Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177077 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Savira Rahmawati Yunaz
"Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular prevalensi tinggi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pengobatan TB yang disarankan menurut pedoman adalah a kombinasi berbagai antibiotik dalam bentuk tablet kombinasi dosis tetap atau combipack meningkatkan potensi masalah terkait obat terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah terkait obat pada terapi TB di Puskesmas Kecamatan Tebet periode Juli- Desember 2018. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Desain penelitian yang akan digunakan adalah studi cross sectional dengan metode pengambilan data retrospektif dari resep pasien Pasien TB dari Juli-Desember 2018. Klasifikasi masalah terkait obat digunakan dalam hal ini studi adalah sistem klasifikasi yang dibuat oleh Cipolle, Strand, dan Morley yang meliputi terapi obat yang tidak perlu, perlu terapi obat tambahan, obat yang tidak efektif, kesalahan dosis, dan interaksi obat. Hasilnya menunjukkan bahwa persentase terapi obat yang tidak perlu adalah 2,85%, membutuhkan terapi obat tambahan 6,89%, obat tidak efektif 1,54%, kesalahan dosis 12,46%, dan potensi interaksi obat adalah 66,18%. Masalah terkait narkoba itu terjadi paling sering adalah interaksi obat, yaitu 66,18%. Berdasarkan hasil penelitian ini, itu Dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi untuk TB berpotensi menyebabkan masalah terkait obat. Oleh karena itu, penilaian prescribring perlu dioptimalkan sebelum memberikan obat pasien dan dimonitor secara teratur, sehingga penggunaan obat yang rasional diharapkan dapat tercapai.

Tuberculosis (TB) is a high prevalence of infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis. The recommended TB treatment according to the guidelines is that a combination of various antibiotics in the form of a fixed-dose combination tablet or combipack increases the potential for drug-related problems to occur. This study aims to identify drug-related problems in TB therapy in the Tebet District Health Center in the July-December 2018 period. The study design used was cross-sectional. The research design that will be used is a cross sectional study with retrospective data collection methods from prescription TB patient patients from July-December 2018. The classification of drug-related problems used in this study is a classification system created by Cipolle, Strand, and Morley which includes drug therapy unnecessary, need additional drug therapy, ineffective drugs, dosage errors, and drug interactions. The results showed that the percentage of unnecessary drug therapy was 2.85%, 6.89% needed additional drug therapy, 1.54% ineffective medication, 12.46% dose error, and 66.18% potential drug interactions. The drug-related problems that occur most often are drug interactions, which is 66.18%. Based on the results of this study, it can be concluded that the administration of therapy for TB has the potential to cause drug-related problems. Therefore, prescribring assessment needs to be optimized before giving patient medication and monitored regularly, so that rational drug use is expected to be achieved.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nusaibah Muthiah
"Orang dewasa yang lebih tua rentan terhadap masalah terkait narkoba karena polifarmasi dan penurunan fungsi organ. Salah satu obat paling umum yang diresepkan orang dewasa yang lebih tua adalah obat antiinflamasi non steroid (NSAID). NSAID efektif untuk keluhan umum untuk orang dewasa yang lebih tua. Resep NSAID pada lansia perlu dipantau dengan hati-hati untuk menghindari efek samping. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik resep NSAID dan menganalisis potensi masalah yang berkaitan dengan NSAID di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru untuk periode Juli hingga Desember 2018. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data secara rectrospektif dari data resep dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah resep pasien NSAID dengan usia 60 tahun ke atas pada periode Juli hingga Desember 2018. Penelitian ini dilakukan pada 384 resep pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Pengguna NSAID pada pasien usia lanjut terdiri dari 56,25% wanita dan 43,75% pria. Distribusi usia terdiri dari 82,55% usia 60-69, 19,01% berusia 70-79, 1,30% berusia 80-89, dan 0,26% berusia 90-99. Resep polifarmasi ditemukan 15,37%. NSAID yang paling diresepkan adalah natrium diklofenak (69,01%), asam mefenamat (14,32%) dan piroksikam (11,20%). Peristiwa pengobatan yang tidak kompatibel tidak ditemukan. Insiden ketidakcocokan dosis dalam resep NSAIDs untuk pasien usia lanjut di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru periode Juli hingga Desember 2018 adalah dosis yang melebihi rekomendasi, itu piroksikam (0,78%). Potensi interaksi antar obat adalah 22,34%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada potensi masalah terkait obat NSAID di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru periode Juli hingga Desember 2018 sehingga diperlukan perbaikan resep dan pemantauan obat untuk meminimalkan masalah terkait obat dan menyediakan terapi obat yang rasional.

Older adults are vulnerable to drug-related problems due to polypharmacy and decreased organ function. One of the most common medications prescribed by older adults is non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs). NSAIDs are effective for general complaints for older adults. NSAID prescriptions in the elderly need to be monitored carefully to avoid side effects. This study aims to describe the characteristics of prescription NSAIDs and analyze potential problems related to NSAIDs in the Kebayoran Baru District Health Center for the period July to December 2018. This research is a descriptive study with cross-sectional study design. Retrieving data in a rectrospective way from recipe data with random sampling techniques. The sample in this study was the prescription of NSAID patients aged 60 years and over in the period July to December 2018. This study was conducted on 384 prescription patients who met the inclusion criteria. NSAID users in elderly patients consisted of 56.25% women and 43.75% men. The age distribution consisted of 82.55% aged 60-69, 19.01% aged 70-79, 1.30% aged 80-89, and 0.26% aged 90-99. The polypharmacy prescription was found to be 15.37%. The most prescribed NSAIDs were diclofenac sodium (69.01%), mefenamic acid (14.32%) and piroxicam (11.20%). Incompatible treatment events not found. The incidence of dosage mismatch in NSAIDs prescriptions for elderly patients in the Kebayoran Baru District Health Center for the period July to December 2018 was a dose that exceeded the recommendation, it was piroxicam (0.78%). Potential interactions between drugs are 22.34%. The conclusion of this study is that there are potential problems related to NSAID drugs in the Kebayoran Baru District Health Center in the period July to December 2018 so that it is necessary to improve prescription and drug monitoring to minimize drug-related problems and provide rational drug therapy.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Rahmawati
"Ketidaktepatan dalam pemberian obat pada pasien balita dapat menimbulkan adanya masalah terkait obat dikarenakan adanya perbedaan farmakokinetika dan farmakodinamika dengan pasien dewasa. Obat kortikosteroid merupakan salah satu obat yang prevalensi diresepkan kepada balita cukup tinggi karena dianggap memiliki banyak manfaat. Namun terdapat beberapa efek samping yang perlu diwaspadai yaitu imunosupresan dan retardasi pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya masalah terkait obat kortikosteroid oral terhadap pasien anak di Puskesmas Kecamatan Tebet yang meliputi ketepatan pemilihan obat, kesesuaian dosis, ketepatan durasi pengobatan, dan juga adanya potensi interaksi obat. Penelitian ini dilakukan secara restrospektif dari resep pasien dan teknik total sampling. Sampel pada penelitian ini menggunakan resep obat deksametason dan prednsison pada pasien balita Puskesmas Kecamatan Tebet periode September-Desember 2019 sebanyak 523 sampel. Dari 523 resep didapatkan jumlah pengobatan kortikosteroid oral yang paling banyak adalah 63% dengan indikasi terbanyak berupa Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) sebanyak 70,7%. Hasil analisis masalah terkait obat menunjukkan adanya ketidaktepatan pemilihan obat sebanyak 382 (73,1%) dan ketidaksesuaian dosis sebanyak 7 (1,3%). Dari hasil analisis statistik didapatkan adanya korelasi antara pemilihan obat dengan ketepatan indikasi pasien (p=0,006). Tingginya potensi masalah terkait obat yang ditemukan membutuhkan kewaspadaan bagi tenaga kesehatan dalam pelayanan resep kortikosteroid oral pada pasien balita.

Inaccuracy in drug administration in under-five patients can lead to drug-related problems due to differences in pharmacokinetics and pharmacodynamics with adult patients. Corticosteroid drugs are one of the drugs whose prevalence is quite high because they are considered to have many benefits. However, there are some side effects that need to be watched out for, namely immunosuppression and growth retardation. This study aims to analyze the existence of problems related to oral corticosteroid drugs in pediatric patients at the Tebet District Health Center which include the accuracy of drug selection, appropriate dosage, accuracy of treatment duration, and also the potential for drug interactions. This study was conducted retrospectively from patient prescriptions and total sampling technique. The sample in this study used prescription drugs for dexamethasone and prednison in toddler patients in Puskesmas Kecamatan Tebet for the period September-December 2019 with a total of 523 samples. Of the 523 prescriptions, the highest number of oral corticosteroid treatment was 63% with the most indication being Upper Respiratory Tract Infection (URTI) of 70.7%. The results of drug-related problem analysis showed that there were 382 (73.1%) drug selection inaccuracies and 7 (1.3%) dose inaccuracies. From the results of statistical analysis, it was found that there was a correlation between drug selection and the accuracy of patient indications (p=0.006). The high potential for drug-related problems that are found requires special attention for health workers in prescribing oral corticosteroid drugs in toddler health services."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valentina Novita Sari Bago
"Drug Related Problem (DRPs) adalah kesalahan pengobatan yang mempengaruhi pada outcome klinis dari pasien. Jika tidak dikelola dengan baik, mengakibatkan dampak yang lebih luas dan serius bahkan sampai terjadi kejadian sentinel. Di Puskesmas Kecamatan Kalideres terdapat poli PTM yang melayani pasien dengan penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes melitus tipe 2, hiperglikemia dan sebagainya. Pasien poli PTM ini biasa mendapat resep yang berisikan obat polifarmasi yang berisiko terjadi Drug Related Problems (DRPs). Oleh karena itu pada penulisan tugas khusus ini dilakukan pengidentifikasian jenis DRP yang terjadi pada pasien poli PTM di Puskesmas Kecamatan Kalideres pada periode April 2023. Metode yang digunakan adalah pengklasifikasi DRP berdasarkan Hepler-Strand dan kemudian direkomendasikan penyelesaian permasalahan berdasarkan literatur. DRPs menurut Hepler-Strand diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Pemilihan obat yang tidak tepat; 2) Dosis Subterapeutik; 3) Kegagalan menerima obat; 4) Overdosis; 5) Reaksi obat yang merugikan; 6) Interaksi obat ; 7) Penggunaan obat tanpa indikasi dan; 8) Indikasi yang tidak diobati. Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari 5 resep pasien Poli PTM di Puskesmas Kecamatan Kalideres yang diindentifikasi DRPs, terdapat 1 resep yang tidak terdapat DRP dan 4 resep lainnya terdapat DRP. DRP yang didapat adalah terjadinya interaksi obat dan penggunaan obat tanpa indikasi.

Drug Related Problems (DRPs) are medication errors that affect the clinical outcomes of patients. If not managed properly, it can have a wider and more serious impact and even lead to sentinel events. At the Kalideres Sub-district Health Center, there is a NCD clinic that serves patients with chronic diseases such as hypertension, type 2 diabetes mellitus, hyperglycemia and so on. These NCD poly patients usually receive prescriptions containing polypharmacy drugs that are at risk of Drug Related Problems (DRPs). Therefore, in this special assignment writing, the types of DRPs that occurred in Poly PTM patients at the Kalideres District Health Center in the April 2023 period were identified. The method used is DRP classification based on Hepler-Strand and then recommended problem solving based on the literature. DRPs according to Hepler-Strand are classified as follows: 1) Inappropriate drug selection; 2) Subtherapeutic dose; 3) Failure to receive the drug; 4) Overdose; 5) Adverse drug reactions; 6) Drug interactions; 7) Use of drugs without indications and; 8) Untreated indications. Based on the results of the validation carried out, it can be concluded that of the 5 prescriptions of PTM Poly patients at the Kalideres Subdistrict Health Center that DRPs were identified, there was 1 prescription that did not have DRPs and 4 other prescriptions had DRPs. DRPs obtained are the occurrence of drug interactions and the use of drugs without indications.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Junita Purwarini
"Secara umum, jumlah pasien COVID-19 yang mendapatkan perawatan di rawat inap lebih banyak daripada di ICU, sehingga menjadikannya urgensi untuk memberikan pelayanan terbaik dengan memberikan terapi pengobatan yang efektif agar jumlah pasien sembuh terus bertambah. Dalam peresepan obat dapat terjadi kesalahan yang akan menyebabkan pengobatan bagi pasien COVID-19 tidak efektif, salah satunya Masalah Terkait Obat (MTO). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi MTO pada pasien COVID-19 rawat inap di RSUI tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil secara retrospektif dari resep dan rekam medis pasien. Klasifikasi MTO dalam penelitian ini mengacu pada klasifikasi Hepler dan Strand. Identifikasi dilakukan pada 406 pasien COVID-19 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya MTO sebanyak 26 kejadian pada 22 pasien dari 406 pasien COVID-19 rawat inap di RSUI tahun 2020 dengan persentase indikasi yang tidak diobati sebesar 3,85%, kesalahan pemilihan obat 11,54%, kegagalan dalam penerimaan obat 23,08%, reaksi obat tidak diinginkan 19,23%, potensi interaksi obat 42,31%, dan tidak ditemukan kejadian dosis subterapi, dosis berlebih, serta penggunaan obat tanpa indikasi. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa terapi pengobatan pasien COVID-19 rawat inap di RSUI berpotensi mengalami MTO.

In general, the number of COVID-19 patients who are hospitalized is more than in the ICU, thereby this becomes an urgency to provide the best service by providing effective treatment to increase the number of recovered patients. In prescribing drugs, errors can occur which will cause treatment for COVID-19 patients to be ineffective, one of which is Drug-related Problems (MTO). This study aims to identify DRP in hospitalized COVID-19 patients at RSUI in 2020. This study is a descriptive study with a cross-sectional study design. The data used in this study are secondary data taken retrospectively from prescriptions and patient medical records. The DRP classification used in this study refers to the Hepler and Strand classifications. Identification was carried out on 406 COVID-19 patients who met the inclusion and exclusion criteria. The results of the study indicated that there were 26 DRP events in 22 out of 406 hospitalized COVID-19 patients at RSUI with the proportion of events for untreated indications 3,85%, improper drug selection 11,54%, failure to receive drugs 23,08%, adverse drug reactions 19,23%, potential drug interactions 42,31%, and there were no incidence of subtherapeutic dosage, overdosage, and drug use without indication. Based on the results, it can be seen that the treatment for hospitalized COVID-19 patients at RSUI has the potential to experience drug related problems."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S70497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Asnah Nurjannah
"Puskesmas adalah fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menjadi salah satu pilihan terdekat untuk mendapatkan layanan kesehatan. Puskesmas Kecamatan Kalideres memiliki beberapa pelayanan kesehatan, salah satunya adalah Poli Penyakit Tidak Menular (PTM). Pasien penyakit tidak menular pada umumnya memerlukan pengendalian kondisi yang lama atau pengobatan jangka panjang serta umumnya mendapatkan lebih dari satu macam obat. Kondisi ini menyebabkan pasien rentan mengalami Drug Related Problem (DRPs). Unit farmasi puskesmas bertanggung jawab terhadap pelayanan farmasi kepada pasien untuk memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Pada penelitian ini, dilakukan identifikasi pada lima pasien rawat jalan Poli PTM Puskemas Kalideres bulan Mei 2023 untuk mengetahui jenis dan angka kejadian DRP. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dan penilaian DRPs dilakukan berdasarkan klasifikasi Hepler-Strand. Dari hasil kajian, jenis kejadian DRPs yang ditemukan meliputi dosis subterapetik (2), dosis berlebih (1), dan interaksi obat bersifat major (6).

Distrct health center is a first level health facility which is one of the closest options for getting health services. The Kalideres District Health Center has several health services, one of which is the Non-Communicable Diseases polyclinic. Patients with non-communicable diseases generally require long-term condition control or long-term treatment and generally receive more than one type of medication. This condition makes patients vulnerable to experiencing Drug Related Problems (DRPs). The pharmacy unit in district health center is responsible for providing pharmaceutical services to patients to maximize efficacy and minimize side effects. In this study, five outpatient with non-communicable diseases were identified at the Kalideres District Health Center in May 2023 to determine the type and incidence of DRP. Data collection was carried out retrospectively and DRPs assessment was carried out based on the Hepler-Strand classification. From the results of the study, the types of DRPs found included subtherapeutic doses (2), overdoses (1), and major drug interactions (6).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Ananda
"Evaluasi Penggunaan Obat atau EPO adalah kegiatan yang digunakan untuk mengevaluasi penggunaan obat dalam rangka menjamin obat yang digunakan sesuai dengan infikasi, efektif, aman, serta rasional sehingga dapat memberikan manfaat dalam rangka perbaikan pola pada penggunaan obat berkelanjutan dengan berdasarkan bukti. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) secara kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk melihat ketepatan penggunaan obat yang dilakukan berdasarkan kriteria penggunaan obat, sehingga EPO yang dilakukan secara kualitatif dapat dilakukan dengan adanya evaluasi Penggunaan Obat Rasional (POR) yang merupakan upaya untuk melakukan evaluasi kerasionalan penggunaan obat di Puskesmas dengan pedoman indikator peresepan pada WHO sedangkan secara kuantiatif dilakukan dengan metode ATC/DDD dan DU90% yang dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan Kalideres dengan penggunaan data obat periode Juli – Desember 2021 dengan hasil yang telah memenuhi target pemerintah dengan persentase >70% dan obat-obatan yang berada pada segmen DU 90%, yaitu Kaptopril tablet 25 mg, Metformin tablet 500 mg, Parasetamol tab 500 mg, Omeprazol kapsul 20 mg, dan Asam askorbat tablet 500 mg.

Evaluation of Drug Use or EPO is an activity used to evaluate drug use in order to ensure that the drug used is in accordance with the indications, effective, safe, and rational so that it can provide benefits in order to improve patterns of sustainable drug use based on evidence. Quantitative Drug Use Evaluation (EPO) is a method used to see the accuracy of drug use which is carried out based on the criteria for drug use, so that EPO which is carried out qualitatively can be carried out with an evaluation of Rational Drug Use (POR) which is an attempt to evaluate the rationality of drug use at the Health Center with guidelines on prescribing indicators at WHO while quantitatively carried out using the ATC/DDD and DU90% methods carried out by the Kalideres District Health Center using drug data for the period July - December 2021 with results that have met the government's target with a percentage of > 70% and drugs drugs that are in the 90% DU segment, namely Captopril tablets 25 mg, Metformin tablets 500 mg, Paracetamol tablets 500 mg, Omeprazole capsules 20 mg, and Ascorbic Acid tablets 500 mg. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Sylvarizky
"Lebih dari separuh dari seluruh obat di dunia diresepkan, diberikan dan dijual secara tidak tepat dan separuh dari pasien menggunakan obat secara tidak tepat. Penggunaan obatobatan yang berlebihan, kurang atau bahkan disalahgunakan dapat mengakibatkan pemborosan dan meluasnya bahaya kesehatan. Dalam memastikan penggunaan obat yang rasional diperlukan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) untuk menilai apakah obat tersebut digunakan secara rasional. EPO merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif demham melakukan evaluasi POR, dan secara kuantitatif dnegan metode ATC-DDD serta DU90%. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat di Puskesmas Kecamatan Kalideres pada periode Juli – Desember Tahun 2020 secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu penilaian secara kuantitatif dan penilaian secara kualitatif. Hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan dengan eksklusi berdasarkan nilai DDD, didapatkan sebanyak 79 jenis obat dan diperoleh nilai DDD sebesar 1.4999.903,6 dengan jumlah DDD terbesar yaitu amlodipin sebesar 488.910. Selain itu, terdapat 20 jenis obat yang berada dalams segmen DU90%. Sedangkan, secara kualitatif menggunakan beberapa indikator peresepean untuk tiga diagnosis penyakit, yaitu ISPA Non-Pneumonia, Diare Non-Spesifik dan Myalgia, serta rerata obat yang diresepkan untuk tiga penyakit tersebut penggunaan obat dikatakan sudah rasional, , didapatkan nilai rata-rata Capaian Kinerja POR sebesar 102,41%.

More than half of all drugs worldwide are inappropriately prescribed, administered and sold and half of patients misuse drugs. Overuse, underuse, or even misuse of drugs can result in waste and widespread health hazards. A Drug Use Evaluation (DUE) is required to assess whether the drug is used rationally to ensure the rational use of drugs. EPO is a structured and qualitatively continuous drug use evaluation program that evaluates RDU and quantitatively with the ATC-DDD and DU90% methods. This special task aims to quantitatively determine the profile of drug use in the Kalideres District Health Center in July – December 2020 quantitatively and qualitatively. The research was conducted in two stages: quantitative and qualitative. The study's results quantitatively showed that with exclusion based on DDD values, 79 types of drugs were obtained, and DDD values were obtained of 1,4999,903.6 with the largest amount of DDD, namely amlodipine of 488,910. In addition, there are 20 types of drugs in the DU90% segment. Meanwhile, qualitatively using several prescribing indicators for three disease diagnoses, namely Non-Pneumonia ARI, Non-Specific Diarrhea, and Myalgia, as well as the average drug prescribed for the three diseases, the use of drugs is said to be rational, the average value of POR Performance Achievement is 102.41%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ermita Izmi Ariana
"

Praktik kerja profesi di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama periode bulan September tahun 2018 bertujuan untuk mampu memahami peranan, tugas, dan tanggung jawab apoteker dalam praktik pelayanan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan ketentuan perundangan dan etika farmasi yang berlaku, dan dalam bidang kesehatan masyarakat, memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku, serta wawasan dan pengalaman nyata untuk melakukan praktik profesi dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas, melihat dan mempelajari strategi dan pengembangan praktik profesi apoteker di Puskesmas, memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktik dan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas, dan mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain yang bertugas di Puskesmas. Praktik kerja profesi dilakukan selama dua minggu dengan tugas khusus berjudul “Analisis Pemakaian Obat Jiwa di Poli Jiwa Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Periode Januari-Juni 2018” yang betujuan untuk mengetahui penggunaan dan kriteria pengobatan yang diresepkan terhadap kondisi pasien penerima obat-obatan jiwa di Poli Jiwa Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama periode Januari 2018-Juni 2018.


Internship at public health center sub-district Kebayoran Lsms period September 2018 aims to understand the roles, duties, and responsibilities of pharmacists in pharmaceutical service practices at public health center in accordance with applicable laws and ethics, and in public health field, have the knowledge, skills, behavior, insight, and experience to perform professional practice and pharmaceutical work, see and learn the strategy and development of pharmacist professional practice, and to be able to communicate and interact with other healthcare profession at public health center. This internship was conducted for two weeks with an assignment titled “Analysis of mental medicine use by psychiatrist in Public Health Center Sub-district Kebayoran Lama Period January 2018 – June 2018” with purpose to know the use and criteria of prescribed mental medicine to patient’s condition received the drugs in Public Health Center Sub-district Kebayoran Lama Period January 2018 – June 2018.

"
2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agetha Lautania Harsono
"Profesi apoteker mempunyai peran penting dalam pekerjaan kefarmasian. Salah satu hal penting yang harus dilakukan untuk menjadi seorang apoteker profesional adalah berpartisipasi langsung dalam melakukan praktik kefarmasian. Maka dari itu, calon apoteker dituntut untuk menjalani praktik profesi sebagai bekal pengalaman untuk memahami peran apoteker dan meningkatkan kompetensi sebelum memasuki dunia kerja. Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Apotek Atrika periode Juni 2021, PT Dankos Farma periode September –Oktober 2021, PT Anugerah Pharmindo Lestari periode November 2021, dan Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo periode Desember 2021. Dengan melaksanakan kegiatan PKPA di apotek, industri farmasi, pedagang besar farmasi, dan puskesmas tersebut, calon apoteker diharapkan mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman yang sesuai untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.

Pharmacists have important role in pharmacy practice. One of important things that must be done to become a professional pharmacist is participate directly in the practice of pharmacy. Therefore, prospective pharmacists are required to undergo professional practice as a provision experience to understand the role of pharmacists and increase competence before entering the world of work. The Professional Practice of Pharmacist was held at Apotek Atrika period of June 2021, PT Dankos Farma period of September – October 2021, PT Anugerah Pharmindo Lestari period of November 2021, and Pasar Rebo Sub-district Health Center period of Desember 2021. By doing the activities in the pharmacy, pharmaceutical industry, distributor, and public health center, prospective pharmacists are expected to be able to obtain appropriate knowledge, skills, and experience to perform pharmaceutical practice."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>