Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174001 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raishaqy Rajab Rais
"Sistem electrogenerated chemiluminescence (ECL) dikembangkan dengan menggunakan luminol pada permukaan elektroda boron-doped diamond (BDD) dalam suasana basa. Sifat menguntungkan dari elektroda BDD untuk bisa beroperasi pada potensial oksidasi yang tinggi dimanfaatkan untuk memproduksi H2O2 dari larutan Na2CO3. Metode ini menghasilkan intensitas cahaya ECL pada potensial 0,5 V dan 2 -3 V dengan forward scan serta 3 - 1,6 V dan 0,8 dengan back scan, dimana intensitas-intensitas tersebut tidak muncul ketika menggunakan garam selain Na2CO3. Pada potensial 0,5 V, luminol teroksidasi secara elektrokimia menjadi dianion 3-aminophtlatate sehingga bisa menghasilkan cahaya. Sedangkan puncak intensitas yang muncul pada potensial 2 - 3 V, 3 - 1,6 V, serta 0,8 V diakibatkan oleh terproduksinya H2O2 secara in situ dari teroksidasinya Na2CO3 dan bereaksi dengan luminol membentuk keadaan tereksitasi. Penggunaan DMSO sebagai quenching serta pengaruh atmosfir N2 dalam sistem ECL luminol dilakukan yang mengakibatkan adanya penurunan intensitas ECL pada hampir semua potensial kecuali 0,5 V.

Electrogenerated chemiluminescence (ECL) systems were developed using luminol on the surface of boron-doped diamond (BDD) electrodes in an alkaline atmosphere. The beneficial nature of BDD electrodes to operate at high oxidation potentials is used to produce H2O2 from Na2CO3 solution.. This method produces ECL light intensities at potential 0,5 V and 2 - 3 V with forward scan and 3 - 1,6 V and 0.8 with back scan, which would not appear using salt other than Na2CO3. At a potential of 0.5 V, luminol will be oxidized electrochemically to 3-aminophtlatate dianion and emit the light, while the peak intensities that appear at the potential of 2 - 3 V, 3 - 1,6 V, and 0.8 V is caused by the in situ production of H2O due to the oxidation of Na2CO3 and activated the luminol into an excited state. The effect of N2 atmosphere and using DMSO as a quenching and in the luminol ECL system is carried out which caused a decreasing ECL intensities at all potentials except 0.5 V."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaini Rahmawati
"Sebuah elektroda mini dengan volume analit kecil sekitar 30 μL difabrikasi dengan menggunakan elektroda Boron-doped Diamond (BDD) sebagai elektroda kerja. Elektroda tersebut mempunyai luas permukaan sebesar 0,3 cm2 diukur dengan menggunakan persamaan Randles-sevcick dan dapat digunakan sebagai sel dalam pengukuran ECL dengan diamatinya sinyal ECL pada penggunaan PMT sebesar 3 V. Sistem ECL menggunakan luminol dalam Na2CO3 pada elektroda BDD telah dipelajari sebelumnya oleh Rais (2019). Pada penelitian ini luminol dalam Na2CO3 dipelajari lebih lanjut dan digunakan untuk menentukan konsentrasi karbonat maupun CO2 dalam sampel yaitu sebesar 11,63 mM untuk air karbonasi rasa lemon, 7,98 mM untuk air berkarbonasi biasa, serta 5,67 mM untuk CO2 jenuh dalam larutan. Mengacu pada hasil luminol dalam Na2CO3 tersebut, elektroda mini tersebut dipelajari sebagai sel elektrokimia pada sistem ECL menggunakan luminol dalam Na2CO3 dan memiliki ketahanan yang baik setelah 90 hari pemakaian.

A mini electrode with a small volume of analytes around 30 μL is fabricated using Boron-doped Diamond (BDD) electrode as a working electrode. The electrode has a surface active area of 0.3 cm2 measured by Randles-sevcick equation and can be used as a cell in ECL measurements as ECL signals can be observed. ECL systems using luminol in Na2CO3 on BDD electrodes have been studied previously by Rais (2019). In this study, luminol in Na2CO3 was further studied to determine carbonate and CO2 concentrations in the sample, which was 11.63 mM for lemon flavored carbonation water, 7.98 m for ordinary carbonated water, and 5.67 m for saturated CO2 in solution. Referring to the results of luminol in Na2CO3, the mini electrode was studied as electrochemical cells in the ECL system using luminol in Na2CO3 and has good durability after 90 days of use.
"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Zahran Ilyasa
"Tingginya konsentrasi CO2 di atmosfer menyebabkan perubahan iklim dan lingkungan. Oleh karena itu, riset untuk mereduksi CO2 banyak dilakukan oleh para peneliti dengan harapan dapat mengkonversi CO2 secara langsung menjadi hidrokarbon. Pada penelitian ini dilakukan deposisi permukaan BDD dengan tembaga untuk meningkatkan sifat katalitik dari BDD sebagai elektroda kerja. Deposisi dilakukan dengan teknik kronoamperometri pada potensial -0,6 V (vs Ag/AgCl) dan dikarakterisasi menggunakan instrumentasi SEM, EDS, XPS, dan CV. Elektroda yang telah dipreparasi digunakan untuk mereduksi CO2 dengan sistem flow cell guna meningkatkan efisiensi Faraday dari produk yang dihasilkan. Sel yang digunakan terdiri atas dua kompartemen yang dipisahkan dengan membran nafion. Di ruang katoda, elektrolit yang digunakan adalah larutan KCl 0,5 M, sedangkan di anoda larutan KOH 0,5 M. Elektroreduksi CO2 menggunakan elektroda kerja berupa BDD dan Cu-BDD dilakukan dengan memberikan potensial tetap selama 60 menit. Potensial yang digunakan bervariasi pada -1,5 V, -1,7 V, dan -1,9 V (vs. Ag/AgCl). Produk hasil reduksi dianalisa menggunakan HPLC dan GC. Produk terbanyak yang dihasilkan adalah asam format dengan konsentrasi sebesar 75,375 mg/L dan efisiensi Faraday sebesar 57% pada elektroda BDD di potensial -1,9 V.

High concentrations of CO2 in the atmosphere cause climate and environmental change. Therefore, many research had been done by researchers to reduce CO2 by converting CO2 directly into hydrocarbons. In this research, CO2 electroreduction was studied using boron-doped diamond (BDD) modified with copper nanoparticles to improve the catalytic properties of BDD as a working electrode. Deposition was performed by chronoamperometry technique at a potential of -0.6 V (vs Ag / AgCl) and characterized using SEM, EDS, XPS, and CV instrumentation. The cell used consists of two compartments separated by a Nafion membrane. In the cathode chamber, the electrolyte used was 0.5 M KCl solution, while the anode used a 0.5 M KOH solution. CO2 electroreduction using a working electrode in the form of BDD and Cu-BDD was carried out by giving a fixed potential for 60 minutes. The potential used varies at -1.5 V, -1.7 V, and -1.9 V (vs. Ag/AgCl). Reduced products are analyzed using HPLC and GC. The most produced product is formic acid with a concentration of 75.375 mg/L and Faradaic efficiency is 57% on a BDD electrode in -1.9 V potential."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robiq Firly Alfian
"Ion Cr(III) merupakan spesies logam yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Konsentrasi ion Cr(III) yang berlebih dalam tubuh manusia dapat menyebabkan penyakit seperti kardiovaskular dan penyakit mata. Karenanya metode deteksi yang sensitif dan selektif sangat dibutuhkan. Pada penelitian ini, dikembangkan deteksi ion Cr(III) berbasis fenomena electrochemiluminescence (ECL) menggunakan luminol sebagai luminofor pada elektroda boron-doped diamond (BDD). Dalam sistem ECL luminol yang digunakan, hidrogen peroksida ditambahkan sebagai koreaktan untuk meningkatkan reaksi ECL pada permukaan elektroda. Penambahan Cr(III) ke dalam sistem luminol-hidrogen peroksida menunjukkan penurunan intensitas sinyal ECL dari sistem. Optimasi menunjukkan bawa pada pH 9, konsentrasi hidrogen peroksida 25 mM, konsentrasi luminol 1 mM, laju pindai 100 mV/s, dan dalam atmosfer nitrogen, sinyal ECL berkurang secara linier dengan meningkatnya konsentrasi Cr(III) pada rentang konsentrasi 0 ppm hingga 0,1 ppm dengan nilai LOD sebesar 0,0095 ppm, LOQ sebesar 0,0316 ppm, dan sensitivitas sebesar 315,706 a.u ppm-1 cm-2. Keberulangan yang baik ditunjukkan dengan RSD sebesar 2,01% pada 10 kali pengulangan. Sensor ECL yang dikembangkan juga menunjukkan selektivitas yang baik terhadap ion Cr6+, Cd2+, dan Fe3+. Hasil pengukuran terhadap matriks air keran menujukkan persen perolehan kembali yang baik sekitar 83—99% menunjukkan bahwa metoda yang dikembangkan menjanjikan untuk pengembangan sensor Cr(III) berbasis ECL luminol pada berbagai sampel air.

Cr(III) ion is a metal species that is harmful to humans and the environment. Excessive concentration of Cr(III) ions in the human body can cause diseases such as cardiovascular and eye diseases. Therefore, a sensitive and selective detection method is needed. In this research, the detection of Cr(III) ions based on the phenomenon of electrochemiluminescence (ECL) was developed using luminol as a luminophore on boron-doped diamond (BDD) electrodes. In the luminol ECL system used, hydrogen peroxide is added as a corectant to enhance the ECL reaction on the electrode surface. The addition of Cr(III) into the luminol-hydrogen peroxide system showed a decrease in the intensity of the ECL signal from the system. The optimization shows that at pH 9, hydrogen peroxide concentration 25 mM, luminol concentration 1 mM, scan rate 100 mV/s, and in a nitrogen atmosphere, the ECL signal decreases linearly with increasing Cr(III) concentration in the concentration range of 0 ppm to 0.15 ppm with a LOD value of 0.0095 ppm, a LOQ of 0.0316 ppm, and a sensitivity of 315.706 a.u ppm-1 cm-2. Good repeatability is indicated by an RSD of 2.01% at 10 repetitions. This ECL sensor also shows good selectivity towards Cr6+, Cd2+, and Fe3+ ions. The measurement results on the tap water matrix showed a good recovery percentage of around 83—99% indicating that the developed method is promising for developing Cr(III) sensors based on ECL luminol on various water samples."
Depok: 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyhan Puji Putranto
"Isoeugenol merupakan hasil turunan produk minyak cengkeh yang banyak dimanfaatkan dalam industri parfum, aroma dan rasa makanan, minyak esensial, obat, antioksidan serta antibakteri. Pada penelitian ini, studi elektrokimia isoeugenol dipelajari sebagai dasar dalam pengembangan proses konversi isoeugenol menjadi produk bernilai manfaat tinggi. Penelitian ini menggunakan elektroda kerja emas, boron doped diamond, dan boron doped diamond termodifikasi emas. Preparasi elektroda BDD Au dilakukan dengan metode elektrodeposisi menghasilkan ukuran partikel Au sekitar 500 nm dan morfologi berupa poligonal sisi. Elektroda pendukung dan elektroda acuan masing-masing menggunakan platina spiral dan Ag/AgCl dalam 1 M KCl.
Parameter matriks larutan menggunakan variasi pH buffer Britton-Robinson dalam akuabides. Berdasarkan voltamogram siklik diperoleh pH optimum untuk elektrooksidasi isoeugenol menggunakan elektroda emas, boron doped diamond dan boron doped diamond termodifikasi emas terjadi pada masing-masing nilai pH 3, pH 6, dan pH 3. Nilai potensial oksidasi untuk elektroda emas, boron doped diamond dan boron doped diamond termodifikasi emas adalah 660 mV, 710 mV dan 662 mV. Nilai arus oksidasi untuk elektroda emas, boron doped diamond dan boron doped diamond termodifikasi emas adalah 108,28 A; 52,813 A dan 106,689 A.

Isoeugenol is a derivative product of clove oil which is widely used in perfume industry, aroma and taste of food, essential oil, medicine, antioxidant and antibacterial. In this study, electrochemical studies of isoeugenol were studied as a basis in the development of isoeugenol conversion process into high value products. This study used gold, boron doped diamond, and boron doped diamond modified gold as working electrodes. BDD Au electrode preparation was performed by electrodeposition method yielding Au particle size about 500 nm and morphology of polygonal side. Supporting electrode and reference electrode are using spiral platinum and Ag AgCl in 1 M KCl.
Matrix solution is use a variation of Britton Robinson buffer pH in aquabides. Based on the cyclic voltammogram obtained the optimum pH for isoeugenol electrooxidation using gold electrodes, boron doped diamond and boron doped diamond modified gold occur in each pH value 3, pH 6, and pH 3. Oxidation potential values for gold electrodes, boron doped diamond and boron doped diamond modified gold is 660 mV, 710 mV and 662 mV. The oxidation current values for gold electrodes, boron doped diamond and boron doped diamond modified gold are 108.28 A 52.813 A and 106,689 A.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiatus Silmi
"ABSTRACT
HClO adalah salah satu jenis spesi oksigen reaktif (ROS). Konsentrasi HClO berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai penyakit. Pada penelitian ini, perilaku elektrokimia HClO/ClO dalam larutan pH fisiologis dipelajari pada elektroda kerja BDD, Pt, dan Au sebagai studi untuk pengembangan sensor. Sel elektrokimia yang digunakan yaitu satu kompartemen menggunakan teknik voltametri siklik (CV) pada larutan NaClO 8,4 mM dalam larutan buffer fosfat 0,5 M. Sebelumnya, larutan standar NaClO ditetapkan konsentrasinya menggunakan metode titrasi iodometri. Berdasarkan karakterisasi CV, BDD menunjukkan nilai respon arus puncak reduksi HClO terbaik pada potensial +0,1 V (vs. Ag/AgCl) dengan pH optimum 6,6. Kurva kalibrasi linier (R = 0,9953) dapat dicapai  pada daerah konsentrasi NaClO dari 1,68 hingga 5,86 mM menggunakan elektroda BDD. Batas deteksi yang diperkirakan dapat dicapai adalah sebesar 0,46 mM dengan nilai relative standard deviation (RSD) yakni 4,2% setelah 6 kali pengukuran. Pengaruh oxygen reduction reaction (ORR) juga diamati pada puncak reduksi ClO di sekitar potensial -0,7 V hingga -0,9 V. Hasil CV menunjukkan, respon arus relatif berkurang dengan penambahan gas N2 di dalam larutan. Selain itu, pengaruh penambahan glukosa dan asam askorbat pada analit juga dipelajari. Hasil CV menunjukkan, penambahan glukosa dan asam askorbat tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengukuran HClO.

ABSTRACT
HClO is a type of reactive oxygen species (ROS). The excessive production of HClO may cause various diseases. In this study, electrochemical behavior of HClO/ClO was studied using BDD, Pt and Au electrodes in physiological pH condition in order to develop sensors. The electrochemical measurements were performed in one-compartment electrochemical cell using cyclic voltammetry technique in a 0.5 M phosphate buffer solution containing of 8.4 mM NaClO. Iodometric titration method was used to determine the concentration of hypochlorite. Cyclic voltammograms (CVs) of NaClO standard solutions showed the best response at optimum pH of 6,6 at the potensial reduction of +0.1 V. A linear calibration curve (R2 = 0.9953) can be achievd in the concentration range of 1.68-5.86 mM NaClO with an estimated low detection limit of 0.46 mM. The relative standard deviation (RSD) value of 4.2% was obtained after 6 measurements. The effect of oxygen reduction reaction (ORR) was also observed at the peak of the reduction of ClO around -0.7 V to -0.9 V. CVs showed that the current response was relatively reduced by the addition of N2 gas in the solution. The addition of glucose and ascorbic acid had no significant effect on HClO measurements."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Ramadhanti
"Sintesis fenol dari benzena dilakukan dengan menggunakan elektroda boron doped diamond (BDD) karena dilaporkan bahwa oksidasi air pada permukaan elektroda BDD dapat menghasilkan radikal bebas hidroksil (OH?) (Suffredini et al.,2004). Studi pendahuluan pada campuran benzena dalam asam sulfat dengan metode cyclic voltammetry menunjukkan bahwa elektrolisis air terjadi pada potensial -1,5 V sampai 2,5 V. Perangkat tiga elektroda yang digunakan yaitu BDD sebagai elektroda kerja, platina (Pt) sebagai elektroda penunjang dan Ag/AgCl sebagai elektroda referens. Proses elektrokimia dilakukan pada tiga campuran yakni C6H6 didalam elektrolit H2SO4 (a), elektrolit tetrabutyl ammonium perclorate (b) dan (c) elektrolit H2O2 dalam pereaksi FeCl2 dan H2SO4 (peraksi Fenton). Metode chronoamperometry dilakukan secara simultan dengan sonikator selama 30 menit dengan potensial 2,3 V menghasilkan arus rata-rata sebesar 0,1 mA untuk campuran (a) dengan % yield fenol 3,924 %, campuran (b) dengan % yield fenol 4,162 % dan campuran (c) dengan % yield fenol 5,923 % menunjukkan bahwa metode ini menjanjikan untuk dikembangkan.

Synthesis phenol from benzene was studied using boron doped diamond (BDD) electrode because it have been previously reported that water oxidation process at BDD electrode produce hydroxyl free radicals (OH?) (Suffredini et al.,2004). Preliminary studies carried on a mixture of benzene in water and sulfuric acid using cyclic voltammtery showed that water electrolysis occurred at -1,5 V to 2,5 V. Three electrode system with BDD as a working electrode, Pt wire as a counter electrode and Ag/AgCl system as the reference electrode was used. Three sample were examined, including C6H6 in (a) H2SO4 electrolyte, (b) tetrabutyl ammonium perclorate electrolyte and (c) H2O2 electrolyte in the presence of FeCl2 and H2SO4. Chronoamperometry method was applied simultaneously with ultrasonication in 30 minutes with a potential of 2,3 V generate average current of 0,1 mA for the mixture of (a) with % yield of 3,924 %, the mixture of (b) with % yield of 4,162 % and the mixture of (c) with % yield of. 5,923 %, suggesting that the method is promising to be developed."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S58644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Yonita Yetri
"Seiring dengan peningkatan kandungan CO2 di atmosfer menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengatasi fenomena tersebut adalah mencoba mengurangi emisi gas karbon dioksida dan mengubahnya menjadi senyawa yang lebih bermanfaat. Dalam penelitian ini, elektroreduksi karbon dioksida dipelajari dengan menggunakan elektroda kerja Boron-doped Diamond termodifikasi Cu2O (Cu2O-BDD). Elektroda Cu2O-BDD dipreparasi menggunakan larutan yang terdiri atas Cu(CH3COO)2 1 mM dan CH3COONa 0,1 M dalam pH 5,7. Elektrodeposisi Cu2O pada permukaan BDD dilakukan dengan teknik kronoamperometri pada potensial deposisi -0,4 V (vs Ag/AgCl). Karakterisasi dilakukan dengan SEM-EDS dan XPS. Siklik voltametri menggunakan Cu2O-BDD sebagai elektroda kerja menunjukkan bahwa puncak reduksi CO2 dalam larutan NaCl 0,1 M teramati pada potensial -1,3 V (vs Ag/AgCl). Berdasarkan data tersebut elektroreduksi CO2 dilakukan pada potensial -1,3 V (vs Ag/AgCl) dengan menggunakan teknik kronoamperometri selama 1 jam. Karakterisasi produk liquid dari elektroreduksi CO2 dilakukan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) memberi indikasi adanya pembentukan asam format, asam asetat, formaldehid dan metanol.

The increase of carbon dioxide content in the atmosphere leads to a global warming phenomenon. Reducing carbon dioxide emission dan transform it into another beneficial substance is one attempt to overcome this phenomenon. In this work, electroreduction of carbon dioxide was examined using Cu2O modified BDD as the working electrode (Cu2O-BDD). Cu2O-BDD electrode was prepared with mixture solution of Cu(CH3COO)2 1 mM and CH3COONa 0.1 M at pH 5.7. Cu2O was electrodeposited on the BDD surface through chronoamperometry technique at deposition potential of -0.4 V (vs Ag/AgCl). Characterization was performed by SEM-EDS and XPS. The CV with Cu2O-BDD as working electrode demonstrated that reduction peak of CO2 in NaCl 0.1M solution was observed at the potential of -1.3 V (vs Ag/AgCl). Based on this data, electroreduction of CO2 was performed at the potential of -1.3 V (vs Ag/AgCl) using chronoamperometry technique for one hour. Characterization of the liquid product of the CO2 electroreduction was completed using High Performance Liquid Chromatography (HPLC), which indicated the formation of formic acid, acetic acid, formaldehyde and methanol."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64785
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darine Denala
"Elektroreduksi CO2 merupakan teknik yang menjanjikan karena dapat mengkonversi CO2 secara langsung menjadi hidrokarbon. Penggunaan elektroda Cu dan boron-doped diamond (BDD) dalam proses elektroreduksi CO2 dilaporkan mampu menghasilkan konversi CO2 menjadi turunan hidrokarbon secara efisien. Pada penelitian ini, deposisi Cu2O ke permukaan BDD dan Cu dilakukan guna meningkatkan sifat katalitik BDD, sekaligus mempelajari jenis spesi Cu yang paling berperan dalam reaksi elektroreduksi CO2. Deposisi elektroda dilakukan dengan menggunakan teknik amperometri. Pada setiap elektroda dilakukan karakterisasi dengan menggunakan instrumentasi Scanning Electron Microscope (SEM), Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), X-Ray Photoelectron Spectroscopy, dan Cyclic Voltammetry (CV). Elektroreduksi dilakukan dalam sistem dua  kompartemen berbentuk H dengan menggunakan larutan NaCl 0.1 M yang ditempatkan di katoda serta Na2SO40.1 M ditempatkan di anoda. Elektroreduksi dilakukan dengan menggunakan sistem kerja tiga elektroda yang terdiri dari elektroda kerja, elektroda pendukung berupa kawat Pt, serta elektroda pembanding Ag/AgCl pada variasi potensial -1.0 V dan -1.5 V selama 60 menit. Produk hasil reduksi dianalisa dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatograph (HPLC) dan Gas Chromatography (GC) untuk produk liquid serta untuk untuk produk gas menggunakan Gas Chromatography (GC) dengan detektor TCD. Elektroda Cu2O-BDD menghasilkan produk yang paling bervariasi dibandingkan dengan elektroda lainnya dengan produk hasil berupa asam format, etanol, dan asam asetat. Produk dengan jumlah  paling banyak dihasilkan adalah asam asetat dengan jumlah 29,8 mg/L dengan persen (%) efisiensi faraday sebesar 68,2  % oleh elektroda Cu2O-BDD pada potensial -1.5 V.

CO2 Electroreduction is a promising technique in CO2 reduction because it can converts CO2 directly into hydrocarbon. The uses of Cu and Boron-Doped Diamond as working electrode in CO2 electroreduction is reported to be able converting CO2 into hydrocarbon derivative efficiently. In this research, Cu2O deposited into BDD and Cu surfaces to increase the BDD catalytic activity and study which Cu has the biggest role in electroreduction CO2 process. Deposition of the material into electrode surface is done using amperometry technique. Each electrode characterized using Scanning Electron Microscopy (SEM), Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), and X-Ray Photoelectron Spectroscopy, and Cyclic Voltammetry (CV) instrumentation. Electroreduction process is done using  two compartment system with H-shaped using NaCl solution 0.1 M in cathode and Na2SO4 in anode. Electroreduction performed using three electrode system, which are working electrode, Pt mesh as counter electrode, and Ag/AgCl as reference electrode with -1,0 V and -1,5 V potential in 60 minutes. The resulting product is analyzed using High Performance Liquid Chromatograph (HPLC) and Gas Chromatography (GC) for liquid product and GC with TCD detector for the gas product. The reduction process using Cu2O-BDD as working electrode produced more variative products other than the other electrodes, which are formic acid, ethanol, and acetic acid. The most produced product from the process is acetic acid with in concentration 29,8 mg/L and %faradaic efficiency 68,2% using Cu2O-BDD electrode in -1,5 V potential."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanif Mubarok
"ABSTRAK
Meningkatnya permintaan vanillin oleh industri yang mencapai 15000 ton/tahun mendorong peneliti untuk mengembangkan metode alternatif untuk sintesis vanillin. Selain ekstraksi dari vanilla alami, vanillin dapat disintesis dari bahan berbasis minyak dan produksi secara mikroba, yang membutuhkan biaya tinggi, metode berkelanjutan, dan langkah yang rumit. Pada penelitian ini vanillin disintesis dari isoeugenol dengan metode elektrokimia menggunakan elektroda Boron Doped Diamond (BDD) dan Platina dalam sel satu kompartemen. Kondisi optimum diperoleh dengan memvariasikan potensial oksidasi, pelarut, waktu elektrolisis, dan jumlah air. Sintesis vanillin dilakukan menggunakan teknik kronoamperometri dan diperoleh kondisi optimum pada sistem potensial 0.3 V (vs Ag/AgCl) dalam metanol selama 30 menit pada untuk elektroda BDD, dan 0.41 V (vs Ag/AgCl) dalam metanol selama 30 menit untuk elektroda Platina, keduanya dengan penambahan 1 mL air. Analisis dilakukan menggunakan HPLC dan GC dengan konversi 9.48% dan 4.11% untuk masing-masing kondisi optimum. Pada mekanisme yang diajukan, isoeugenol mengalami oksidasi gugus alil menjadi diol yang diikuti pemutusan oksidatif menjadi aldehid.
ABSTRAK
The increased demand on vanillin by industries up to 15000 tons/year encourage researcher to develop an alternative method in vanillin synthesize. Beside extraction from natural vanilla, vanillin can be synthesized from petroleum based material and microbial production which require high cost, consecutive method, and complicated steps. In this study, vanillin was synthesized from isoeugenol through electrochemical method using Boron Doped Diamond (BDD) and Platinum (Pt) electrode in one compartment cell. Optimum condition was obtained with varying the oxidation potential, solvents, time of electrolysis, and amount of water. The synthesis of vanillin was conducted using chronoamperometry technique, and optimum contidion was obtained at potential 0.3 V (vs Ag/AgCl) in methanol for 30 minutes at BDD electrode, and 0.41 V (vs Ag/AgCl) in methanol for 30 minutes at Pt electrode, both in 1 mL water addition respectively. Analysis was done using HPLC and GC/MS with conversion 9.48% and 4.11% for both optimum conditions. In the proposed mechanism, isoeugenol undergoes oxidation of allyl group into diol and followed by oxidative cleavage into aldehyde."
2016
S64944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>