Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187069 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Aprilita Hapsari
"Nyeri punggung bawah adalah salah satu penyakit akibat kerja yang paling umum pada populasi usia kerja. Prevalensi nyeri punggung bawah pada pekerja terus meningkat dari tahun ke tahun namun tidak diimbangi dengan upaya pencegahannya. Kurangnya fokus perhatian pada faktor risiko penyakit ini menjadi penyumbang terjadinya disabilitas jangka pendek dan jangka panjang pada semua kelompok pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan pekerja tentang low back pain dan faktor-faktor yang mempengaruhi low back pain pada staf pengajar Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan terhadap 69 responden melalui teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,6% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah, 34,8% responden memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 11,6% responden memiliki tingkat pengetahuan baik. Pengetahuan pekerja tentang nyeri punggung bawah perlu ditingkatkan untuk mengurangi kejadian nyeri punggung bawah. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan pekerja tentang nyeri punggung bawah dan mengidentifikasi nyeri punggung bawah melalui tes ergonomi kantor.

Low back pain is one of the most common occupational diseases in the working age population. The prevalence of low back pain in workers continues to increase from year to year but is not matched by efforts to prevent it. Lack of focus of attention on risk factors for this disease contributes to the occurrence of short-term and long-term disabilities in all groups of workers. This study aims to describe the level of knowledge of workers about low back pain and the factors that affect low back pain in the teaching staff of the Faculty of Engineering, University of Indonesia. The research design used was descriptive quantitative with cross sectional approach. This research was conducted on 69 respondents through simple random sampling technique. The results showed that 53.6% of respondents had a low level of knowledge, 34.8% of respondents had a sufficient level of knowledge, and 11.6% of respondents had a good level of knowledge. Workers' knowledge about low back pain needs to be improved to reduce the incidence of low back pain. Suggestions for further research are to identify other factors that can affect the level of knowledge of workers about low back pain and identify low back pain through office ergonomics tests."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Lina Wahyuni
"Prevalensi nyeri punggung bawah pada perawat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang sering terjadi pada perawat di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang risiko nyeri punggung bawah terhadap keluhan nyeri punggung bawah di Rumah Sakit Premier Jatinegara. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden sebanyak 107 dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling.
Hasil menunjukkan ada hubungan tingkat pengetahuan (p=0,006), jenis kelamin (p = 0,001) dan masa kerja (p=0,031) terhadap keluhan nyeri punggung bawah. Sedangkan karakteristik responden indeks massa tubuh tidak ada hubungan terhadap keluhan nyeri punggung bawah (p>0,05). Saran untuk penelitian selanjutnya agar memperluas instrumen penelitian dengan variabel yang lebih bervariasi dengan jumlah sample yang lebih banyak dan untuk rumah sakit membuat kebijakan, Standar Prosedur Operasional, dan pelatihan tentang cara bekerja sesuai dengan prinsip ergonomi.

The prevalence of low back pain in nurses who work in hospitals are increasing from year to year. Low back pain is one of the occupational diseases which often occur in nurses in hospitals. This study aims to determine the correlation between level of nurses knowledge and motivation toward low back pain complaint in the Premier Hospital Jatinegara. The study design used descriptive correlative with cross sectional approach. 107 respondents using Stratified Random Sampling technique.
Results showed correlation level of nurses knowledge (p= 0,006), gender (p = 0,001), and work period (p=0,031) toward low back pain complaint. While respondent characteristic body mass index no correlation toward low back pain complaint (p>0,05). Suggestions for further research is to expand the research instrument with more varied variable and samples and for hospitals establish of policies, Standard Operating Procedures, and training how to work in accordance with the principles of ergonomics.
"
Depok: Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Desti Rahmayani
"Nyeri punggung bawah cukup banyak terjadi pada penjahit konveksi. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan saat bekerja sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja penjahit konveksi. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional untuk menganalisis bagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri punggung bawah pada penjahit konveksi di Sumatera Barat. Berdasarkan hasil analisis bivariat ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan (p=0,048), lama bekerja (p=0,048), jam kerja (p=0,044), risiko ergonomi (p=0,009), lingkungan kerja (p=0,048), dan aktivitas fisik (p=0,034) dengan kejadian nyeri punggung bawah pada penjahit konveksi di Sumatera Barat. Analisis multivariat menunjukkan faktor dominan yang mempengaruhi kejadian nyeri punggung bawah pada penjahit konveksi adalah lingkungan kerja (OR=3,634), pendidikan (OR=3,220), risiko ergonomi (OR=1,594) dan lama bekerja (OR=0,917). Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian nyeri punggung bawah pada penjahit konveksi di Sumatera Barat, di antaranya pendidikan, lama bekerja, jam kerja, risiko ergonomi, lingkungan kerja, dan aktivitas fisik dengan faktor dominannya adalah lingkungan kerja. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan program keperawatan kesehatan kerja dalam pencegahan nyeri punggung bawah pada penjahit konveksi.

Low back pain or lower back pain is quite common among the tailors convection. This causes discomfort during work, leading to a decrease in the productivity of these tailors. This research adopts a cross-sectional design to analyze factors related to lower back pain among the tailors convection in West Sumatra, Indonesia. Based on the bivariate analysis, significant correlations were found between education (p=0.048), length of employment (p=0.048), working hours (p=0.044), ergonomic risk (p=0.009), work environment (p=0.048), physical activity (p=0.034), and the occurrence of lower back pain among the tailors convection in West Sumatra. Multivariate analysis revealed that the dominant factors influencing the occurrence of lower back pain among the tailors convection were the work environment (OR=3.634), education (OR=3.220), ergonomic risk (OR=1.594), and length of employment (OR=0.917). This research concludes that several factors influence the occurrence of lower back pain among the tailors convection in West Sumatra, including education, length of employment, working hours, ergonomic risk, work environment, and physical activity, with the work environment being the dominant factor. The findings of this study are expected to be considered in the development of occupational health nursing programs to prevent lower back pain among the tailors convection."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radea Renoza
"TUJUAN: Modernisasi dan otomatisasi di hampir semua aspek kehidupan manusia semakin mendorong manusia untuk berperilaku sedenter dan memiliki aktivitas fisik yang rendah. Rendahnya tingkat aktivitas fisik masyarakat Indonesia terlihat dari data Riskesdas 2018 yang menyebutkan 64,4% anak usia 10—14 tahun tergolong memiliki aktivitas fisik kurang dari cukup. Dengan kurangnya aktivitas fisik, persentase lemak tubuh seseorang dapat meningkat. Persentase lemak tubuh dikatakan berkorelasi negatif dengan kelenturan punggung bawah (fleksibilitas) seseorang. Oleh karena itu, dengan meningkatnya persentase lemak tubuh, risiko anak-anak untuk mengalami cedera, sakit punggung, sakit leher, dan masalah postur juga akan meningkat karena kelenturan punggung bawah (fleksibilitas) yang berkurang.
METODE: Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang dengan menggunakan data SEANUTS 2.0 (Survei Nutrisi Asia Tenggara). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Data dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Sampel terdiri dari 102 anak usia sekolah (6—12 tahun): 40 (39,2%) laki-laki dan 62 perempuan (60,2%) dari Provinsi DKI Jakarta.
HASIL: Analisis bivariat menunjukkan bahwa hanya usia, tinggi badan, dan panjang tungkai yang memiliki hubungan signifikan dengan kelenturan punggung bawah. Regresi linier berganda menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kelenturan punggung bawah adalah tinggi badan.
SIMPULAN: Faktor yang memengaruhi kelenturan punggung bawah anak usia sekolah di Provinsi DKI Jakarta adalah tinggi badan.

OBJECTIVE: Modernization and automation in almost every aspect of human life have increasingly push humans to behave sedentary dan having low level of physical activity. The low level of physical activity of the Indonesian can be seen by data from Riskesdas 2018 which states that 64.4% of children aged 10—14 years are classified as having less than sufficient physical activity. With a lack of physical activity, a person can develop increasing body fat percentage. Body fat percentage is said to have a negative correlation with a person's flexibility. Therefore, as the body fat percentage increases, a children's risk of getting injuries, back pain, neck pain, and posture problems will also increase due to decreased flexibility.
METHODS: This study is conducted with a cross-sectional design with the use of SEANUTS 2.0 (South-East Asian Nutrition Survey) data. The sampling technique was done by simple random sampling. The data were analyzed in univariate, bivariate, and multivariate analysis. The sample consisted of 102 school-age children (6—12 years old): 40 (39,2%) boys and 62 girls (60,2%) from DKI Jakarta Province.
RESULTS: The bivariate analysis showed that only age, height, and leg length had a significant relationship with lower back flexibility. The multiple linear regression showed that factor influencing lower back flexibility is heigh.
CONCLUSION: Only one factor is influencing the lower back flexibility of school-age children in DKI Jakarta Province, which is height.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
St. Rahmawaty
"Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan masalah kesehatan yang sering dihadapi para pekerja perkantoran, membuat seseorang merasa terganggu dan tidak nyaman sehingga bisa mengganggu produktivitas pekerjaannya. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan faktor risiko kejadian nyeri punggung bawah pada pekerja perkantoran di Setjen DPD RI. Desain Penelitian ini adalah cross sectional, besar sampel 92 dengan teknik quota sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pekerja di Setjen DPD RI mengalami kejadian nyeri punggung bawah sebesar 79.35% dan terdapat hubungan signifikan antara posisi duduk dan kejadian nyeri punggung bawah (p value: 0.037), yaitu pekerja dengan posisi duduk tidak ergonomis berisiko 3.48 kali mengalami nyeri punggung bawah dibandingkan pekerja yang posisi duduknya ergonomis (OR=3.482). Sedangkan faktor individu (usia, jenis kelamin, IMT), faktor gaya hidup (merokok, olahraga), faktor pekerjaan (masa kerja, jumlah jam kerja, durasi duduk, peralatan kerja) dan faktor psikososial tidak berhubungan dengan kejadian nyeri punggung bawah.

Low Back Pain (LBP) is the most common health issues among the office workers, driving a person to be disturbed and uncomfort, then finally compromise work productivity. This study purpose is to explain the risk factors for low back pain in office workers at Setjen DPD RI. This research design is cross sectional with 92 sample size by utilizing quota sampling technique. The results shows most of the workers at Setjen DPD RI suffering from low back pain of 79.35% and there is significant corelation between sitting position and the incidence of low back pain (p value: 0.037), which means that workers with an unergonomic sitting position are 3.482 times suffering from low back pain compared to workers with an ergonomics sitting position (OR=3.482). Whereas Individual factors (age, gender, BMI), lifestyle factors (smoking, exercise), work factors (work time, duration of worked, duration of sitting, work equipment) and psychososial factors are not related to the incidence of low back pain."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Ingewaty Wijaya
"Berdasarkan data kunjungan pengemudi taksi ke klinik pool Cinere PT. X didapatkan 50% keluhan nyeri dan pegal-pegal di badan, salah satunya daerah punggung bawah. Keluhan gangguan muskuloskeletal menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak di klinik pool Cinere PT. X.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sudut punggung-tungkai atas dan faktorfaktor lain dengan peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut pada pengemudi taksi PT. X.
Desain penelitian ini adalah potong lintang. Terdapat 158 responden yang dipilih secara proportional random sampling. Variabel terikat adalah peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut dan variabel bebas adalah umur, tinggi badan, indeks massa tubuh, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, lama mengemudi per hari, shift kerja, sudut punggung-tungkai atas, sudut fleksi lutut.
Pengumpulan data dengan wawancara, pengisian log sheet, pengisian kuesioner Visual Analogue Scale sebelum dan sesudah bekerja, pemeriksaan fisik dan pengambilan foto pengemudi yang sudah diberikan reflective tape serta diminta untuk duduk senyaman mungkin sama seperti mengemudi sehari-hari.
Dari 158 responden, didapatkan 78 orang (49,4%) mengalami nyeri punggung bawah akut pasca bekerja dan diantaranya terdapat 40 orang (25,3%) yang mengalami peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut. Pada analisis multivariat, didapatkan faktor dominan terjadinya peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut adalah sudut punggung-tungkai atas ≤ 103⁰ (RO = 17,14; IK 95% = 5,03-58,44) dan sudut fleksi lutut < 65⁰ (RO = 9,06; IK 95% = 2,75-29,81). Didapatkan tinggi badan ≥ 165 cm mengurangi risiko peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut (RO = 0,31, IK 95% = 0,13-0,72). Pekerjaan mengemudi taksi dengan sudut punggung-tungkai atas ≤ 103⁰ merupakan faktor dominan peningkatan intensitas nyeri punggung bawah akut.
Disarankan pengemudi melakukan relaksasi otot punggung dan menjaga sudut punggung-tungkai atas melebihi 103⁰ dengan memundurkan sandaran kursi sebanyak 5 kali.

According to the data of taxi drivers? visit to the clinic of Cinere Pool of PT. X, it was suggested that 50% of the visit were caused by the complaints of body ache and stiffness. One of them was in the lower back region. Musculoskeletal disorder occupied the first position of the top 10 diseases in the Clinic of Cinere Pool of PT. X.
The objective of this study is to know the association between lumbarthigh angle and other factors with increased intensity of acute low back pain among taxi drivers at PT.X.
The design of this study is cross-sectional. There were 158 respondents selected by proportional random sampling. The dependent variable was the increased intensity of acute low back pain and the independent variables were age, height, body mass index, exercising habit, smoking habit, length of driving per day, work shift, lumbar-thigh angle, and knee flexion angle. Data collection was conducted by interview, log sheets, questionnaire Visual Analogue Scale (before and after work), physical examination, and image captures of the drivers whom had been marked with reflective tape and asked to sit as comfortable as possible, the same as daily driving.
Of 158 respondents, there were 78 respondents (49.4%) experiencing acute low back pain after work and there were 40 respondents (25.3%) experiencing increased intensity of acute low back pain. The analysis of multivariate suggested that the dominant factor of increased intensity of acute low back pain were lumbar-thigh angle ≤ 1030 (OR = 17.14; CI 95% = 5.03 ? 58.44) and knee flexion angle < 65⁰ (OR = 9.06; CI 95% = 2.75 ? 29.81). It was also suggested that height ≥ 165 cm reduced the risk of increased intensity of acute low back pain (OR = 0.31, CI 95% = 0.13 ? 0.72).
Driving taxi with lumbar-thigh angle ≤ 103⁰ is the dominant factor of increased intensity of acute low back pain. It is recommended for the drivers to relax the back muscles and maintain the lumbar-thigh angle over 1030 by withdrawing backward the backrest 5 times."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isti Surjandari
"Latar Belakang : Pekerja garmen dapat berisiko mengalami nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah (NPB) dapat menurunkan produktivitas dan dapat menyebabkan disabilitas jangka panjang. Oleh karena itu deteksi dini sangai penting dalam pengendaiiannya. Model prediksi risiko kejadian NPB akibat kerja yang dikembangkan oleh Effendi merupakan instrumen untuk skrining risiko nyeri punggung bawah. Penelitian ini bertujuan mengetahui risiko nyeri punggung bawah dengan menggunakan model prediksi risiko kejadian NPB dan faktor yang berperan meningkatkan risiko ini. Metode : Penelitian ini menggunakan desain potong linlang dengan jumlah subjek penelitian 384 orang yang didapatkan dengan cara consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan di PT.X yang berada di Jakarta Utara pada bulan Jimi 2011 dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan pengamatan kerja dengan model prediksi risiko NPB akibat kerja. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil: Risiko NPB akibat kezja di garmen PT.X didapatkan sebesar 69,7 % . berdasarkan analisis, terdapal perbedaan risiko yang bermakna antara adanya risiko NPB dengan tidak adanya risiko NPB pada kelompok umur lebih dari 28 tahun dan kurang atau sama dengan 28 tahun (p = 0,000). Komponen model prediksi yang paling berperan adalah faktor olahraga tidak teratur dan postur kerja tidak alamiah. Kesimpulan dan Saran : Risiko NPB akibat kemja di gamien PT.X didapatlean sebesar 69,7 %. Faktor risiko umur merupakan faktor yang berperan meningkatkan risiko nyeri punggung bawah. Perlu dilakukan pelatihan ergonomi tentang posmr keaja yang alamiah khususnya pada pekerja yang berisiko dan menerapkan instrumen model prediksi ini untuk skrining risiko nyeri punggung bawah di industri garmen.
Background and Objectives : Garment workers can be at risk of low back pain. Low back pain (LBP) can decrease productivity and cause long-term disability. Therefore, early detection is important for reducing the risk. The risk prediction model of occupational LBP is a screening model developed by Effendi. This study aims to determine the risk of LBP in garment of PT .X using this instrument and to comprehend factors that contribute to increase the risk of LBP. Method : This study used cross sectional design with total subject is 383 garment workers obtained by consecutive sampling. The data was collected in PT.X located in North Jakarta in June 2011 by interview, physical examination and working observation using the risk prediction model of occupational LBP. Data collected was analyzed descriptively. Result : The risk of occupational LBP in garment of PT .X is 69,7 %. There is significant difference between the risk of occupational LBP and no risk of occupational LBP in workers aged over 28 years and less than or equal to 28 years (p=0,000). Irregular exercise and unnatural working posture are the major role of the components of the risk prediction models of occupational LBP to determine the risk of occupational LBP in garment of PT X. Conclusion and Suggestion : The risk of occupational LBP in garment of PT.X is 69,7 %. Age is a risk factor which contributes for increasing the risk of occupational LBP. It is important to conduct ergonomic training emphasizing on natural working posture particularly for workers who are at risk. The risk prediction model of occupational LBP can be applied for screening of occupational LBP in garment industry."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
T32305
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joni Fiter
"Latar belakangNyeri punggung bawah NPB pada perawat di RSUD tempat penelitian menyebabkan perawat yang menderita NPB menjadi kurang produktif karena nyeri dan disabilitas. Hal ini juga mengakibatkan tingginya angka absensi dan tingginya angka berobat ke klinik pegawai. Dipikirkan cara yang efektif, murah, mudah dan aman untuk mengatasi NPB pada perawat RSUD, yaitu dengan latihan punggung. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek latihan punggung terhadap tingkat nyeri dan nilai disabilitas pada perawat yang menderita NPB nonspesifik subakut dan kronik di RSUD tersebut.
MetodeDesain penelitian ini adalah eksperimental kuasi. Sampel berjumlah 20 orang dan diberikan intervensi berupa latihan punggung sebanyak dua kali seminggu dengan durasi 30 menit selama empat minggu. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur tingkat nyeri menggunakan Visual Analog Scale VAS dan nilai disabilitas menggunakan Roland Morris Disability Questionnaire RMDQ sebelum dan sesudah intervensi. Variabel lain yang ikut diteliti adalah faktor umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh, kebiasaan olahraga, adanya kecenderungan gangguan mental emosional dan masa kerja.
HasilTingkat nyeri sebelum intervensi latihan adalah 3,4 0,8 sedangkan tingkat nyeri sesudah intervensi latihan adalah 0,5 0-5,6 . Hasil uji statistik terdapat perbedaan bermakna tingkat nyeri sebelum dan sesudah intervensi p < 0,001 . Nilai disabilitas sebelum intervensi adalah 6,8 2,1 sedangkan nilai disabilitas sesudah intervensi adalah 1,0 0-6,0 . Hasil uji statistik terdapat perbedaan bermakna nilai disabilitas sebelum dan sesudah intervensi p < 0,001 . Terdapat hubungan bermakna antara kecenderungan gangguan mental emosional terhadap perubahan nilai disabilitas p < 0,05 .
Kesimpulan dan saranAda perbedaan bermakna tingkat nyeri dan nilai disabilitas pada perawat yang menderita NPB non-spesifik subakut dan kronik sebelum dan sesudah intervensi. Perlu dilakukan latihan punggung secara teratur bagi perawat yang menderita NPB nonspesifik subakut dan kronik sebagai tatalaksana NPB yang efektif, murah, mudah dan aman. Kata kunci: NPB, nyeri punggung bawah nonspesifik, tingkat nyeri, disabilitas, perawat, latihan punggung

ABSTRACT
BackgroundLow back pain LBP in nurses led them to become less productive due to pain and disability. It also affects nurse rsquo s absenteeism and increases clinic visits. Therefore, it is necessary to find the exact strategy to overcome this problem by applying back exercise. The purpose of this study was to prove the effect of back exercise on level of pain and disability in subacute and chronic non specific LBP on ward hospital nurses.
MethodThe design of this study was quasi experimental with 20 samples. Subjects were given back exercise intervention about 30 minutes of duration, twice in a week for four weeks. Data were obtained by Visual Analog Scale VAS and Roland Morris Disability Questionnaire RMDQ before and after back exercise intervention. Other variables that come under study were age, gender, body mass index, regular exercise habit, tendency of mental emotional disorder, and years of working.
ResultLevel of pain before back exercise intervention was 3.4 0.8 while level of pain after back exercise intervention was 0.5 0 5.6 . The difference was statistically significant p 0,001 . Disability score before back exercise intervention was 6.8 2.1 while disability score after back exercise intervention was 1.0 0 6.0 . The difference was statistically significant p 0.001 . There was a significant relationship between the tendency of mental emotional disorder to the change of disability score p 0.05 .
Conclusion and recommendationThere was significant difference on level of pain and disability in subacute and chronic non specific LBP nurses before and after back exercise intervention. Doing back exercise regularly are recommended. Key words LBP, nonspecific low back pain, level of pain, disability, nurses, back exercise."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T55719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Kamal
"Nyeri punggung bawah acute merupakan keluhan terbanyak kelima di fasilitas pelayanan kesehatan di Amerika Serikat, dan 30% berkembang menjadi nyeri kronis. Sebesar 60-90% penduduk Amerika Serikat mempunyai keluhan nyeri punggung bawah, dan 50% diantaranya mengeluhkan nyeri yang berulang dalam satu tahun. Nyeri punggung bawah memiliki efek psikologis dan sosial terhadap pasien. Secara ekonomi nyeri punggung bawah ini membebani negara terkait biaya yang harus dikeluarkan dalam penanganan nyeri punggung bawah. Penilaian derajat nyeri penting dilakukan pada setiap pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah dan American Pain Society menetapkan menyertakan nyeri sebagai tanda vital kelima dalam pemeriksaan terhadap nyeri punggung bawah sejak tahun 1990. Penilaian terhadap nyeri memberikan informasi yang lebih baik terhadap efek terapi, atau keberhasilan dari terapi nyeri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil evaluasi derajat nyeri dengan Numeric Rating Scale (NRS) pada kasus nyeri punggung bagian bawah (low back pain) yang mendapat intervensi nyeri di Departemen Bedah Saraf RS Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012 -2014. Penelitian dilakukan menggunakan desain Cross Sectional Analitik, terhadap data sekunder berupa data rekam medis pasien dengan kasus nyeri punggung bawah yang berkunjung ke poliklinik Bedah Saraf Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, dalam periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Responden dalam penelitian ini berusia 17 tahun ke atas. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Dari hasil analisis data diperoleh 57,2% pasien nyeri punggung bawah yang mendapat intervensi nyeri berusia 40 - 59 tahun, dan 52,4% diantaranya berjenis kelamin perempuan. Dari hasil pemeriksaan MRI didapatkan 66,7% dengan gambaran protrusion diskus dengan penekanan. Sebesar 71,4% pasien mendapatkan terapi kombinasi LESI dan MBN dan 95,2% pasien yang mendapatkan intervensi nyeri mengalami perbaikan skala nyeri dan dapat bertahan sampai dengan 1 tahun. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa Tidak terdapat hubungan bermakna antara gambaran MRI dengan prosedur intervensi nyeri dan jenis nyeri, tapi terdapat hubungan bermakna antara jenis nyeri dengan prosedur intervensi nyeri.

Acute lower back pain is the fifth most complaints in health care facilities in the United States, and 30% develop into chronic pain. Amounting to 60-90% of the US population has low back pain, and 50% of them complained of recurring pain in one year. Lower back pain has psychological and social effects on patients. Economically lower back pain is related to the state burdening costs to be incurred in the treatment of lower back pain. Assessment of the degree of pain is important in any patient with low back pain and the American Pain Society set to include pain as the fifth vital sign in the examination of lower back pain since 1990. Assessment of pain provide better information to the therapeutic effect, or the success of therapy pain.
This study aims to know the results of the evaluation of the degree of pain with Numeric Rating Scale (NRS) in the case of lower back pain (low back pain) who received the intervention of pain in the Department of Neurosurgery Cipto Mangunkusumo in 2012 -2014. The study was conducted using Analytical cross sectional design, due to the secondary data from medical records of patients with low back pain who visited the clinic Neurosurgery Cipto Mangunkusumo Hospital in Jakarta, in the period of 2012 to 2014. The respondents in this study aged 17 above. Analysis of data using univariate and bivariate analyzes. From the analysis of the data obtained 57.2% of patients with low back pain who received the intervention pain aged 40-59 years, and 52.4% of them were female.
From the results obtained 66.7% of MRI examinations with a disc protrusion with 71.4% of patients receive combination therapy LESI and MBN and 95.2% of patients who received the pain intervention experienced decreasing scale of pain scale and last up to 1 year. Multivariate analysis showed that there is no significant relationship between MRI image with pain interventional procedures and types of pain, but there is a significant relationship between the type of pain with pain interventional procedures.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>