Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129402 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vannisa Nabilla Widyantari
"ABSTRAK
Penggunaan antibiotik yang tinggi dapat menimbulkan risiko peresepan yang tidak rasional. Salah satu cara untuk mendukung penggunaan antibiotik secara rasional adalah dengan mengevaluasi penggunaan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru Tahun 2018. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan total sampling. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder berupa resep antibiotik oral di Puskesmas Kabupaten Kebayoran Baru Tahun 2018. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10553 resep. Evaluasi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi kuantitatif menggunakan metode yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO), yaitu Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD). Evaluasi kualitatif menggunakan metode Pemanfaatan Obat 90% (DU90%) dan kesesuaian penggunaan antibiotik dengan daftar obat dalam Formularium Nasional Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Tiga jenis antibiotik dengan penggunaan tertinggi berdasarkan nilai DDD/1000 pasien/hari adalah amoksisilin (0,9358 DDD/1000 pasien/hari), ciprofloxacin (0,4940 DDD/1000 pasien/hari), dan cefadroxil (0,1983 DDD/1000 pasien). . pasien/hari). Antibiotik yang membentuk 90% segmen Penggunaan Obat adalah amoksisilin, ciprofloxacin, cefadroxil dan thiamphenicol. Kesesuaian penggunaan antibiotik dengan Formularium Nasional Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) adalah 70%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru cenderung tinggi dan belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman Formularium Nasional.
ABSTRACT
The high use of antibiotics can pose a risk of irrational prescribing. One way to support the rational use of antibiotics is to evaluate the use of antibiotics. This study aims to evaluate the use of antibiotics in outpatients at the Kebayoran Baru District Health Center in 2018. The research design used was cross sectional and descriptive. Data was collected retrospectively using total sampling. The research data used is secondary data in the form of oral antibiotic prescriptions at the Kebayoran Baru District Health Center in 2018. The number of samples used in this study was 10553 prescriptions. Evaluation is done quantitatively and qualitatively. The quantitative evaluation used the method recommended by the World Health Organization (WHO), namely Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD). The qualitative evaluation used the 90% Drug Utilization method (DU90%) and the suitability of the use of antibiotics with the list of drugs in the National Formulary of First Level Health Facilities (FKTP). The three types of antibiotics with the highest use based on DDD values/1000 patients/day were amoxicillin (0.9358 DDD/1000 patients/day), ciprofloxacin (0.4940 DDD/1000 patients/day), and cefadroxil (0.1983 DDD/1000 patients). patient). . patients/day). The antibiotics that make up 90% of the Drug Use segment are amoxicillin, ciprofloxacin, cefadroxil and thiamphenicol. The suitability of the use of antibiotics with the National Formulary of First Level Health Facilities (FKTP) is 70%. From the results of this study, it can be concluded that the use of antibiotics in the Kebayoran Baru District Health Center tends to be high and has not fully complied with the guidelines of the National Formulary."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Berintan
"Puskesmas memiliki peran untuk melakukan upaya kesehatan masyarakat, diantaranya adalah farmasi yang mencakup pengelolaan obat-obatan dan alat kesehatan yang diperlukan. Evaluasi penggunaan obat (EPO) adalah sistem evaluasi yang terstruktur untuk memastikan ketepatan penggunaan obat. EPO dapat memberikan gambaran penggunaan obat sehingga dapat memberi masukan untuk pengelolaan obat dan evaluasi efektivitas terapi obat. Metode ATC/DDD adalah metode yang direkomendasikan WHO untuk analisis kuantitatif penggunaan obat secara internasional. Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) adalah klasifikasi obat berdasarkan lokasi kerja, efek terapi, farmakologi, dan sifat kimia obat sedangkan Defined Daily Dose (DDD) adalah dosis pemeliharaan rata-rata per hari pada pasien dewasa. Antibiotika merupakan obat antibakteri yang perlu ditangani dengan hati-hati, karena penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau resistensi mikroba. Laporan ini membahas analisis penggunaan obat golongan antibiotika dengan metode ATC/DDD di Puskesmas Kecamatan Jatinegara pada tahun 2021. Hasil laporan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi dalam perencanaan obat di masa depan.

Community health centers have a role to do community health improvements, which among them is pharmacy that includes management of the drugs and healthcare tools needed. Drug use evaluation is a structured system of evaluation to ensure the accuracy of drug usage. This evaluation can help give a picture of drug use that can help in drug management and evaluation of the effectivity of therapy. The ATC/DDD method is a method recommended by WHO for quantitative drug analysis internationally. Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) is a classification of drugs based on location of action, therapeutic effect, pharmacology, and chemical property while Defined Daily Dose (DDD) is the average maintenance dose on adult patients. Antibiotics is a group of antibacterial drugs that needs careful management, for that incorrect usage can cause health issues or microbial resistance. This report discusses the analysis of the use of antibiotics with ATC/DDD method on Jatinegara community health center on 2021. The result of this report is hoped to be a source of information for future plannings of drugs.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fismia Hikmah Tiara
"Evaluasi Penggunaan Obat Dispepsia pada Pasien Dispepsia berdasarkan Metode ATC/DDD di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2015-2016Prevalensi dispepsia yang tinggi di Indonesia menyebabkan banyaknya penggunaan obat dispepsia di fasilitas kesehatan. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus mengacu pada Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pola penggunaan obat dispepsia pada pasien dispepsia di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat tahun 2015-2016. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode ATC/DDD dan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien. Dispepsia diklasifikasikan berdasarkan kode ATC dan dihitung kuantitasnya dalam satuan DDD dan DDD/1000 pasien/hari. Sampel adalah resep pasien dengan obat dispepsia pada tahun 2015 hingga 2016. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kuantitas penggunaan obat dispepsia yang dinyatakan dalam DDD dan DDD/1000 pasien/hari pada tahun 2015 adalah 45362,24 dan 1,396 sedangkan tahun 2016 adalah 40315,20 dan 1,169. Obat dispepsia yang paling banyak digunakan pada tahun 2015 dan 2016 adalah antasida. Obat dispepsia yang menyusun 90 penggunaan obat pada tahun 2015 dan 2016 adalah antasida, ranitidin dan omeprazol. Persentase kesesuaian penggunaan obat dispepsia dengan Formularium Nasional pada tahun 2015 dan 2016 adalah 62,50 dan 83,33 . Hasil evaluasi menunjukkan kuantitas penggunaan obat dispepsia tertinggi pada tahun 2015 dengan penggunaan obat terbanyak, yaitu antasida serta sesuai dengan Formularium Nasional.

Evaluation of Dyspepsia Drug Utilization in Dyspepsia Patients with ATC DDD Methode at Puskesmas Kembangan West Jakarta 2015 2016 The high prevelance of dyspepsia in Indonesia leads to a large number of dyspepsia drug usage in healthcare facility. Drug usage in healthcare facility must obey the national formulary. This research aims to evaluate the dyspepsia drug usage pattern in dyspepsia patient at Puskesmas Kecamatan Kembangan West Jakarta in 2015 2016. This was a descriptive design research with ATC DDD method and the data was collected retrospectively from patient rsquo s prescription. Dyspepsia was classified based on ATC code and its quantity was calculated in DDD unit and DDD 1000 patient day. Sample was patient rsquo s prescription with dyspepsia drug in 2015 until 2016. The analysis rsquo results showed that the quantity of dyspepsia drug usage stated in DDD and DDD 1000 patient day in 2015 was 45362.24 and 1.396. The DDD and DDD 1000 patient day in 2016 was 40315.20 and 1.169. The most used dyspepsia drug in 2015 and 2016 was antacid. Dyspepsia drug which constructed 90 drug usage in 2015 and 2016 was antacid, ranitidine, and omeprazole. The percentage of conformity between dyspepsia drug usage with National Formularies in 2015 and 2016 was 62.50 and 83.33 . The result showed that in 2015 had a higher quantity of dyspepsia drug usage than 2016 and the most used drug was antacid and relevant with National Formularies."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Destiarini
"Tingginya angka kejadian dispepsia mempengaruhi pola penggunaan obat pada pasien dispepsia di fasilitas kesehatan, sehingga diperlukan evaluasi penggunaan obat. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus mengikuti acuan yang berlaku secara nasional, yaitu Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat pada pasien dispepsia. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien dan menggunakan metode ATC/DDD. Sampel adalah seluruh resep pasien dispepsia di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2016.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa 71,28 pasien dispepsia adalah perempuan, 38,90 berusia 45 sampai 60 tahun, dan 75,64 mengikuti program BPJS. Obat yang digunakan pada pasien dispepsia adalah antasida DOEN, ranitidin, simetidin, omeprazol, domperidon, dan papaverin. Kuantitas penggunaan obat dispepsia yang dinyatakan dalam DDD/1000 pasien/hari paling tinggi, yaitu ranitidin 4,35 . Obat pada pasien dispepsia yang menyusun segmen DU90 , yaitu ranitidin 41,15 , omeprazol 24,22 , antasida DOEN 19,28 , dan simetidin 11,10 . Penggunaan obat pada pasien dispepsia di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2016 sesuai dengan Formularium Nasional 87,54.

High incidence rate of dyspepsia affects the pattern of drug use of dyspepsia patients in the health facilities, it is necessary to evaluate the use of drugs. The uses of drugs in health facilities must comply with applicable national reference that the national formulary. This research aimed to evaluate the usage of drug from dyspepsia patients. The research rsquo s design was descriptive with retrospective data collection from patient rsquo s prescriptions by using the ATC DDD method. The samples used in this study were all prescriptions of dyspepsia patients at Puskesmas Pasar Minggu in 2016.
The results showed that 71,28 of dyspepsia patients were females, 38,90 were 45 to 60 years old and 75,64 of them followed the BPJS program. The drugs that used for dyspepsia patients were antacid DOEN, ranitidine, cimetidine, omeprazole, domperidon, and papaverine. The highest quantity of dyspepsia drug use expressed in the DDD 1000 patients per day was ranitidine 4,35 . Drugs for dyspepsia patients that made up the DU90 segment were ranitidine 41,15 , omeprazole 24,22 , antacid DOEN 19,28 , and cimetidine 11,10 . The use of drugs for dyspepsia patients at Puskesmas Pasar Minggu in 2016 was appropriate according to National Formulary 87,54.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Sulistiarini
"Tingginya prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia akan mempengaruhi pola penggunaan obat antihipertensi di fasilitas kesehatan. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus mengacu pada Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat pada tahun 2015-2016 menggunakan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose ATC/DDD . Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien. Antihipertensi diklasifikasikan berdasarkan kode ATC dan dihitung kuantitasnya dalam satuan DDD dan DDD/1000 pasien/hari. Sampel adalah resep pasien dengan obat antihipertensi pada tahun 2015 hingga 2016.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kuantitas penggunaan antihipertensi yang dinyatakan dalam DDD dan DDD/1000 pasien/hari pada tahun 2015 adalah 44.158,33 dan 1,3950. Nilai DDD dan DDD/1000 pasien/hari pada tahun 2016 adalah 78.651,92 dan 2,3311. Obat antihipertensi yang menyusun 90 penggunaan obat pada tahun 2015 dan 2016 adalah amlodipin dan kaptopril. Persentase kesesuaian penggunaan obat antihipertensi dengan Formularium Nasional pada tahun 2015 dan 2016 adalah 84,62 dan 81,82 . Hasil penelitian menunjukkan obat antihipertensi yang paling banyak digunakan pada tahun 2015 dan 2016 adalah amlodipin dan kuantitas penggunaan obat antihipertensi pada tahun 2016 lebih tinggi dibandingkan tahun 2015.

The high prevalence of hypertension will affect drug utilization pattern of antihypertensive in healthcare facilities. The use of drugs in healthcare facilities should refer to the national formulary. This study was aimed to evaluate the drug utilization of antihypertensive at Puskesmas Kembangan, West Jakarta 2015 2016 with ATC DDD Anatomical Therapeutic Chemical Defined Daily Dose method. It was a descriptive study. Data was collected retrospectively from patient prescriptions. Antihypertensive classification based on ATC and the quantity was counted by DDD and DDD 1000 patients day. Samples were patient prescriptions that contain antihypertensive drug within period 2015 till 2016.
Based on the analysis, quantity of drug utilization in DDD and DDD 1000 patients day in 2015 were 44,158.33 and 1.3950. DDD and DDD 1000 patients day in 2016 were 78,651.92 and 2.3311. Antihypertensive drugs made up drug utilization 90 in 2015 and 2016 were amlodipine and captopril. The percentages of compatibility of antihypertensive usage with national formulary in 2015 and 2016 were 84.62 and 81.82 . The result of this study showed the most used antihypertensive in 2015 and 2016 was amlodipine and the quantity of antihypertensive utilization in 2016 was higher than 2015.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulastri Dakhi
"Penggunaan antibiotik yang tinggi dapat menyebabkan penggunaan antibiotik yang tidak rasional sehingga meningkatkan insiden resistensi antibiotik, peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik di Klinik Satelit UI pada tahun 2018. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan metode Anatomi Terapeutik Kimia/Dosis Harian Dosis (ATC/DDD), dan kesesuaian antibiotik dengan Formularium Nasional untuk Level I Fasilitas Kesehatan dinilai. Desain penelitian adalah cross sectional dengan mengumpulkan data secara retrospektif. Data yang dianalisis adalah semua data resep yang mengandung antibiotik dengan total sampling. Total sampel penelitian ini adalah 2.886 resep. Jenis antibiotik yang banyak diresepkan adalah amoksisilin 32,27%, cefadroxyl 19,30% dan sefiksim 15,29%. Banyak pasien yang diresepkan antibiotik adalah wanita 60,2%, pasien berusia 18- <25 adalah 84,37% dan siswa adalah 83,68%. Penggunaan antibiotik adalah 1,146 DDD/1000 pasien/hari. Kesesuaian penggunaan antibiotik dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat I adalah 47%. Penggunaan antibiotik di Klinik Satelit UI cenderung rendah dan tidak sesuai dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat I

High antibiotic use can lead to irrational use of antibiotics thereby increasing the incidence of antibiotic resistance, increasing patient morbidity and mortality. This study aims to evaluate the use of antibiotics at the UI Satellite Clinic in 2018. This research was conducted quantitatively by the Chemical Therapeutic Anatomy/Daily Dose (ATC/DDD) method, and the antibiotic suitability with the National Formulary for Level I Health Facilities was assessed. The study design was cross sectional by collecting data retrospectively. Data analyzed were all prescription data containing antibiotics with total sampling. The total sample of this study was 2,886 recipes. The most prescribed types of antibiotics are amoxicillin 32.27%, cefadroxyl 19.30% and cefixime 15.29%. Many patients who were prescribed antibiotics were 60.2% women, patients aged 18- <25 were 84.37% and students were 83.68%. The use of antibiotics is 1,146 DDD/1000 patients/day. The suitability of antibiotic use with the National Formulary for Level I Health Facilities is 47%. The use of antibiotics in the UI Satellite Clinic tends to be low and not in accordance with the National Formulary for Level I Health Facilities."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peni Patmawati
"Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih pada saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Infeksi ini pada umumnya disebabkan oleh mikroorganisme, akan tetapi ISPA paling banyak disebabkan oleh bakteri dan virus. Tingginya prevalensi ISPA non pneumonia akan mempengaruhi pola penggunaan antibiotik di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien anak yang terkena ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji Depok pada tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data resep pasien dengan teknik total sampling. Evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif menggunakan Anatomical Therapeutical Chemical /Defined Daily Dose (ATC/DDD). Antibiotik diklasifikasikan berdasarkan ATC dan kuantitas dihitung dalam satuan PDD. Kualitas dinyatakan dalam jenis obat yang termasuk dalam Drug Utilization 90% (DU 90%) dan kesesuaiannya terhadap formularium nasional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien anak (usia 1-18 tahun) yang menderita ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji tahun 2017 dengan terapi antibiotik. Prevalensi pada pasien anak ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji tahun 2017 yaitu pasien laki-laki (55.79%), perempuan (44.21%). Kuantitas penggunaan antibiotik yang dinyatakan dalam satuan PDD adalah amoksisilin (335.250 g), siprofloksasin (10g) dan nilai PDD/1000 pasien perhari pada amoksisilin (7.1757), siprofloksasin (0.2140).Antibiotik yang menyusun DU 90% ialah amoksisilin. Persentase kesesuaian penggunaan antibiotik dengan Formularium Nasional di Puskesmas Beji tahun 2017 adalah 100%. Jenis antibiotik yang digunakan ialah amoksisilin dan siprofloksasin.

Acute Respiratory Infections (ARI) is an acute infection that attacks one or more parts of the upper or lower respiratory tract. This infection is generally caused by microorganisms, however most ARIs are caused by bacteria and viruses. Prevalence of ARI will affect the pattern of antibiotics uses in healthcare facilities. This research aims to evaluate the use of antibiotics in pediatric patients effected by non pneumonia ARI at Puskesmas Beji depok in 2017. This research is a descriptive research with cross-sectional study design. Data collection is done retrospectively using patient prescription data and total sampling technique. Evaluation of antibiotic is carried out quantitative and qualitative use ATC/DDD (Anatomical Therapeutical Chemical/Defined Daily Dose) method. Antibiotics are classified based on the ATC and quantity is calculated in PDD/1000 patients per day. The quality is stated in Drug Utilization 90% (DU 90%). Sample of this research is all pediatric patients (aged 1-18 years old) who suffered from non pneumonia ARI at Puskesmas Beji in 2017 and need antibiotic therapy. The prevalence of non-pneumonia ARI Child at Beji Public health center in 2017 were male patients (55,79%), female patients (44,21%). The quantity of antibiotics used which expressed in PDD units were amoxicillin (335,250 g), ciprofloxacin (10 g) and the PDD value/ 100 patients / day were amoxicillin (1.17557), ciprofloxacin (0,2140). Antibiotics that composed in DU 90% segment is amoxicillin. The percentage of antibiotic’s used with national formulary at Beji Public Center was 100%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fitriana Lupitaningrum
"Penggunaan antibiotik harus digunakan secara bijak dan rasional sehingga diperlukan evaluasi penggunaan antibiotik agar menurunkan kejadian resistensi. WHO merekomendasikan metode ATC/DDD yang mengukur secara kuantitatif besarnya nilai DDD penggunaan antibiotik. Tujuan dari metode ATC/DDD adalah sebagai alat pemantauan dan evaluasi penggunaan obat dalam rangka meningkatkan kualitas penggunaan obat, yang hasilnya dapat dibandingkan di berbagai tingkat fasilitas kesehatan, nasional maupun internasional. Data daftar realisisasi obat yang diperoleh dari Puskesmas Cipinang Besar Utara dikelompokkan ke kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian kelompok kriteria inklusi dianalisis datanya menggunakan Microsoft Excel. Data yang dianalisis diantaranya adalah nilai DDD/1000 pasien/hari, DU 90%, dan presentasi kesesuaian penggunaan obat.Obat antibiotik yang mencakup 90% penggunaan dari seluruh obat antibiotik di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara adalah Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Isoniazid dengan penggunaan terbanyak adalah Amoxicillin, yang mencakup 75,02% dari seluruh antibiotik. Expenditure untuk obat antibiotik adalah Amoxicillin, yang mencakup 76,35% dari seluruh pengeluaran obat antibiotik. Pengeluaran terbesar per DDD atau Cost/DDD terbesar adalah Clindamycin, dengan Cost/DDD Rp3.200,00 / DDD.Saran untuk Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara untuk mengevaluasi obat golongan antibiotik yang digunakan dan menentukan apabila diperlukan perbaikan atau perubahan. Saran untuk evaluasi selanjutnya agar mencakup ruang lingkup obat yang lebih luas, atau melakukan evaluasi dari periode waktu yang lebih luas untuk mendapatkan lebih banyak data sebagai pembanding.

The use of antibiotics must be wisely and rationally so that it is necessary to evaluate the use of antibiotics in order toreduce the incidence of resistance. WHO recommends the ATC/DDD method which quantitatively measures the DDDvalue of antibiotic use. The aim of the ATC/DDD method is as a tool for monitoring and evaluating drug use in order toimprove the quality of drug use, the results of which can be compared at various levels of health facilities, national and international. Drug realization list data obtained from the Cipinang Besar Utara Community Health Center is grouped into inclusion and exclusion criteria. Then the data were analyzed for the inclusion criteria groups using MicrosoftExcel. The data analyzed include the value of DDD/1000 patients/day, DU 90%, and presentation of appropriateness of drug use. Antibiotic drugs that cover 90% of the use of all antibiotic drugs at the Cipinang Besar Utara SubdistrictHealth Center are Amoxicillin, Ciprofloxacin, and Isoniazid with the most use. is Amoxicillin, which accounts for75.02% of all antibiotics. Expenditure for antibiotic drugs is Amoxicillin, which covers 76.35% of all antibiotic drugexpenditure. The largest expenditure per DDD or the largest Cost/DDD is Clindamycin, with a Cost/DDD of IDR 3,200.00 / DDD. Suggestions for the Cipinang Besar Utara Subdistrict Health Center to evaluate the antibiotic class of drugs used and determine if improvements or changes are needed. Suggestions for further evaluation include a wider scope of drugs, or conduct evaluations over a wider time period to obtain more data for comparison.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hadra Khalisya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik oral di Puskesmas Pembantu Cipinang Melayu pada tahun 2022 menggunakan metode ATC/DDD (Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose). Evaluasi ini penting dilakukan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik dalam upaya mencegah resistensi antibiotik. Data diperoleh secara retrospektif dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), jumlah pasien, serta harga obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotik yang paling banyak digunakan adalah amoksisilin, dengan nilai DDD tertimbang sebesar 556 DDD/1000 pasien dan persentase penggunaan sebesar 69,67%. Kelas terapi antibiotik yang paling banyak digunakan adalah antibiotik untuk penggunaan sistemik dengan kode ATC J01, yang mencakup 98,92% dari total penggunaan. Berdasarkan expenditure (pengeluaran biaya), amoksisilin juga merupakan antibiotik dengan pengeluaran biaya tertinggi, sebesar 70,07% dari total pengeluaran untuk antibiotik di Puskesmas Pembantu Cipinang Melayu. Penelitian ini menyimpulkan bahwa amoksisilin adalah antibiotik yang paling sering digunakan dan paling besar pengeluaran biayanya. Disarankan agar dilakukan evaluasi lebih lanjut menggunakan data rekam medis pasien untuk menilai ketepatan pemberian antibiotik berdasarkan diagnosis yang lebih akurat.

This study aims to evaluate the use of oral antibiotics at Cipinang Melayu Sub-Health Center in 2022 using the ATC/DDD (Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose) method. This evaluation is essential to assess the rationality of antibiotic use in efforts to prevent antibiotic resistance. Data were collected retrospectively from the Drug Usage and Request Form (LPLPO), patient numbers, and drug prices. The results show that the most frequently used antibiotic was amoxicillin, with a weighted DDD value of 556 DDD/1000 patients and a usage percentage of 69.67%. The most commonly used therapeutic class of antibiotics was systemic antibiotics with ATC code J01, accounting for 98.92% of total usage. In terms of expenditure, amoxicillin also had the highest cost, comprising 70.07% of the total antibiotic expenditure at Cipinang Melayu Sub-Health Center. This study concludes that amoxicillin is the most frequently used antibiotic and incurs the highest cost. It is recommended that further evaluation be conducted using patient medical records to assess the appropriateness of antibiotic prescription based on more accurate diagnoses. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Maureen Wijaya
"Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi dapat menimbulkan permasalahan seperti resistensi bakteri terhadap antibiotik sehingga perlu dilakukan evaluasi penggunaan obat golongan antibiotik. Daftar realisasi obat antibiotik tahun 2022 didapat dari Puskesmas Kelurahan Cipinang Muara. ATC dan DDD obat diperoleh dari situs WHO (www.whocc.no/atc_ddd_indexhpx/). Data jumlah populasi penduduk di Kelurahan Cipinang Muara diperoleh dari https://timur.jakarta.go.id/kelurahan/cipinang-muara yaitu sebanyak 55.982 jiwa. Pengolahan data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel. Hasil evaluasi penggunaan obat antibiotik menggunakan menunjukkan bahwa antibiotik yang mencakup 90% dari penggunaan obat antibiotik di Puskesmas Kelurahan Cipinang Muara adalah Amoksisilin, Kotrimoksazol, Siprofloksasin, dan Doksisiklin. Penggunaan antibiotik terbesar yaitu Amoksisilin dengan presentase 46,99% dari penggunaan seluruh obat golongan antibiotik. Biaya obat antibiotik terbesar yaitu Amoksisilin dengan presentase 61,50% dari pengeluaran seluruh obat golongan antibiotik. Biaya per DDD atau Cost/DDD terbesaar yaitu Kloramfenikol dengan nilai Cost/DDD sebesar Rp 6.540 / DDD.

The relatively high intensity of antibiotic use can cause problems such as bacterial resistance to antibiotics so it is necessary to evaluate the use of antibiotic class drugs. The list of antibiotic drug realization in 2022 was obtained from the Cipinang Muara Village Health Center. ATC and DDD of drugs were obtained from the WHO website (www.whocc.no/atc_ddd_indexhpx/). Data on the total population in Cipinang Muara Village was obtained from https://timur.jakarta.go.id/kelurahan/cipinang-muara which is 55,982 people. Data processing was done using Microsoft Excel program. The results of the evaluation of antibiotic drug use show that antibiotics that cover 90% of antibiotic drug use at the Cipinang Muara Village Health Center are Amoxicillin, Cotrimoxazole, Cyprofloxacin, and Doxycycline. The largest use of antibiotics is Amoxicillin with a percentage of 46.99% of the use of all antibiotic class drugs. The largest antibiotic drug cost is Amoxicillin with a percentage of 61.50% of all antibiotic class drug expenditures. The cost per DDD or Cost / DDD is Chloramphenicol with a Cost / DDD value of Rp 6,540 / DDD.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>