Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113517 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Danu Ariono
"ABSTRAK
Ekstraksi cair-cair adalah metode pemisahan dengan memanfaatkan perbedaan kelarutan komponen dari suatu larutan ke pelarut lain. Ekstraksi cair-cair diaplikasikan pada sistem kolom isian pada indistri kimia untuk menghilangkan sulfur, lilin, resin, serta senyawa aromatik pada pengolahan minyak, isolasi vitamin dalam indutri farmasi, pengambilan gliserida dari minyak nabati, pertambangan, dan pengolahan limbah. Pada aplikasi tersebut, kolom ekstraksi cair-cair dirancang menggunakan korelasi hidrodinamika yang mengasumsikan bahwa distribusi fasa dispersi di sepanjang kolom adalah seragam dan berperilaku sebagai gelembung tunggal. Studi ini dilakukan untuk mengembangkan suatu neraca populasi yang menyatakan perubahan dan distribusi gelembung dalam suatu ruang dan waktu. Aplikasi neraca populasi digunakan untuk memperoleh jumlah tahap (Number of Transfer Unit) dan tinggi tiap tahap (Height of Transfer Unit) dari suatu kolom isian. Hasil kajian menunjukkan bahwa neraca populasi dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena ketidakhomogenan ukuran (diameter) gelembung di sepanjang kolom isian pada ekstraksi cair-cair untuk mengevaluasi unjuk kerja (performance) kolom isian. Disamping itu, dapat digunakan sebagai model matematika dalam evaluasi unjuk kerja kolom isian sehingga estimasi nilai konsentrasi di setiap posisi dan waktu di sepanjang kolom isian lebih sesuai dengan fenomena sebenarnya."
Lengkap +
Jakarta: Bidang Afiliasi dan Informasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS", 2017
665 LPL 51:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Dispersi cair-cair sering ditemui dalam berbagai teknologi proses yang melibatkan kontak antara dua fasa cair seperti membran cair emulsi. Dalam operasi tersebut dispersi harus dijaga pada suatu tipe tertentu, yaitu tipe minyak dalam air (o/w) atau air dalam minyak (w/o). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh fraksi volume pelarut organik, kecepatan pengadukan, dan ketinggian impeler terhadap kestabilan dan tipe dispersi yang terbentuk pada sistem toluena-air dengan ekstraktan 0.3 M versaric-6 acid. Selain itu ingin diketahui pula pengaruh penambahan surfaktan span 80 pada sistem tersebut.
Pengadukan dilakukan terhadap sistem. Tipe dispersi yang terbentuk diperoleh dari pengamatan perilaku sedimentasi dan koalesensi, untuk data kestabilan diperoleh dari pencatatan waktu koalesensi. Perubahan parameter meliputi fraksi volume pelarut organik (φ0) 0.4-0.6, kecepatan pengadukan (N) 275-1000 rpm, dan ketinggian impeler (h) -1-1.25 cm. Penambahan surfaktan dilakukan pada φ0 = 0.4 sebesar 0.14~2.83 % berat span 80.
Penelitian menunjukkan ketiga parameter yang divariasikan di atas mempengaruhi tipe dispersi yang terbentuk secara simultan. Pada h < 0 cm selalu dihasilkan dispersi o/w, kecuali pada φ0 = 0.6 dan h = 0 cm dapat terbentuk pula dispersi w/0. Pada h > 0 cm dapat diperoleh baik dispersi o/w maupun w/o. Terdapat kecenderungan karakteristik dispersi yang sama pada φ0 = 0.5 dan 0.6 untuk h > 0.5 cm. Dispersi o/w yang dihasilkan lebih stabil dibandingkan dengan dispersi w/o, sedangkan untuk sistem yang mengandung span 80 berlaku sebaliknya. Surfaktan dapat meningkatkan stabilitas emulsi. Pada h = 1 cm, penambahan surfaktan dari 1.42 % menjadi 2.83 % berat span 80, dapat meningkatkan stabilitas emulsi sekitar 60 kali, dari sekitar 6 menit menjadi 6 jam."
Lengkap +
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Dispersi sistem cair-cair seringkali dijumpai dalam operasi kontak cair-cair di
lapangan industri maupun laboratorium. Di dalam operasi yang demikian, baik untuk
tujuan separasi maupun reaksi, sering kali diusahakan agar tipe dispersi sistem sesuai
dengan yang diinginkan. Salah sam cara yang dilakukan untuk itu alialah pemecahan
emulsi (amulsion breaking) atau disebut juga demulsifikasi.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan berlangsungnya proses
demulsitikasi seperti zat-zat emulsifier, temperatur, mekanikal pengadukan dan lain
sebagainya. Hal yang menarik adalah bahwa pemanfaatan faktor mekanikal
pengadukan seperti: kecepatan pengadukan, ketinggian impeller, dan fraksi volum
minyak; memiliki kelebihan dalam menekan produksi limbah kimia dan termal.
Usaha ini makin diminati setelah perkembangan yang besar dari sistem pemisahan
membran cair.
Dalam penelitian ini, untuk sistem air-minyak diesel yang diaduk, diselidiki
tentang kecenderungan tipe dispersi yang muncul (water in oil atau oil in water) bila
faktor-faktor kecepatan pengadukan (rang: 300-1200rpm), ketinggian impeller
(range: -0,03 - 0,03 m), dan fraksi volum minyak (range: O,4 - 0,6) divariasikan.
Didapatkan bahwa ketiga variabel mempengamhi tipe dispersi secara simultan
Kecenderungan munculnya tipe dispersi O/W akan semakin besar bila kecepatan aduk
dinaikkan, sementara ketinggian impeller dan fraksi volum minyak diperkecil
Demikian pula sebaliknya untuk tipe dispersi WK)."
Lengkap +
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S48789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sipayung, Janwilson
"Kandungan sulfur yang tingi pada minyak solar dapat mempengaruhi mutu solar dan kualitas udara sekilar, dan terjadinya hujan asam. Karena gas buang yang dihasilkan dari pembakaran minyak solar akan mcnghasilkan gas SO2 sebagai hasil oksidasi dari senyawa sulfur. Karena itu perlu dilakukan proses untuk menghilangkan arau mengurangl kadar sulfur didalam minyak solar.
Pada umumnya proses desulturisasi pada skala industri dilakukan dengan cara hidrogenasi katalitik yang beroperasi pada tekanan dan temperatur tinggi, sedangkan pada penelitian ini dilakukan proses desulfhrisasi minyak solar dengan cara fotokimia dan ekstraksi cair-cair dengan menggunakan pelarut acetonitril (CH3CN) sebagai solven. Ekstraksi ini terdiri dari dua fasa, yaitu fasa minyak solar dan fasa acetonitril (CH3CN). Dimana senyawa organik yang mengandung sulfur didalam minyak solar akan terdekomposisi, yang disebabkan oleh energi radiasi dari lampu UV- merkurl. Kemudian senyawa organosulfur yang terdekomposisi tadi akan diekstraksi dengan menggunakan larutan acetonitril (CH3CN). Pada proses desulfurisasi ini tidak diperlukan katalis, mudah untuk mengoperasikan dan mengontrolnya serta reaksi berlangsung pada temperatur ruang dan tekanan satu atmosfer.
Penelitian ini menggunakan larutan umpan yaitu minyak solar Pertamina yang telah dikotori dengan n-dodecyl merkaptan dan terrier dodecyl merkaptan dan sumber energi radiasi dari sinar Ultraviolet (UV), yang menggunakan lampu UV-merkuri 60 watt. Pada penelitian ini juga dilakukan proses desulfurisasl tanpa reaksi fotokimia, yaitu dengan mengekstraksi larutan umpan dengan larutan acetonitril.
Pada proses desulfurisasi ini kandungan sulfur mula-mula yang terdapat pada umpan sebesar 1,2 % turun menjadi 0,02 % dengan adanya sinar UV-merkuri, hal ini berbeda dengan tanpa adanya reaksi fotokimia dimana turun menjadi 0,22 % untuk acetonitril dengan konsentrasi 2 M dengan perbandingan pelarut sebcsar l : 7 dan penyinaran selama 9 jam. Hal ini menunjukkan proses desulfurisasi minyak solar dipengaruhi oleh adanya reaksi fotokimia."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49350
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Prasetio Wibowo
"Kandungan sulfur dalam minyak solar dianggap sebagai penyumbang terbesar dalam penyebab polusi udara dan terjadinya hujan asam yang merusak bangunan- bangunan dikota-kota besar. Karena aspek lingkungan hidup itulah maka dipandang perlu untuk mengurangi kandungan sulfur dalam minyak solar,
Salah satu cara untuk mengurangi kadar sulfur dalam minyak solar adalah dengan proses desulfurisasi dengan cara fotokimia dimana minyak solar disinari dengan sinar UV-merkuri yang berenergi tinggi sehingga senyawa organosulfur didalam miyak solar akan terdekomposisi kemudian senyawa organosulfur yang telah terdekomposisi tersebut akan diekstrak oleh larutan pengekstrak Pada percobaan ini akan digunakan larutan pengekstrak NaOH dan air murni (destilled water). Keuntungan menggunakan cara fotokimia adalah tidak diperlukannya katalis, pengoperasian dan pengontrolannya mudah serta berlangsung pada kondisi ruang dan tekanan 1 atmosfir.
Penelitian ini menggunakan larutan umpan yakni minyak solar yang telah dikotori dengan n-dodecyl mercaptan dan kemudian disinari oleh lampu UV-merkuri 60 watt. Pada penelitian ini, kaca kuarsa dipakai sebagai tempat iradiasi pada reaktor fotokimia ,dimana dengan pemakaian kaca kuarsa diharapkan absorpsi atau hamburan yang disebabkan oleh antaraksi materi penyusun media dan sinar UV akan dikurangi.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa pada proses fotokimia menggunakan kaca kuarsa memperlihatkan penurunan total sulfur sampai 72.09% setelah 9 jam mengalami proses fotokimia. Hasil ini lebih besar 7.75% dibandingkan kaca pyrex. Pada proses fotokimia selama 9 jam yang diikuti proses ekstraksi cair-cair menggunakan rasio minyak solar dan larutan NaOH 1:7, memperlihatkan penurunan total sulfur sampai 76.74%. Pada proses ekstraksi cair-cair menggunakan air murni menunjukkan penurunan total sulfur yang lebih besar dibanding NaOH yakni 75.19% setelah mengalami proses fotokimia selama 9 jam. Penambahan asam peroksi asetat memperlihatkan penurunan total sulfur yang lebih besar 3.1% dibandingkan tanpa penambahan asam peroksi asetat setelah 9 jam proses fotokimia dan ekstraksi cair-cair."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Limbah air bilasan pelapisan nikel pada proses elektroplating nikel-krom
industri kendaraan bermotor mengandung nikel dalam jumlah besar yaitu 568-641
ppm. Logam nike] yang dapar diambil dalam bentuk nikel murni dari limbah air
bilasan pelapisan nikel akan menghasilkan keuntungan ganda yaitu keuntungan
terhindar dari pencemar berbahaya dan beracun yang melebihi ambang batas dan
keuntungan ekonomis yang didapat dari pengambilan kembali nikel.
Ekstraksi cair-cair dapat diterapkan dalam mengambil kembali nikel dari
limbah air bilasan pelapisan nikel. Metode ini merupakan metode pemisahan
berdasarkan perbedaan koefisien dislribusi suatu zat terlarut yang berada dalam 2
larutan berbeda fasa dan tidak saling bercampur. Ekstraktan yang digunakan
adalah dimethylglyoxime (DMG) yang dilarutkan dalam kloroform. Larutan
ekstraktan ini akan mengekstraksi nikel dengan pembentukan senyawa kelat.
Dalam penelitian ini diperhatikan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
proses ekstraksi nikel, yaitu jenis pelarut, konsentrasi ekstraktan, waktu ekstraksi,
dan pH limbah. Dalam penelitian juga diperhatikan variabel-variabel yang
berpengaruh pada proses stripping, yaitu jenis dan konsentrasi larutan stripping.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses ekstraksi nikel dengan
menggunakan DMG mencapai optimal dengan pelarut kloroform, konsentrasi
ekstraktan 0,5 mol/L, waktu ekstraksi 5 jam, dan pH limbah 12. Dengan kondisi
tersebut, diperoleh persentase ekstraksi sebesar 99,89 %. Proses stripping nikel
mencapai persentase stripping tertinggi dengan menggunakan HCL 2 M sebagai
larutan stripping yaitu sebesar 85,29 %."
Lengkap +
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49500
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Kurniasari
"Pemisahan bioproduk seperti asam laktat membutuhkan kemurnian yang tinggi untuk aplikasi industri. Selain itu, proses separasi dan purifikasinya kerap mengalami kendala karena harus memurnikan senyawa dalam konsentrasi yang rendah dan kestabilan biomolekuler. Sistem ekstraksi cair-cair (ECC) merupakan salah satu metode yang banyak dipakai untuk memisahkan asam laktat dari impuritasnya. ECC dapat memisahkan zat terlarut pada konsentrasi rendah. Pada penelitian ini, asam laktat diekstraksi menggunakan campuran tri-n-butylamine (TBA) dalam kloroform sebagai ekstraktan. Pengamatan dilakukan pada berbagai rasio volume ekstraktan organik untuk memperoleh ekstrak 20 mL asam laktat yang optimal. Variasi juga dilakukan pada kisaran suhu 25 ? 50 °C. Analisa kandungan asam laktat dilakukan dengan metode titrasi dan HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume asam laktat yang paling optimal dalam mengekstrak 40% (v/v) asam laktat adalah sebesar 40,12 mL TBA dalam 10 mL kloroform. Adapun suhu optimal yang digunakan dalam proses ECC adalah sebesar 30°C.
Bioproduct separation such as lactic acid need high purity for industrial application. Besides, separation pr°Cess and purification usually has problem because it has to purified compound in low concentration and biomolecular stability. Liquid-liquid extraction system (L/LE) is one of many methods used in lactic acid purification from its impurities. L/LE can separate soluted in low concentration. In this observation, lactic acid extracted by Tri-n-butylamine (TBA) mixture in chloroform as extractant. The research carried out in ratio variation of volume organic extractant to obtain 20 mL optimum lactic acid in extract. Temperature variation is on 25 ? 50 °C range. Lactic acid analization on organic phase use titration and HPLC method. The results shows that the most optimum volume extractant to extract lactic acid 40% (v/v) is 40,12 mL TBA in 10 mL of chloroform. The optimum temperature used in ECC pr°Cess is 30°C."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>