Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82747 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Fully Noviyani
"Produksi sastra populer mengikuti selera masyarakat luas. Oleh sebab itu, sastra populer seringkali mengalami perubahan seiring dengan perubahan selera masyarakat. Pada tahun 2009, terbit novel populer yang menggunakan latar tempat kota di luar negeri. Setelah itu, mulai bermunculan novel-novel lain dengan latar tempat luar negeri. Bahkan, lokasi luar negeri bukan hanya muncul sebagai latar, melainkan juga sebagai judul novel. Dengan demikian, permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana penggunaan latar luar negeri dalam sastra populer. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan karakteristik tren latar tempat luar negeri dalam novel populer pada periode 2009-2016. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dan pendekatan sosiologi sastra. Objek kajian dalam penelitian ini adalah novel Winter in Tokyo (2008) karya Ilana Tan, Paris: Aline (2013) karya Prisca Primasari, dan Love in Marrakech (2016) karya Irene Dyah.
Popular literature production will always follow the direction of publics preference. Therefore, popular literature will always transform along with the shifting of publics preference. On 2009, an Indonesian popular literature with an overseas setting was published. Afterwards, other novels with overseas setting began to emerge. The use of overseas setting became a trend in Indonesian popular literature. Overseas location was not only used as the story setting, but also as title of the novel. This research discusses how overseas setting was used in Indonesian popular literature. The objective of this research is to signify the characteristic of overseas setting trend in Indonesian popular literature for the period of 2009-2016. This research is using sociology of literature approach and descriptive analytics method. The object of study of this research are Winter in Tokyo (2008) a novel by Ilana Tan, Paris: Aline (2013) a novel by Prisca Primasari, and Love in Marrakech (2016) a novel by Irene Dyah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Mizanie
"Fandom merupakan subkultur yang menjadi salah satu fitur penting dalam budaya
populer. Bagi industri K-Pop misalnya, kehadiran fandom berperan banyak untuk
mencapai popularitas. Kesuksesan BTS sebagai sebuah fenomena budaya juga tidak
lepas dari dukungan fandomnya yaitu ARMY yang kini telah menjadi sebuah fandom
global. Dengan fitur yang dimiliki masyarakat jejaring, fandom seperti ARMY sangat
aktif memproduksi media penggemar dan membagikannya di media sosial.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis etnografi
digital terhadap ARMY yang aktif di media sosial khususnya Twitter. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur sebagai data
primer, sementara observasi pasif sebagai data sekunder.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan kegiatan produktivitas media fandom ditandai
dengan membuat dan menyebarkan konten penggemar, melakukan promosi, dan
memberikan afeksi kepada objek fandom. Dalam penelitian ini juga tergambar
bagaimana produktivitas penggemar ini membentuk suatu budaya penggemar yang
unik. Ikatan emosional yang dirasakan ARMY juga menjadi penting untuk menjaga
mereka untuk tetap loyal terhadap fandom.

For the K-Pop industry, for example, the presence of fandom played a role in achieving
popularity. The success of BTS as a cultural phenomenon is also inseparable from the
support of the fandom, ARMY, which has become a global fandom. With the features
of the network society, fandoms like ARMY are very active in producing fan media
and sharing them on social media.
This study uses a qualitative approach with digital ethnographic analysis methods of
ARMY who are active on social media, especially Twitter. The data technique used
was semi-structured interviews as primary data, while passive observation was
secondary data.
The results of this study indicate the productivity of fandom media that creates and
approaches fans, promotes, and gives affection to fandom objects. This research also
illustrates how fan productivity forms a unique fan culture. The emotional bond
between BTS and ARMY is also important to keep them loyal to the fandom"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Afdan Muhammad
"Penelitian ini memiliki fokus mengenai pengaruh lagu pop pada perkembangan budaya populer Indonesia dalam kurun waktu tahun 1962 hingga 1976. Penelitian menggunakan metode ilmu sejarah yang terdiri atas tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sebagai pendukung penelitian turut digunakan disiplin ilmu kajian budaya. Budaya populer adalah budaya yang diproduksi secara massal untuk konsumsi massal. Kebudayaan ini berasal dari negara-negara Barat yang selanjutnya menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Masuknya budaya populer Barat ke Indonesia ditandai dengan diputarnya lagu-lagu Barat di radio pada periode 1950-an. Musik Barat yang masuk ke Indonesia mengalami hibriditas untuk menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat. Proses hibriditas tersebut selanjutnya mendorong kemunculan musisi-musisi pop Indonesia pada periode 1960-an seperti Koes Bersaudara dan Lilis Suryani. Keduanya berhasil mendorong perkembangan budaya populer Indonesia pada periode 1970-an melalui lagu-lagu pop yang mereka nyanyikan. Hasil temuan penelitian ini adalah bagaimana musik pop yang berasal dari Barat bisa berkembang di Indonesia. Kalangan remaja memiliki peran penting dalam perkembangan musik pop sebagai budaya populer. Selain itu, menarik untuk diketahui bagaimana perbedaan sikap pemerintah Orde Lama dan Orde Baru terkait musik pop yang dipandang sebagai budaya Barat. Budaya populer Indonesia cenderung mengalami kemajuan setelah musik pop berkembang pesat.

This research has focus about pop song`s influence in the development of Indonesian popular culture from 1962 to 1976. The research using method of history that consists stage of heuristic, criticism, interpretation and historiography. As a research supporting studies, cultural studies will be used too. Popular culture is a culture that mass produced for mass consumption. This culture comes from Western countries then spread to various countries, including Indonesia. The entry of popular culture in Indonesia was marked by the Western pop songs that plays on the radio in the 1950s. Western pop music that entered Indonesia subsequently experienced hybridity to adapt to society condition. The process then encourages emergence of Indonesian pop musicians in the 1960s, such as Koes Bersaudara and Lilis Suryani. Both of them success developing Indonesian popular culture in the 1970`s through their pop songs. The result of this research is how pop music that comes from Western can develops in Indonesia. Adolescents have an important role in the development pop music as popular culture. It is also interesting to know how differences Old Order and New Order attitude towards pop music which is seen as Western culture. Indonesian popular culture tends to experience progress after pop music has developed rapidly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia,
895 MISI
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Tsani Almasah
"Industri budaya populer Korea Selatan telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa jika dibandingkan pada awal perkembangannya di tahun 2000-an. Meskipun telah banyak penelitian yang memberikan wawasan mengenai hubungan antara budaya populer dan pariwisata, masih sedikit yang membahas mengenai bagaimana industri budaya populer Korea Selatan berperan dalam membentuk dan mengubah citra negaranya. Penelitian ini kemudian hadir untuk mengonfirmasi hubungan antara budaya populer Korea Selatan (Hallyu) dengan citra negara Korea Selatan dengan menggunakan musik (K-Pop), serial drama (K-Drama), dan film Korea Selatan sebagai objek penelitiannya. Survei diikuti oleh 280 responden usia sekolah menengah atas (perempuan = 66,1%) yang familiar dengan budaya populer Korea Selatan. Temuan menunjukkan bahwa Hallyu berpengaruh terhadap citra negara Korea Selatan. Akan tetapi, hasil dari uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa Hallyu bukanlah faktor pemengaruh satu-satunya dalam pembentukan citra negara Korea Selatan (R2 = 36,8%).

South Korea's popular culture industry has seen tremendous growth compared to its early development in the 2000s. While studies have provided many insight into the relationship between popular culture and tourism, little has been discussed about how South Korea's popular culture industry plays a role in shaping and changing its country's image. This research is then aimed to confirm the relationship between South Korean popular culture (Hallyu) and the country image of South Korea by using music (K-Pop), drama series (K-Drama), and South Korean films as the research objects. Valid survey responses were collected from 280 high school students respondents (female = 66,1%) who are familiar with South Korean popular culture. The findings showed that Hallyu has an effect on the country's image of South Korea. However, the coefficient of determination analysis test shows that Hallyu is not the only influencing factor that could contribute to South Korea's country image (R2 = 36,8%)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Fakultas Sastra UI, 1981
UI-LSTRA (6) 1981
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Balqis Cemal Xaviera Hadi
"Terdapat mutualisme (hubungan saling menguntungkan) antara penggemar dan industri budaya populer. Adanya perspektif negatif terkait penggemar yang menyatakannya sebagai sesuatu yang pasif dan tidak terberdayakan perlu diubah. Berangkat dari hal tersebut, penulis melakukan studi terhadap penggemar NCT (NCTzen) melalui karya penggemar Alternate Universe (AU) dan novel Butterflies yang dibuat oleh Alesa Cakes. Tulisan ini bertujuan untuk melihat mutualisme antara Alesa Cakes sebagai penggemar NCT dan industri budaya populer. Penulis melakukan analisis deskriptif dengan memerhatikan beberapa aspek, yaitu (1) penggemar sebagai textual poacher, (2) penggemar sebagai pemasaran industri budaya populer (fan-labour), (3) fantrepreneurship dan karya penggemar, dan (4) produsage pada karya penggemar. Dari analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa Alesa Cakes berhasil memberdayakan dirinya melalui komersialisasi karya penggemar Alternate Universe (AU) Butterflies menjadi sebuah novel dengan judul serupa. Penciptaan karya penggemar tersebut turut menguntungkan industri budaya populer karena membantu memasarkan produk media, yaitu Haechan (NCT) pada khalayak umum.

There is mutualism between fans and the popular culture industry. There is a negative perspective regarding fans who declare it as something passive and helpless that needs to be changed. Based on this, the author studied NCT fans (NCTzen) through Alternate Universe (AU) fan art and the Butterflies novel by Alesa Cakes. This paper aims to see the mutualism between Alesa Cakes as a fan of NCT and the popular culture industry. The author conducts a descriptive analysis by paying attention to several aspects, namely (1) fans as textual poachers, (2) fans as the marketing for the popular culture industry (fan-labour), (3) fantrepreneurship and fanworks, (4)Production of fanworks. From the analysis conducted, it was found that Alesa Cakes succeeded in empowering herself through the commercialization of the fan work Alternate Universe (AU) Butterflies into a novel with a similar title. The creation of fan art also benefits the popular culture industry because it helps market the media product, namely Haechan (NCT), to the general public."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fiske, John
Yogyakarta: Jalasutra, 2011
306.4 FIS ut
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Storey, John, 1950-
Athens: University of Georgia Press, 1998
306.01 STO i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mimandita Atsari
"Artikel ini membahas bagaimana budaya otaku sebagai sebuah budaya populer visual Jepang dikonsumsi oleh kaum muda di Jakarta. Budaya ini juga direproduksi melalui identifikasi diri mereka. Studi ini menggunakan kerangka berpikir industri budaya oleh Adorno dan Horkheimer. Peneliti berargumen bahwa budaya otaku anime, manga, dan video games bekerja sebagai mass consumption dengan menawarkan fungsi image creation atau fantasi akan dunia. Hal ini mendukung bekerjanya industri budaya sebagaimana digambarkan oleh Adorno dan Horkheimer. Temuan data menunjukkan bahwa budaya otaku, di satu sisi mendukung prinsip bekerjanya industri budaya, namun di sisi lain memunculkan kapasitas agensi melalui tiga tahap pengidentifikasian otaku dan reproduksi narasi dari para penggemarnya. Ditemukan pula bahwa budaya otaku mampu menjadi budaya populer yang bersifat transnasional karena memenuhi kebutuhan sosial kaum muda yang berbeda latar belakang kebangsaan. Budaya otaku menjadi suatu hal yang dekat dalam kehidupan sebagian kaum muda yang menemani mereka menuju kedewasaan.

This article discusses how otaku culture as a Japanese visual popular culture is consumed by youths in Jakarta. This culture is also reproduced through self identification. It is argued that otaku culture anime, manga, and video games works to generate mass consumption by offering an image creation or fantasy function. This supports how culture industry works as explained by Adorno and Horkheimer. It is found that otaku culture, on one side supports the principal function of culture industry, but on the other creates a capacity of agency through three stages of otaku identification and reproduction of narratives by its fans. It is also found that otaku culture can become a transnational popular culture for its function that mediates social needs of particular youths with different national backgrounds. Otaku culture becomes a close matter in the lives of particular youths that accompanies them as they grow into adulthood.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>