Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181039 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adek Setiyani
"Remaja penyalahguna Napza berisiko tinggi kambuh ketika menghadapi masalah atau berada pada situasi berisiko setelah rehabilitasi. Problem-solving therapy dan assertiveness training merupakan tindakan keperawatan yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah dan kemampuan menolak ajakan irasional, sehingga risiko kekambuhan pada remaja penyalahguna Napza menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh problem-solving therapy dan assertiveness training terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemampuan menolak ajakan irasional dan risiko kekambuhan pada remaja penyalahguna Napza yang mengikuti rehabilitasi.
Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental pre-posttest without control. Jumlah sampel 30 remaja dengan metode consecutive sampling. Responden mendapatkan tindakan keperawatan ners, problem-solving therapy dan assertiveness training. Instrument yang digunakan adalah Advanced Warning Relapse Scale Revised (AWARE), Social Problem Solving Inventory revised (SPSI-R) dan Drug Avoidance Self-Efficacy Scale (DASES). Analisis data menggunakan independent T-test, paired T-test, repeated ANOVA dan Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan tindakan keperawatan ners tidak dapat meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah dan menurunkan risiko kekambuhan, tetapi mampu meningkatkan kemampuan menolak ajakan irasional. Tindakan keperawatan ners yang dikombinasikan dengan problem-solving therapy dan assertiveness training mampu meningkatkan kemampuan kemampuan penyelesaian masalah dan kemampuan menolak ajakan irasional serta menurunkan risiko kekambuhan. Hubungan kemampuan penyelesaian masalah dan kemampuan menolak ajakan dengan risiko kekambuhan tidak signifikan. Perawat ners dapat memberikan tindakan keperawatan ners koping individu tidak efektif dan perawat ners spesialis dapat mengkombinasikan tindakan keperawatan ners dengan problem-solving therapy dan assertiveness training untuk semakin meningkatkan kemampuan remaja penyalahguna Napza dan menurunkan risiko kekambuhan.

Adolescent substance abusers has a high risk of relapse when facing problems or are in a risky situation after rehabilitation. Problem-solving therapy and assertiveness training are nursing interventions that are expected to be able to improve the ability to solve problems and the ability to reject irrational requests, so that the risk of relapse in adolescent substance abusers decreases. This study aims to determine the effect of problem-solving therapy and assertiveness training on the ability to solve problems, the ability to reject irrational requests and the risk of relapse in adolescent substance abusers who follows rehabilitation.
The research design used was quasi-experimental pre-posttest without control. The size of the samples is 30 adolescents with the consecutive sampling method. Respondents received a nursing intervention, problem-solving therapy and assertiveness training. The instrument used was the Advanced Warning Relapse Scale-Revised (AWARE), Social Problem Solving Revised Inventory (SPSI-R) and Drug Avoidance Self-Efficacy Scale (DASES). Data analysis using independent T-test, paired T-test, repeated ANOVA and Pearson.
The results showed nursing interventions could not improve their ability to solve problems and reduce the risk of relapse, but were able to increase the ability to reject irrational requests. The nursing intervention combined with problem-solving therapy and assertiveness training can improve the ability to solve problems and the ability to reject irrational requests and reduce the risk of relapse. The nurses can provide nursing intervention for ineffective individual coping and mental health nurse specialists can combine that nursing intervention with problem-solving therapy and assertiveness training to further improve the abilities of adolescent substances abuser and reduce the risk of relapse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T52929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ratna Wulan
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektvitas problem solving therapy untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah pada remaja pria pelanggar status. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kenakalan remaja dan perilaku yang membahayakan kesehatan terkait dengan minimnya keterampilan pemecahan masalah, yang pada akhirnya dapat berpengaruh pada rendahnya performa akademis. Usaha intervensi bagi remaja pelanggar status banyak dilakukan untuk meningkatkan keterampilan memecahkan masalah sosial, salah satunya melalui Problem Solving Therapy (PST) yang berdasarkan pada prinsip terapi kognitif behavioral (D'Zurilla & Nezu, 2007).
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang remaja pria pelanggar statusberusia 14 tahun. Intervensi diberikan dalam 7 sesi yang dibuat berdasarkan panduan umum PST. Untuk melihat keberhasilan program, dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan program dengan menggunakan alat ukur berupa pedoman wawancara dan kuesioner problem solving test yang dirancang oleh Nezu, Nezu, & D'Zurilla (2013).
Hasilnya menunjukkan bahwa program intervensi yang dirancang, belum efektif untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah. Program ini berhasil memberi pengetahuan mengenai langkah-langkah pemecahan masalah yang efektif dan meningkatkan keyakinan subjek untuk berubah, namun belum berhasil mengubah orientasi masalah subjek menjadi lebih positif.
Beberapa saran yang dapat diberikan, antara lain melakukan pengujian alat ukur secara psikometrik, berusaha mempertahankan rapport yang baik dengan subjek selama berlangsungnya program, melakukan sesi follow-up untuk melihat hasil generalisasi keterampilan pemecahan masalah dalam situasi natural, serta melakukan pelatihan keterampilan sosial sebelum pelatihan keterampilan pemecahan masalah.

This study is aimed to investigate the effectiveness of problem solving therapy (PST) to improve problem solving skill in a male adolescent status offender. Previous study showed that juvenile delinquency and health-risk behaviour are related to lack of problem solving skill which then affect academic performance. Intervention for adolescent status offender were conducted frequently to improve social problem solving skill, one of them is PST which based on cognitive behavioral therapy principles. (D'Zurilla & Nezu, 2007).
Subject in this study is a male adolescent status offender aged 14 year. Intervention was performed in 7 session which designed based on general guidelines of PST. To determine the effectiveness of the intervention, measurement were performed before and after program using interview guideline and problem solving test questionnaire designed by Nezu, Nezu, & D'Zurilla (2013).
Result showed the intervention was not yet effective to improve problem solving skill. This progam is effective to deliver knowledge about steps of effective problem solving and enhance subject's willingness to change, but failed to change subject's problem orientation to be more positive.
Some suggestions for future study are to evaluate psychometric properties of the measure, to maintain good rapport with the subject during intervention,to provide follow-up session purposed to observe generalization of problem solving skill in natural setting, and to provide social skill training before problem solving skill training.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haley, Jay
New York: Harper & Row, 1978
153.43 HAL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alfunafi Fahrul Rizzal
"Remaja merupakan kelompok usia yang rentan mengalami adaptasi negatif terhadap proses perubahan yang terjadi pada masa pertumbuhan dan perkembangannya. Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu bentuk adaptasi remaja dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi kelompok terapeutik dan assertiveness training terhadap aspek perkembangan, kemampuan penolakan penyalahgunaan NAPZA, dan Penggunaan NAPZA pada remaja.. Penelitian ini menggunakan desain quasi-experimental pre-posttest with control group dengan dua tahap penelitian, yaitu penelitian pertama melakukan survey penggunaan NAPZA menggunakan Drugs Abuse Scale Test (DAST-20) pada 613 responden. Tahap kedua 174 responden dengan kategori bersih penggunaan NAPZA yang terbagi menjadi dua kelompok intervensi 1 dan intervensi 2. Kelompok intervensi 1 mendapatkan terapi kelompok terapeutik dan assertiveness training dan kelompok 2 mendapatkan terapi kelompok terapeutik dan latihan mandiri. Hasil survey menunjukkan bahwa 79% remaja bersih dari penggunaan NAPZA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aspek perkembangan yang signifikan setelah mendapatkan terapi kelompok terapeutik (p-value < 0.05) dan semakin meningkat setelah mendapatkan assertiveness training. Kemampuan penolakan penyalahgunaan NAPZA meningkat dignifikan setelah terapi kelompok terapeutik dan assertiveness training (p-value<0.05) tetapi tidak meningkat setelah terapi kelompok terapeutik dan latihan mandiri (p-value>0.05). Penggunaan NAPZA tidak meningkat dan bertahan berseih setelah terapi kelompok terapeutik dan assertiveness training. Terapi kelompok terapeutik di rekomendasikan untuk upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA pada remaja pada remaja.

Adolescent are vulnerable group whi can shown negative adaptation according the process of change. Substance abuse is a responses related negative adaptation in adolescent. This research goals is examine influence of the therapeutic group therapy the assertiveness training on developmental aspects, the ability to rejected susbsatnce abuse, and Substance Abuse Level in adolescents. The research uses quasi-experimental design pre-posttest with control group with two stages of research, which is the first research to conduct a survey using Drugs Abuse Scale Test (DAST-20) in 613 respondents. The second phase is 174 respondents has clear from substance abuse was divided into two intervention groups 1 and Intervention 2. Intervention Group 1 gets therapeutic group therapy and assertiveness training and Group 2 get therapeutic Group therapy and self-training.
The survey showed that 79% of teenagers were clean from substance abuse. The results showed that there was an increase in the significant developmental aspects after obtaining therapeutic Group therapy (P-value of < 0.05) and increasing after obtaining assertiveness training. The ability to decline the abuse of NAPZA increases significantly after therapeutic group therapy and assertiveness training (P-value < 0.05) but does not increase after therapeutic group therapy and self-training (p-value > 0.05). The use of NAPZA does not increase and persist after therapeutic group therapy and assertiveness training. Therapeutic group therapy is recommended for the prevention of abuse of NAPZA in adolescents in adolescents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53248
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Chairani
"Remaja jalanan sebagai kelompok marginal kesehatan sangat rentan terhadap masalah penyalahgunaan NAPZA. Kondisi inilah yang menyebakan remaja jalanan membutuhkan perhatian dan pelayanan khusus, salah satunya pelayanan keperawatan komunitas yang dilakukan bersama lintas sektor dan masyarakat sebagai mitra. Model Intervensi Keperawatan Berjenjang Ampibi dapat digunakan sebagai pendekatan saat memberikan layanan keperawatan, yang dapat meningkatkan perilaku adaptif remaja jalanan dan ketangguhan keluarga dalam pencegahan risiko penyalahgunaan NAPZA, sesuai dengan tujuan penelitian ini.
Desain penelitian adalah penelitian operasional dengan tiga tahap: tahap I identifikasi masalah, tahap II pengembangan model dan modul, tahap III uji coba Model Intervensi Keperawatan Berjenjang Ampibi dengan menggunakan studi penelitian kuantitatif quasy experiment pre-post test with control group, responden remaja jalanan yang masih pulang ke rumah (children on the street) di Jabodetabek.
Uji statistik yang digunakan adalah chi square, regresi logistik, t-test, man u whitney, wilcoxon, dan regresi linear. Model intervensi berjenjang Ampibi yang dilengkapi dengan 3 buku saku dan 1 buku kerja, dikembangkan berdasarkan hasil studi literatur, studi pendahuluan, penelitian tahap I, expert review, content dan construct validity, yang menggunakan integrasi teori model sistem dan pencapaian tujuan, serta teori model sosial ekologi. Bentuk intervensi keperawatan yang diberikan adalah edukasi, layanan konseling, pembinaan, pendampingan, dan kunjungan rumah.
Hasil analisis membuktikan bahwa ada peningkatan yang sangat bermakna skor rerata perilaku adaptif remaja jalanan dan ketangguhan keluarga terkait upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA setelah diterapkan Model Intervensi Keperawatan Berjenjang Ampibi. Keberhasilan penerapan model ini diharapkan menjadi salah satu model pelayanan keperawatan komunitas untuk remaja jalanan.

Street teenagers as a marginalized health group are prone to drug abuse problems. This condition causes street teenagers require special attention and service, particularly community nursing services carried out together across sectors and communities as partners. The Ampibi Multilevel Nursing Intervention Model can be used as an approach for providing nursing services, which may improve adaptive behavior of street teenagers and family resilience in preventing the risk of drug abuse.
The operational research design was used with three phase: First phase was problem identification, second phase was model and module development, and third phase tried out Ampibi Multilevel Nursing Intervention Model using quantitative research study with quasi-experiment pre-post test in control group. The respondents were street teenagers in Jabodetabek living at home.
The statistical tests used were chi square, logistic regression, t-test, man u whitney, wilcoxon, and linear regression. The Ampibi Multilevel Intervention Model is equipped with 3 pocket books and 1 workbook, which were developed based on the results of literature studies, preliminary studies, first phase research, expert review, content and construct validity. They used the integration of system model theory and goals achievement, as well as social model theory ecology. The nursing intervention provided education, counseling service, coaching, mentoring, and home visits.
The analysis results reveals very significant increase in the mean score of street tenagers adaptive behavior and family resilience related to drug abuse prevention efforts, after the Ampibi Multilevel Nursing Intervention Model is implemented. The effectiveness of application of s model is expected to be one of the models of community nursing services for street teenagers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
D2764
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyatmiko Adhi Pradhana
"ABSTRAK
Peristiwa putus cinta dapat memunculkan perasaan kehilangan dan grief, menurunkan self esteem, menimbulkan distress, memunculkan perilaku maladaptif, gangguan fisik, hingga gejala depresi seperti misalnya melakukan usaha-usaha melukai diri sendiri. Hal tersebut dapat terjadi ketika seseorang mempunyai coping yang maladaptif dalam menghadapi situasi yang menimbulkan stres. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah terapi untuk mengatasinya. Problem Solving Therapy (PST) merupakan sebuah intervensi kognitif perilaku (CBT) yang berfokus pada melatih sikap dan kemampuan pemecahan masalah yang adaptif. Tujuan terapi ini adalah membantu individu untuk dapat melakukan coping dengan lebih efektif pada situasi atau masalah yang dapat menimbulkan stres dan menurunkan tingkat stres. Penelitian ini menggunakan desain jenis one-group pre-test and post-test design. Pada desain penelitian ini, akan dilakukan pengukuran kepada setiap individu dalam kumpulan partisipan sebelum dan sesudah mengikuti intervensi yang diberikan, dengan menggunakan Beck Depression Inventory (BDI) dan Problem Solving Test. Partisipan yang didapat berjumlah 2 orang wanita berusia 23 dan 27 tahun. Intervensi PST dilakukan sebanyak 4 sesi. Problem Solving Therapy efektif dalam memunculkan coping yang adaptif pada kondisi putus cinta. sehingga pada akhirnya menurunkan tingkat stres pada dewasa muda paska putus cinta.

ABSTRACT
Breakup can cause grief, distress, lowered self esteem, maladaptive behavior, physical disturbance and depression such self-destructive behavior. When there is no adaptive capability to solve breakups, it can worst its effect. Therefore, it will need to be solved immediately. Problem Solving Therapy (PST) is one of Cogntive Behavior Therapy that focused on training the individual to have adaptive problem solving skill. PST can train the coping skill and minimize the level of stress. This research uses one group pre-and-post test design non-experimental. This research also use Beck Depression Inventory and Problem Solving Test as an instrument to measure the therapeutic effect before and after the intervention. There are two female participants had joined this research. They are 23 and 27 years old. The intervention held in 4 sessions. In conclusion, PST is effective to improve adaptive coping style and reduce stress for female young adulthood on breakup."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Washinton, DC: American Psychological Association, 2004
153.43 SOC
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Robertson, S. Ian
East Sussex: Psychology Press, 2001
153.43 ROB p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Giovanni
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas proses rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika yang dikaitkan
dengan hukum kesehatan dan studi di RSKO Jakarta. Dalam penelitian ini yang
menjadi permasalahan adalah pengaturan rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika
ditinjau dari hukum kesehatan dan proses rehabilitasi di RSKO Jakarta. Tujuan
penulisan skripsi untuk mengetahui dan membahas lebih lanjut mengenai bagaimana
pengaturan rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika, serta untuk mengetahui
bagaimana proses-proses rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika. Metode penelitian
ini adalah penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa perlunya sosialisasi, pengawasan dan sanksi bagi pihak yang belum
menjalankan peraturan perundang-undangan yang mengatur dan terkait dengan
rehabilitasi narkotika di waktu yang akan datang.

ABSTRACT
This thesis is about the process of rehabilitation for drug abusers who is associated
with health law studies in RSKO Jakarta. In this research, the problems are the
regulation for the rehabilitation of drug abusers in terms of health law and the
procesof rehabilitation in RSKO Jakarta. The purpose of this thesis writing is to study
and further discuss on how to rehabilitate the drug abusers, and to find how those
rehabilitation processes are undertaken. This research method is the qualitative with
descriptive design. This research concludes the need for socialization, supervision
and sanction for those who do not follow the rules of law governing narcotics and
also related to drug rehabilitation in the future."
2016
S65380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Rahmah
"Perubahan-perubahan pada aspek perkembangan usia remaja dapat memicu terjadinya stres dan mengarah pada perilaku berisiko seperti merokok, minum minuman keras, dan penyalahgunaan NAPZA. Terapi kelompok terapeutik dan problem-solving therapy merupakan tindakan spesialis keperawatan jiwa yang diharapkan mampu meningkatkan aspek perkembangan dan kemampuan penyelesaian masalah untuk mencegah penggunaan NAPZA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kelompok terapeutik dan problem-solving therapy terhadap aspek perkembangan, kemampuan penyelesaian masalah, dan penggunaan NAPZA dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA pada remaja di SMK. Desain penelitian yang digunakan yaitu quasi experimental pre-post test with control group. Sebanyak 125 remaja dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik dan problem-solving therapy dan kelompok yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan systematic random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan aspek perkembangan dan kemampuan penyelesaian masalah secara bermakna setelah mendapatkan terapi kelompok terapeutik namun masih belum optimal (p value < 0,05); peningkatan aspek perkembangan dan kemampuan penyelesaian masalah secara bermakna setelah mendapatkan terapi kelompok terapeutik dan problem-solving therapy namun masih belum optimal (p value < 0,05); peningkatan aspek perkembangan dan kemampuan penyelesaian masalah pada remaja yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik dan problem-solving therapy lebih tinggi secara bermakna (p value < 0,05) dibandingkan remaja yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik; penggunaan NAPZA pada remaja setelah mendapat terapi kelompok terapeutik ditemukan ada 2 orang pada kategori rendah; penggunaan NAPZA pada semua remaja yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik dan problem-solving therapy dapat bertahan pada kategori bersih dari NAPZA, sedangkan pada remaja yang mendapatkan terapi kelompok terapeutik ditemukan ada 4 orang pada kategori rendah. Terapi kelompok terapeutik dan problem-solving therapy direkomendasikan sebagai tindakan pencegahan penyalahgunaan NAPZA pada remaja di sekolah menengah kejuruan.

Changes in the developmental aspects of adolescence can trigger stress and lead to risky behaviors such as smoking, drinking alcohol, and drug abuse. Therapeutic group therapy and problem-solving therapy are the intervention of psychiatric nursing specialists which are expected to be able to improve developmental aspects and problem-solving abilities to prevent drug use. This study aimed to determine the effect of therapeutic group therapy and problemsolving therapy on aspects of development, problem-solving ability, and the use of drugs in preventing drug abuse in adolescents in vocational high schools. The research design was used a quasi-experimental pre-post test with the control group. 125 adolescents were divided into 2 groups, one group received therapeutic group therapy and problem-solving therapy and the others received therapeutic group therapy. Sampling technique used purposive sampling and systematic random sampling.
The results showed significantly increased in the developmental aspects and the ability to solve problems after receiving therapeutic group therapy but still not optimal (p-value <0.05); the developmental aspects and the ability to solve problems increase significantly after getting therapeutic group therapy and problem-solving therapy but still not optimal (p-value <0.05); there was significantly increase in developmental aspects and the ability to solve problems in adolescents who received therapeutic group therapy and problemsolving therapy was higher (p-value <0.05) than adolescents who only received therapeutic group therapy; drug use in adolescents found there were 2 people in the low category after receiving therapeutic group therapy; drugs use in all adolescents who get therapeutic group therapy and problem solving therapy can survive in the "none" category of drugs, whereas in adolescents who get therapeutic group therapy found there was 4 people in low category. Therapeutic group therapy and problem-solving therapy are recommended as a drug use prevention for adolescents in vocational high schools.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53352
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>