Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167785 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarah Thesa Ladian
"Penelitian ini membahas mengenai hubungan modal sosial dan ketahanan keluarga nelayan di Pulau Panggang, Kep. Seribu, DKI Jakarta. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Latar belakang penelitian ini adalah  kerentanan masyarakat nelayan terhadap kemiskinan karena banyaknya keterbatasan serta ketergantungannya terhadap alam. Penelitian ini terkait dengan kesejahteraan keluarga nelayan yang dikaji dari cakupan sistem sosial terkecil yakni ketahanan keluarga. Hasil penelitian ini mendukung literatur yang menyatakan bahwa terdapat hubungan modal sosial dan ketahanan keluarga. Modal sosial yang ada pada masyarakat nelayan umumnya tertanam dalam komunitas nelayan sehingga dapat menjadi modal bagi keluarga nelayan untuk mempertahankan kehidupannya dari kerentanan dan kemiskinan.

This research discusses about the social capital and resilience of fisherman families on Pulau Panggang, Kep. Seribu, DKI Jakarta. This research is a quantitative research with descriptive design. The background of this research is the vulnerability of fishing communities to poverty because of the many limitations and dependence on nature. This research is related to the welfare of the fishermens family studied from the smallest social system coverage, namely family resilience. The results of this study support the literature which states that there is a relationship between social capital and family resilience. The social capital that exists in fishing communities is generally embedded in the fishing community so that it can become a capital for the fishermen's family to sustain their lives from vulnerability and poverty."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riezky Rizaldy
"Kepulauan Seribu dalam bentuk pulau membuat implementasi program pembangunan terhambat. Konsumsi listrik tergantung pada jumlah peralatan listrik yang dimiliki, ukuran tempat tinggal di samping peningkatan konsumsi listrik untuk sektor rumah tangga karena peningkatan populasi dan pendapatan per kapita. Konsep gaya hidup listrik rumah tangga terkait dengan aspek sosial dan perilaku konsumsi energi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan konsumsi listrik berdasarkan pengguna listrik di Pulau Pramuka, Pulau Panggang dan Pulau Tidung dan menjelaskan bagaimana hubungan pendapatan, luas bangunan dan penggunaan peralatan elektronik dengan konsumsi listrik. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data tentang luas bangunan, pendapatan, dan penggunaan peralatan elektronik. Analisis spasial digunakan untuk melihat perbedaan konsumsi listrik spasial, analisis statistik digunakan untuk melihat hubungan antara luas bangunan, pendapatan dan penggunaan peralatan elektronik dengan konsumsi listrik. Hasilnya adalah sektor komersial terletak di sepanjang garis pantai, sektor rumah tangga menyebar di tengah, sedangkan sektor campuran terletak di tengah sektor rumah tangga. Ada hubungan antara pendapatan dan penggunaan peralatan elektronik dengan konsumsi listrik, sedangkan luas bangunan tidak memiliki hubungan dengan konsumsi listrik. Tetapi variabel ini tidak berlaku untuk sektor komersial, karena memiliki perilaku penggunaan listrik yang berbeda dari sektor lainnya.

The Thousand Islands in the form of islands has hampered the implementation of development programs. Electricity consumption depends on the number of electrical equipment owned, the size of the residence in addition to the increase in electricity consumption for the household sector due to increased population and per capita income. The concept of a household electrical lifestyle is related to social aspects and energy consumption behavior. The purpose of this study is to determine the differences in electricity consumption based on electricity users in Pramuka Island, Panggang Island and Tidung Island and explain how the income, building area and use of electronic equipment relate to electricity consumption. The questionnaire was used to obtain data on building area, income, and use of electronic equipment. Spatial analysis is used to see differences in spatial electricity consumption, statistical analysis is used to see the relationship between building area, income and use of electronic equipment with electricity consumption. The result is that the commercial sector is located along the coastline, the household sector is spread in the middle, while the mixed sector is located in the middle of the household sector. There is a relationship between income and use of electronic equipment with electricity consumption, while building area has no relationship with electricity consumption. But this variable does not apply to the commercial sector, because it has a behavior of electricity usage that is different from other sectors."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanto Kusnadi
"Pulau kecil merupakan pulau yang memiliki keanekaragaman yang spesifik, sumberdaya aiam yang terbatas dangan masyarakat yang memiliki karakteristik sosial budaya yang beradaptasi dengan kehidupan pulau. Ekosistem kapulauan memiliki karakteristik adanya keterbataaan daya dukung Iingkungan baik lahan maupun air sebagai kebutuhan dasar.
Pulau Panggang merupakan pulau dengan Iuas 9 Ha, pada tahun 2001 dihuni oleh 3.275 jiwa dengan kepadatan 364 jiwa/ha adalah melebihi kepadatan kota Jakarta (144 jiwa/ha). Kepadatan penduduk, di pulau kecil akan mengakibatkan terjadinya tekanan tarhadap Iingkungan dan berdampak pada penurunan sumberdaya pulau. Air bersih akan semakin langka dan mahal yang pada akhimya akan membebani perekonomian masyarakat pulau. Untuk mengatasi masalah tekanan penduduk terhadap sumberdaya air maka di pulau kecil harus dilakukan pengelolaan air bersih dengan tujuan untuk mempertahankan ketersadiaan air bersih yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk pulau.
Pangelolaan air bersih di Pulau Panggang menjadi masalah penting karena keterbatasan sumber air bersih dan kemampuan masyarakat untuk membayar. Hingga saat ini penduduk Pulau Panggang memanfaatkan air bersih dari air hujan yang ditampung daiam tangki/bak penampungan. Penurunan kualitas Iingkungan dapat teridentifikasi dan penurunan kuantitas dan kualitas air sumur dangkal yang telah tercemar oleh Iimbah rumah tangga dan air laut.
Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan belum dilakukan pengelolaan air bersih secara Iestari, membuat model pengelolaan air bersih secara Iestari dan mengidentifikasi faktor-faktor yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan air bersih secara lestari. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah: Bila curah hujan total Iebih besar atau sama dengan jumlah kebutuhan air bersih penduduk puiau kecil, dengan melakukan pengelolaan air bersih secara Iestari maka kebutuhan air bersih penduduk dapat terpenuhi dan air hujan (air hujan dan air tanah dangkal).
Peneiitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah ex post facto dan survei. Pengambilan sampel untuk kuesioner dilakukan dengan metode simple random sampling, dan kualitas air ditentukan berdasarkan uji fisik, kimia, dan bakteri coli.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui kebutuhan air bersih penduduk Pulau Panggang sebanyak 70 Iiter/orang/hari atau sebanyak 6.877,5 m3/bulan. Jumlah curah hujan rata-rata yang jatuh di wilayah Kepulauan Seribu sebanyak 127,5 mm/bulan atau 11.473,5 m3/bulan. Air Iarian sebanyak 3.442,05 m3/buIan. Neraca air di Pulau Panggang dengan laju pertambahan penduduk 1,8%/tahun maka hingga tahun 2026 akan terjadi surplus air bersih, dan pada tahun 2027 akan terjadi defisit air bersih.
Penerapan teknologi RO di Pulau Panggang di nilai tidak Iestari karena, tujuan pembangunan RO hanya untuk memenuhi kebutuhan air minum sebesar 8 Iiter/jiwa/hari. Kebiasaan masyarakat adalah mengkonsumsi air hujan sehingga pada musim hujan penduduk Pulau Panggang tidak memanfaatkan air RO sehingga akan menjadi beban pemerintah dalam mengoperasikan unit pengolahan air bersih tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan di Pulau Panggang belum dilakukan pengelolaan air bersih secara Iestari, disebabkan:
1). Pengelolaan air bersih masih bersifat sektoral oleh antar instansi.
2). Belum adanya konsep -pengelolaan air bersih dengan biaya murah sehingga tidak membebani anggaran pemerintah atau sesuai dengan tingkat ekonomi penduduk pulau Panggang.
3). Keterbatasan sumberdaya manusia dan sumber ekonomi masyarakat Pulau Panggang.
Untuk mengatasi masalah kebutuhan air bersih di Pulau Panggang harus melakukan pengelolaan air bersih secara Iestari, meliputi:
1). Teknologi tepat guna Teknologi pengelolaan air bersih yang diterapkan dengan berdasarkan pada sifat dan fungsi Iingkungan alami pulau, dapat diterapkan dan sesuai dengan Iingkungan binaan dan lingkungan sosiai. Teknologi yang digunakan dapat dilaksanakan oleh masyarakat dan memberikan manfaat sesuai tujuan pengelolaan air bersih.
2). Pengelolaan kuantitas air bersih, yaitu untuk meningkatkan jumlah relatif air bersih terhadap jumlah penduduk. Meliputi:
a). Pemanenan air hujan, yaitu melakukan penangkapan air hujan dari atap dan ditampung dalam tangki/bak penampungan. Tempat penampungan air hujan harus dimiliki oleh setiap rumah dan di dalamnya dapat diberikan treatment sehingga air yang masuk ke dalam tangki tidak tercemar oleh pencemar yang ada pada Iingkungan dan dapat menambah mineral yang dibutuhkan oleh manusia.
b). Penataan ruang dan mengatasi masalah kepadatan jumlah penduduk, melakukan penghijauan pada daratan pantai yang sesuai dengan Iingkungan pulau.
c). Hemat dalam memanfaatkan air bersih.
3). Pengelolaan kualitas air bersih.
Bertujuan untuk mencegah bahan pencemar masuk ke dalam air bersih, baik yang ada dalam penampungan atau yang tersimpan sebagai air tanah dangkal. Pengeloaan kualitas air bersih dapat dilakukan dengan: perbaikan sanitasi dan pengendalian pengambilan air tanah.
Hal berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan air bersih secara lestari adalah:
1). Adanya konsep pengelolaan air bersih secara Iestari dengan menyesuaikan dengan sifat Iingkungan alam, Iingkungan binaan dan Iingkungan sosial.
2). Adanya koordinasi antara dinas terkait dalam melakukan kegiatan pengelolaan air bersih.
3). Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan air bersih secara lestari.
4). Sosialisasi pengelolaan air bersih secara menerus sehingga pengelolaan air bersih secara lestari dapat menjadi salah satu bagian dari aktivitas kehidupan penduduk pulau.

Small islands are islands that possess spesific diversity, limited natural resources with its people having social and cultural characteristics that adapts to the archipelago life. The island ecosystem has the characteristic of the limited environment condition to support their basic needs, both land and water.
Panggang is an island with an area of 9 Ha. ln 2001, 3.275 people live here and its density population of 364 people/Ha outnumbered the density population of Jakarta (144 people/Ha). Such a high population in a small island can cause pressures on the environment and contribute to the deterioration of the island?s natural resources. Clean water will become rare and unaffordable and therefore burden the economic of the local community. To overcome the problem of the people?s pressures toward water resources, a management of clean water has to be conducted in the purpose of preserving the clean water supply that is useful for the local community.
Clean water management has become an important issue on Panggang lsland because of the limited resources of clean water and the people?s lacking ability to pay for it. The people on Panggang Island have been using clean water that comes from rain, which is restored in reservoir. The environment quality deterioration can be identified from the decreasing quantity and quality of the land water, which has been contaminated by house waste pollution and seawater.
The objectives of this research are for identification some factors which causes there is no sustainability of clean water management; for create a sustainability of clean water management model; and for identitication. which factors that, can causes this sustainability of clean water management to be succeed.
The proposed hypothesis in this research is: When total rainfall is bigger than or is the same as total of clean water that people need on small island, with a sustainability of clean water management, the need of clean water of those people can be fulfilled by using water from rainwater (rain and shallow groundwater).
This research is descriptive with a qualitative and quantitative approach. The research method used is ex-post facto and survey. The sampling for the questionnaire is completed by using the simple random sampling, and the water quality is determined from its physical and chemical test and also we do on colli bacteria test.
Based on the result of this research, it is known that the need of clean water of the people on Panggang Island is 70 Iiter/people/day or approximately 6.877,5 m3/month. The amount of the rainfalls in Kepulauan Seribu area is approximately 127,5 mm/month or 11.473, 5 m3/month. The water flow is 3.442,06 m3/month. Based on the clean water scales in Panggang island and 1,8%/year the people rapid population growth, it is assumed that there will be a surplus of clean water in 2026, and will be a deficit in 2027.
The use of the reverse osmosis technology on Panggang island is considered because the purpose ofthe reverse osmosis enstabilishment is merely to fulfill the need of clean water for 8 liter/people/day. The people usually consume rainwater, therefore in the rainy seasons the Panggang lsland?s local communities do not use the osmosis-reversed water, and this becomes a burden for local govemment in operating the clean water management.
Based on the result of this research, it can be concluded that in Panggang Island, the clean water management has not been yet conducted in a sustainable way. This is caused by :
1). The clean water management on small islands is still sectional and conducted merely by certain institutions.
2). There has not been a concept of clean water management with a small budget that does not burden the local govemmenfs fiscal year, nor that suites the economy level of the Panggang Island community.
3). The limit of human resources and financial sources for Panggang lsland's community.
To overcome problem of clean water necessity in Panggang island, a sustainable management of clean water must be conducted. this includes :
1). Efficacious technology.
The technology of clean water management, which is used based on the characters and functions of the natural environment, shall be accepted and also be suited in the developed and social environment. So it can be conducted by the community and thus give advantages adjusted to the purpose of the clean water management
2). The clean water quantity management, is to increase the relative amount of clean water toward the people which includes :
a). Rain water harvesting, is to seize rainwater from roofs and restore them in the reservoir. Every house has to have a reservoir for rain water. They can give treatment inside of the tank to prevent water that fall into the reservoir from being contaminated by environmental contamination and to add minerals needed by human.
b). Reforestation the whole island and solving the population problem, planting on the coastline that is suitable with the island's environment
c). Economizing the clean water.
3). Clean water quality management
The purpose of the clean water quality management is to prevent clean water, which is restored in the reservoir and in around shallow water, from being contaminated by environmental contamination. The clean water quality management could e conducted with repairing the sanitary equipments and controlling the the ground extraction.
Things that give contributions to the successfulness of a sustainable clean water management of clean water are :
1). The concept of clean water management by adjusting to the natural environment characters as well as to the developed and social environment.
2). An obligation to have a good social coordination between the relative institutions in conducting the activities of the clean water management.
3). Including the people in managing the clean water in sustainable way.
4). A continous socialization of the clean water management in order to make it as one of the activities that becomes a habit ofthe people in doing their activities."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tery Astyaningsih
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2010
S5339
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Syukur
"Fokus penelitian ini adalah meneliti tentang isteri-isteri yang ditinggal suami yang bekerja sebagai nelayan samudera selama 3 s/d 4 bulan melaut, di Kelurahan Pulau Tidung Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten Administrasi Kepulauan seribu Provinsi DKI Jakarta, faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap kemandirian kehidupan istri-istri tersebut saat suami mereka pergi ke laut? serta sejauh mana faktor-faktor tersebut berpengaruh dalam kehidupan para isteri tersebut. Kemudian penelitian ini juga melihat bagaiamana proses interaksi antara aktor para istri dengan masyarakat dalam struktur sosial masyarakat, saat istri-istri tersebut menjalankan kehidupannya.
Pola-pola pembagian kerja secara umum yang terjadi pada keluarga batih, pada keluarga nelayan ini tidak berlaku, semua itu terjadi oleh karena pekerjaan suami sebagai nelayan samudera, mengharuskan isteri berperan menggantikan posisi suaminya dalam berbagai persoalan hidup yang dihadapinya. Seperti persoalan ekonomi kebutuhan hidup sehari-hari, pengasuhan anak dan pendidikan anak, serta persoalan-persoalan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.
Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah Kualitatif-Deskriptif, yaitu jenis penelitian yang akan menggambarkan/mendeskripsikan fenomena sosial. Fenomena yang dimaksud dalam hal ini, adalah fenomena kehidupan perempuan sebagai kepala keluarga dalam waktu tertentu (3 s/d 4 bulan). Penelitian ini juga menggunakan pendekatan studi kasus, pendekatan ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang kehidupan istri-istri yang ditinggal suami mereka yang bekerja sebagai nelayan samudera dalam jangka waktu relatif panjang. Adapun data lapangan yang dipergunakan dalam penelitian ini, berupa wawancara (pedoman wawancara terbuka), dan pengamatan yang mendalam terhadap informan utama.
Berdasarkan data primer dan data sekunder serta telaah kepustakaan terhadap beberapa literatur yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang didapat; Pertama kemandirian yang dilakukan para isteri nelayan samudera didorong oleh pendapatan suami yang serba tidak cukup, artinya pendapatan suami mereka yang bekerja selama 4 bulan di laut, tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangganya untuk waktu tersebut. Kedua kemandirian yang terjadi juga didukung oleh budaya setempat yang menganggap kegiatan yang dilakukan oleh isteri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti berjualan keliling disekitar Pulau Tidung, mencari remis, mencari kayu bakar, kuli nyuci, kuli gosok atau membantu di rumah orang, tidak bertentangan dengan norma-norma dan aturan yang berlaku di kelurahan Pulau Tidung.
Untuk membantu menganalisa terhadap kasus ini, penelitian ini menggunakan pendekatan Struktural Fungsionalnya Talcott Parsons. Meski Parsons tidak secara langsung menyinggung masalah perempuan, namun dia membahasnya dengan empat fungsi penting untuk semua sistem "tindakan" yang kemudian terkenal dengan skema AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency), Pola AGIL yang dipergunakan ini mampu menolong para isteri, yang secara umum dalam penelitian digambarkan sebagai sosok yang mampu bertahan dan mempertahankan hidupnya dengan cara ber-adaptasi (Adaptasion=A) dengan keadaan dan situasi yang dihadapinya, dengan caranya sendiri tentunya. Dampaknya dapat terlihat dalam kehidupannya yang serba kekurangan, dia mampu membuat hidup dirinya dan keluarganya yang ditinggalkan oleh suaminya yang bekerja sebagai nelayan, mampu di hadapinya, tentunya dengan cara-caranya sendiri (Goal=G), untuk keperluan itu para isteri juga melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya (Latency=L), sehingga terjalin hubungan yang baik antara isteri dengan masyarakat yang sudah pasti, hal tersebut sejalan dengan aturan dan norma yang berlaku di masyarakat (Integration=I)."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivanlee Anandar
"Poros Maritim yang dicanangkan oleh pemerintah seharusnya menjadikan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai halaman depan Indonesia. Namun, kondisi yang terjadi ialah pulau-pulau kecil di Indonesia hampir nyaris tak terjamah dari segi pembangunan karena negara fokus pada wilayah daratan pulau besar yang padat penduduk. Kondisi tersebut dapat terlihat dari pelayanan masyarakat pulau kecil yang jauh dari standar di sektor kesehatan, pendidikan, transportasi, dan aspek yang berhubungan dengan kebutuhan masyarakat. Perbedaan cara pandang ini menimbulkan intervensi yang justru berpotensi merugikan masyarakat pulau. Hal ini terjadi pada Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) yang tengah disusun oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Salah satu daerah yang mendapat dampak dari implementasi RZWP3K ini ialah Pulau Pari, gugusan Kepulauan Seribu akan dijadikan pulau pariwisata yang tidak melibatkan masyarakat. Sedangkan, lebih dari 300 kepala keluarga di Pulau Pari mayoritas bekerja sebagai nelayan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kebijakan melalui RZWP3K tidak serta merta menjawab persoalan ruang di pulau kecil, sebab ada ketidakkonsistenan dan ketidaktegasan, serta dimensi kesejahteraan sosial yang terabaikan baik dari pemerintah pusat maupun daerah untuk mengelola dan memanfaatkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

The maritime axis launched by the government should make the coast and small islands on the front page of Indonesia. However, the condition that occurs is that small islands in Indonesia are almost untouched in terms of development because the country focuses on large and densely populated mainland islands. This condition can be seen from the services of small island communities that are far from standard in the health, education, transportation, and aspects related to community needs. So far, the state's attention to small islands is under the auspices of Law Number 1 of 2014, revision of Law Number 27 of 2007 concerning Management of Coastal Areas and Small Islands. In small island management, there are often many debates, from an economic, geopolitical, to sociocultural perspective. This difference in perspective has led to interventions that have the potential to harm island communities. This is the case with the Coastal Zone and Small Islands Zoning Plan (RZWP3K) which is being drafted by the DKI Jakarta Provincial Government. One of the areas affected by the implementation of the RZWP3K is Pari Island, a group of Thousand Islands which will be turned into a tourism island that does not involve the community. Meanwhile, more than 300 households on Pari Island mostly work as fishermen. This research uses a qualitative approach, with a descriptive type of research. The results of this study indicate that the implementation of policies through RZWP3K does not necessarily address the problem of space on small islands because there are inconsistencies and indecisiveness, as well as neglected dimensions of social welfare from both the central and regional governments to manage and utilize coastal areas and small islands."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Amalia
"Skripsi ini membahas kebutuhan informasi masyarakat di pulau Panggang dan Pramuka DKI Jakarta yang diwakili oleh kelompok nelayan, ibu rumah tangga dan pelajar SMA tingkat akhir dalam mendukung aktifitas kehidupan mereka sehari-hari terhadap Perpustakaan Umum Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Penelitian ini melakukan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian ini menemukan bahwa, Perpustakaan Umum Kepulauan Seribu DKI Jakarta sudah memenuhi kebutuhan informasi masyarakat melalui koleksi-koleksi bukunya. Namun, masyarakat pulau Panggang dan Pramuka tidak mengakses koleksi-koleksi tersebut. Hasil penilaian kebutuhan dan pola penyebaran informasi dalam penelitian ini, menunjukan bahwa masyarakat pulau Panggang dan Pramuka terbiasa menggunakan sumber informasi informal. Hal ini dipengaruhi oleh kearifan lokal (Indigenous Knowledge) yang telah tertanam pada masa sebelumnya, dan ikatan kekeluargaan yang erat antara individu satu dengan lainnya. Karena itu, perpustakaan umum sebagai fasilitas publik diharapkan dapat mendekatkan pola-pola pelayanan sesuai dengan budaya masyarakat setempat, sehingga bermanfaat di lingkungan tersebut.

The focus of this study is the needs of the information society on the Panggang and Pramuka islands represented by groups of fishermen, housewives and high school students in support of the activities of their daily lives. This research is approach by qualitative case study method. The results of this study found that, the Thousand Islands Public Library Jakarta meets the information needs of the community through collections of books. However, the societies do not familiar to access these collections. The results are needs assessment and information dissemination patterns showing that the societies used to use informal information sources. It is influenced by indigenous (Indigenous Knowledge) that has been embedded in the past, and the close family ties between individuals to one another. Therefore, the public library as a public facility is expected to be closer to the patterns of service in accordance with the local culture, making it useful in that environment."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Nur Rahimah
"Nudibranchia Famili Phyllidiidae merupakan pemangsa spons Ordo Halichondrida. Nudibranchia Famili Phyllidiidae memangsa spons Halichondrida untuk mengambil dan mengakumulasi senyawa metabolit sekunder dari mangsanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi spons mangsa Phyllidiella nigra dan melakukan analisa hubungan pemangsaan Phyllidiella nigra terhadap spons mangsanya. Pengamatan dilakukan di lapangan dengan pengamatan secara langsung dan analisa hubungan pemangsaan dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode teknik kromatografi lapis tipis (KLT). Analisis dilakukan dengan membandingkan senyawa dari ekstrak Phyllidiella nigra dan spons mangsa yang muncul pada pelat KLT.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa nudibranchia Phyllidiella nigra merupakan pemangsa spons Ordo Halichondrida. Hal tersebut terbukti dengan terlihatnya penjuluran bulbus faring dari mulut Phyllidiella nigra dan tanda bekas pemangsaan pada spons mangsa. Hasil analisa di laboratorium juga memperkuat bukti pemangsaan terlihat dari hasil KLT yang menunjukkan adanya kesamaan senyawa antara Phyllidiella nigra dan spons mangsa.

Nudibranchia Famili Phyllidiidae merupakan pemangsa spons Ordo Halichondrida. Nudibranchia Famili Phyllidiidae memangsa spons Halichondrida untuk mengambil dan mengakumulasi senyawa metabolit sekunder dari mangsanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi spons mangsa Phyllidiella nigra dan melakukan analisa hubungan pemangsaan Phyllidiella nigra terhadap spons mangsanya. Pengamatan dilakukan di lapangan dengan pengamatan secara langsung dan analisa hubungan pemangsaan dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode teknik kromatografi lapis tipis (KLT). Analisis dilakukan dengan membandingkan senyawa dari ekstrak Phyllidiella nigra dan spons mangsa yang muncul pada pelat KLT.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa nudibranchia Phyllidiella nigra merupakan pemangsa spons Ordo Halichondrida. Hal tersebut terbukti dengan terlihatnya penjuluran bulbus faring dari mulut Phyllidiella nigra dan tanda bekas pemangsaan pada spons mangsa. Hasil analisa di laboratorium juga memperkuat bukti pemangsaan terlihat dari hasil KLT yang menunjukkan adanya kesamaan senyawa antara Phyllidiella nigra dan spons mangsa.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63979
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budhi Baskoro Adhi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S7678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrizal Ari Iwari
"Peningkatan gas CO2 di atmosfer dapat mengakibatkan peningkatan suhu rata-rata di bumi yang dapat menyebabkan perubahan iklim. Padang lamun, salah satu komunitas penyusun ekosistem pesisir pantai memiliki fungsi yang dapat dipertimbangkan sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laju penyerapan karbon dan potensi tiap jenis lamun sebagai penyimpan karbon serta mengestimasi total kandungan karbon komunitas lamun. Penelitian dilakukan pada bulan Januari - Juni 2013 di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Data diperoleh dengan menggunakan metode transek kuadrat untuk menentukan struktur komunitas dan biomassa. Pengukuran pertumbuhan dan produksi daun lamun dilakukan dengan metode penandaan daun, sementara untuk produktivitas serasah menggunakan metode kurungan. Analisis kandungan karbon dalam bagian tanaman lamun dan serasah lamun dilakukan dengan metode Walkley & Black.
Hasil menunjukan bahwa rata-rata laju penyerapan karbon di Pulau Pramuka sebesar 0,53 gC/m2/hari. Dua jenis lamun yang mempunyai laju penyerapan karbon yang tinggi yaitu Thalassia hemprichii (1,69 gC/m2/hari) dan Cymodocea rotundata (0,65 gC/m2/hari), sedangkan jenis lamun yang memiliki cadangan karbon yang tertinggi yakni Enhalus acoroides (139,95 gC/m2) diikuti oleh Thalassia hemprichii (56,87 gC/m2) dan yang terendah ditemukan pada Halophila ovalis (1,91 gC/m2). Rata-rata cadangan karbon pada komunitas lamun Pulau Pramuka sebesar 200,90 gC/m2. Berdasarkan estimasi, total luas padang lamun di Pulau Pramuka sebesar 59,25 ha, sehingga total kandungan karbon yang diperoleh yakni 119,03 ton atau setara dengan 2,01 ton/ha dan jumlah CO2 yang diserap oleh padang lamun Pulau Pramuka yakni sekitar 436,84 ton CO2.

The increase of CO2 in the atmosphere may caused the increasing average temperature of the earth, which could cause climate change. Seagrass beds, one of the constituent communities and coastal ecosystems has a function that can be considered as a carbon sink and carbon stock. This study aims to analyze the rate of carbon sequestration and the potential of each species of seagrass as a carbon sink as well as estimating total carbon stock in seagrass communities. The study was conducted in January - June 2013 in the Pramuka Island, Seribu Islands, Jakarta. Data obtained using quadratic transect method for determining community structure and biomass of seagrass. Measurement of seagrass growth and leaf production is done by the leaf marking method, while for leaf litter productivity using cages method. Analysis percentage of carbon in the plant parts of seagrass and seagrass leaf litter carried by Walkley & Black method.
The results show that the average rate of carbon sequestration at Pramuka Island is 0,53 gC/m2/day. There are two species of seagrass that have a high rate of carbon sequestration is Thalassia hemprichii (1,69 gC/m2/day) and Cymodocea rotundata (0,65 gC/m2/day). While seagrass species that has the highest carbon stocks that Enhalus acoroides (139,95 gC/m2) followed by Thalassia hemprichii (56,87 gC/m2) and the lowest was found in Halophila ovalis (1,91 gC/m2). Average carbon stock in seagrass communities Pramuka Island at 200,90 gC/m2. Based on estimates​​, the total area of ​​seagrass beds at Pramuka Island of 59,25 ha. The total carbon stock can be determined that 119,03 tons, or equivalent to 2,01 tons/ha and the amount of CO2 absorbed by seagrass Pramuka Island which is about 436,84 tons of CO2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>