Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44619 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zanira
"Skripsi ini membahas tentang program bimbingan keterampilan kerja yang diselenggarakan oleh Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 1 yang ditujukan pada remaja PMKS, yang secara umum bertujuan untuk mengembalikan fungsi sosial remaja PMKS yang mengalami masalah sosial. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi sumatif dengan desain kualitatif yang menitikberatkan pada hasil program yang telah dilaksanakan dengan melihat sejauh mana pencapaian kegiatan serta menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat yang ada dalam upaya pencapaiannya. tujuan program. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berbagai kegiatan yang terdapat dalam program bimbingan keterampilan kerja telah berhasil mengubah pola pikir dan sikap warga binaan sosial (WBS) yang mengikuti kegiatan menjadi lebih baik dan lebih terarah, memberikan kemampuan baru terkait berkebun. yang dapat menjadi penyisihan modal untuk WBS. dan memberikan ilmu kepada WBS terkait dengan ilmu berkebun dan industri pertamanan.

This thesis discusses the job skills guidance program organized by the Taruna Jaya 1 Youth Community Development Institution aimed at PMKS youth, which generally aims to restore the social function of PMKS youth who experience social problems. This research is a summative evaluation research with a qualitative design that focuses on the results of the program that has been implemented by looking at the extent of activity achievement and analyzing the supporting and inhibiting factors that exist in achieving it. program objectives. The results of this study indicate that the various activities contained in the job skills guidance program have succeeded in changing the mindset and attitudes of the social assisted people (WBS) who participate in the activities to be better and more focused, providing new abilities related to gardening. which can be used as a capital allowance for WBS. and provide knowledge to WBS related to gardening and gardening industry."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyanto
"Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Pelatihan Keterampilan Sosial Sebagai Persiapan Program Sosialisasi. Tujuan pokok pelatihan keterampilan sosial adalah untuk meningkatkan keterampilan sosial individu dan mengatasi hambatan hubungan sosial mereka.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Mengetahui apakah pelatihan Keterampilan Sosial (Social Skill Training) dapat mengatasi hambatan hubungan sosial dalam proses sosialisasi dalam lembaga, (2) Mengetahui perubahan-perubahan yang dicapai dalam hubungan sosial anak dengan ayah, ibu, keluarga pengasuh dan teman sebayanya setelah SST, (3) Mengetahui apakah SST dapat mempersiapkan anak dalam menerima program sosialisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum SST efekfif untuk meningkatkan keterampilan sosial individu, hal ini diperoleh dari informasi catatan harian, catatan observer, catatan pelatih maupun hasil evaluasi tim pelatih setelah selesai pelatian yang pada prinsipnya mengatakan bahwa SST telah memberikan pemahaman lebih baik mengenai diri sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang lain. SST juga efekfif untuk mengatasi hambatan hubungan sosial .kelayan, hal ini ditunjukkan oleh perbedaan skor hambatan hubungan sosial dalam semua aspek sebelum dan sesudah pelatihan, dimana skor menunjukkan kecenderungan makin kecil setelah pelatihan dan bertahan sampai periode tindak lanjut.
Hubungan sosial anak dengan ayah asuh, ibu asuh, keluarga asuh dan dengan teman sebaya maupun hubungan sosial orang tua asuh dengan anak asuh, sebelum pelatihan keterampilan sosial sebagian besar mengalami permasalahan. Sesudah pelatihan jumlah tersebut cenderung mengalami penurunan, kondisi ini bertahan sampai periode tindak lanjut. Dengan kata lain setelah dilakukan pengukuran pada periode tindak lanjut hanya sebagian kecil saja responden yang mengalami permasalahan dalam hubungan sosialnya.
Pelatihan Keterampilan sosial yang dilaksanakan oleh penulis meliputi : (1) Cara-cara mengemukakan keluhan, (2) Cara-cara menuntut hak, (3) Cara-cara menolak permintaan, (4) Cara-cara menyarankan perubahan perilaku dan (5) Cara-cara meningkatkan hubungan sosial dengan orang yang berbeda status.
Evaluasi setelah pelatihan keterampilan sosial menunjukkan bahwa anak-anak menjadi lebih. terbuka, lebih memahami dirinya dan hubungannya dengan orang lain - dengan cara -yang benar. Hal ini ditunjylckan dengan tidak adanya konflik sesama kelayan maupun antara kelayan dan pengasuh pada fase-fase awal anak memasuki asrama dan ini tidak terjadi pada anak-anak angkatan sebelumnya. Disisi lain anak-anak 100% menyatakan siap mengikuti program: dan siap mengembangkan keterampilan sosialnya, informasi ini diperoleh dari lembar evaluasi setelah selesai modul janji suci oleh Dr. Clara."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Nusanti
"Penulisan artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pengembangan kapasitas kegiatan pembelajaran dengan menanamkan konsep keterampilan memberi agar peserta didik memahami gaya hidup memberi dan dengan mempraktekkan keterampilan memberi agar peserta didik memiliki gaya hidup memberi. Pengkajian terhadap keterampilan memberi dilaksanakan dengan mempelajari berbagai referensi tentang teori-teori belajar dan juga hal-hal yang terkait dengan pengembangan diri dan pembentukan karakter. Kajian terhadap referensi tentang teori belajar menunjukkan bahwa melalui memberi, peserta didik belajar meningkatkan kualitas hidup. Kajian terhadap referensi tentang pengembangan diri dan pembentukan karakter menunjukkan bahwa apa yang dilakukan sehari-hari dalam kegiatan belajar mengajar akan membentuk peserta didik menjadi seorang giver, bukan seorang taker. Berdasarkan kajian tersebut disimpulkan bahwa keterampilan memberi dapat digunakan untuk mengembangkan kapasitas kegiatan pembelajaran dengan menanamkan pada peserta didik dan mempraktekkannya sehingga peserta didik memiliki gaya hidup memberi."
Depok: Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas, 2015
370 JPK 21:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Rajawali Pers, 2023
370 PEK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Utami
"Upaya penanganan masalah kesejahteraan sosial merupakan tugas pokok dan fungsi Dinas Bintal dan Kesos Propinsi DKI Jakarta. Salah satu tugas pokoknya adalah menampung dan menyantuni warga yang berada di panti-panti sosial bagi warga yang tergolong terlantar dan tidak potensial. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka populasi PMKS di DKI Jakarta semakin meningkat. Hal ini menyebabkan panti-panti sosial kelebihan beban (over loaded), akibatnya mutu pelayanan belum seperti yang diharapkan. Jenis layanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelayanan pada Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet. Permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah: Bagaimana persepsi pengguna jasa (Klien) terhadap kualitas pelayanan Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet ?
Dengan mengacu kepada pokok permasalahan di atas disusunlah tujuan penelitian sebagai berikut : Menjelaskan persepsi pengguna jasa (klien) terhadap kualitas pelayanan PSBR Taruna Jaya Tebet. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh klien yang tinggal di dalam Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Tebet sejumlah 115 orang. Untuk mengukur sejauh mana kesenjangan (gap) antara persepsi dan harapan pengguna jasa, maka digunakan variabel sesuai dengan dimensi SERVQUAL yang dikemukakan oleh Zeithmal, Parasuraman dan Berry (1990) yaitu tangible, responsiveness, reliability, assurance dan empathy.
Penelitian menggunakan metode deskriptif dan evaluasi dengan hasil temuan sebagai berikut :
Hasil penjumlahan tingkat Persepsi dari keseluruhan dimensi adalah sebesar 5525 sedangkan hasil penjumlahan tingkat harapan adalah sebesar 7757. Dari angka tersebut maka kesenjangan antara persepsi dan harapan adalah -2232 yang artinya bahwa tingkat persepsi belum memuaskan seperti yang diharapkan.
Hal tersebut disebabkan oleh faktor internal dan ekstemal. Faktor-faktor internal meliputi : rendahnya mutu sumber daya manusia, lemahnya manajemen, pengorganisasian dan kepemimpinan. Sedangkan faktor-faktor eksternal, diantaranya ; kebijakan pimpinan yang lebih banyak memberikan perhatian pada unsur staf, pemberian anggaran yang relatif terbatas, pembagian tugas dan tanggungjawab yang tumpang tindih dan tidak jelas, dan belum adanya tolok ukur baku untuk mengukur kinerja dinas, sehingga sulit diketahui tingkat efisiensi dan efektifitasnya.
Berdasarkan temuan-temuan dan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis menyarankan agar lebih memperhatikan dan memahami keinginan pelanggan yang membutuhkan layanan, dalam hal ini pelayanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jay a Tebet, Membangun kualitas layanan bukan hanya tugas individu, atau bagian tertentu dalam organisasi, tapi tugas semua individu dari organisasi yang pada gilirannya menuntut pembenahan organisasi. Kualitas merupakan sesuatu yang relatif, kompleks dan senantiasa berkembang, sehingga upaya-upaya untuk mengembangkan, mengimplementasikan dan mengendalikannya secara berhasil perlu dilakukan terus menerus, kontekstual, menyeluruh dan terpadu.

An effort to cope with social welfare issues has become the main tasks and functions of Service Office of Mental Guidance and Social Welfare, the special province of Jakarta. One of its main tasks is to accommodate and donate the residence of social center or those who are classified as homeless and impotence. Along with the increased population in the special province of Jakarta, their number has also increased. This has caused the available social centers overloaded resulting in poor service quality. The type of services referred to in this research is the services of Taruna Jaya youth social center, Tebet. The issues that are going to be analyzed in this research are: How are the perceptions of the customers towards the service quality of Taruna Jaya youth social center, Tebet?
By referring to the above matters, the objective of this research is as follows: clarifying the customers' perceptions towards the service quality of Taruna Jaya youth social center, Tebet. The respondents in this research are all customers staying in Taruna Jaya youth social center, Tebet which amount to 115 people. To measure the gap between the perceptions and the expectations of the customers, the variable of SERVQUAL stated by Zeithmal, Parasuraman and Berry (1990), that is, tangible, responsiveness, reliability, assurance and empathy is used.
The research uses descriptive and evaluative methods with the following results: The calculation result of the perception level from all dimensions amounts to 5525 as for the calculation of the result of expectation level amounts to 7757. From these figures the gap between perception and expectation is 2232, which means that the perception level is not yet satisfactory as expected. This is caused by internal and external factors. The former includes poor human resource quality, weak management, organization and leadership. As for the latter, among others, the management-policy-tends to pay more attention to the staff; the budget is relatively limited; there are overlapping and unclear tasks and responsibilities and the absence of standard parameter to measure service performance makes it difficult to identify the level of efficiency and effectiveness.
Based on the findings and the results obtained in this research the writer suggests that it is necessary to pay more attention to and to understand what the customers wants in the service provision in Taruna Jaya youth social center, Tebet. To build service quality is not only the task of an individual or certain departments in an organization, but it is the task of all individuals in the organization, which, in turn, requires institutional development. The quality is something that is relative, complex and always developed in nature. Therefore, an effort to develop, implement and control in a successful manner needs to be continuously, contextually, wholly and integrated made.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14015
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riezkita Gholiya
"Penelitian ini membahas mengenai pengaruh dukungan sosial terhadap resiliensi remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya 1. Masa remaja adalah fase kehidupan yang penuh dengan tantangan, pencarian identitas diri, dan peran baru yang sering kali menimbulkan gejolak emosi, konflik dengan orang dewasa, dan perilaku berisiko. Untuk menghadapi berbagai rintangan dan menghindari dampak negatif dan stress, resiliensi menjadi hal penting yang perlu dikembangkan oleh remaja. Salah satu faktor eksternal resiliensi adalah dukungan sosial. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif untuk dapat membuktikan hipotesis terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap resiliensi remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya 1. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner secara luring dan daring pada Juni 2024 yang diisi oleh 85 responden menggunakan metode sampling jenuh. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar tingkat resiliensi remaja PSBR Taruna Jaya 1 berada pada kategori normal sebesar 47,1% (n=40). Kemudian, setelah melakukan uji analisis somers’d, hasil menunjukkan pengaruh dukungan sosial organisasi dan teman sebaya terhadap resiliensi memiliki nilai sebesar 0,290 yang menunjukkan kategori lemah dan berpengaruh secara positif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa peningkatan dalam dukungan sosial, baik dari organisasi maupun teman sebaya berkontribusi terhadap peningkatan resiliensi meskipun pengaruhnya tidak kuat.

This study examines the influence of social support on the resilience of adolescents at the Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya 1. Adolescence is a phase of life filled with challenges, identity exploration, and new roles, often leading to emotional turmoil, conflicts with adults, and risky behaviors. Developing resilience is crucial for adolescents to navigate these challenges and avoid negative impacts and stress. One external factor influencing resilience is social support. This quantitative study aims to test the hypothesis that social support affects the resilience of adolescents at PSBR Taruna Jaya 1. Data was collected through offline and online questionnaires distributed in June 2024, with 85 respondents using a saturated sampling method. The results indicate that the majority of adolescents at PSBR Taruna Jaya 1 have a normal level of resilience, at 47.1% (n=40). Further analysis using Somers' D test shows that social support from organizations and peers has a weak yet positive influence on resilience, with a value of 0.290. The study concludes that while increased social support from organizations and peers contributes to higher resilience, its influence is not strong."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awilda Dwi Guna
"Dengan berbagai macam kebutuhan dan masalah pada anak dan remaja di institusi sosial, praktisi kesejahteraan anak di Panti Sosial Bina Remaja PSBR Taruna Jaya, Tebet terkadang merasa kebingungan dalam hal penanganannya. Tujuan dari penelitian ini ialah mengidentifikasi dan menjelaskan hambatan yang dihadapi oleh praktisi kesejahteraan anak di PSBR Taruna Jaya, Tebet dalam memberikan layanan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, FGD, observasi, studi pustaka dan dokumentasi. Purposive sampling digunakan untuk mengikutsertakan 16 informan yang terdiri dari warga binaan sosial, praktisi kesejahteraan anak, dan pihak manajemen lembaga. Hambatan yang dihadapi oleh praktisi kesejahteraan anak antara lain ialah: kompetensi praktisi tidak sesuai dengan fungsi lembaga, ketidakmampuan menghadapi beragam karakter anak, pemberian tugas di luar tugas pokok dan fungsi, ekspektasi harapan dari lembaga yang ambigu, tidak ada metode atau panduan praktik, tidak ada supervisi dan evaluasi, tidak ada pelatihan atau pengembangan profesi, kesempatan berinovasi terhadap layanan terbatas, dan tidak adanya insentif bagi Pekerja Harian Lepas PHL. Kesimpulan dari penelitian ini ialah hambatan-hambatan tersebut ditimbulkan dari pihak internal maupun eksternal. Semua hambatan tersebut saling memengaruhi satu sama lainnya, dan hambatan yang paling signifikan ialah tidak adanya supervisi dan evaluasi walaupun mengingat ranah pelayanan anak merupakan ranah pelayanan yang paling sulit.

The variety of children and adolescents rsquo s needs and problems in social institutions sometimes makes child welfare practitioners at the Youth Social Institution Taruna Jaya, Tebet feel confused in providing services. The purpose of this study is to identify and explain the challenges issued by them. This is descriptive qualitative research and used in depth interview, FGD, observation, literature review and documentation technique for collecting data. Purposive sampling was used to select 16 participants representing the residents, child welfare practitioners, and the managers of institution. Challenges that the child welfare practitioners faced are the competence of the practitioner is inconsistent with the function of the institution, inability to handle various character of the child, additional tasks, institutional expectations tend to be ambiguous, no method or practice guide for practitioners, lack of supervision and evaluation, lack of training or professional development, limited opportunity to innovate the services, and there is no incentives provided for contract employee. The conclusion of this research was those challenges are caused by internal and external parties. All of those challenges affect each other, and the most significant is the lack of supervision and evaluation although the domain of child service is the most difficult domain of service."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Friska
"Pengangguran memberikan dampak negatif bagi individu. Selama masa menganggur tersebut, pencari kerja akan menggunakan simpanan uang/harta yang dimiliki dan selama masa penganggurannya belum berakhir, maka pencari kerja tersebut akan membutuhkan simpanan uang/harta yang lebih banyak agar bisa mencukupi kebutuhannya selama masa pengangguran tersebut. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia lebih didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA ke atas mengindikasikan terjadinya kelebihan pasokan lulusan yang berpendidikan tinggi. Kelebihan pasokan ini adalah salah satu penyebab dari ketidakcocokan tingkat pendidikan terhadap pekerjaan seseorang atau disebut juga dengan istilah overeducation. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pencari kerja yang overeducation terhadap lama mencari kerja di Indonesia. Penelitian ini menggunakan Survei Angkatan Kerja Nasional Panel (SAKERNAS PANEL 2017) melalui pendekatan analisis survival dengan model Cox Proportional Hazard Regression. Hasil penelitian menunjukan bahwa overeducation akan memperpanjang waktu lama mencari kerja seseorang.

Unemployment has a negatif impact on individuals. During the unemployment period, job seekers will use their money or assets savings and as long as the unemployment period is not over, the job seekers will need more money or assets in order to meet their needs during the unemployment period. The open unemployment rate (TPT) in Indonesia is more dominated by people with high school education and above indicating an oversupply of graduates with high education. This oversupply is one of the causes of the mismatch in the level of education or also referred to as overeducation. This study aims to determine the effect of overeducation on unemployment duration in Indonesia. This study uses the National Labor Force Survey Panel (SAKERNAS PANEL 2017) through a survival analysis approach with Cox Proportional Hazard Regression. The results showed that overeducation would extend the length of time someone was looking for work."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Redhana
"Pengembangan Tes Keterampilan Berpikir Kreatif. Penelitian ini bertujuan mengem-bangkan tes keterampilan berpikir bebas konten yang dapat digunakan untuk mengukur keteram-pilan berpikir siswa. Untuk mengembangkan tes tersebut, penelitian dan pengembangan model Borg dan Gall dilakukan. Tahap pengembangan pada penelitian ini sampai pada tahap uji coba terbatas. Hasil-hasil studi pustaka menunjukkan bahwa indikator atau skala keterampilan berpikir kreatif yang digunakan untuk menyusun tes keterampilan berpikir kreatif meliputi kelancaran, keaslian, dan keluwesan. Hasil-hasil studi lapangan menemukan bahwa beberapa guru tidak mengetahui jika terdapat tes yang dapat mengukur kemampuan berpikir kreatif seseorang dan guru belum pernah membuat tes keterampilan berpikir kreatif. Tes keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan pada penelitian ini terdiri atas 18 butir soal. Uji coba terbatas tes menghasilkan satu butir soal direvisi, butir soal sisanya dapat dipakai. Reliabilitas tes sangat tinggi, yaitu dengan nilai r sebesar 0,880."
Singaraja: Lembaga pendidikan tenaga kependidikan Universitas pendidikan Ganesha, 2015
370 JPP 48 (1-3) 2015
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Denda Rinjaya
"Implementing higher-order thinking skills into teaching-learning practice has become a priority for any teaching program anywhere today. This study aims to evaluate two books of BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) 7 Sahabatku Indonesia (2019) based on the Revised Bloom’s Taxonomy (RBT). The content analysis approach was used in this study to analyze research data in the form of instructions and questions classified using the RBT category. First, the analysis results showed that the instructions and questions in the two BIPA books were dominated by lower-order thinking skills (‘understanding' and 'remembering'). Second, although lower-order thinking skills dominated the instructions and questions in the two BIPA books, this study revealed that the majority of the instructions and questions classified as lower-order thinking skills in both textbooks analyzed can be changed into higher-order thinking skills. The findings of this study infer that the majority of instructions and questions in the BIPA 7 Sahabatku Indonesia need to be revised to encourage higher-order thinking skills-oriented teaching. These findings serve as a reminder for textbook writers of the importance of providing cognitive activities that can help learners develop both lower-order and higher-order thinking skills in textbooks."
Madura: Institut Agama Islam Negeri Madura, 2022
890 JBS 16:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>