Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136328 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angger Wiji Rahayu
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi maternal mengenai kesehatan reproduksi dan seksual remaja terhadap perilaku seksual berisiko remaja. Perilaku seksual berisiko remaja diukur melalui perilaku pacaran dan perilaku seksual pranikah serta perilaku penggunaan alat kontrasepsi remaja. Penelitian ini menggunakan data dari SDKI - Wanita Usia Subur (WUS) dan SDKI - Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) 2017. Analisis data menggunakan metode ordinal logit untuk perilaku pacaran dan regresi logistik biner untuk perilaku seksual pranikah. Hasil deskriptif menunjukkan bahwa remaja yang memiliki pacar sebagian besar pernah melakukan hubungan seksual pranikah.
Sementara hasil analisis inferensial menemukan bahwa komunkasi mengenai kesehatan reproduksi dan seksual yang dilakukan ibu dan remaja memengaruhi perilaku pacaran remaja, namun tidak memengaruhi perilaku seksual pranikah remaja dan penggunaan kontrasepsi oleh remaja. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa pengaruh komunikasi yang dilakukan ibu dan remaja juga dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukan remaja dengan pihak lain seperti teman, guru, petugas agama, dan petugas kesehatan.

This research aimed to determine the effect of maternal communication on adolescent reproductive and sexual health towards risky sexual behavior.  Risky sexual behavior in adolescent was in measured by 3 indicators i.e dating behavior, premarital sexual behavior, and contraceptive use. This study used data from Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) - Fertile Age Women and IDHS - Youth Reproductive Health 2017. Dating behavior data were analyzed using the ordinal logit method, and the data of premarital sexual behavior and contraceptive use were analized using binary logistic regression. Descriptive results showed that most adolescents who are dating have had premarital sexual relations.
The results of the inferential analysis found that communication between mothers and adolescents regarding reproductive and sexual health influenced dating behavior, but it does not affect premarital sexual behavior and contraceptive use. Furthermore, this study found that in addition to mothers, adolescent dating behavior was also influenced by their communication with other people such as friends, teachers, religious leaders, and health workers."
Universitas Indonesia, 2019
T54708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmawati Indah Purnamasari
"Ibu menjadi rekan diskusi utama bagi remaja dalam menyiapkan perencanaan karir pada masa transisi. Meskipun beberapa penelitian menemukan hubungan antara dukungan ibu dan salah satu dari 4 dimensi adaptabilitas karir, belum ada penelitian yang dapat menjelaskan dukungan seperti apa dan bagaimana mekanisme yang menjelaskan keterlibatan ibu dalam mengembangkan adaptabilitas karir remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah kongruensi karir antara remaja dan ibunya berhubungan dengan adaptabilitas karir. Dalam menjelaskan hubungan kedua variabel, penelitian ini juga menguji pengaruh mediasi dari identitas vokasional. Sebanyak 297 siswa sekolah menengah kejuruan kelas 12 mengisi kuesioner yang berisi Adolescent-Mother Career Congruence Scale, Vocational Identity Scale, Inventori Adaptabilitas Karir, dan Data Demografi. Hasil dari analisis regresi dengan PROCESS membuktikan bahwa adolescent-mother career congruence berkorelasi positif dengan adaptabilitas karir (b = 0.80, t(294) = 4.51, p < 0.001). Di sisi lain, efek mediasi dari identitas vokasional tidak terbukti dalam penelitian ini (b = 0.01, 95% CI [-0.01, 0.08]).Hasil penelitian ini memberikan kesempatan kepada pengujian empiris lainnya tentang kualitas dari adolescent-mother career congruence seperti apa yang dapat mengembangkan identitas vokasional remaja. Diskusi teoritis dan implikasi praktis dari hasil temuan penelitian ini akan didiskusikan.

Mother become major partners who help adolescents to prepare for career planning during career transitions. Although several studies found relationship between mother support and each of 4 dimension of career adaptability, there is no study could explain what type of support and in which mechanism mother get involved to develop adolescent?s career adaptability. This study aimed to test whether career congruence between adolescent and their mother related to career adaptability. To explain the relationship between those two variables, this study also aimed to ascertain the mediation effect of vocational identity. 297 participants of 12th grade vocational high school students completed questionnaires on Adolescent-Mother Career Congruence Scale, Vocational Identity Scale, Career Adaptability Inventory, and demographics. The result of regression analysis using PROCESS confirmed that adolescent-mother career congruence associated positively with career adaptability (b = 0.80, t(294) = 4.51, p < 0.001). In the other side, the mediating effect of vocational identity were not proven in this study (b = 0.01, 95% CI [-0.01, 0.08]). These findings warrant further empirical examination of the quality of adolescent-mother career congruence on behaves to develop adolescent?s vocational identity. Theoretical and applied implications of the finding in this study are discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Diyah Patni
"Salah satu akibat dari pandemi Covid-19 adalah meningkatnya angka kemiskinan dan jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Jakarta salah satunya adalah anak jalanan. Kondisi mereka yang bebas menyebabkan mereka lebih rentan terhadap perilaku seksual yang berisiko. Hal tersebut dapat meningkatkan jumlah angka penyebaran IMS, HIV kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko pada anak jalanan di rumah singgah X wilayah Jakarta Utara. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilakukan di rumah singgah X wilayah Jakarta Utara. Data dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner kepada 130 anak jalanan yang ada di rumah singgah X wilayah Jakarta Utara. Data dianalisis menggunakan uji regresi logistic sederhana dan regeresi logistic ganda. Hasil penelitian menemukan 22.3% anak jalanan memiliki perilaku seksual berisiko yaitu pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Variabel keterpaparan media pornografi (p=0.040) dan peran teman sebaya (p=0.041) dengan pvalue <0.05 dinyatakan berhubungan signifikan dengan perilaku seksual berisiko pada anak jalanan. Keterpaparan media pornografi menjadi variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi perilaku seksual berisiko pada anak jalanan. Kolaborasi antar berbagai Lembaga terkait dalam menjalankan atau mengembangkan program terkait kesehatan reproduksi pada anak jalanan dapat meningkatkan pengetahuan terhadap pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan meningkatkan kesadaran, sehingga dapat mengurangi perilaku seksual berisiko pada anak jalanan.

One of the consequences of the Covid-19 pandemic is the increasing number of poverty and the number of PMKS in Jakarta, one of which is street children. Their free condition makes them more susceptible to risky sexual behavior. This colud increase the number of spread of STIs, HIV, unwanted pregnancies and unsafe abortions. The purpose of this study was to determine the factors associated with risky sexual behavior in street children in the X halfway house in North Jakarta. This research is a quantitative study with a cross sectional design which was carried out at the X halfway house in North Jakarta. Data was collected by filling out questionnaires to 130 street children in the X shelter in North Jakarta. Data were analyzed using simple logistic regression and multiple logistic regression. The results of the study found that 22.3% of street children had risky sexual behavior, namely having had sexual relations before marriage. The variabels of pornographic media exposure (p=0.040) and the role of peers (p=0.041) with p-value <0.05 were stated to be significantly related to risky sexual behavior in street children. Exposure to pornographic media is the most dominant variabel in influencing risky sexual behavior in street children. Collaboration between various related institutions in running or developing programs related to reproductive health in street children can increase knowledge about the importance of maintaining reproductive health and increase awareness, so as to reduce risky sexual behavior in street children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan pola komunikasi dan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual beresiko pada remaja di Desa Tridaya Sakti Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Desain penelitian Descriptive correlational secara cross sectional. Responden yang berjumlah 106 remaja. Tehnik pengambilan sampel purposive sampling. Hasil studi ini menunjukan hubungan pola komunikasi dan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual berisiko di Desa Tridaya Sakti. Hasil studi ini menunjukan ada hubungan umur, jenis kelamin dan pola komunikasi dan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual berisiko di Desa Tridaya Sakti. Penelitian ini merekomendasikan perlu adanya komunikasi yang terbuka dan adanya tata aturan keluarga yang jelas dalam pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja.

This study aimed to get an idea of the relationship and communication patterns of families with the strength of risky sexual behavior in the Village District Tridaya Way South Tambun Bekasi Regency. This research is Descriptive correlational studies that collect data in cross-sectional. Respondents were 106 adolescents who participated. Sampling techniques used purposive sampling. The results of this study show the relationship and the strength of family communication patterns with risky sexual behavior in the village of Sakti Tridaya. The results of this study showed no relationship to age, sex and communication patterns and strength of families with risky sexual behavior in the village of Sakti Tridaya. This study recommends the need for open communication and the existence of clear rules governing family in the prevention of risky sexual behavior in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Solihat
"ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk merupakan peristiwa terjadinya perubahan jumlah penduduk pada suatu wilayah, baik bertambah maupun berkurang. Indonesia merupakan negara yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi.BKKBN menyebutkan bahwa rata-rata Wanita Usia Subur melahirkan 2,6 anak dan laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan jika rata-rata Wanita Usia Suburmelahirkan 2,1 anak. Kelompok usia remaja merupakan komponen yang beradapada usia produktif. Kelompok usia muda adalah paling dominan di antara kelompok usia lainnya. SDKI tahun 2002/2003 menunjukkan penurunan menjadi10,4 remaja yang sudah pernah melahirkan atau sedang mengandung anakpertama, pada tahun 2007, terdapat 8,5 remaja sudah pernah melahirkan dan sedang mengandung anak pertama yaitu sebesar 6,6 remaja sudah pernah melahirkan dan 1,9 remaja sedang mengandung anak pertama BKKBN, 2008 .Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah yang kompleks terkait dengan pendidikan, kemiskinan, norma sosial budaya, dan geografis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas remaja kawin di Indonesia, analisis lanjut data SDKI tahun 2012 dengan pedoman kuesioner WUS Wanita Usia Subur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi crossectional. Pengolahan data dilakukan pada bulan Februari-Juni 2017 dengan sampel yang diambil berjumlah 2176 responden memenuhi kriteria inklusi. Hasil yang didapat adalah usia kawin pertama, usia pertama melakukan hubungan seksual, dan usia pertama melahirkan memiliki nilai estimasi resiko terbesar dibandingkan dengan variabel lain. Remaja yang berumur2anak dibandingkan dengan remaja yang berumur ge;20 tahun saat kawin pertama. Terdapat beberapa responden yang berusia kurang dari 20 tahun saat kawin pertama, melakukan hubungan seksual pertama kali, dan saat melahirkan pertama kali. Oleh karena itu, penguatan sosialisasi pendewasaan kehamilan, penguatan program PKPR, dan sosialisasi serta penguatan program KB dalam penjarangan kehamilan yang dapat disampaikan melalui KUA kepada para calon pengantin sangat diperlukan untuk menekan permasalahan yang terjadi pada usia remaja.

ABSTRACT
Population growth is the occurrence of changes in the number of people in a region, either increased or decreased. Indonesia is a country that has a high population growth rate. BKKBN mentioned that the average Fertile Women gave birth to 2.6 children and the rate of population growth can be suppressed if the average of Women Aged Fertile gave birth to 2.1 children. The adolescent age group is a component that resides in the productive age. The younger age group is the most dominant among other age groups. IDHS in 2002/2003 showed a decrease to 10.4% of teenagers who had given birth or being pregnant with the first child, in 2007, there were 8.5% of teenagers had given birth and were pregnant with the first child that is 6.6% Childbirth and 1.9% of teenagers being pregnant with the first child (BKKBN, 2008). This can lead to complex problems related to education, poverty,
socio-cultural norms, and geography. This study aims to determine the factors affecting the fertility of adolescents mating in Indonesia, further analysis of data SDKI 2012 with guidelines questionnaire WUS (Female Age Fertile). This research uses a quantitative approach with cross sectional study. Data processing conducted in February-June 2017 with the sample taken amounted to 2176 respondents with inclusion criteria. The results obtained are the first marriage age, the first age of sexual intercourse, and the first age of birth has the greatest risk estimation value compared with other variables. Teenagers <20 years old at first marriage had a 4- fold higher risk of having > 2 children compared with ≥20 years of age at first
marriage.
"
2017
S69754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Robi`ie
"Skripsi ini membahas determinan perilaku seksual berisiko pada remaja di Indonesia tahun 2010-2012 berdasarkan data Survey Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Remaja BKKBN tahun 2010-2012. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan metode pemodelan regresi logistik. Hasil penelitian menyatakan bahwa determinan perilaku seksual berisiko pada remaja dalam tiga tahun tersebut adalah kelompok umur, sikap remaja, dan status pernah mengkonsumsi NAPZA. Determinan yang paling dominan adalah sikap remaja terhadap hubungan seksual pranikah. Penelitian ini menyarankan agar perilaku ini dapat dicegah melalui pembentukan sikap yang negatif terhadap hubungan seksual pranikah.

This study discusses the determinants of adolescents sexual risk behavior in Indonesia 2010-2012 based on National Medium Range Development Plan in Youth 2010-2012 Survey by BKKBN. The study design is cross-sectional. The data was analyzed by logistic regression modeling. The study states that the determinant of sexual risk behavior in adolescents in the three years are the age groups, adolescents attitude, and never consume drug status. The most dominant determinant is the attitude of youth toward premarital sexual relations. This study suggested that this behavior can be prevented through the establishment of negative attitudes toward premarital sexual relations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45748
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Carissa
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran mengenai attachment dan kontrol diri pada anak usia prasekolah (3 sampai 4 tahun). Pengukuran kontrol diri dilakukan melalui paradigma Delay of Gratification  menggunakan Stanford Marshmallow Test yang dikembangkan oleh Mischel, Shoda & Rodriguez (1989). Dalam penelitian ini, peneliti mengukur durasi waktu yang dihabiskan anak untuk menunggu, serta perilaku apa yang ditunjukkan oleh anak ketika menunggu. Selain itu, attachment diukur Ainsworth, Blehar, Waters & Wall (1978). Pengukuran tersebut membagi pola attachment menjadi 3 (tiga) kelompok yang terdiri dari secure attachment, insecure-resistant attachment, dan insecure-avoidant attachment. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 7 pasangan ibu anak berusia 3 sampai 4 tahun serta berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Melalui observasi, peneliti menemukan bahwa anak berusia 4  tahun memiliki durasi waktu delay yang lebih panjang. Selain itu, anak yang memiliki secure attachment dan insecure-avoidant attachment memiliki durasi delay of gratification di atas rata-rata seluruh partisipan. Kemudian, ditemukan perbedaan perilaku menunggu yang ditunjukkan oleh anak-anak dengan secure attachment dan insecure-avoidant attachment, serta anak dengan insecure-resistant attachment. Untuk melakukan generalisasi hasil penelitian, diperlukan penelitian dengan sampel yang lebih banyak.

This research is conducted to see attachment to mother and its relation to self-control in preschool children of aged 3-4 years old. Self-control is measured through delay of gratification paradigm with Stanford Marshmallow Test which was developed by Mischel, Shoda & Rodriguez (1989). In this research, the researcher measured the duration the children spent to wait, and the behavior children shown while waiting. Attachment is measured with Strange Situation Procedure which was developed by Ainsworth, Blehar, Waters & Wall (1978). This measurement divided the attachment patterns into three groups consist of secure attachment, insecure-resistant attachment, and insecure-avoidant attachment. Participant of this research is 7 pairs of mother and their children aged 3 to 4 years, boys or girls. Through observation, the researcher found that the children aged 4 have a longer time to wait. In addition, children who have secure attachment and insecure-avoidant attachments have a duration of delay of gratification above the average of all participants. Then, differences in waiting behavior were found in children with secure attachments and insecure-avoidant attachments, and children with insecure-resistant attachments. To generalize the results of the study, more sample is needed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Nuratman
"Attachment Parenting (AP) merupakan salah satu konsep cara parenting yang sudah berkembang di negara maju. AP merupakan cara parenting yang penting untuk medekatkan ibu dengan bayi agar dapat menciptakan dan meningkatkan secure attachment. Dengan meningkatnya jumlah ibu bekeija dan waktu kerja sehingga ibu bekerja kurang mempunyai waktu untuk dapat menemani bayinya, dikhawatirkan akan terjadi keregangan dalam hubungan ibu dan anak dan kondisi inii memungkinkan timbulnya gejala insecure attachment antara ibu dengan bayi. Berdasarkan pernyataan diatas peneliti memfokuskan attachment parenting pada ibu bekerja.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran attachment parenting ibu bekeija terhadap bayi usia 12-18 bulan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 4 subyek dengan karakteristik subyek sekarang sedang bekeija dan mempunyai bayi dalam rentang usia 12-18 bulan. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode wawancara dengan pedoman umum dan menggunakan observasi partisipatif sebagai metode pendukung.
Lebih lanjut hasil penelitian menyatakan semua subyek mengalami secure attachment dan semua subyek menggunakan attachment parenting. Aspek pekerjaan ternyata tidak mempengaruhi kedekatan yang telah dibentuk antara ibu dengan bayi. Melainkan kemampuan subyek dalam menyeimbangkan tugas sebagai ibu bekeija dan sebagai ibu rumah tangga lebih penting. Adanya pendelegasian tugas parenting mempunyai andil penting dalam membangun ikatan antara ibu dengan bayi.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pedoman untuk penelitian-penelitian lebih lanjut yang mempunyai kaitan dengan attachment parenting dan juga dapat mengkaitkan attachment parenting dengan beragam budaya yang ada di Indonesia ini Manfaat lainnya adalah untuk membantu ibu bekerja agar dapat melakukan intervensi melalui attachment parenting untuk menghindari terjadinya insecure attachment dan di sisi lain dapat menciptakan dan meningkatkan secure attachment.
Untuk penelitian selanjutnya dapat diarahkan untuk mempertimbangkan atau menguji faktor-faktor seperti usia ibu bekerja, budaya, ekonomi, penggunaan babysitter, dan kehadiran pengasuh lainnya, karena kemungkinan faktor-faktor tersebut berpengaruh. Selain itu juga disarankan bagi ibu bekerja untuk membuat prioritas waktu terhadap peran sebagai pekerja dan sebagai ibu dan mendelegasikan beberapa tugas rumah tangga kepada anggota keluarga yang ada. Hal ini ditujukan agar ibu bekerja tetap dapat bekerja dan dapat dekat dengan bayinya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harun Al Rosyid
"Remaja merupakan fase lanjutan dari fase kanak-kanak sebelum menuju dewasa dengan pertumbuhan dan perkembangan pada aspek biologis, kognitif, psikososial, dan emosional. Pada fase tersebut, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mencoba hal-hal baru termasuk terkait perilaku seksual berisiko pada remaja. Berdasarkan laporan SDKI Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) tahun 2017 bahwa remaja pria maupun wanita mencoba melakukan hubungan seksual pranikah pertama kali di usia 15-19 tahun dengan proporsi sebesar 8 persen untuk pria dan 2 persen untuk wanita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara pendidikan kesehatan reproduksi yang diterima pertama kali di sekolah terhadap perilaku seksual pranikah para remaja pria 15-19 tahun di Indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data SDKI KRR tahun 2017 dengan jumlah total sampel sebanyak 7.345 remaja yang sudah disesuaikan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Hasil dari penelitian ini adalah tercatat sebanyak 6.966 (94.8%) remaja laki-laki usia 15-19 tahun yang sudah pernah melakukan hubungan seksual pranikah sedangkan remaja yang tidak pernah melakukan hanya sebanyak 379 (5.2%) remaja. Berdasarkan hasil bivariat didapatkan bahwa variabel pendidikan kesehatan reproduksi tentang sistem reproduksi manusia (p = 0.000), keluarga berencana (p = 0.000) dan HIV/AIDS (p = 0.002) memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual pranikah remaja. Selain itu, variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja adalah komunikasi dengan guru (p = 0.004) dan tingkat pendidikan (p = 0.000 dan 0.008). Sedangkan variabel tempat tinggal tidak memiliki hubungan yang signifikan (p = 0.095).

Adolescence is an advanced phase from childhood before heading to adulthood with growth and development in biological, cognitive, psychosocial, and emotional aspects. Within the phase, adolescents have a high curiosity to try or explore new things, including risky sexual behavior in adolescents. Therefore, based on the IDHS report of 2017 on Adolescent Reproductive Health (KRR) that male and female adolescents tried to have premarital sex for the first time at the age of 15-19 years with a percentage of 8 percent for men and 2 percent for women. This study aims to determine the relationship between reproductive health education that received for the first time at school to the premarital sexual behavior of male adolescents aged 15-19 years in Indonesia. The data used in this study is IDHS data for the 2017 KRR with a total sample of 7.345 adolescents who have been adjusted by both of the inclusion and exclusion criteria of the study. This study used a cross sectional study design. The results of this study are there were 6,966 (94.8%) teenage boys aged 15-19 years who had premarital sexual intercourse, while only 379 (5.2%) teenagers who had not. Based on bivariate analysis, It was found that the variables of reproductive health education about the human reproductive system (p=0.000), family planning (p=0.000) and HIV/AIDS (p=0.002) had a significant relationship with adolescent premarital sexual behavior. In addition, variables related to adolescent premarital sexual behavior are communication with teachers (p = 0.004) and education level (p = 0.000 and 0.008). While the variable of residence did not have a significant correlation (p = 0.095)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frankie Kusumawardana
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara variabel kematangan iman dan perilaku seksual dalam hubungan berpacaran pada remaja Kristen. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang dinamika hubungan yang terjadi. Ada dua pendekatan yang digunakan, yaitu kuantitatif dan kualitatif, pendekatan kuantitatif digunakan untuk menguji korelasi antara kedua variabel dan pendekatan kualitatif digunakan untuk menggali kedalaman hubungan tersebut. Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 51 orang termasuk dua pasangan yang diwawancarai. Alat ukur yang digunakan adalah adaptasi Faith Maturity Scale (Benson, Donahue, & Erickson, 1993) dan alat ukur perilaku seksual yang disusun oleh peneliti. Dari hasil pengujian statistik didapatkan koefisien korelasi (r) sebesar -0,425 yang signifikan pada level of significance (l.o.s) 0,01. Hasil ini berarti adanya hubungan yang signifikan antara dua variabel tersebut dengan arah korelasi terbalik. Mengenai dinamikanya, kematangan iman seseorang menolong dirinya untuk menahan perilaku seksual yang progresif dan memunculkan rasa bersalah apabila melewati batas tertentu dalam perilaku seksual. Hal ini berkaitan dengan nilai kekudusan serta penghayatan akan anugerah keselamatan. Selain itu, perilaku seksual antara dua orang remaja Kristen merupakan sebuah fungsi dari kematangan iman dan interaksi antara keduanya.

ABSTRACT
The purpose of this research is to test the correlation between faith maturity and sexual behavior in dating relationship among Christian Teenagers. Moreover, another purpose is to describe the dynamics of the relation between them. Two approaches are used in this research, quantitative approach is used to test the correlation between two variables and qualitative approach helped to discover the depth of the correlation. Total participants in this research are 51, which include two couples that have been interviewed. Instruments used in this research are adapted Faith Maturity Scale from Benson, Donahue, and Erickson (1993) and self-constructed sexual behavior scale. From the statistical result, obtained the correlation coefficient (r) = -0,425 which is significant within 0, 01 level of significance (l.o.s). This result implied a significant correlation between them with a reverse direction of correlation. The dynamics explained that faith maturity helps Christian teenagers to restrain their progressive sexual behavior during dating and create guilt when passing over a certain degree of sexual behavior. These dynamics are related with the value of holiness and total comprehension of grace of salvation. Furthermore, sexual behavior among two Christian teenagers is a function of their maturity of faith and the interaction between them."
2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>