is done in 4 days on 7 spots at APM Equestrian Centre (main stable, employee room, horse feed storage, horse bathing area, management office, indoor court, breeding stable). Air sample is taken through active method using EMS Bioaerosol Sampler Single-Stage with debit flow of 0,0283 m3/minute. Media used is Tryptic Soy Agar for bacteria and Malt Extract Agar for fungi. The conclusion of this research states that the highest concentration of bacteria can be found in the main stable at 7.338±2543 CFU/m3 and the lowest can be found in the indoor court at 279±108 CFU/m3.  Highest fungi concentration can be found in the feed storage at 4122±2953 CFU/m3 and the lowest can be found in the indoor court at 780±85 CFU/m3. Also, the correlation between environmental factors and the concentration of bacteria and fungi can only be found in a few places. The recommendation to minimize risk as well as to mitigate micro organisam spread is to replace the horse bedding with materials which will leave fewer dusts, to increase stable cleanliness, and to improve air ciculation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Ruth Maharini
"Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Indonesia seringkali belum memenuhi standar operasional, higienis dan sanitasi yang berlaku. Dengan demikian, hal tersebut dapat menimbulkan risiko pencemaran udara mikrobiologis oleh bakteri dan jamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas udara mikrobiologis pada RPH, serta pengaruh parameter fisik lingkungan dan jumlah hewan ternak terhadap konsentrasi mikroba di udara dengan parameter bakteri, jamur, dan bakteri E. coli. Pengambilan sampel udara mikrobiologis dilakukan sebanyak 5 kali. Sampel diambil diambil menggunakan alat EMS Bioaerosol Sampler, dengan menggunakan media TSA untuk bakteri, media MEA untuk jamur, dan media EA untuk E. coli, serta dilakukan secara triplo. Kemudian, hubungan antara jumlah hewan ternak dalam kandang hewan dan konsentrasi mikroba di udara akan dianalisis menggunakan uji statistik parametris dengan uji korelasi. Hasil pengukuran sampel menunjukkan konsentrasi bakteri dan jamur yang sebagian besar belum memenuhi baku mutu indoor Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405/Menkes/SK/XI/2002, sementara baku mutu outdoor Polish Standard PN-Z-04111-02:1989 telah terpenuhi pada dua lokasi outdoor. Konsentrasi mikroba indoor rata-rata 2.565 CFU/m3 dan seluruh lokasi tidak memenuhi baku mutu, dan konsentrasi mikroba outdoor rata-rata 2.983 CFU/m3 . Hasil korelasi statistik menunjukkan korelasi yang kuat antara peningkatan jumlah hewan ternak dengan konsentrasi mikroba di udara dengan nilai korelasi rata-rata diatas 0,5.

Abattoirs (RPH) in Indonesia often do not meet operational standards, hygienic and sanitary regulations. Thus, it can pose a risk of microbiological air contamination by bacteria and fungi. This study aims to determine the microbiological air quality at the abattoir, also the influences of the physical parameters of the environment and the number of cattle on the concentration of airborne microbes with the parameters of bacteria, fungi, and E. coli. Microbiological air sampling was performed 5 times. Samples were taken using EMS Bioaerosol Sampler, using medium TSA for bacteria, MEA medium for fungi, and EA medium for E. coli, the samples were taken in triplo. Then, the correlations between the number of cattles and microbial air concentration were analyzed with statistic parametric test using the correlation test. The samples measurement showed that most of the concentrations of bacteria and fungi haven?t meet the indoor microbial air quality standard (Kemenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002) and outdoor microbial air quality standard (Polish Standard PN-Z-04111-02: 1989) that has been fulfilled by two outdoor locations, with the average concentration of indoor microbial air concentration at 2.565 CFU/m3, and the average of outdoor microbial air concentration at 2.983 CFU/m3. Statistical correlation analysis showed a strong correlation between the increase of the number of cattles along with microbial air concentration by the average correlation values of above 0.5."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2003
S33847
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Herlina
"Seiring dengan adanya tuntutan masyarakat akan penerapan good governance dan tuntutan akan pelayanan pubiik yang berkualitas, demokratisasi dan pengakuan hak hak azasi manusia, serta giobalisasi dan berlakunya era perdagangan bebas akan melahirkan tuntutan terhadap peiayanan yang berkualitas agar supaya tetap eksis dan mampu bersaing, Begitu juga di bidang kesehatan yang merupakan suatu kebutuhan tampak tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan telah bergeser kearah yang lebih berkualitas. Pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang maka puskesrnas sebagai penyelenggara pelayanan publik hendaknya dapat memberikan kualitas pelayanan yang dapat memenuhi keburuhan masyarakat. Selain itu, saat ini masyarakat semakin menyadari hak-haknya sebagai konsumen kesehatan. Sehingga seringkali mereka secara kritis nempertanyakan tentang penyakit, pemeriksaan, pengobatan, serta tindakan yang akan diambil berkenaan dengan penyakitnya.
Puskesmas yang merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan, mempunyai peran cukup besar dalarn upaya mencapai tujuan pembanguna kesehatan, untuk itu diperlukan suatu penilaian kinerja puskesmas yaitu suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja/prestasi puskesmas. Pengukuran kualitas pelayanan puskesmas belum pemah dilakukan di Kota Tangerang, sehingga puskesmas belum dapat mengukur sejauh mana pelayanan yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan atau harapan masyarakat. Selama ini penilaian puskesmas baru terpusat pada keberhasilan pencapaian program dart penampilan fisik akan tetapi dari aspek pasien sebagai pengguna jasa pelayanan belum pemah diukur.
Tujuan penelitian ini adalah didapatkannya gambaran hubungan antara pemenuhan hak pasien dengan kualitas pelayanan kesehatan puskesrnas di Kota Tartgerang tahun 2007. Penelitian dilaksanakan di Kota Tangerang dari bulan Mei sampai Juni 2007. Sampel penelitian adalah 270 pasien di 10 puskesmas di Kota Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional.
Hasil penelitian menunjukan penilaian baik terhadap kualitas pelayanann di puskesmas (79,6%). Dari hasil analisis peranan hak pasien terhadap kualitas pelayanan di puskesmas terdapat hubungan yang positif, dimana pasien yang tepenuhi halmya memberi penilaian baik terhadap kualitas pelayanan puskesmas. Saran kepada Dinas Kesehatan, agar dalarn penilaian kinerja puskesmas hendaknya memasukkan unsur penilaian pa.sien. Saran unrtuk puskesmas, hasil survey dapat dijadikan evaluasi terhadap kualitas pelayanan.

As the public begun to claim the practice of good governance and good quality of public services, democratization, and recognition of human's rights, and also globalization, and validity of free trade era will bear the claim of good quality of service in order to keep exist and able to compete. Also in health aspect, a need of health service is one of basic needs, that is why puskesmas as the public service operator must be able to give service quality which can satisfy the needs of public.
Puskesrnas which is the pioneer of health development have a big role in the effort to reach the purpose of health development, so that, a work evaluation of puskesmas is needed to give the evaluation of puskesmas achievement. The evaluation of puskesmas service quality has never been done before, that is why puskesmas never be able to evaluate how good the service they give to satisfy the public's needs. Until today, puskesmas' evaluations focus on the success of program accession and physical appearance never from the patients as the consumer of service.
The purpose of this research is to get a picture of association between patien's right fulfillment and quality of health care at community health center in Tangerang City,2007. The sample of this research were 270 patients in 10 puskesmas in Kota Tangerang. Descriptive quantitative with cross sectional research design is used as a method in this research.
The result showed good evaluation of the service quality in Puskesrnas. From the result of patient's rights role to the service quality in puskesmas showed a good correlation where patients that got their rights gave good grades to quality of puskesmas service. Suggestion to health Department is to put the patients evaluation in the puskesmas evaluation as the consumer of the service. Suggestion to puskesmas is to use the result of survey as the evaluation to the quality of service.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armansjah
"Prasarana jalan umum, termasuk ruas utama jalan lokal di Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, merupakan barang publik (public goods) yang harus tetap berlangsung (viable) untuk menjaga produktivitas dan sustainabilitas perkembangan wilayah tersebut. Pada saat ini, pembangunan ruas utama jalan lokal tersebut bermasalah karena keterbatasan anggaran Pemerintah Kabupaten Tangerang, disamping kurangnya keterlibatan para stakeholder lainnya.
Penelitian yang merupakan studi kasus ini, bertujuan untuk menggali partisipasi aktif para stakeholder dalam pembangunan ruas utama jalan lokal tersebut. Tahapan dalam proses pembangunan prasarana jalan umum disimulasikan dengan peran masing-masing stakeholder pada setiap tahapan dalam kondisi saat ini. Menilai dan menganalisis dampak-dampak, utamanya yang negatif sebagai kelemahan (weakness), yang akan menjadi rumusan sasaran-sasaran (targets) dalam membangun kapasitas dan membangkitkan ketertarikan, sebagai dasar strategi yang harus dilakukan untuk meningkatkan partisipasi para stakeholder dalam pembangunan ruas utama jalan lokal tersebut.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kemampuan tahunan pemerintah daerah dalam anggaran pembangunan prasarana jalan umum hanya mencapai kurang lebih setengahnya saja. Keterlibatan para stakeholder dalam pentahapan pembangunan ruas utama jalan lokal tersebut, masih di dominasi oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang. Proses penganggaran pembangunan daerah belum mengakomodasikan keterlibatan para stakeholder, sehingga partisipasi masyarakat lokal dan swasta masih rendah.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa strategi peningkatan partisipasi dalam pembangunan ruas utama jalan lokal tersebut, dilakukan dengan membangun kapasitas dan membangkitkan ketertarikan masing-masing stakeholder. Peningkatan partisipasi pemerintah daerah, lebih ditujukan kepada pengembangan kapasitas dalam 3 (tiga) dimensi: sistim, entitas, dan individu. Peningkatan partisipasi swasta, dilakukan melalui beberapa pra-kondisi yang menyangkut aspek ekonomi, sebagai kompensasi tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam kontribusinya. Peningkatan partisipasi masyarakat dilakukan melalui prosedur yang sistimatis dan menerus, mengikuti pentahapan pembangunan prasarana jalan umum, didampingi pihak kredibel sebagai katalisator pembangunan, yang membantu memberdayakan masyarakat agar tidak kehilangan momentum pembangunannya. Peningkatan partisipasi stakeholder harus dilakukan dalam suatu proses koordinasi bersama-sama, karena satu dengan lainnya saling berhubungan dan saling ketergantungan (interdependence).
Untuk ke depan, proses penganggaran pembangunan prasarana jalan umum, sebaiknya di dasari Program Jangka Menengah (PJM). Beberapa hal yang menjadi aturan dasar dalam aspek penganggaran pembangunan sebelumnya, harus mendapat fleksibilitas untuk dievaluasi kembali secara sistimatis agar dapat mendorong partisipasi masyarakat dan swasta. Pembangunan prasarana jalan umum sebaiknya juga dilakukan dengan pendekatan yang lebih terintegrasi dengan wilayah sekitarnya_ Dalam pandangan pembangunan yang lebih luas, peran stakeholder-stakeholder yang lainpun dan masih berhubungan, dapat turut serta membantu keberlangsungan prasarana jalan umum.

Stakeholders Participation in Public Road Development (Case Study: Main Internodes of Local Road in Tigaraksa Sub district, Tangerang Regency)Public road, inclusive of main internodes of local road in Tigaraksa Sub district, Tangerang Regency, representing public goods which must remain to viable to take care of productivity and sustainability of the regional growth. At the moment, development of main internodes of the local road a period of because limitation of Governmental budget of Tangerang Regency, beside the lack of involvement of all other stakeholder.
Research representing this case study, aim to explore active stakeholders? participation in main internodes development of the local road. Step in course of public road development is simulation with role of each stakeholder in each step in a condition of this time. Assessing and analyzing impacts, the core important which are negative as weakness, to become targets formula in capacities develop and interest awaken, as strategy base which must be conducted to increase participate of all stakeholder in main internodes of the local road development.
Result of research show that annual ability of local government in public road development budget only reaches more or less just the half. Stakeholders Involvement in main internodes of the local road development phasing, still in domination by Tangerang Regency Government. Process area development budgeting not yet accommodated involvement of all stakeholders, so that participate local society and the private sector still lower.
Conclusion from this research is that strategy of participation improvement in main internodes of the local road development, conducted by capacities develops and interest awakens of each stakeholder. Improvement of local government participation, more addressed to development of capacities in three dimensions: systems, entities, and individual. Improvement of private sector participation, conducted through some preconditions which is concerning economic aspect, as compensation of environmental and social responsibility in their contribution. Improvement of local society participation conducted through systematic and continuum procedure, following phasing of public road development. Consorted by credible party as development catalyst, assisting local society powered in order not to loss of development momentum. Improvement of stakeholders participation must be done in co-ordinate process, because one another interact and interdependence.
To forwards, budgeting process of public road development, better be constituted by Mid-Term Program (Program Jangka Menengah-PJM). Several things becoming elementary order in budgeting aspect of previous development have to get flexibility to be re-evaluated by systematic in order to push local society and the private sector participation. Public road development is also better conducted with more integrated approach regionally. In the eyes of broader development, role of other stakeholders which still correlate, earn to have a share to assist taking place of public road."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T 11387
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairati
"Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator pelayanan yang bermutu. Tingkat kepuasan pasien di puskesmas, khususnya di Poli Umum Puskesmas Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten masih rendah yakni pada pengukuran awal sebesar 67% pasien yang tidak puas terhadap pelayanan kesehatan, sehingga perlu ditingkatkan.
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh pemaparan hasil survei awal dalam peningkatan kepuasan pasien di Poli Umum Puskesmas Tigaraksa Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan model kuasi eksperimen ulang non random yang menggunakan tempat penelitian di Poli Umum Puskesmas Tigaraksa sebagai puskesmas eksperimen dan Poli Umum Puskesmas Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten sebagai puskesmas kontrol.
Pada penelitian ini dilakukan analisis kepuasan pasien berdasarkan tingkat kesesuaian antara harapan dan pelaksanaan pelayanan yang diterima pasien berdasarkan dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty. Pasien dikatakan puas apabila tingkat pelaksanaan pelayanan yang diterima minimal 90% dari tingkat harapan pasien. Untuk melihat unsur-unsur dimensi mutu yang menjadi prioritas dilakukan analisis diagram kartesius.
Penelitian ini berlangsung dari tangal 9 Februari sampai dengan 16 Mei 2004. Data diperoleh melalui kuesioner terstruktur dari 480 pasien yang terbagi dalam dua puskesmas, masing-masing puskesmas dilakukan dua kali survei (pre dan post-test). lnformasi dari Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab Poli Umum dan staf puskesmas diperoleh melalui wawancara mendalam tak terstrukur dan diskusi.
Observasi juga dilakukan terhadap fenomena kondisi dan lingkungan puskesmas. Hasil survei awal kepuasan pasien diumpanbalikkan ke Puskesmas Tigaraksa dalam forum resmi dalam bentuk pemaparan sebagai wujud intervensi dalam penelitian Sekitar dua bulan kemudian dilakukan survei ulang di kedua puskesmas untuk melihat pengaruh pemaparan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, proporsi tingkat kepuasan pasien di Poli Umum Puskesmas Tigaraksa (eksperimen) pada survei awal sebesar 27,5% dan pada survei akhir sebesar 35,0%. Sedangkan proporsi tingkat kepuasan pasien di Poli Umum Puskesmas Cikupa (kontrol) pada survei awal sebesar 39,17% dan pada survei akhir sebesar 37,5%. Dengan demikian terlihat bahwa jumlah pasien yang merasa tidak puas lebih banyak dibanding pasien yang puas, baik di puskesmas eksperimen maupun di puskesmas kontrol. Hal ini berarti bahwa pelayanan yang dirasakan pasien di poli umum kedua puskesmas lebih rendah dari harapan pasien.
Perbedaan proporsi kepuasan pasien di Poli Umum Puskesmas Tigaraksa sebesar 7,5% (02-01) dan perbedaan proporsi kepuasan pasien di Poli Umum Puskesmas Cikupa sebesar -1,67% (O4-03). Dengan demikian pengaruh pemaparan hasil survei kepuasan awal di Poli Umum Puskesmas eksperimen dibanding puskesmas kontrol sebesar 9,17%. Berdasarkan analisis statistik untuk rata rata peningkatan tingkat kepuasan puskesmas eksperimen (0,1832) dibanding puskesmas kontrol (-0,1070) dengan p=0,072, pada α=0,05 menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai pengaruh pemaparan hasil survei kepuasan awal di Poli Umum Puskesmas eksperimen dibanding puskesmas kontrol. Adanya peningkatan proporsi kepuasan akibat pengaruh pemaparan hasil survei kepuasaan awal secara absolut (9,17%) perlu dijadikan masukan yang positif baik untuk puskesmas atau peneliti lain.
Unsur-unsur dimensi mutu yang tidak memuaskan pada survei awal di Poli Umum Puskesmas Tigaraksa terdapat 4 unsur dan pads survei akhir terdapat 5 unsur. Sedangkan di Poli Umum Puskesmas Cikupa terdapat 5 unsur dimensi mutu yang tidak memuaskan pasien baik pada survei awal maupun pada survei akhir.

Influence of Survey Result Exposure In Enhancing Patient Satisfaction At Public Clinic In Tigaraksa Sub-District Community Health Center (Puskesmas), Tangerang Banten, year 2004Patiens satisfaction is one of indicator of the qualified community health center (puskesmas). The patient satisfaction level in the clinic especially at public clinic is generally low. The preliminary survey at public clinic in Tigaraksa Tangerang community health center founded up to 67% patients stated dissatisfied with the services.
The aim of this research was to produce the influence of initial survey result exposure at public clinic in Tigaraksa community health center. This kind of research was non-random quasi experiment model, located at public clinic in Tigaraksa Tangerang community health center as experiment and in Cikupa Tangerang community health center as control.
This research analyzed the patient satisfaction based on appropriateness level between the expectation and the service performance among it's five quality dimensions of tangibles, reliability, responsiveness, assurance and emphaty. The satisfaction was fulfilled if the minimal gain of the service implementation level is 90% to the expected. Cartesius diagram analysis was done to see the priority elements.
The research was conducted form February 96 up to May 16th, 2004. Data were collected from the structured questionnaire given to 480 patients in two community health center with in two periods of surveys (pre and post-test). The information from the clinic head and the responsible person from public clinic through unstructure indepht interview and discussion. The observation was done to see the environment phenomena.
The first survey results was feedbacked to Tigaraksa community health center, mainly the public clinic officers in formal meeting forum as intervention. To see the influence of the exposure, the re-survey was held about two months later.
The research results show that, patients satisfaction level at public clinic in Tigaraksa community health center from intial and last survey are 27,5% and 35,0% respectively. Patient satisfaction levels at public clinic in Cikupa community health center from intial and last survey are 39,17% and 37,5% respectively. So, more patients are dissatisfacted at public clinic in both of experiment and control community health center. That means that the service performances at public clinic in both of community health center are still lower than patient expectations.
Difference of patient satisfaction proportion at public clinic in Tigaraksa community health center is 7.5% (02-01) and difference of patient satisfaction proportion at public clinic in Cikupa community health center is -1.67% (04-03). The influence of initial survey results exposure at public clinic in experiment compared to control community health center is 9.17%. Based on statistical analysis, there is no significant meaning of influence of initial results exposure for average of satisfaction level increment in experiment community health center (0.1832) compared to control community health center (-0.1070) with p=0.072 at α=0,05. That 9.17% increment of patient satisfaction proportion due to initial survey results exposure is used as positive input for the community health center and other researcher.
Four elements were dissatisfying the patients in initial survey and five elements were dissatisfying the patients in last survey at public clinic in Tigaraksa community health center. Meanwhile, five elements were dissatisfying the patients in initial and last survey at public clinic in Cikupa community health center.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13150
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andira Laksamana Putra
"Jakarta Eye Centre Menteng merupakan salah satu Rumah Sakit Mata terbaik di Jakarta. Peralatan yang digunakan oleh dokter berfungsi untuk memeriksa pasiennya hingga melakukan pengoperasian kepada pasiennya. Penggunaan peralatan kedokteran yang merupakan beban non-linear, yang mana menghasilkan arus dan tegangan tambahan dengan frekuensi kelipatan bulat dari frekuensi fundamentalnya. Agar tidak ada terjadinya kegagalan maupun kesalahan operasi pada peralatan listrik tersebut, maka pengukuran kualitas daya dapat menjadi solusi dimana setiap permasalahan daya listrik yang berbentuk penyimpangahn tegangan, arus, frekuensi, hingga harmonisa dapat diketahui. Tujuan dari pengukuran kualitas daya listrik yaitu untuk mengetahui kualitas daya listrik sehingga berbagai permasalahan kualitas daya listrik dapat diperbaiki. Untuk memastikan kualitas daya listrik sudah baik maka diperlukan pengukuran. Kemudian hasil pengukuran dibandingkan dengan standar yang ada. Hasil pengukuran yang didapat yaitu variasi tegangan, ketidakseimbangan tegangan, frekuensi, faktor daya, pemakaian daya, arus, dan harmonisa. Pada variasi tegangan didapatkan nilai tegangan maksimum sebesar 235,9 Volt dan nilai tegangan minimum sebesar 223,94 Volt menunjukan bahwa tegangan terdapat tegangan yang sudah melewati tegangan maksimum sebesar +5% atau 231 Volt. Pada faktor ketidakseimbangan tegangan memiliki nilai rata-rata maksimal sebesar 0,83% sehingga masih sesuai dengan standar NEMA MG 1-1998 yaitu tidak melebihi 2%. Pada nilai frekuensi, terdapat nilai frekuensi maksimum sebesar 50,335 Hz dan nilai frekuensi minimum sebesar 49,656 sehingga nilai frekuensi tersebut masih sesuai standar SPLN 1995 dengan frekuensi minimum sebesar 49,5 Hz dan maksimum sebesar 50,5 Hz. Pada nilai faktor daya, standar minimum sesuai SPLN D5.002 2008 adalah 0,85 sehingga nilai faktor daya tersebut masih sesuai dengan standar dengan nilai faktor daya minimum sebesar 0,8728. Pada karakteristik pemakaian daya, didapatkan pemakaian daya rata-rata terbesar terjadi pada hari Selasa, 12 November 2019 dengan nilai beban daya aktif sebesar 148,74 kW, daya reaktif sebesar 51,83 kVAR, dan daya semu sebesar 157,58 kVA. Pada THDv, nilai THDv tertinggi sebesar 1,4% sehingga nilai tersebut masih sesuai dengan standar IEEE 512-1992 bahwa nilai yang diperbolehkan adalah dibawah 5% dengan nominal tegangan sistem kurang dari 69kV. Terdapat nilai IHDi yang melebihi standar yaitu dibawah 7% ditunjukkan pada orde ke-2 dengan nilai sebesar 9,03% sehingga perlu adanya perbaikan terhadap harmonisa tersebut.

Jakarta Eye Center Menteng is one of the best eye hospitals in Jakarta. The equipment used by doctors serves to examine patients to perform operations on patients. The use of medical equipment which is a non-linear load, which generates additional currents and voltages with a frequency multiple rounded from its fundamental frequency. So that there are no failures or errors in operation of the electrical equipment, the measurement of power quality can be a solution where every problem of electrical power in the form of voltage, current, frequency, to harmonics can be known. The purpose of measuring electrical power quality is to determine the quality of electric power so that various electrical power quality problems can be fixed. To ensure the quality of electric power is good, measurement is needed. Then the measurement results are compared with existing standards. The measurement results obtained are variations in voltage, voltage imbalance, frequency, power factor, power consumption, current, and harmonics. In the voltage variations, the maximum voltage value is 235.9 Volts and the minimum voltage value is 223.94 Volts. It shows that the voltage is above the maximum voltage of + 5% or 231 Volts. In the voltage imbalance factor has a maximum average value of 0.83% so that it is still in accordance with the NEMA MG 1-1998 standard that is not to exceed 2%. At the frequency value, there is a maximum frequency value of 50.335 Hz and a minimum frequency value of 49.665 so that the frequency value is still according to the 1995 SPLN standard with a minimum frequency of 49.5 Hz and a maximum of 50.5 Hz. On the power factor value, the minimum standard according to SPLN D5.002 2008 is 0.85 so the value of the power factor is still in accordance with the standard with a minimum power factor value of 0.8728. In the characteristics of power consumption, the highest average power consumption is found on Tuesday, November 12, 2019 with an active power load of 148.74 kW, reactive power of 51.83 kVAR, and apparent power of 157.58 kVA. In THDv, the highest THDv value is 1.4% so that the value is still in accordance with IEEE 512-1992 standard that the allowable value is below 5% with a nominal system voltage of less than 69kV. There is an IHDi value that exceeds the standard which is below 7% indicated in the 2nd order with a value of 9.03% so there is a need for improvement of the harmonics."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnainy Valencia Sari
"Pencemaran bioaerosol yang ada di dalam ruangan memiliki potensi 1.000 kali lebih berbahaya daripada di luar ruangan. Oleh karena itu, kualitas udara mikrobiologis pada ruang kuliah Gedung S di FTUI Depok perlu diteliti lebih lanjut. Sampel udara diambil menggunakan EMS bioaerosol single stage sampler selama dua menit dengan debit pemompaan 28,3 L/menit. Media pertumbuhan yang digunakan untuk bakteri dan jamur adalah TSA dan MEA. Konsentrasi bakteri tertinggi pada ruang kelas S101 2.407 362 CFU/m3 , terendah terdapat pada Lobby 1 384 142 CFU/m3. Konsentrasi jamur tertinggi ditemukan pada ruang kelas S203 810 215 CFU/m3, terendah pada S503 195 51 CFU/m3. Sebagian besar konsentrasi bakteri di udara melebihi baku mutu, sedangkan konsentrasi jamur masih memenuhi baku mutu. Suhu seluruh ruangan 21-27oC sudah memenuhi baku mutu dan kelembapan 38-71 serta Intensitas cahaya 4,21-335 lux pada sebagian ruangan tidak memenuhi baku mutu. Uji-Independent T-test menunjukan terdapat perbedaan signifikan pada konsentrasi jamur dan bakteri lantai bawah dan lantai atas sig< 0,05. Korelasi Pearson Product Moment menunjukkan terdapat korelasi yang kuat antara jumlah orang dengan konsentrasi bakteri r=0,73 dan berkorelasi lemah dengan konsentrasi jamur r=0,47. Jenis aliran udara didominasi oleh aliran laminer dan kecepatan partikel bakteri dan jamur pada kisaran 0,002-0,16 cm/detik.

Indoor bioaerosol contamination has potency 1,000 times more dangerous than outdoor. Therefore, microbiological air quality in the classrooms of Building S Engineering Faculty UI City of Depok need to be further investigated. The air samples were taken by using EMS bioaerosol single stage sampler in two minutes with airflow rate 28.3 L minute. The growth media used were TSA and MEA for bacteria and fungi. Highest bacterial concentration found in classroom S101 2,407 362CFU m3 , lowest in Lobby 1 384 142 CFU m3. The highest fungi concentration found in classroom S203 810 215 CFU m3, lowest in classroom S503 195 51 CFU m3. Most of the bacteria concentrations exceeded whereas the fungi concentration still met the quality standard. For the environmental factors, the entire classroom temperatures 21 27oC have met the quality standard but not the humidity 38 71 and light intensities 4.21 335 lux. The Independent T test showed that there were significance differences between bacteria and fungi on lower and upper floor sig."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darul Syahdanul
"Desa Tanjung Burung merupakan sebuah wilayah yang terletak pada muara sungai. Posisi tersebut membuat struktur okupasi masyarakat di dalamnya memiliki keterkaitan dengan kondisi lingkungan muara sungai. Struktur okupasi masyarakat muara cenderung berada pada sektor primer. Namun saat ini, kondisi lingkungan muara Sungai Cisadane mengalami penurunan kualitas pada intensitas pencemaran air sungai, frekuensi banjir, dan intensitas pencemaran air tanah. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis keterkaitan antara penurunan kualitas lingkungan dan perubahan struktur okupasi, serta analisis terhadap kualitas hidup masayarakat. Dalam melakukan pengumpulan dan pengolahan data, penelitian ini menggunakan strategi eksploratoris sekuensial. Proses ini mengacu pada peta geografis Desa Tanjung Burung pada tahun 1996, 2006, 2016; data kependudukan tahun 1995, 2000, 2005, 2011, 2016; serta data kualitas lingkungan tahun 1995 hingga 2017. Hasil penelitian ini menunjukkan dalam kurun waktu 20 tahun masyarakat mengalami penguatan struktur okupasi pada sektor tersier. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan perubahan struktur okupasi masyarakat yang terjadi dalam rentang waktu 1995 ndash; 2017 paling signifikan terjadi dalam rentang waktu 2001 - 2006. Indikator penurunan kualitas lingkungan yang mempengaruhi adalah penurunan kualitas air tanah. Lebih lanjut, penguatan struktur okupasi pada sektor tersier belum mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat Desa Tanjung Burung.

Tanjung Burung Village is an area located on the river mouth. The position makes the occupational structure of the community has a relationship with the environmental conditions of the river mouth. The occupational structure of the estuary community tends to be in the primary sector. However, at present, the environmental condition of the Cisadane River estuary has a quality degradation in terms of the intensity of river water pollution, the frequency of flooding, and the intensity of groundwater contamination. This study aims to analyze the relationship between environmental degradation and changes in occupational structure, and analysis on the quality of life of the community. In collecting and processing data, this research uses sequential exploratory strategy. This process refers to the geographical map of Tanjung Burung Village in 1996, 2006, 2016 Population data of 1995, 2000, 2005, 2011, 2016 as well as environmental quality data from 1995 to 2017. The results of this study show that within 20 years the community has strengthened occupational structure in the tertiary sector. The result of logistic regression test shows that the factors causing the change of occupational structure of society that occurred in 1995 2017 period most significant occurred in the period of 2001 2006. The indicator of the environmental quality degradation that influence is the degradation of groundwater quality. Furthermore, the strengthening of occupational structure in the tertiary sector has not been able to improve the quality of life of Tanjung Burung villagers.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Pramesti Putri
"ABSTRAK
Kualitas udara mikrobiologi dalam ruangan di rumah sakit perlu diperhatikan terutama pada ruang poliklinik karena di ruang tersebut banyak pengunjung berkumpul dalam waktu yang bersamaan. Dengan demikian, peluang tersebarnya penyakit melalui udara oleh bakteri dan jamur patogen juga tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi bakteri dan jamur di udara pada ruangan di poliklinik, perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur antar ruang poliklinik pada hari padat dan sepi pengunjung dan jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram. Sampel kualitas udara mikrobilogis diambil dengan menggunakan EMS E6 dengan menggunakan media TSA (Oxoid, 2011) untuk bakteri dan media MEA (Oxoid, 2011) untuk jamur dan dilakukan secara duplo. Pengambilan sampel dilakukan pada ruang poliklinik yang berbeda dan waktu yang berbeda dimana hari senin mewakili hari sepi dan sabtu mewakili hari padat pasien/pengunjung. Hasil sampling bakteri dan jamur diuji secara statistik dengan menggunakan statistik nonparametriks Pearson product moment dan two-tailed t-test. Hasil pengukuran sampel menunjukkan konsentrasi bakteri dan jamur telah melebihi baku mutu mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1204 Tahun 2004 yaitu rata-rata 2.545 ± 9,11 CFU/m3 untuk bakteri dan 306 ± 2,91 CFU/m3 untuk jamur. Konsentrasi bakteri dan jamur paling tinggi terdapat pada ruang Poliklink Umum. Uji statistik Pearson product moment menunjukkan jumlah pengunjung memiliki korelasi yang rendah (r = 0,29) dengan konsentrasi bakteri dan memiliki korelasi sedang (r = 0,45) dengan konsentrasi jamur. Selanjutnya, uji statistik two-tailed t-test menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara jumlah pengunjung dengan konsentrasi mikrobiologi di udara. Identifikasi bakteri dengan pewarnaan gram menunjukkan bahwa 84,2% bakteri yang ditemukan merupakan bakteri gram negatif dan 15,2% gram positif. Bakteri gram negatif berpotensi lebih besar dalam menginfeksi manusia karena memiliki endotoksin. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemasangan filter HEPA atau ULPA pada sistem ventilasi (AC) untuk menurunkan konsentrasi bakteri dan perbaikan sistem ventilasi agar kelembaban ruangan terjaga antara 30-60% dan suhu ruangan dibawah 25oC sehingga dapat menurunkan konsentrasi jamur.

ABSTRACT
Microbial indoor air quality in hospital has to be considered, especially in the examining and waiting room because many people gathered at the same time. Hence, chances for spreading airborne disease by pathogenic bacteria and fungi are high. The objectives of this study are to find out indoor air bacteria and fungi concentrations at the examining room, the difference of bacteria and fungi concentrations during high and low numbers of visitors, and types of bacteria based on gram staining. Microbial air samples were taken in Duplo by using EMS E6 with TSA (Oxoid, 2011) and MEA (Oxoid, 2011) media for bacteria and fungi, respectively. Samplings were conducted on different examining rooms and days, which Monday and Saturday represented as low and high numbers of visitors, respectively. The sampling results tested statistically by using non-parametric statistical method, Pearson product moment and two-tailed t test. The measurement results showed that indoor air bacteria and fungi concentrations have exceeded the quality standards by Menteri Kesehatan RI No. 1204 in 2004, with the average are 2.545 ± 9.11 CFU/m3 and 306 ± 2.91 CFU/m3 for bacteria and fungi, respectively. The highest concentration of bacteria and fungi is found in examining room for children and general, respectively. Pearson product moment test showed a low correlation (r=0.29) between number of visitors and indoor air bacteria concentration and moderate correlation (r=0.45) between number of visitors and indoor air fungi concentrations. Furthermore, two-tailed t-test results showed that there was no significant relationship between number of visitor and indoor air microbial concentrations. Identification of bacteria with gram staining showed that 84.2% of bacteria found are gram-negative and 15.8% are gram-positive bacteria. The gram-negative bacteria are having greater possibly infected human than gram-positive bacteria because it has endotoxin. Therefore, it is necessary to install HEPA or ULPA filters on ventilation system (air conditioned) and maintain relative humidity between 30-60% and temperature below 25oC in the hospital to reduce indoor air bacteria and fungi concentrations"
2015
S59502
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>