Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215614 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adhy Pramudita
"

Segmen usaha kecil dan menengah saat ini terus berkembang di Indonesia. Berkontribusi lebih dari seperlima Produk Domestik Bruto Indonesia menjadikan segmen ini sangat berpotensi untuk terus dikembangkan. Perbankan dalam negeri dan asing melihat segmen usaha kecil menengah ini sebagai segmen yang menjanjikan sehingga membuat mayoritas Bank di Indonesia ikut bersaing dalam penyaluran kredit pada segmen ini. Namun, ditengah prospek yang menjanjikan, segmen ini juga memiliki tantangan tersendiri dimana rasio non-performing loan secara Nasional pada segmen ini melebihi rasio  non-performing loan seluruh kredit yang disalurkan. Penelitian ini bertujuan untuk meniliti reliabilitas metode Altman Z-Score serta Ohlson O-Score sebagai alat prediksi kebangkrutan pada perusahaan segmen Small Medium Enterprise di Indonesia serta reliabilitas laporan keuangan perusahaan di segmen Small Medium Enterprise dalam mencerminkan kondisi riil perusahaan sebagai data masukan untuk analisa prediksi kebangkrutan perusahaan. Data penelitian menggunakan data laporan keuangan dari perusahaan yang menjadi debitur segmen Small Medium Enterprise di Bank Mandiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil perhitungan Z-Score mampu memprediksi kebangkrutan dengan akurasi  51,8%, 37,4%, 36,3%, dan 11,4% untuk satu, dua, tiga dan empat tahun sebelum kebangkrutan sedangkan Ohlosn O-Score memberikan hasil akurasi yang lebih baik yaitu 73,6%, 43,2%, dan 58,5% untuk satu, dua dan tiga tahun sebelum kebangkrutan. Berdasarkan hasil tersebut dan wawancara kepada pihak internal Bank dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk perusahaan segmen Small Medium Enterprise secara umum belum cukup reliable untuk mencerminkan kondisi perusahaan secara riil.


Nowadays, small and medium enterprises continue to grow in Indonesia, contributing more than one fifth of Indonesia's Gross Domestic Product, making this segment very potential to continue to be developed. Domestic and foreign banks see this small and medium business segment as a promising segment, making the majority of banks in Indonesia compete in lending to this segment. However, amid a promising prospect, this segment also has its own challenges, where the national’s ratio of non-performing loans in this segment exceeds the ratio of non-performing loans of all loans disbursed. This study aims to assess the reliability of the Altman Z-Score and Ohlson O-Score methods as bankruptcy predictors in Small Medium Enterprise segment in Indonesia and the reliability of the company's financial statements in the Small Medium Enterprise segment in reflecting the company's real conditions as input data to analyze the possibility of the company going bankrupt. This research uses financial report data from companies that are debtors in the Small Medium Enterprise segment at Bank Mandiri. The results showed that the Z-Score calculation was able to predict bankruptcy with an accuracy of 51.8%, 37.4%, 36.3%, and 11.4% for one, two, three and four years before bankruptcy while Ohlson O-Score giving better accuracy results of 73.6%, 43.2%, and 58.5% for one, two and three years before bankruptcy. Based on these results and interviews with internal parties of the Bank it can be concluded that financial statements for Small Medium Enterprise segment companies in general have not been reliable enough to reflect the company's condition in real.

"
2019
T54630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Revana Aryani
"

Penelitian ini membahas kemampuan model Altman Z-score emerging market score (EMS) untuk memprediksi status forced delisting di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selanjutnya berdasarkan data forced delisting di Indonesia selama kurun waktu 2004 – 2015, analisis diskriminan dengan menggunakan variabel Altman Z-score EMS dan tambahan variabel rasio arus kas operasi digunakan untuk menilai perbedaan tingkat akurasi prediksi antara kedua pemodelan tersebut. Penelitian ini menggunakan data 52 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Indonesia, 26 di antaranya mengalami forced delisting selama periode pengamatan dan 26 lainnya tidak mengalami forced delisting. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model model prediksi Altman Z-score EMS dapat digunakan untuk memprediksi pengenaan status forced delisting di BEI hingga tiga tahun sebelum perusahaan tersebut mengalami forced delisting dengan tingkat akurasi 67-69% per tahun pengamatan. Selain itu, dengan menggunakan data forced delisting di BEI, analisis diskriminan dengan menggunakan variabel Altman Z-score EMS dan rasio arus kas operasi/total kewajiban dapat meningkatkan tingkat akurasi prediksi pengenaan status forced delisting.


This study discusses the ability of Altman Z-score emerging market score (EMS) modelling to predict the status of forced delisting in Indonesia Stock Exchange (ISX). Furthermore, based on forced delisting data in Indonesia during the period of 2004 - 2015, discriminant analysis using Altman Z-score EMS variables and additional variable in form of operating cash flow ratio is used to assess the differences in the prediction performance. This study uses data of 52 non-financial companies listed in Indonesia, 26 of whom undergone forced delisting during the observation period and the other 26 did not experience forced delisting. From this study, it was found that the Altman Z-score EMS model can be used to predict the forced delisting status up to three years before the company undergone forced delisting with accuracy rate of 67-69% per year of observation. In addition, by using the forced delisting data, discriminant analysis using variables Altman Z-score EMS and the ratio of operating cash flow / total liabilities could increase the prediction accuracy rate of imposition of forced delisting status.

"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reindel Zulfikar Ngabito
"Krisis moneter yang melanda Indonesia telah berubah menjadi krisis ekonomi yang menyebabkan banyaknya perusahaan yang gulung tikar dan tingkat pengangguran yang semakin besar. Krisis moneter ini terjadi, meskipun fundamental ekonomi Indonesia di masa lalu dipandang cukup kuat dan disanjung-sanjung oleh Bank Dunia.
Dengan melihat adanya indikasi penurunan pendapatan perusahan BUMN mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai kemungkinan sualu perusahaan dikatakan layak usaha dengan menggunakan model Altman Z-Score. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apakah meningkatnya kemungkinan suatuperusahaan BUMN dikatakan layak usaha dapat diprediksi dengan Altman Z-Score.
Dari 158 BUMN di Indonesia diambil 12 (duabelas) perusahaan BUMN yang terdiri dari 6 (enam) BUMN memiliki kriteria equity negatif dan mengalami penurunan pendapatan atau merugi dan 6 (enam) BUMN lain dengan kriteria equity positif dan mengalami penurunan pendapatan. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kuantitatif, sehingga untuk mencapai basil penelitian perlu dilakukan analisis laporan keuangan dari obyek penelitian, Analisis laporan keuangan dilakukan dengan memanfaatkan model Altman Z-Score. Setelah melakukan perhitungan Z-Score, tahap berikutnya adalah meneari nilai Z proporsi untuk Z layak usaha dan Z bangkrut.
Dari hasil analisis dengan menggunakan model Altman, dapat diketahui bahwa Z-Score untuk PT. A, PT. B, PT. C. PT. D. PT. E. PT. F dan PT. G pada tahun 2004 menunjukan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut berada dalam kondisi tidak layak usaha atau bangkrut.Dari hasil analisis dengan menggunakan model Altman diperoleh bahwa untuk PT. H dan PT. I pada tahun 2004, Z-Score yang diperoleh menunjukan bahwa perusahaan berada dalam kondisi ambang. Dari hasil analisis dengan menggunakan model Altman diperoleh bahwa untuk PT. J, PT. K dan PT. L pada tahun 2004, Z-Score yang diperoleh menunjukan bahwa perusahaanperusahaan tersebut berada dalam kondisi Layak Usaha. Dari 12 (duabelas) BUMN yang menjadi obyek dalam penelitian ini. diketahui yang sering menjadi inasalah adalah X2 (terdapat 9 BUMN) dan X3 (terdapat 7 BUMN) yang merupakan casio rentabilitas/profitabilitas dengan nilai yang terlalu rendah bahkan negatif.
Dengan menggunakan persamaan model Altman Z-Score diketahui beberapa BUMN berada dalam kriteria bangkrut. tetapi perusahaan-perusahaan BUMN tersebut masih terns menjalankan kegiatannva. Hal ini dapat dipahami karena dengan berbagai pertimbangan pihak pemerintah masih mengalokasikan dana untuk kelangsungan kegiatan usaha perusahaan-perusahaan tersebut.

Monetary crisis that happened in Indonesia brought many changed to our economy. Crisis causing many company became bangkrupted and a higher level of unemployment. It is happened, although our fundamental of economy in the past said to be strong and adored by the world bank. In spite of this there is some structurally weakness such as a stiff domestic trade regulation, monopoly of import that caused economy activity inefficiency and uncompetitive.
This is happened in a flash and of course it had influenced much on private companies and the state owned enterprises (SOE). As we know that the SCE's is much more being a ridiculate company rather than flatered. Because of this long crisis the SOE's company should be brave to face the changed.
Because of the SOE's indication of revenue decreased, giving the writer an idea to do a research about Implementation of Altman Z-score model to the SOE company in Indonesia. Moreover, writer doing an analysis to the result of this model and giving some recomendation to the manajer about what is going on in the company. It is true that the Altman Z-Score model can predict the bangkcrupty of the SOE's company.
From 158 SOE's company, the writer select 12 (twelve) SOE's and the criteria will be 6 (six) companies that has a negative equity and has a revenue decreased problem. The other 6 (six) SOE's are companies that had a positive equity and a revenued decrease problem. This research is plan to be a quantitative research, so the analysis of the companies financial report are being done.
From the Altman Z-Score model, it is find out that Z-Score for the company A, 13, C, D, E. F and G in the 2004 is in a bangkrupt condition. For company H and I the Z-Score result was in grey area. And for company 1, K and L the Z-Score result was in proper condition. From the analysis, the writer find also that X2 (9 SOE's) and X3 (7 SOE's) or the profitability ratio was score below and even negative.
For the SCE's in Indonesia, although the resut was bangkrupt but those SOE's still running. It can be understand because with many kind of reason the government still alocate some extra money for those companies."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T 17454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksamana Bimo Budiman
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis BUMN non jasa keuangan untuk dapat mengantisipasi kebangkrutan dan mendapatkan hasil antara Altman Z Score dan KEP-100/MBU/2002. Penelitian ini menggunakan rasio-rasio keuangan dari tahun 2016-2018. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan sumber data sekunder dari laporan internal perusahaan dan website resmi lainnya. Hasil yang didapatkan dengan metode Altman Z Score di tahun 2016 terdapat 4 BUMN yang diprediksi bangkrut, di tahun 2017 terdapat 7 BUMN yang di prediksi bangkrut, dan di tahun 2018 terdapat 6 BUMN yang diprediksi bangkrut. Adapun dengan metode KEP-100/MBU/2002 tidak ada perusahaan yang berada di kategori tidak sehat. Penelitian ini diharapkan berguna bagi para pengambil keputusan di BUMN untuk menghadapi tantangan dan meningkatkan performa perusahaan.

Focus of this research is to analyze performance of nonfinancial sector state owned enterprises (SOE's) in Indonesia using Altman Z Score's bankruptcy prediction analysis and The Decree No. KEP-100/MBU/2002 issued by Ministry of Stated Owned Enterprises of Indonesia on June 2002 in order to find main factors that cause potential bankruptcy in the company and as a reference for company's performance improvement. This research is quantitative with the use of data from company's financial report from 2016-2018. The result based on Altman Z Score shows that in 2016 4 SOE's are predicted bankrupt, in 2017 7 SOE's are predicted bankrupt and in 2018 6 SOE's are predicted bankrupt. Whilst using KEP-100/MBU/2002 there is no SOE predicted bankrupt. This study could be used by SOE's decision makers to tackle the challenge and improve company's performance."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Meisa Putri
"Financial distress dapat dianggap sebagai peringatan dini masalah yang dapat menyebabkan kebangkrutan. Memprediksi kebangkrutan menjadi salah satu hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk menemukan keadaan kesehatan keuangan perusahaan. Sebanyak 585 firm-year pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dijadikan sampel untuk penelitian ini di mana 113 di antaranya dikategorikan dalam kondisi financial distress. Model prediksi kebangkrutan dapat diperiksa untuk menilai situasi ekonomi perusahaan untuk tujuan lebih lanjut. Altman dan Ohlson adalah beberapa peneliti terkenal yang modelnya dirujuk untuk mengevaluasi kesehatan perusahaan.

Financial distress can be regarded as an early warning of trouble that can lead to bankruptcy. Predicting bankruptcy becomes one thing that companies can do to discover the state of the company's financial health. A total of 585 firm-years of manufacturing companies that listed in Indonesia Stock Exchange are sampled for this research where 113 of them are categorized in financial distress state. Bankruptcy prediction models may be examined to assess a company's economic situation for further purposes. Altman and Ohlson are some of notable researchers to which their models are referred to evaluating the health of companies."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citha Paulina Rosari
"Metode Altman's Z-Score Emerging Market Score ini umumnya digunakan untuk mengindentifikasi apakah perusahaan akan mengalami kebangkrutan atau tidak, apakah perusahaan tersebut sehat atau tidak dengan mengukur kinerja dari perusahaan tersebut. Dari 159 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diambil sekitnr 150 pernsahaan yang ambil bagian dalam perhitungan Altman's Z-Score Emerging Market Score yang disetiap tahunnya diiakukan perhitungan dan penyusunan ulang portfolio. Dari hasil analisis dengan menggunakan regresi, ditemukan bahwa Altman's Z-Score Emerging Market Score bepengaruh negatif terhadap nilai return portfolio, yang tidak berpengaruh signifikan terhadap nominal return dan berpengaruh signifikan terhadap abnormal return.

Altman's Z-Soore Emerging Market Score method use for Indentified company bankruptcy or financial distres and also to identified company health that will reflect company prospectus in the future. From 159 manufacture company listed on Bursa Efek Indonesia, only left 150 perusabaan that taking part on Altman's Z-Score Emerging Market Score calculation. Altman's Z-Score Emerging Market Score calculated every year, so it cause re-arrange of portfolio based on rating from larger Altman's Z-Score Emerging Market Score value to Iower value, Result from single regression found that Altman's Z-Score Emerging Market Score in contrast to portfolio return, and significant to nominal return and not significant to abnormal return.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T 27176
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Hiphanna
"Sejumlah studi menunjukkan peningkatan jumlah perusahaan yang masuk dalam kategori zombie firm dalam satu dekade terakhir terutama pada masa pandemi COVID-19. Perusahaan-perusahaan zombi memenuhi ciri-ciri perusahaan yang memenuhi kriteria kebangkrutan. Hal ini mengindikasikan bahwa para investor perlu memperhitungkan kondisi ini sebelum melakukan strategi investasinya. Begitu pula, para manajemen perusahaan perlu untuk waspada akan kemungkinan perusahaan yang dipimpinnya masuk dalam kategori zombi sebelum mengambil langkah-langkah jenis pendanaan untuk pengembangan bisnisnya. Saat ini ada beberapa model identifikasi kebangkrutan yang lazim digunakan seperti Altman Z-score dan Merton Naïve Model. Kedua model tersebut memiliki keterbatasan dalam penggunaannya terutama adanya asumsi-asumsi dan kondisi yang melekat pada setiap model. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model zombie firm untuk kasus di Indonesia. Pertanyaan penelitian utama yang diajukan adalah apakah model zombie firm dapat menjadi alternatif untuk mengukur risiko kebangkrutan suatu perusahaan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang tersedia terhadap perusahaan-perusahaan non-finansial yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2011 hingga 2020. Penelitian ini juga dilakukan untuk menganalisis dinamika risiko kebangkrutan berdasarkan model zombie firm serta untuk mengetahui kemungkinan sebuah perusahaan apakah akan keluar dari status zombi-nya di tahun-tahun mendatang. Hasil penelitian menunjukkan adanya konsistensi antara hasil perhitungan indikasi perusahaan yang memiliki risiko kebangkrutan zombie firm dengan model kebangkrutan Altman Z-score atau Merton Naïve Model. Hasil penelitian juga menggambarkan dinamika tren hubungan antara variabel zombie firm model terhadap kenaikan atau penurunan jumlah perusahaan yang terindikasi sebagai zombi. Pada akhir bagian pembahasan, dengan menggunakan Wilcoxon Sum Rank Test, hasil penelitian menunjukkan kecenderungan perusahaan keluar dari status zombi untuk tahun-tahun tertentu.

Some studies show increment in terms of numbers of companies that entered the status of zombie firm in last decade, especially during COVID Period. Zombie firms fit all the criteria for a company that has a high risk of bankruptcy. This indicates that investors need to consider a company’s zombie status before doing their investment strategy in such a company. Company management also needs to be aware of their company to not fall to this status before doing a funding strategy type to expand their business. Currently, there are several models that can be used as default risk identification, such as Altman Z-score and Merton Naïve Model. However, both models have its own limitations and assumptions that are attached to each model. This research aims to analyze zombie firms’ model for Indonesia case. Main research question is whether zombie firm model can be used as alternative for identification of a company default risk. This research uses secondary data that is available for all non-financial sector companies, traded on Indonesian Stock Exchange since 2011 – 2020. In this research, we also analyze the dynamic of default risk based on zombie firms and the probability of whether a company can recover from its zombie status in future years. Result show that there are consistencies between zombie firm models against its comparing model: Altman Z-score or Merton Naïve Model. The results also show trend dynamic between zombie firm variables regarding increase or decrease numbers of identified zombies. At the end of discussion, by using Wilcoxon Sum Rank Test, results show some tendencies that companies recover in certain years."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Hendra Zulkarnain
"Industri penerbangan global telah menderita berbagai masalah finansial ditandai dengan kerugian kumulatif selama periode tahun 2001 sampai 2009. Sejak saat itu, sudah lebih dari 350 maskapai penerbangan telah mengajukan kebangkrutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat prediksi bangkrut dan tidak bangkrut menggunakan pendekatan model Altman Z Score, regresi logistik, dan analisis diskriminan dengan multi-year basis. Model prediksi dibuat dengan bantuan lima rasio keuangan yaitu Total Debt to Total Asset, Quick Ratio, Cash to Current Liabilities, Retained Earning to Total Asset, dan Sales to Total Asset. Uji simulasi statistik regresi logistik dan analisis diskriminan dilakukan dengan metode simultan. Model baru yang dikembangkan menggunakan titik cutoff untuk membedakan apakah suatu maskapai diklasifikasikan dalam kelompok bangkrut atau kelompok tidak bangkrut. Hasil akhir memperlihatkan model prediksi yang baru menunjukkan tingkat akurasi keseluruhan lebih tinggi dibandingkan dengan model Altman Z Score dan Kroeze Score.

The global airline industry has suffered from financial problems marked by cumulative losses over the period from 2001 to 2009. Since then, more than 350 airlines have filed for bankruptcy. The purpose of this study is to make a prediction of bankrupt and non-bankrupt using an approach to Altman Z Score models, logistic regression, and discriminant analysis with the multi-year model. The prediction model created with the help of five financial ratios: Total Debt to Total Assets, Quick Ratio, Cash to Current Liabilities, Retained Earnings to Total Assets and Sales to Total Assets. Simulation of statistic test on logistic regression and discriminant analysis performed by the simultaneous method. The new model was developed using a cut-off point to distinguish whether an airline classified in the group of bankrupt or non-bankrupt. The final results show that the new prediction model shows an overall higher degree of accuracy than Altman Z Score and Kroeze Score model."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Ramadhana Djaja
"Kondisi harga minyak secara global dalam beberapa tahun terakhir mengalami pasang surut akibat harga minyak mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini tentunya berimbas pada kesehatan keuangan perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri migas. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksikan kemungkinan kebangkrutan perusahaan migas di Indonesia selama periode tahun 2011 – 2017. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan migas yang terdaftar di BEI. Adapun tujuan lainnya adalah untuk melihat apakah fenomena global berupa penurunan harga minyak dunia berpengaruh terhadap kesehatan keuangan migas yang direpresentasikan dengan nilai Z-Score serta untuk melihat indikator apa saja yang dapat mempengaruhi kebangkrutan perusahaan migas. Data penelitian menggunakan data laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang diambil dari website IDX dan website masing-masing perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil perhitungan Z-Score mampu memprediksikan lima perusahaan berada pada kategori bangkrut sejak 2014 hingga 2017. Di tahun 2011 hanya dua perusahaan terprediksi bangkrut, tahun 2012 hanya memprediksi satu perusahaan, dan tahun 2013 diprediksi tiga perusahaan mengalami kebangkrutan. Penelitian juga menemukan bahwa penurunan harga minyak mempengaruhi hasil Z-Score untuk perusahaan E&P karena pendapatan perusahaan bergantung pada harga minyak di pasar. Sedangkan pada perusahaan jasa migas, penurunan harga minyak tidak terlalu berpengaruh kecuali pada APEX dan BIPI yang lini bisnisnya merupakan jasa pengeboran.

Global oil price condition for these past few years has been fluctuating and has reached the lowest level. This condition will affect oil and gas companies financial health. This thesis aims to predict the bankruptcy probability of oil and gas companies in Indonesia during period of 2011 – 2017. The observed companies are oil and gas companies that are listed on IDX. Another aim of this thesis is to observe whether the decline in oil price would affect company Z-Score result or not, and to observe which variable that effect the bankruptcy to oil and gas companies. This research uses financial data that obtained from IDX website and company website. The result of the research figures out that Z-Score model could predict at least five companies are in the bankruptcy category since 2014 to 2017. In 2011, only two companies that are predicted will be bankrupt. In 2012, theres only one company will be bankrupt, and in 2013 three companies are predicted to be bankrupt. This research also figures out that the decrease in oil price effects the result of Z-Score for E&P companies as E&P companies revenue relies on oil price in the market. For service companies, the decrease in oil price doesnt give direct impact except for APEX and BIPI which their line business is providing services for drilling explorations."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54629
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifqi
"Terkait fenomena krisis keuangan global yang terjadi saat ini, banyak sekali perusahaan yang hancur dan mengalami kebangkrutan. Saat sebuah perusahaan mengalami kebangkrutan, para investor dan krediturnya tentu akan sangat dirugikan. Oleh karena itu, investor dan kreditur memerlukan alat untuk memprediksi kondisi financial distress sebagai indikasi awal terjadinya kebangkrutan dengan tepat. Terdapat beberapa model yang dapat menjadi alat untuk itu, diantaranya yang dikemukakan oleh Altman (1968), Ohlson (1980), Zmijewski (1984), dan Springate (1978).
Skripsi ini melakukan perbandingan keempat model prediksi financial distress di atas dalam konteks perusahaan di Indonesia. Perbandingan dilakukan dengan menganalisis tingkat akurasi model dan tingkat kesalahannya. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2005-2008. Teknik pengambilan sampel adalah matched-pair sampling dengan total sampel sebanyak 79 perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model asli yang paling baik adalah model Springate. Setelah dilakukan pengujian tambahan dengan mengubah nilai cutoffnya, model yang paling baik tetap Springate. Namun jika dilakukan modifikasi model, model yang paling baik adalah Ohlson. Pada bagian akhir penelitian ini mencoba melakukan prediksi atas 30 perusahaan yang terdaftar di BEI menggunakan model Springate asli, model Springate dengan perubahan cutoff, dan model modifikasi Ohlson. Hasil prediksi menunjukkan lima perusahaan diprediksi akan mengalami financial distress di masa depan.

During global financial crisis, many corporations suffer from failure and bankruptcy. When a company suffers bankruptcy, its creditors and investors will have to suffer excessive loss. Therefore, they will need tools to accurately predict financial distress condition as an indication for bankruptcy. There are some models available, such as Altman (1968), Ohlson (1980), Zmijewski (1984), and Springate (1978).
This research wants to know which financial distress prediction models is the most suitable to be used in Indonesia. To decide the best model, an analysis will be conducted based on accuracy and error rates of each models. Also, the purpose of this research is to conduct sensitivity analysis on the models, by modifying the cutoff score and modifying the whole model. Lastly, this research will make predictions for 30 companies listed in BEI by using the best known model. The samples used in this research is manufacturing companies listed in BEI during 2005-2008. The sampling technique used in this research is matched-pair sampling totaling 79 companies.
The results of this research shows that Springate model is the best original model (without any modification). Even after modifying the cutoff scores, Springate model is still the best. After modifying the whole models, Ohlson model is proven to be the best, having superior accuracy and error rates of all models. This research also shows that between 30 predicted companies using the best three models of all treatment, there are 5 that will suffer financial distress in the future."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
6529
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>