Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53999 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Nurhidayati
"Banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi di Indonesia, termasuk di Jakarta. Jakarta telah mengalami banjir besar akibat hujan yang lebat terutama pada tahun 1996, 2002, 2007, 2013, dan 2014 yang mengakibatkan kerusakan yang cukup besar dan memakan korban jiwa. Menganalisis pola spasial tingkat kerentanan wilayah Kecamatan Cengkareng terhadap banjir berdasarkan keterpaparan bahaya banjir dan penilaian kerentanan sosial merupakan tujuan dari penelitian ini. Data kejadian banjir tahun 2015-2019 digunakan untuk mendapatkan wilayah keterpaparan banjir. Data kependudukan digunakan untuk mendapatkan wilayah tingkat kerentanan sosial. Kerentanan wilayah terhadap banjir di Kecamatan Cengkareng didominasi oleh tingkat kerentanan sangat rendah yakni dengan persentase 93,8% dari total luas wilayah. Sisanya merupakan tingkat kerentanan rendah sebesar 1,4%, sedang 2,5%, tinggi 2,1% dan sangat tinggi 0,2%. Tingkat kerentanan sangat tinggi hanya terdapat di RW 16 Kelurahan Cengkareng Timur dengan luas banjir 4 hektar. Tingkat kerentanan wilayah sangat tinggi dibentuk oleh tingkat keterpaparan banjir tinggi dan tingkat kerentanan sosial sangat tinggi.

Flood is the most frequent disaster in Indonesia, including in Jakarta. Jakarta has experienced heavy flooding due to heavy rain, especially in the 1996, 2002, 2007, 2013 and 2014 which caused considerable damage and casualties. Analyzing the spatial pattern level of vulnerability of place in Cengkareng District towards flood based on flood exposure and social vulnerability assessment is the purpose of this study. Data of flood events in 2015-2019 were used to obtain the area of flood exposure. Population data is used to obtain the area of social vulnerability. Vulnerability of place in Cengkareng
District towards Flood is dominated by a very low level of vulnerability with a percentage of 93.8% of the total area. Low vulnerability percentage is 1.4%, moderate 2.5%, high 2.1% and very high 0.2%. The very high level of vulnerability only takes place in RW 16 of Cengkareng Timur Sub-District with a flood area about 4 hectares. The very high level of vulnerability formed by a high level of flood exposure and a very high level of social vulnerability."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Nurjanah
"Skripsi ini membahas bencana banjir yang melanda Kecamatan Pamanukan, dimana banjir tersebut terjadi akibat luapan sungai yang tidak mampu menampung air dan melebihi kapasitasnya sehingga air meluap ke permukaan dan menyebabkan terganggunya aktivitas masyarakat, baik kondisi fisik, sosial maupun ekonomi. Dengan kondisi topografis dan kondisi iklim tropis di Subang, ketika memasuki musim hujan dan curah hujan tinggi maka akan menimbulkan banjir. Penelitian ini membahas mengenai keterpaparan banjir dan kerentanan terhadap banjir yang menggunakan metode weighted overlay. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer dengan wawancara dan survei lapangan. Sedangkan data sekunder didapat dari instansi terkait. Indikator yang digunakan pada penelitian ini memperhatikan aspek fisik, sosial kependudukan dan ekonomi. Analisis yang dilakukan adalah analisis spasial yaitu metode Weighted Overlay dan metode Change Detection and Thresholding (CDAT). Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah wilayah yang terpapar banjir memiliki tingkat sedang hingga tinggi yang tersebar pada wilayah sempadan sungai, penggunaan lahan di dominasi lahan sawah, permukiman yang banyak dialiri sungai, serta berada pada wilayah datar. Dari temuan studi yang didapat, sebagian desa yang berada di Kecamatan Pamanukan yang memiliki kelas kerentanan wilayah terhadap banjir rendah, desa tersebut antara lain desa di desa Lengkong jaya, bagian utara desa Pamanukan sebrang, Sebagian desa Pamanukan, Rancahilir dan Bongas. Untuk tingkat kerentanan wilayah banjir sedang tersebar pada desa Pamanukan hilir, sebagian desa Pamanukan, bagian selatan desa Pamanukan sebrang dan desa Rancasari. sedangkan tingkat kerentanan wilayah banjir tinggi tersebar pada desa Mulyasari dan sebagian desa Pamanukan Hilir.

The focus on this study is flood disaster in Pamanukan District every year, where the flood occurs due to the river being unable to accommodate water and exceeding its capacity so that water overflows to the surface and causes disruption of community activities, both physical, social and economic conditions. With the topographical conditions and tropical climate conditions in Subang, when it enters the rainy season and high rainfall it will cause flooding. This study discusses flood exposure and vulnerability to flooding using the weighted overlay method. Data collection in this study used primary data with interviews and field surveys. While secondary data obtained from the relevant agencies. The indicators used in this study pay attention to the physical, social and economic aspects of the population. The analysis carried out is spatial analysis, namely the Weighted Overlay method and the Change Detection and Thresholding (CDAT) method. The results obtained in this study are areas exposed to moderate to high levels of flooding that are spread over river border areas, land use is dominated by paddy fields, settlements that flow a lot of rivers, and are in flat areas. From the study findings, some of the villages in Pamanukan Sub-district which have a low regional vulnerability class to flooding, include villages in Lengkong Jaya village, northern part of Pamanukan sebrang village, some Pamanukan villages, Rancahilir and Bongas. For the level of vulnerability of the flood area, it is spread in the downstream Pamanukan village, part of Pamanukan village, the southern part of Pamanukan sebrang village and Rancasari. while the level of vulnerability of the flood area is high spread in the Mulyasari and some of the villages of Pamanukan Hilir."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imarotul Mufidah
"Kota Semarang merupakan kota pesisir yang sering dilanda banjir rob. Banjir rob yang melanda kota ini cenderung semakin meluas antara lain karena adanya penurunan muka tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerentanan wilayah terhadap banjir rob yang ada di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode logika fuzzy dan metode analisis spasial dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2012 kerentanan wilayah terhadap banjir rob di Kota Semarang mencakup wilayah seluas 2.940 ha atau sekitar 51,64 persen dari wilayah bahaya rob serta tersebar di bagian tengah hingga ke timur daerah penelitian yang berdekatan dengan laut. Kerentanan wilayah terhadap banjir rob di Kota Semarang didominasi oleh tingkat kerentanan sangat rendah. Wilayah dengan tingkat kerentanan terhadap banjir rob sangat tinggi terdapat di Kelurahan Tanjung Emas yang wilayahnya termasuk dalam kategori wilayah bahaya tinggi dan kondisi kerentanan wilayah yang juga tinggi.

Semarang city is a coastal city that is often flooded tides. Tidal flooding that hit the town was likely more widespread due to land subsidence. The purpose of this study was to determine the vulnerability of the area to tidal flooding in the city of Semarang. This study uses fuzzy logic method approach and methods of spatial analysis and descriptive analysis. The results showed that in 2012 the vulnerability of the tide flooding in Semarang city covers an area of ​​approximately 2940 hectares or 51.64 percent of the tidal flood hazard areas and spread over the middle to the eastern study area adjacent to the sea. Vulnerability to flooding tidal areas in Semarang City is dominated by the very low level of vulnerability. The area with the level of vulnerability to flooding tides are very high in the Tanjung Emas village whose territory included in the category of high hazard areas and conditions are also areas of high vulnerability."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wibi Hanif Wibowo
"Abstrak Berbahasa Indonesia/Berbahasa Lain (Selain Bahasa Inggris):
Banjir rob merupakan salah satu ancaman bagi wilayah pesisir terutama pesisir utara Pulau Jawa. Wilayah pesisir Kabupaten Tangerang sendiri memiliki riwayat tentang kejadian banjir rob yang setiap tahun terjadi. Tingkat bahaya banjir rob dapat diukur berdasarkan karakteristik banjir yang meliputi tinggi banjir, lama banjir, dan frekuensi banjir. Tingkat kerentanan didapatkan berdasarkan tingkat bahaya banjir rob dan kondisi fisik, sosial, dan ekonomi suatu wilayah. Kondisi tersebut meliputi kepadatan bangunan, kepadatan penduduk, persentase penduduk usia balita, persentase penduduk usia tua, persentase penduduk wanita, dan persentase lahan produktif. Dalam menentukan tingkat bahaya banjir digunakan metode overlay dan metode rata-rata setimbang untuk menentukan tingkat bahaya pada setiap desa/kelurahan. Kemudian tingkat kerentanan diperoleh dengan metode pengelompokan K-Means Clustering. Kabupaten Tangerang didominasi oleh tingkat bahaya kelas tidak bahaya dengan luas 9.727 hektar atau 75 % dari luas total wilayah pesisir Kabupaten Tangerang. Tingkat bahaya tinggi dapat diindikasikan dengan wilayah dengan adanya sungai yang ada di dekat laut beserta ketinggian yang rendah. Berdasarkan analisis menggunakan K-Means Clustering, kerentanan wilayah terhadap banjir rob pada wilayah pesisir Kabupaten Tangerang didominasi oleh tingkat kerentanan kelas rendah dengan jumlah 15 desa/kelurahan atau 65 % dari jumlah total desa/kelurahan pada wilayah pesisir Kabupaten Tangerang.

Tidal flood is one of the threats to the coastal areas, especially the north coast of Java. The coastal area of ​​Tangerang Regency itself has a history of tidal flood events that occur every year. The level of tidal flood hazard can be measured based on the flood characteristic which includes flood height, flood duration, and flood frequency. The level of vulnerability is obtained based on the level of tidal flood hazard and the physical, social and economic conditions of it’s area. These conditions include building density, population density, percentage of under-five population, percentage of old-age population, percentage of female population, and percentage of productive land area. In determining the level of flood hazard, an overlay method and a balanced average formula are used to determine the level of hazard in each village. Then the level of vulnerability is obtained by the K-Means Clustering clustering method. The level of tidal flood hazard in the coastal area of ​​Tangerang Regency is dominated by the level of tidal flood hazard with a non-hazard class. Based on the analysis using K-Means Clustering, the vulnerability of the area to tidal floods in the coastal area of Tangerang Regency is dominated by the level of low-class vulnerability with 15 villages 65 % of the total number of village in the coastal area of ​​Tangerang Regency.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Utami Khairana
"Banjir bandang merupakan pemicu terjadinya bencana hidrometeorologi yang banyak menimbulkan kerugian material bahkan jiwa. Berdasarkan variabel stabilitas tanah, frekuensi hari hujan ekstrim, dan karakteristik banjir bandang ditinjau dari lama landaan, tinggi landaan, dan material yang terbawa, penelitian ini mengungkapkan wilayah bahaya banjir bandang di pesisir barat Kabupaten Sukabumi; yang dilanjutkan dengan analisis kerentanan wilayah terhadap banjir bandang dengan menerapkan metode scoring yang mengaplikasikan AHP dan SIG.
Hasil analisis spasial menunjukkan bahwa wilayah bahaya banjir bandang terjadi pada bagian hilir daerah aliran dengan jarak dari sungai sejauh 500 meter. Kemudian kerentanan wilayahnya, DA Cisolok dan Cimaja merupakan wilayah dengan kelas kerentanan rendah dan sedang memiliki tingkat keterpaparan dan tingkat kapasitas adaptif yang cenderung berimbang. Sedangkan untuk DA Ci Sukawayana yang merupakan wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi memiliki tingkat sensitivitas dan tingkat kapasitas adaptif yang sama.

Flash floods are a trigger hydrometeorological disasters that cause material losses and even many victims. Based on stability index variables, the frequency of extreme rainfall and flash floods characteristic of overwhelming in terms of the duration, height, and floated material, the study revealed flood hazard areas on the west coast Sukabumi; followed by analysis of the vulnerability of the flash floods areas by implementing a scoring method that applies AHP and GIS.
Spatial analysis results indicate that the region of the danger of flash floods occur in the downstream areas of the river flow with a distance of 500 meters from river. Cisolok and Cimaja is a region with low and moderate vulnerability levels has exposure and adaptive capacity levels tend to be balanced. As for Ci Sukawayana which is a region with a high degree of vulnerability has a level of sensitivity and adaptive capacity in the same level.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rachiemnys
"ABSTRAK
Sekitar 40% wilayah Kabupaten Kebumen merupakan wilayah yang berpotensi longsor dan selama tahun 2011-2015, jumlah kejadian longsor mencapai 135 kejadian. Tingkat kerentanan wilayah berdasarkan indikator sosial terhadap tanah longsor di Kabupaten Kebumen merupakan tujuan dari penelitian ini. Indeks kerentanan yang mencakup aspek keterpaparan, sensitivitas, dan kapasitas adaptif dengan variabel yang terdiri atas kepadatan penduduk, mata pencaharian, proporsi penduduk rentan, kualitas bangunan, jumlah rumah tangga miskin, tingkat pendidikan, dan aspek kelembagaan digunakan dalam penelitian ini yang divalidasi dengan kejadian longsor dan survey lapang pada tahun 2016. Hasil akhir dari penelitian ini diperoleh bahwa 141 desa atau sebesar 96,58% merupakan desa rentan rendah, 2 desa atau sebesar 1,37% merupakan desa rentan sedang, dan 3 desa atau sebesar 2,05% merupakan desa rentan tinggi. Kaitan antara tingkat kerentanan dan data kejadian longsor menunjukkan bahwa sebanyak 23 kejadian longsor terjadi di desa yang memiliki tingkat kerentanan tinggi.

ABSTRACT
Approximately 40% of Kebumen?s region has potential for landslides and during 2011-2015, the number of event reached 135 landslides. The level of region vulnerability based on social indicators to landslides in Kebumen is the purpose of this study. Vulnerability index that includes aspects of exposure, sensitivity and adaptive capacity with variables that consist of population density, livelihood, the proportion of vulnerable population, the quality of buildings, the number of poor households, education level, and the institutional aspects used in this study were validated by landslides and a field survey in 2016. The result of this study showed that 141 villages or 96.58% are low vulnerable villages, 2 villages or 1,37% are moderate vulnerable villages, and 3 villages or 2.05% is high vulnerable villages. The linkage between the level of vulnerability and landslides occurrence data show that as many as 23 landslides occurred in the village which has a high degree of vulnerability.
"
2016
S63385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Anita Mustika Ratnasari Gumilang
"Kompleksnya kondisi geografis wilayah Jawa Barat dengan jumlah penduduk terpadat di Indonesia menjadikan provinsi ini memiliki risiko bencana yang tinggi. Penilaian kerentanan dianggap sebagai alat penentu yang efektif dan berguna untuk mempromosikan budaya tahan bencana yang memiliki manfaat penting untuk mengurangi resiko dan kerugian dari dampak bahaya alam. Studi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerentanan sosial terhadap ancaman banjir pada tiap kecamatan di Pantai Utara Jawa Barat berdasarkan penilaian tingkat keterpaparan banjir dan penilaian kerentanan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan indeks kerentanan sosial dengan menggunakan Principle Component Analysis dan pendekatan karakteristik banjir. Tiga faktor utama yang mempengaruhi kerentanan sosial di Pantura yaitu, usia dan status sosial, pertumbuhan penduduk dan infrastruktur, serta faktor kualitas hidup. Kombinasi Indeks Kerentanan Sosial dengan peta keterpaparan banjir yang memanfaatkan ArcGIS dapat digunakan untuk mengidentifikasi kecamatan dengan tingkat kerentanan wilayah sangat tinggi

The complex geographical conditions of the West Java region with the densest population in Indonesia make this province a high disaster risk. Vulnerability assessment is considered as an effective and useful determining tool to promote a culture of disaster resilience which has important benefits for reducing risks and losses from the impact of natural hazards. This study aims to determine the level of social vulnerability to the threat of flooding in each sub-district on the North Coast of West Java based on an assessment of the level of flood exposure and an assessment of social vulnerability. This study uses a social vulnerability index approach using the Principle Component Analysis and flood characteristics approach. The three main factors that influence social vulnerability in Pantura are age and social status, population growth and infrastructure, and quality of life factors. The combination of the Social Vulnerability Index with a flood exposure map that utilizes ArcGIS can be used to identify sub-districts with a very high level of regional vulnerability."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Rachmawati
"ABSTRAK
Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang kaya akan sumber daya. Namun, wilayah pesisir juga merupakan wilayah yang rentan terhadap bencana alam. Salah satu bencana yang sering melanda wilayah pesisir adalah banjir rob. Banjir rob merupakan fenomena alam pasang surut air laut akibat gaya tarik gravitasi benda-benda langit. Banjir rob juga diperkirakan akan menjadi bencana alam yang serius bagi wilayah pesisir di masa mendatang. Salah satu daerah yang sering dilanda banjir rob adalah Pantai Cirebon. Banjir rob yang melanda Pantai Cirebon didukung oleh topografi Pesisir Cirebon yang terletak di sepanjang garis pantai utara dan masuk ke dataran rendah dan pantai yang memiliki ketinggian antara 0-10 meter di atas permukaan laut. Sehingga hal ini mengakibatkan wilayah Pesisir Cirebon menjadi wilayah yang berbahaya dan rentan terhadap banjir rob. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kerawanan banjir rob di Pantai Cirebon dan menganalisis kerentanan wilayah tersebut terhadap banjir rob di Pantai Cirebon. Lokasi penelitian berada di Pantai Cirebon tepatnya di 39 Kelurahan/Desa yang berbatasan langsung dengan garis pantai. Metode yang digunakan adalah overlay dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerawanan di Pantai Cirebon didominasi oleh tingkat kerawanan kelas tidak berbahaya dengan luas 10951,2 ha. Kerentanan wilayah terhadap banjir rob juga berkorelasi dengan kondisi kerawanan sosial, kerawanan ekonomi, dan tingkat bahaya di wilayah Pesisir Cirebon. Dimana kerawanan wilayah terhadap banjir rob menunjukkan bahwa kerawanan wilayah kelas rendah merupakan kelas yang paling mendominasi di wilayah Pesisir Cirebon dengan luas 1.296,13 ha.
ABSTRACT
The coastal area is a transitional area between land and marine ecosystems that are rich in resources. However, coastal areas are also areas that are vulnerable to natural disasters. One of the disasters that often hit coastal areas is tidal flooding. Tidal flooding is a natural phenomenon of sea tides due to the gravitational attraction of celestial bodies. Tidal flooding is also expected to become a serious natural disaster for coastal areas in the future. One area that is often hit by tidal flooding is Cirebon Beach. Tidal flooding that hit Cirebon Beach is supported by the topography of the Cirebon Coast which is located along the northern coastline and enters the lowlands and beaches which have an altitude between 0-10 meters above sea level. So this has resulted in the Cirebon Coastal area being a dangerous area and vulnerable to tidal flooding. The purpose of this study is to analyze the level of tidal flood vulnerability on Cirebon Beach and analyze the area's vulnerability to tidal flooding on Cirebon Beach. The research location is on Cirebon Beach, precisely in 39 Kelurahan / Villages which are directly adjacent to the coastline. The method used is overlay using descriptive analysis. The results of this study indicate that the vulnerability in Cirebon Beach is dominated by the level of vulnerability of the harmless class with an area of ​​10951.2 ha. Regional vulnerability to tidal flooding is also correlated with conditions of social vulnerability, economic vulnerability, and the level of danger in the Cirebon Coastal area. Where the area's vulnerability to tidal flooding shows that the low-class area vulnerability is the most dominating class in the Cirebon Coastal area with an area of ​​1,296.13 ha."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athena Hastomo
"Berbatasan langsung dengan laut, muara Cengkareng Drain merupakan sebuah lokasi yang kompleks dan rawan untuk mengalami 3 jenis banjir. Tiga jenis banjir ini yaitu banjir fluvial, banjir pluvial, dan banjir pesisir. Kondisi ekstrem seperti pasang dan tingginya curah hujan merupakan beberapa hal penting yang perlu  diperhatikan dalam upaya penanganan banjir di kawasan ini. Penelitian ini berfokus pada upaya penanganan struktural berupa tanggul sungai dalam upaya pengendalian banjir di kawasan muara akibat pasang atau backwater dan luapan sungai.
Penelitian ini menggunakan fitur yang terdapat di dalam HEC-RAS 6.1. untuk menghasilkan model hidrodinamika 1D dan 2D. Pemilihan kondisi batas berupa HWL (high water level) yang tercatat pada Stasiun Pasang Surut Sunda Kelapa, tinggi muka air aliran dasar Pintu Air Cengkareng Drain, dan debit banjir dengan beberapa kala ulang diharapkan dapat merepresentasikan kondisi ekstrem yang dapat terjadi pada muara Cengkareng Drain. Pendekatan 1D dan 2D memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai genangan pada kawasan urban.
Hasil menunjukkan bahwa genangan pada kawasan pesisir didominasi oleh aktivitas pasang. Terjadi peningkatan luas genangan sebesar lebih dari 8 km2 dengan hanya  aktivitas pasang. Meski begitu, debit banjir dengan beberapa kala ulang juga memberikan dampak meningkatnya luas genangan sebesar 0.3-0.5 km2. Sebagai upaya penanggulangan banjir pada lokasi studi, direkomendasikan tanggul dengan elevasi puncak +3.00 mdpl yang mampu menampung air sungai dari meluap akibat aktivitas pasang dan kenaikan debit.

Directly adjacent to the sea, the Cengkareng Drain estuary is a complex location and is prone to experience 3 types of flooding. The three types of floods are fluvial flood, pluvial flood, and coastal flood. Extreme conditions such as high tides and high precipitation are some of the important things that need to be considered for managing flood in this area. This study focuses on structural measures in the form of river embankments to manage flood in estuary area due to tides or backwater and river overflow.
This study uses the features contained in HEC-RAS 6.1. to generate 1D and 2D hydrodynamic models. The selection of boundary conditions in the form of HWL (high water level) recorded at the Sunda Kelapa Tidal Station, the baseflow water level on Cengkareng Drain Watergate, and flood discharge with several return period is expected to represent extreme conditions that may occur at the Cengkareng Drain estuary. 1D and 2D approaches provide a detailed representation of inundation in urban areas.
The results show that inundation in coastal areas is dominated by tidal activity. There was an increase in inundation area of 8 km2 with only tidal activity alone. Even so, the flood discharge with several return period also has the impact of increasing the inundation area by 0.3-0.5 km2. For the flood management at the study site, it is recommended to build a dike with a top elevation of +3.00 masl to accommodate river from overflowing due to tidal activity and increasing discharge.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathonah Sholihah Farizal
"Penyakit diare berada di posisi peringkat tertinggi ke-8 penyebab kematian di kelompok semua umur, dan peringkat ke-5 pada kelompok umur balita. Diare merupakan penyakit endemis berbasis lingkungan yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan analisis univariat dan bivariat. Sumber data penelitian merupakan data primer yang diambil langsung oleh peneliti menggunakan kuesioner mewawancarai ibu atau pengasuh yang membawa balita berkunjung ke Poli Balita Sakit di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta. Sampel yang didapatkan sebanyak 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor balita yaitu variabel status imunisasi (p-value 0,007) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita. Kemudian faktor perilaku ibu yang terdiri dari 3 variabel, perilaku cuci tangan pakai sabun (p-value 0,002) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita, sedangkan perilaku pembuangan tinja balita (p-value 0,299) dan pengelolaan sampah (p-value 0,382) tidak berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Selanjutnya faktor sanitasi yang terdiri dari 3 variabel, tempat sampah (p-value 0,000) memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare pada balita, sedangkan sumber air minum (p-value 1,000) dan jamban keluarga (p-value 0,717) tidak berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Pemerintah diharapkan terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi

Diarrheal disease ranks as the 8th highest cause of death in the all-age group, and ranks 5th in the toddler age group. Diarrhea is an environmentally based endemic disease that has the potential to become an Extraordinary Event (KLB). The purpose of this study was to determine the risk factors associated with the incidence of diarrhea in toddlers in the work area of the Cengkareng District Community Health Center in 2022. This study used a cross-sectional research design with univariate and bivariate analysis. The source of the research data is primary data taken directly by researchers using questionnaires interviewing mothers or caregivers who bring toddlers to visit the Sick Toddler Poly at the Cengkareng District Community Health Center, Jakarta. The sample obtained was 100 respondents. The results showed that the toddler factor, namely the immunization status variable (p-value 0.007) had a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers. Then the mother’s behavior factor consisting of 3 variables, handwashing behavior with soap (p-value 0.002) has a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers, while the behavior of toddler fecal disposal (p-value 0.299) and waste management (p-value 0.382) is not related to the incidence of diarrhea in toddlers. Furthermore, the sanitation factor consisting of 3 variables, the trash can (p-value 0.000) has a significant relationship with the incidence of diarrhea in toddlers, while the source of drinking water (p-value 1,000) and family latrine (p-value 0.717) are not related to the incidence of diarrhea in toddlers. The government is expected to continue to increase public awareness of the importance of immunization.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>