Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187998 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winda Handika Putri
"ABSTRAK
Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) merupakan masa penting bagi tumbuh kembang seorang anak, dimana apabila terjadi masalah gizi pada saat ini dapat menimbulkan akibat baik jangka pendek maupun jangka panjang di masa yang akan datang bahkan kepada generasi selanjutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gagal tumbuh berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF), dan untuk mengetahui perbedaan proporsi gagal tumbuh pada anak balita berdasarkan karakteristik anak balita. lima, riwayat penyakit menular, karakteristik sosial ekonomi, ketahanan pangan rumah tangga, dan asupan makanan. . Penelitian dilaksanakan di Desa Jatinegara dan Pulo Gebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, pada bulan April sampai Juni 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 163 anak usia 6-23 bulan yang datang ke 8 Posyandu terpilih. Data diperoleh melalui pengukuran berat badan dan panjang baduta, wawancara, dan recall 1x24 jam. Analisis univariat menunjukkan bahwa prevalensi gagal tumbuh pada anak balita adalah 31,9%. Prevalensi masing-masing kategori gagal tumbuh hanya wasting, wasting & underweight, wasting, stunting, & underweight, stunting & underweight, dan stunting saja, yaitu 13,5%; 8,0%; 3,1%; 3,1%, dan 4,3%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang memberikan perbedaan proporsi gagal tumbuh pada balita adalah variabel panjang lahir (p-value = 0,039; OR = 2,266), asupan energi (p-value = 0,000; OR = 9,979), dan asupan protein (p-value = 0,027; OR = 2,240).
ABSTRACT
The First Thousand Days of Life (1000 HPK) is an important period for the growth and development of a child, where if there is a nutritional problem at this time it can have both short-term and long-term consequences in the future, even to the next generation The purpose of this study was to determine the prevalence of failure to thrive based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF), and to determine differences in the proportion of failure to thrive in children under five based on the characteristics of children under five. five, history of infectious diseases, socio-economic characteristics, household food security, and food intake. . The research was conducted in Jatinegara and Pulo Gebang Villages, Cakung District, East Jakarta, from April to June 2019. The research design used was cross sectional. The sample of this study was 163 children aged 6-23 months who came to 8 selected Posyandu. Data were obtained through measurements of body weight and length of the baduta, interviews, and 1x24 hour recall. Univariate analysis showed that the prevalence of failure to thrive in children under five was 31.9%. The prevalence of each category of failure to thrive is only wasting, wasting & underweight, wasting, stunting, & underweight, stunting & underweight, and stunting only, which is 13.5%; 8.0%; 3.1%; 3.1%, and 4.3%. Bivariate analysis showed that the variables that provided differences in the proportion of failure to thrive in children under five were birth length (p-value = 0.039; OR = 2.266), energy intake (p-value = 0.000; OR = 9.979), and protein intake (p-value). = 0.027; OR = 2.240)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Auliani
"Anak-anak usia sekolah cenderung mengonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat termasuk sayur. Rendahnya konsumsi sayur pada periode ini dalam jangka pendek dapat menyebabkan kerusakan sel, lemahnya imunitas tubuh, ISPA, dan masalah pencernaan sedangkan dampak jangka panjangnya dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kronis seperti penyakit jantung koroner, COPD, stroke, kardiovaskular, dan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi konsumsi sayur anak usia 10-11 tahun berdasarkan food neophobia dan faktor lainnya di SDN Polisi 1 Kota Bogor. Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 142 responden. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner serta formulir food record 2x24 jam oleh responden. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 18,3% responden yang mengonsumsi sayur setiap hari dan rata-rata konsumsi sayur responden hanya 33,75 gram per hari. Analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan proporsi konsumsi sayur yang bermakna berdasarkan faktor kesukaan, keyakinan diri, hambatan, dan preferensi sayur. Edukasi mengenai pentingnya konsumsi sayur perlu diberikan kepada anak usia sekolah serta orang tuanya untuk mencapai anjuran konsumsi sayur yang direkomendasikan.

School aged children tend to eat high-fat and low fiber foods, also low vegetable intake. Low vegetable consumption in this period cause cell damage, low imunity system, URI, and inflammatory bowel disease, besides long term effect can cause heart disease, COPD, stroke, CVD, and cancer. The study aims to determine the proportional differences of vegetable consumption in 10-11 years old children based on food neophobia and the other factos at Polisi 1 Public Elementary School in Bogor City. This quantitative study uses cross sectional design with 142 respondents. Data were collected through self-registered questionnaire and 2x24 hours food record form and analysed using chi-square test. The result showed that there were only 18,3% respondents who eat vegetables daily and only 33,75 gram vegetables consumed each day. Statistical analysis also showed a significant vegetable consumption differences based on liking, self efficacy, perceived barrier, and vegetable preferences. Nutrition education is needed for school aged children and their parents to reach daily vegetable recommendation intake.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Rachma
"Kalsium merupakan zat gizi yang berperan penting dalam pertumbuhan khususnya pada remaja. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi asupan kalsium berdasarkan kebiasaan konsumsi susu, kebiasaan sarapan, konsumsi soft drink, literasi gizi, pengetahuan mengenai kalsium, pendidikan ayah, pendidikan ibu, penghasilan orang tua/wali serta jenis kelamin. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan total sampel 142 siswa SMAN 34 Jakarta selama bulan April 2019. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan asupan kalsium diukur melalui SQ-FFQ. Data dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 67.6% siswa memiliki asupan kalsium kurang dengan rata-rata 808.1 454 mg. Analisis bivariat menunjukkan adanya perbedaan proporsi asupan kalsium yang signifikan berdasarkan konsumsi susu (p=0.000, OR=6.05), konsumsi soft drink (p=0.013, OR=0.18), dan literasi gizi kritikal (p=0.049, OR=3.05).

Calcium is one of nutrient that plays an important role in growth, especially in adolescents. This study aims to determine the differences of calcium intake based on milk consumption, breakfast, soft drink consumption, nutrition literacy, calcium-related knowledge, fathers eduaction, mothers education, parents income and gender. This research adapts cross-sectional design with a total of 142 students of SMAN 34 jakarta during April 2019. Data was collected using questionnaire and SQ-FFQ method to measure calcium intake. Data were analayzed by chi-square test. The results showed 67.6% of students had less calcium intake with an average of 808.1 454mg. Bivariate analysis showed that there was a significant difference of calcium intake based on milk consumption(p=0.000, OR=6.05), soft drinks consumption(p=0.013, OR=0.18), and critical nutrition literacy(p=0.049, OR=3.05).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Aprilita Minamilail
"Kegemukan pada anak terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang diasup dan energi yang digunakan. Prevalensi kegemukan pada anak di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya perbedaan proporsi asupan makanan, aktivitas fisik, durasi tidur, screen time, kebiasaan konsumsi kudapan, dan kebiasaan sarapan pada kejadian kegemukan pada siswa di SD Islam Al-Falaah tahun 2014.
Penelitian dilakukan menggunakan desain studi cross sectional pada siswa kelas 4 dan 5 SD Islam Al Falaah dengan jumlah responden 154 yang berusia 10-12 tahun, dipilih menggunakan sistem simple random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji chi square dan analisis stratifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 35,7% siswa yang dikategorikan gemuk. Ditemukan bahwa ada perbedaan bermakna di tingkat asupan energi pada kejadian kegemukan sebelum dan sesudah dikontrol oleh jenis kelamin (p value = 0,022). Disarankan untuk pihak sekolah memiliki program untuk memantau status gizi (IMT/U) siswa melalui UKS dan melakukan penyuluhan mengenai Gizi Seimbang.

Overweight in children occurs because of an imbalance between energy intake and energy expenditure. In Indonesia, prevalence of overweight in children increases gradually. This study aims to prove proportion differences of food intake, physical activity, sleep duration, screen time, snacking habits, and breakfast habits on overweight of Al-Falaah Islamic Elementary School students in 2014.
This study was conducted with a cross-sectional design in 4th and 5th grade of Al-Falaah Islamic Elementary School. The subjects were 154 students aged 10-12 years old, chosen by simple random sampling. Data were analyzed using chi square test and stratified analysis.
The results showed that there were 35.7% of students who are classified as overweight. There are significant differences in the levels of energy intake on the incidence of overweight before and after controlled by sex (p value = 0.022). It would be advisable for the school to has a program to monitor the nutritional status (BMI/U) students through UKS and do counseling regarding Gizi Seimbang.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denissa Indriana
"Prevalensi balita wasting di Jakarta Timur tahun 2017 merupakan prevalensi tertinggi kedua di DKI Jakarta yakni sebesar 11%. Prevalensi wasting di Jakarta Timur termasuk
masalah kesehatan masyarakat yang serius. Wasting merupakan masalah kesehatan yang serius karna dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas balita. Usia 24-30 bulan merupakan usia yang rentan mengalami wasting karena sudah tidak mendapatkan ASI sehingga diperlukannya asupan gizi yang adekuat. Wasting memiliki beberapa faktor
langsung dan tidak langsung sehingga tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor dominan kejadian wasting pada anak usia 24-30 bulan di Kecamatan Cakung, Jakarta
Timur tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan sampel penelitian 221 anak usia 24-30 bulan. Hasil penelitian menunjukkan 14,9% anak usia
24-30 bulan di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur tahun 2019 mengalami wasting. Terdapat hubungan positif antara asupan energi, asupan karbohidrat, asupan protein,
asupan protein hewani, asupan lemak, frekuensi asupan susu, dan jumlah asupan susu dengan kejadian wasting. Risiko wasting lebih tinggi pada anak dengan asupan energi, karbohidrat, protein, protein hewani, dan lemak yang tidak adekuat serta frekuensi dan jumlah asupan susu yang kurang. Faktor dominan dari penelitian ini yakni asupan protein yang berarti asupan protein tidak adekuat mempunyai peluang 2,8 kali untuk menjadi wasting dibandingkan dengan anak dengan asupan protein adekuat setelah dikontrol oleh asupan energi, asupan asupan karbohidrat, asupan protein hewani, asupan lemak, riwayat ISPA, riwayat diare, usia minum susu, frekuensi asupan susu, jumlah asupan susu, IMD, dan pendidikan ibu. Maka dari itu diperlukannya asupan protein khususnya susu untuk mencegah kejadian wasting.

The prevalence of wasting toodlers in East Jakarta in 2017 is the second highest prevalance in DKI Jakarta is 11%. The prevalence of wasting in East Jakarta is a serious problem public health. Wasting is a serious problem because it can cause morbidity and mortality in children. Age 24-30 months is the age high risk of wasting because its not getting breast milk anymore, so adequate nutritional intake is needed. Wasting has several direct and indirect factors, the purpose of this study is to find out dominant factors of wasting in children aged 24-30 months in Cakung Sub District, East Jakarta in 2019. This study used a cross-sectional method with 221 children aged 24-30 month. The results showed 14,9% of children aged 24-30 months in Cakung District, East Jakarta in 2019 had wasting. There is a relationship between energy intake, carbohydrate intake, protein intake, animal source protein intake, fat intake, frequency of milk intake, amount of milk intake with wasting. The risk of wasting is higher in children with energy, carbohydrate, protein, animal protein, and inadequate fat intake and less frequency and amount of milk intake. The dominant factor of this study is
protein intake which means that inadequate protein intake has higher risk 2,8 times to be wasting compared to children with adequate protein intake after being controlled by energy intake, carbohydrate intake, animal source protein intake, fat intake, acute respiratory infection, diarrhea, age of drinking milk, frequency of milk intake, amount of milk intake, initiation of breast feeding, and mother education. Adequancy protein intake is needed especially milk intake to prevent wasting in children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Rahmani Fitri
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor terkait dan dominan faktor dalam kejadian stunting pada anak-anak antara 24-30 bulan dalam dua yang dipilih desa-desa di Kecamatan Cakung pada tahun 2019. Metode penelitian ini adalah cross sectional Desain. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 221 anak-anak dan mereka diperoleh oleh pengambilan sampel cluster. Penelitian ini dilakukan pada Mei 2019 di Jatinegara dan Pulogebang Kecamatan. Database dikumpulkan dengan mengukur tinggi badan, wawancara pada kuesioner, dan penarikan makanan 2x24 jam. Hasil analisis menunjukkan Proporsi anak usia 24-30 bulan yang mengalami stunting adalah 20,4%. Mann Whitneys Tes menunjukkan bahwa asupan makronutrien, asupan mikronutrien seperti vitamin C dan seng menunjukkan hubungan yang signifikan dengan stunting. Uji chi square menunjukkan hal itu makronutrien, asupan mikronutrien seperti vitamin A, usia minum susu, frekuensi konsumsi susu, pendidikan ibu, dan pengetahuan ibu tentang gizi menunjukkan a hubungan yang signifikan dengan stunting. Hasil analisis multivariat diperoleh usia minum susu sebagai faktor dominan dalam kejadian stunting pada anak usia 24- 30 bulan di dua kecamatan terpilih di Kecamatan Cakung.

The purpose of this study was to determine the related factors and dominant factors in the incidence of stunting in children between 24-30 months in the two selected villages in Cakung District in 2019. The method of this study was cross sectional design. The number of samples in this study were 221 children and they were obtained by cluster sampling. This research was conducted in May 2019 in Jatinegara and Pulogebang Districts. The database was collected by measuring height, interview on
questionnaire, and 2x24 hour food withdrawal. The analysis showed that the proportion of children aged 24-30 months who experienced stunting was 20.4%. The Mann Whitney Test shows that macronutrient intake, micronutrient intake such as vitamin C and zinc
show a significant relationship with stunting. Chi square test showed that macronutrients, micronutrient intake such as vitamin A, age of drinking milk, frequency of milk consumption, mothers education, and mothers knowledge about nutrition showed a significant relationship with stunting. Multivariate analysis results obtained by age drinking milk as a dominant factor in the incidence of stunting in children aged 24-30 months in two sub-districts selected in the District of Cakung."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kagita Kirana Hanifah
"Asupan energi yang tidak sesuai merupakan salah satu masalah gizi pada remaja. Asupan energi berlebih merupakan faktor yang berkontribusi pada kegemukan dan obesitas, salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di dunia. Di DKI Jakarta, sebanyak 21,3% remaja memiliki asupan energi ≥ 130% AKG. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan perbedaan proporsi asupan energi berdasarkan faktor risikonya seperti kejadian emotional eating, external eating, dan lainnya pada remaja di SMA Budhi Warman 2 Jakarta tahun 2020. Terdapat 123 responden pada penelitian ini yang merupakan siswa-siswi di SMA Budhi Warman 2 Jakarta kelas X, XI, dan XII. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Data penelitian diperoleh dari pengisian kuesioner dan formulir food record 2 x 24 jam secara mandiri yang dilakukan secara daring. Pengambilan data penelitian dilakukan bulan Juli-September 2020. Hasil analisis univariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi remaja dengan asupan energi berlebih yaitu sebesar 60,2%. Berdasarkan uji statistik chi square tidak ditemukan adanya perbedaan proporsi tingkat asupan energi yang signifikan berdasarkan faktor-faktor risikonya pada remaja di SMA Budhi Warman 2 Jakarta tahun 2020. Meski demikian, asupan energi berlebih cenderung terjadi pada remaja perempuan, mengalami external eating, dan mendapatkan uang saku tinggi

Energy intake that does not meet the recommendation is one of the nutritional problems among adolescents. Excessive energy intake is a contributing factor to overweight and obesity, one of the main global public health problems. In DKI Jakarta, 21.3% of adolescents have an energy intake ≥ 130% above the recommended amount. This study aims to determine the overview and proportion differences of energy intake based on its risk factors, such as emotional eating, external eating, and other factors among adolescents at SMA Budhi Warman 2 Jakarta in 2020. This study applies a cross-sectional research design on 123 students as a sample that is students of first to third grade in SMA Budhi Warman 2 Jakarta. Data were collected online by distributing a self-administered questionnaire and a 2 x 24-hour food record form. The research was conducted from July to September 2020. Univariate analysis results indicated that 60.2% of the students have excessive energy intake. Chi square statistic test indicated that there are no significant proportion differences in energy intake level based on its risk factors among adolescents at SMA Budhi Warman 2 Jakarta in 2020. However, excessive energy intake tends to occur in female adolescents, positive with external eating, and receive large pocket money."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asti Shafira
"Hiperkolesterolemia merupakan salah satu prediktor kuat berbagai penyait jantung yang merupakan penyebab utama kematian di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan berbagai faktor yang berkaitan dengan kejadian hiperkolesterolemia pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Pasar Minggu pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan jumlah sampel sebesar 126 responden menggunakan consecutive sampling. Variabel penelitian yang diteliti adalah kejadian hiperkolesterolemia, jenis kelamin, lama menderita diabetes melitus, riwayat DM keluarga, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, tingkat stress, persen lemak tubuh dan asupan lemak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi kejadian hiperkolesterolemia pada penderita DM adalah 56,3% dengan 37,1% pada pria dan 63,7% pada wanita. Dari seluruh variabel independent yang diteliti, perbedaan yang bermakna dengan hasil uji chi square terdapat pada variabel jenis kelamin (OR = 2,947; CI = 1,326-6,672), riwayat keluarga (OR = 0,443; CI = 0,209-0,895) dan kebiasaan merokok (OR = 1,233; CI = 0,990-11,898). Sementara itu, tidak terdapat perbedaan bermakna kejadian hiperkolesterolemia berdasarkan lama menderita DM, aktivitas fisik, tingkat stress, antropometri dan asupan lemak karena p > 0,05. Untuk menyimpukan, terdapat perbedaan yang signifikan pada jenis kelamin, riwayat DM keluarga dan kebiasaan merokok dengan kejadian hiperkolesterolemia, dengan peningkatan risiko hiperkolesterolemia sejalan dengan jenis kelamin perempuan, adanya riwayat DM keluarga dan kebiasaan aktif merokok

Hypercholesterolemia is the leading predictor of various cardiac disease (CVD) which is the leading cause of death in the world. This study aims to determine whether there are any differences the incidence of hypercholesterolemia based on factors related to it in people with diabetes mellitus at Pasar Minggu Primary Health Care in 2018. This study used a cross-sectional method with a sample size of 126 respondents using consecutive sampling. Research variables studied were incidence of hypercholesterolemia, sex, duration of diabetes mellitus, family history of diabetes mellitus, smoking habit, physical activity, stress level, body fat percentage and fat intake. The results of this study showed that the prevalence of hypercholesterolemia incidence in DM patients was 56.3% with 37.1% in men and 63.7% in women. Of all independent variables studied, significant differences with statistical analysis were in sex (OR = 2.947, p = 0.009), family history (OR = 0.443, p = 0.018) and smoking habits (OR = 1,233; p = 0.038). Meanwhile, there was no significant the incidence of hypercholesterolemia differences based on duration of diabetes mellitus, physical activity, stress level, anthropometry and fat intake due to p > 0.05. To conclude, there were significant differences in sex, family history of diabetes mellitus and smoking habits with hypercholesterolaemia incidence, with an increased risk of hypercholesterolemia in line with female sex, family history of DM and active smoking habits."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Innes Marinda
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi kelelahan fisik pada pekerja PT. X. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 di PT. X. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner yang diisi secara mandiri, pengukuran antropometri, dan 24H food record dengan jumlah sampel 126 responden. Analisis data menggunakan uji Chi-square untuk melihat perbedaan proporsi antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi antara asupan protein (P value =0,049), konsumsi air putih (P value=0,022), dan status merokok (P value=0,027) dengan kelelahan fisik. Sebaiknya perusahaan menyediakan botol untuk menampung urin, sehingga pekerja dapat mengukur warna urin dan mengetahui kecukupan konsumsi air putih selama bekerja.

This study aims to describe the proportional difference between fatigue, physical fatigue of worker in PT. X. This study is a quantitative study using cross-sectional study design. The data were collected in May-June 2015. The data were collected by using self-administered questionnaire, anthropometric measurement, and 24H food record involving 126 respondents. The data were analyzed using Chi-square test to describe the proportion difference between the independent variables and the dependent variables.
The result shows that t there are proportional differences between protein intake (P value=0,049), mineral water consumption (P value=0,022), smoking status (P value=0,027), and physical fatigue. The company is suggested to be more concerned regarding the menu in the canteen. Furthermore, the worker are suggested to be more active like increase their exercise frequency and routine by using the facilities in the company. The company should provide a bottle to accommodate the urine , so that workers can measure the color of the urine and aware of the sufficiency of white water consumption during work.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S60229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Noura Zumairitri Syam
"Prehipertensi pada remaja didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang ≥90 persentil tetapi <95 persentil, sedangkan hipertensi pada remaja didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik dan/atau diastolik 95th persentil hingga 99th persentil + 5 mmHg berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tinggi badan. Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai prehipertensi dan hipertensi remaja di Indonesia, prevalensi prehipertensi pada remaja mencapai 16,8%, sedangkan prevalensi hipertensi mencapai 2,6%. Penelitian sebelumnya mengenai prehipertensi remaja di salah satu SMA di Bogor, prevalensi prehipertensi mencapai 21,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi status prehipertensi dan hipertensi berdasarkan karakteristik individu, status gizi, asupan, dan gaya hidup pada siswa/i usia 15-18 tahun di SMA Negeri 2 Cibinong. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 130 yang terdiri dari siswa/i kelas X dan XI SMA Negeri 2 Cibinong. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei - Juni melalui pengisian kuesioner (g-form), wawancara recall 2x24-h, pengukuran berat badan, tinggi badan, dan tekanan darah. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 29,2% responden mengalami prehipertensi dan 3,1% responden mengalami hipertensi tahap 1. Terdapat perbedaan proporsi prehipertensi dan hipertensi berdasarkan riwayat hipertensi keluarga (p-value=0,001; OR=4,020; 95% CI=1,765 - 9,159), asupan natrium (p-value=0,001; OR=19,091; 95% CI=5,91 - 61,61), asupan serat (p-value=0,001; OR=6,000; 95% CI=2,68 - 13,39), dan kebiasaan merokok (p-value=0,002; OR=10,118; 95% CI=2,044 - 50,091). Siswa/i dengan riwayat hipertensi keluarga, asupan natrium berlebih, asupan serat kurang, dan memiliki kebiasaan merokok lebih berisiko mengalami kejadian prehipertensi dan hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan siswa/i dapat mulai memperhatikan tekanan darah dengan melakukan pengukuran tekanan darah rutin sebulan sekali, membatasi asupan natrium ≤2000 mg atau 1 sdt per hari, meningkatkan asupan serat ≥25 gr per hari, dan mengurangi/menghentikan kebiasaan merokok.

Prehypertension in adolescents is defined as systolic and/or diastolic blood pressure that is ≥90th percentile but <95th percentile, while hypertension in adolescents is defined as systolic and/or diastolic blood pressure of 95th percentile to 99th percentile + 5 mmHg based on gender, age, and height body. Based on previous research regarding prehypertension and adolescent hypertension in Indonesia, the prevalence of prehypertension in adolescents reached 16.8%, while the prevalence of hypertension reached 2.6%. Previous research on adolescent prehypertension in one high school in Bogor, the prevalence of prehypertension reached 21.5%. This study aims to determine differences in the proportion of prehypertension dan hypertension status based on individual characteristics, nutritional status, intake and lifestyle among students aged 15-18 years at SMA Negeri 2 Cibinong. The research design used in this study was cross-sectional with consecutive sampling technique. The number of respondents in this study was 130 consisting of students from class X and XI of SMA Negeri 2 Cibinong. Data collection was carried out in May - June through filling out questionnaires (g-form), 2x24-h recall interviews, measuring body weight, height and blood pressure. The research results showed that 29.2% of respondents had prehypertension and 3.1% of respondents had stage 1 hypertension. There were differences in the proportion of prehypertension and hypertension based on family history of hypertension (p-value=0.001; OR=4.020; 95% CI=1.765 - 9.159), sodium intake (p-value=0.001; OR=19.091; 95% CI=5.91 - 61.61), fiber intake (p-value=0.001; OR=6.000; 95% CI=2.68 - 13.39) , and smoking habits (p-value=0.002; OR=10.118; 95% CI=2.044 - 50.091). Students with a family history of hypertension, excessive sodium intake, insufficient fiber intake, and smoking habits are more at risk of experiencing prehypertension and hypertension. Based on the results of this research, it is hoped that students can start paying attention to blood pressure by taking regular blood pressure measurements once a month, limiting sodium intake to ≤2000 mg or 1 tsp per day, increasing fiber intake to ≥25 grams per day, and reducing/stopping the habit of smoke."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>