Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17041 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nafrialdi
"Background: the use of statin to lower blood cholesterol is often associated with bothersome adverse effects such as myopathy and liver dysfunction. NC120 is herbal lipid lowering drug containing red yeast rice (RYR) extract, guggulipid, and chromium picolinate, and expected to have better safety profile. The aim of this study was to evaluate the efficacy and safety profiles of NC120 in lowering blood lipid.
Methods: this was a double blind randomized clinical trial comparing NC120 with placebo in subjects with hypercholesterolemia. Two capsules of NC120 or placebo were administered twice a day for 28 days. Blood total-cholesterol, LDL-cholesterol, and triglyceride were measured on day-0, day-7, and day-28. Unpaired t-test was used to compare study parameter between groups, and one-way ANOVA was used to compare within group.
Results: 25 subjects received NC120 and 24 subjects received placebo. Significant decrease of total cholesterol and LDL-cholesterol were observed since day-7 in NC120 group, while the changes in placebo group were not significant at all time of observation. No significant decrease of triglyceride was observed in NC120 group and in placebo group. Side effects were minor and comparable between the two groups.
Conclusion: NC120 is effective in reducing total cholesterol and LDL-cholesterol, but not triglyceride. This drug shows a good safety profile, and thus can be considered for patients who can not tolerate statin drugs.

Latar belakang: penggunaan obat golongan statin untuk menurunkan kolesterol darah sering disertai efek samping yang mengganggu seperti mialgia dan gangguan fungsi hati. NC120 adalah obat herbal yang mengandung ekstrak ragi beras merah, guggulipid, dan chromium picolinat yang diharapkan tidak menimbulkan efek samping seperti statin. Penelitian ini merupakan uji klinik dengan disain acak tersamar ganda, menurunkan lipid darah.
Metode: penelitian ini merupakan uji klinik dengan disain acak tersamar ganda, membandingkan NC120 dengan plasebo pada subjek dengan hiperkolesterolemia. NC120 atau plasebo diberikan dengan dosis 2 kapsul dua kali sehari selama 28 hari. Kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida diukur pada hari-0, hari-7, dan hari-28. Uji t-test tidak berpasangan digunakan untuk membandingkan parameter penelitian antar kelompok, sedangkan uji ANOVA satu arah digunakan untuk analisis dalam satu kelompok.
Hasil: 25 subjek mendapat NC120 dan 24 subjek mendapat plasebo. Penurunan bermakna pada kadar kolesterol total dan kolesterol-LDL terlihat pada kelompok yang mendapat NC120, sedangkan pada kelompok plasebo tidak terlihat perbedaan bermakna. Tidak terlihat penurunan yang bermana pada kadar trigliserida pada kelompok NC120, maupun kelompok plasebo. Efek samping umumnya ringan dan seimbang pada kedua kelompok.
Kesimpulan: NC120 efektif menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol-LDL, tapi tidak efektif menurunkan trigliserida. NC120 menunjukkan profil keamanan yang cukup baik, dan obat ini dapat dipertimbangkan tidak bisa merekomendasikan sesuatu berdasar satu RCT apalagi jumlah sampel masih terbatas terutama untuk pasien hiperkolesterolemia yang tidak toleran terhadap statin.
"
Jakarta: Faculty of Medicine University of Indonesia, 2019
610 UI-IJIM 51:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asli Madupa
"Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor penyebab utama teljadinya aterosklerosis. Total kolesterol tinggi merupakan masalah utama di negara-negara sedang berkembang khususnya di daerah perkotaan. Di Indonesia, SKRT 2001 ditemukan prevalensi total kolesterol >200 mg/dl di Jawa-Bali untuk parkotaan (8,9 %) lebih tinggi daripada perdesaan (5,2 %) dan SKRT 2004 untuk seluruh Indonesia ditemukan di Perkotaan (14,8 %) dan perdesaan (12,3 %).
Penehtian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat total kolesterol dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tinglrat total kolesterol orang dewasa di perkotaan Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah semua responden orang dewasa di perkotaan yang terpilih dalam SKRT 2004 dan memenuhi syarat penelitian, yaitu 892 orang. Pengolabeo data mengganakan program SPSS dan STAT A. Analisis data menggunakan uji statistik two independent sample t test dan regresi logistik ganda model faktor determinan.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi total kolesterol tinggi sebesar 9,98 %, rnta-rata umur responden 44,58 tahun, sebagian besar responden adalah laki-laki 54,93 %, status kawin 86,55 %, gemuk 68,50 %, tidak aktif 76,01 %, konswnsi sayur dan buah rendah 93,16 %, pendidikan rendah 63,34 %, pendapatan rendah 63,34 % dan pengeluaran pangan berlemak rendah 63,79%. Umur berhubungan bennakna dengan tingkat total kolesterol (p=0,022), dimana umur pada responden total kolesterol tinggi (46,49 tahun) lebih tua dibandingkan total kolesterol nonnal (44,37 tahun). Ada hubungan yang bermakna jenis kelamin dengan tingkat total kolesterol (OR=2,23; 95%CI:l,35-3,67} Demikian pula status gizi (IMT) berhubungan bermakna dengan tingkat total kolesterol (0R=2,46; 95o/.CI;l,55-3,89). Jenis kelamin merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan tingkat total kolesterol (OR 2, 19; 95% CI:l,30-3,69).
Kesimpulan, fuktor yang berhubungan dengan tingkat total kolestcrol orang dewasa adalah umur, jenis kelamin dan status gizi. Faktor yang paling dorninan berhubungan dengan tingkat total kolesterol adalah jenis kelamin. Direkomenda.sikan perlunya program promosi pernantauan kadar lipoprotein kolestcrol (HDL, LDL) sebagai deteksi dini tetiadinya aterosklerosis dan pornantauan rutin kadar total kolesterol pada orang dewasa muda (<35 tahun). Meningkatkan program pencegahan fuktor predisposisi pada perempuan dan parlu kebijaknn perbaikan status gizi melalui program penurunan berat badan pada orang dewasa gemuk (lMT >25 kg/m2) agar mencapai status gizi tidak gemuk (lMT :525 kg/m2).

High cholesterol level is one of main cause factor; the occurrence of atherosclerosis cholesterol is main problem in developing countries especially in urban area. In Indonesia, from SKRT 2001 found cholesterol prevalence 2:200 in Java-Bali for urban is higher (8,9 %) than rural (5,2 %) and SKRT 2004 for entire Indonesia found in urban (14,8 %) and rural (12,3 %).
These research aims are to find the view of total cholesterol level and factors that related with adult total cholesterol level in Indonesia urban area. This research is using cross sectional design, Research sample are all adult respondent in urban area that chosen from SKRT 2004 and qualified for research, which are 892 peoples. Data processed by SPSS and Stata program. Data analysis is using two independent sample t-test and double logistic regression test of determinant factor model.
Research result shows total cholesterol level proportion is 9,98 o/o, age mean is 44,58 years old, most of the respondent is men 54,9 %, marital status 86,55 %, obesity 68,50 %, inactive 76,0 l %, low vegetables and fruit consumption 93,16 %, low education 63,34 %, low income 63,34 %, and low fat food expenditure 63,79 %_ Age have significant relation with total cholesterol (p=0,022), where age of high total cholesterol respondent (46,49 year) older than normal cholesterol (44,37 %)- There are significant relation of gender with total cholesterol level (OR~,23; 95% CI: I ,35- 3,67). Thus with nutrition status (BMI) significantly related with total cholesterol level (OR~2,46; 95o/oCI:1,55-3,89). Gender is dominant factor that with total cholesterol level (OR=2,19; 95% Cl: I ,30-3,69).
Conclusion, factor that related with adult total cholesterol level is age, gender, and nutrition status. The most dominant factor related with total cholesterol level is gender. Suggested promotion program to monitor cholesterol lipoprotein level (HDL, LDL) as early detection of atherosclerosis and routine monitoring of early adult total cholesterol level (<35 year). Improving predisposition factor prevention program on women and need nutrition recovery policy through weight decreasing program on obesity adult (BMI>25 kg/m2) to achieve non-obese nutrition status (BMI;25 kg/m2).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T32465
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Triskamalia Nurmalinda, supersivor
"ABSTRAK
Metformin sekarang menjadi perhatian yang cukup besar karena telah dikaitkan dengan penurunan yang signifikan dalam trigliserida plasma, kolesterol total plasma, kolesterol LDL, dan peningkatan yang signifikan dalam kolesterol HDL plasma tanpa menyebabkan hipoglikemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metformin pada tikus hiperlipidemia yang diinduksi diet tinggi lemak. Dalam penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus yang dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu kelompok kontrol normal, positif, negatif, dan 3 kelompok perlakuan lainnya (n = 5). Kontrol normal tidak diberikan perlakuan, kelompok negatif diberi CMC 0,5%, kelompok positif menggunakan dosis simvastatin 1,8 mg / kg BB tikus / hari secara oral dan kelompok variasi dosis 45 mg / 200gBB tikus / hari secara oral; 90 mg / 200gBW tikus / hari secara oral; dan 180 mg / 200gBW tikus / hari secara oral. Induksi diberikan selama 28 hari dengan menggunakan diet tinggi lemak. Diet tinggi lemak diberikan melalui pakan dan usap lambung. Komposisi pakan tinggi lemak terdiri dari pakan standar: kuning telur puyuh: mentega (50:40: 10) dan minum PTU 0,01%. Komposisi induksi lambung sonde menggunakan kuning telur puyuh: sirup jagung fruktosa tinggi: mentega (80: 15: 5) dan PTU 0,1%. Kemudian dilanjutkan selama 14 hari pemberian obat oral. Pengukuran profil lipid dilakukan dengan metode enzymatic colori. Semua dosis metformin secara signifikan menurunkan kolesterol total dan LDL (p <0,05) dibandingkan dengan kontrol normal dan negatif. Metformin dosis 3 juga secara signifikan menurunkan kadar trigliserida (p <0,05) dan meningkatkan kadar HDL (p <0,05) dibandingkan dengan kontrol normal dan negatif. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, metformin memiliki efek antihiperlipidemik dengan dosis 45 mg / 200 g BB.
ABSTRACT
Metformin is now of considerable concern because it has significant reductions in plasma triglycerides, total plasma cholesterol, LDL cholesterol, and significant increases in plasma HDL cholesterol without causing hypoglycemia. This study aims to determine the effect of metformin on hyperlipidemic rats induced by a high-fat diet. In this study, 30 rats were grouped into 6 groups, namely the normal, positive, negative control group and 3 other treatment groups (n = 5). Normal control was not given treatment, the negative group was given CMC 0.5%, the positive group used a dose of simvastatin 1.8 mg / kg of rats / day orally and the group with a variation of the dose of 45 mg / 200gBW rats / day orally; 90 mg / 200gBW rat / day orally; and 180 mg / 200gBW rat / day orally. Induction was given for 28 days using a high-fat diet. A high-fat diet provided through feed and gastric use. The composition of high-fat feed consists of standard feed: quail egg yolk: butter (50:40: 10) and drinking PTU 0.01%. The composition of sonde stomach induction using quail egg yolk: high fructose corn syrup: butter (80: 15: 5) and 0.1% PTU. Then for 14 days he offered oral medication. Lipid profile measurements were carried out using the enzymatic colori method. All dose measurements significantly lowered total and LDL cholesterol (p <0.05) compared to normal and negative controls. Metformin dose 3 also significantly lowered triglyceride levels (p <0.05) and increased HDL levels (p <0.05) compared to normal and negative controls. Based on the results of these studies, metformin has an antihyperlipidemic effect at a dose of 45 mg / 200 g BW."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Lailatuz Zahra
"

Pekerja dengan obesitas, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol darah tinggi lebih sering ditemukan pada populasi pekerja minyak dan gas. Perubahan gaya hidup, terutama promosi mengenai diet yang sehat sangat dibutuhkan di kalangan pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan asupan gizi dan pola makan pekerja minyak dan gas, kemudian menyusun FBRs dan menu padat gizi untuk memperbaiki pola makan dan problem nutrient dari pekerja minyak dan gas laki-laki berkewarganegaraan Indonesia dan berusia 30-49 tahun. Studi pengembangan ini dilaksanakan di perusahaan minyak dan gas offshore dan onshore yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini diikuti oleh 31 orang pekerja. Pola makan mingguan pekerja dinilai dengan menggunakan dietary recall 24 jam, 5 hari food tally dan 1 hari weighed food record. Food-based Recommendations (FBRs) dikembangkan dengan menggunakan software linear programming, yaitu WHO-Optifood. Diet actual dari pekerja menggambarkan asupan asam lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi diikuti dengan rendahnya asupan asam lemak tidak jenuh ganda, termasuk omega-3 dan omega-6, EPA dan DHA. Permasalahan lainnya adalah rendahnya asupan serat pangan, asam folat dan kalsium, serta tingginya konsumsi natrium. Analisis LP menunjukkan bahwa kalsium, asam lemak tidak jenuh ganda, omega-6 dan serat pangan merupakan problem nutrient. Makanan padat gizi yang teridentifikasi salah satunya adalah ikan yang berminyak. FBRs yang terpilih dapat meningkatkan kecukupan vitamin C, omega 3, EPA, DHA, folate, vitamin B12, dan vitamin A. Akan tetapi, masih terdapat selisih problem nutrient. Menu padat gizi yang dialokasikan pada menu camilan dapat mencapai selisih tersebut. Perusahaan minyak dan gas direkomendasikan untuk melakukan beberapa modifikasi untuk menjadi lingkungan yang mendukung para pekerja melakukan diet sehat.

 


Obese workers with high blood pressure and high cholesterol level is usual to find in oil and gas industry. There is a clear need for lifestyle modifications, especially healthy diet promotion in the worksite. This study aimed to describe the nutrient intake and dietary pattern of oil and gas worker, thus developed sets of FBRs and nutrient-dense menu to improve dietary practices and problem nutrient among Indonesian male oil and gas workers aged 30-49 years old. This developmental study was conducted in offshore and onshore oil and gas company located in East Kalimantan Province, Indonesia. Accordingly, 31 workers completed this study. Weekly food consumption pattern was measured through 1-d 24-hour dietary recall (24HR), 5-d qualitative food record and 1-d weighed food record. Food-based Recommendations (FBRs) was developed using linear programming software, WHO-Optifood. The actual diet of workers reflected high intake of saturated fat and dietary cholesterol accompanied by low intake of polyunsaturated fat, including n-3 and n-6 PUFA, EPA and DHA. Other issues were low intake of dietary fiber, folate, and calcium, and excess intake of sodium. LP analysis showed that calcium, PUFA, omega-6 and dietary fiber was problem nutrient. Local fatty fish were potential nutrient-dense foods identified to fill the nutrient gaps. Final FBRs would ensure the adequacy of vitamin C, omega 3, EPA, DHA, folate, vitamin B12, and vitamin A. However, the gaps of problem nutrient remain. Nutrient-dense menu allocating at the coffee break snack time successfully cover all those gaps. It is advisable not only for the workers but also the worksite to modify their working environment into a supportive healthy eating environment.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryon-Davis, Alan
London: BBC Books, 1991
616.12 MAR c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Evalina Romauli
"Saat ini permasalahan nutrisi di dunia sudah semakin meluas, bersamaan sejalannya perkembangan gaya hidup yang tidak baik seperti konsumsi makanan cepat saji, junk-food, dan lainnya. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit paling mematikan didunia saat ini yang disebabkan karena makanan. Tenaga kesehatan, termasuk perawat, memiliki tanggung jawab untuk dapat menekan angka kematian penyakit jantung koroner (PJK) akibat makanan kolesterol tinggi. Kenyatannya, saat ini masih banyak tenaga kesehatan termasuk perawat yang belum memiliki pengetahuan adekuat terhadap nutrisi.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pengetahuan mahasiswa keperawatan tentang PJK akibat mengonsumsi makanan kolesterol tinggi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan teknikstratified random sampling. Data penelitian diuji menggunakan uji distribusi frekuensi. Penelitian ini dilakukan di dua institusi keperawatan di Jakarta dengan jumlah sampel 78 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa keperawatan dikedua institusi di Jakarta yang memiliki akreditasi sama, memiliki pengetahuan kurang baik tentang makanan kolesterol tinggi yang menyebabkan risiko penyakit jantung koroner. Hasil ini dapat menjadi evaluasi pada institusi keperawatan agar dapat memantau dan meningkatkan pengetahuan mahasiswa keperawatan lewat materi tentang nutrisi.

Nowadays, nutrition problem has been a world-health concern, as the development of unhealthylife style including bad nutrition,like fast food, junk-food, et cetera. Coronary heart disease (CHD) is one of the deadliest disease that caused by many factors including from foods. Healthcare workers, including nurses, has responsibility as professionals, to decreasing the prevalence of CHD by reducing the risk factors. Unfortunately, they still has non-adequate knowledge about nutrition.
This research's purposed is to describe the level of knowledge about nursing students of CHD risk from eating foods that contains high cholesterol. This research is descriptive quantitative research with cross-sectional design. Total sample of 78 respondents with stratified random sampling technique.
The result showed that most of the nursing student has not-good level knowledge about the risk of CHD from eating high cholesterol foods. This results can leads the nursing institutin to evaluating the student knowledge about nutrition moduls.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rizka
"immune regulatory potency as it works on the macrophage and T cell to control inflammation and T cell dysregulation in elderly. None has been known about its effect on elderly with various states of frailty syndrome, which have different level of chronic low grade inflammation. This study aimed to determine the effect of alphacalcidol on inflammatory cytokines (IL-6, IL-10, g-IFN ) and T cell subsets (CD4/CD8 ratio and CD8+ CD28-) of elderly with various stages of frailty syndrome. Methods: from January to July 2017, a double blind randomized controlled trial (RCT) with allocation concealment, involving 110 elderly subjects from Geriatric Outpatient Clinic Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta, was conducted to measure the effect of 0.5 mcg alphacalcidol administration for 90 days to inflammatory cytokines (IL-6, IL-10, g-IFN) from PBMC culture supernatant, as well as CD4/CD8 and CD8+CD28- percentage using flow cytometry. Statistical analysis using SPSS version 20 was performed with t-test to measure mean difference. Results: of 110 subjects involved in the RCT consisting of 27 fit, 27 pre-frail and 56 frail elderly, 25(OH)D serum level was found to be as low as 25.59 (12.2) ng/ml in alphacalcidol group and 28.27 (10.4) ng/ml in placebo group. Alphacalcidol did not decrease IL-6 (p=0.4) and g- IFN (p=0.001), but it increased IL-10 (p=0,005) and decreased IL6/IL10 ratio (p=0.008). Alphacalcidol increased CD4/CD8 ratio from 2.68 (SD 2.45) to 3.2 (SD 2.9); p=0.001 and decreased CD8+ CD28- percentage from 5.1 (SD 3.96) to 2.5 (1.5); p<0.001. Sub group analysis showed similar patterns in all frailty states. Conclusion: Alphacalcidol improves immune senescence by acting as anti-inflammatory agent through increased IL-10 and decreased IL6/IL-10 ratio and also improves cellular immunity through increased CD4/CD8 ratio and decreased CD8+ CD28- subset in elderly. This effect is not influenced by frailty state.

Latar belakang: Alfakalsidol, suatu analog vitamin D, menunjukkan potensi regulasi imun saat bekerja pada makrofag dan sel T untuk mengontrol peradangan dan disregulasi sel T pada lansia. Saat ini belum diketahui efeknya pada orang tua dengan berbagai keadaan sindrom frailty yang memiliki peradangan kronis tingkat rendah yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alfakalsidol pada sitokin inflamasi (IL-6, IL-10, g-IFN) dan subset sel T (CD4/CD8 rasio dan CD8 + CD28-) lansia dengan berbagai status sindrom frailty. Metode: selama Januari hingga Juli 2017, uji coba terkontrol acak buta ganda (RCT) dengan penyembunyian alokasi, melibatkan 110 subjek lansia dari Poliklinik Geriatri RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, dilakukan untuk mengukur efek pemberian alfakalsidol 0,5 mcg selama 90 hari terhadap inflamasi. Pengukuran sitokin (IL-6, IL-10, g-IFN) dari supernatan kultur PBMC, serta persentase CD4/CD8 dan CD8+ CD28- menggunakan flow cytometry dilakukan. Analisis statistik menggunakan SPSS versi 20 dilakukan dengan t-test untuk mengukur perbedaan rata-rata. Hasil: dari 110 subjek yang terlibat dalam RCT yang terdiri dari 27 orang sehat, 27 pra-lemah dan 56 orang lanjut usia lemah, 25 (OH) D serum adalah 25,59 (12,2) ng/ml dalam kelompok alfakalsidol dan 28,27 (10.4) ng / ml dalam kelompok plasebo. Alfakalsidol tidak menurunkan IL-6 (p=0,4) dan g-IFN (p=0,001), tetapi meningkatkan IL-10 (p=0,005) dan menurunkan rasio IL6/IL10 (p=0,008). Alfakalsidol meningkatkan rasio CD4/CD8 dari 2,68 (SD 2,45) menjadi 3,2 (SD 2,9); p=0,001 dan penurunan CD8+ CD28- persentase dari 5,1 (SD 3,96) menjadi 2,5 (1,5); p<0,001. Analisis sub kelompok menunjukkan pola yang sama di semua status frailty. Kesimpulan: alfakalsidol meningkatkan penuaan kekebalan dengan bertindak sebagai agen anti-inflamasi melalui peningkatan IL-10 dan penurunan rasio IL6/IL-10 dan juga meningkatkan imunitas seluler melalui peningkatan rasio CD4/CD8 dan penurunan CD8+ CD28-subset pada lansia. Efek ini tidak dipengaruhi oleh status frailty"
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2018
610 UI-IJIM 50:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Andri M.T.
"Background: Glucosamine, chondroitinsulfate are frequently used to prevent further joint degeneration in osteoarthritis (OA). Methylsulfonylmethane (MSM) is a supplement containing organic sulphur and also reported to slow anatomical joint progressivity in the knee OA. The MSM is often combined with glucosamine and chondroitin sulfate. However, there are controversies whether glucosamine chondroitin sulfate or their combination with methylsulfonylmethane could effectively reduce pain in OA. This study is aimed to compare clinical outcome of glucosamine chondroitin sulfate (GC), glucosamine chondroitin sulfate methylsulfonylmethane (GCM), and placeboin patients with knee osteoarthritis (OA) Kellgren Lawrence grade I II. Methods: a double blind, randomized controlled clinical trial was conducted on 147 patients with knee OA Kellgren Lawrence grade I II. Patients were allocated by permuted block randomization into three groups: GC (n=49), GCM (n=50), or placebo (n=48) groups. GC group received 1500 mg of glucosamine + 1200 mg of chondroitin sulfate + 500 mg of saccharumlactis; GCM group received 1500 mg of glucosamine + 1200 mg of chondroitin sulfate + 500 mg of MSM; while placebo group received three matching capsules of saccharumlactis. The drugs were administered once daily for 3 consecutive months VAS and WOMAC scores were measured before treatment, then at 4th, 8th and 12th week after treatment. Results: on statistical analysis it was found that at the 12th week, there are significant difference between three treatment groups on the WOMAC score (p=0.03) and on the VAS score (p=0.004). When analyzed between weeks, GCM treatment group was found statistically significant on WOMAC score (p=0.01) and VAS score (p<0.001). Comparing the score difference between weeks, WOMAC score analysis showed significant difference between GC, GCM, and placebo in week 4 (p=0.049) and week 12 (p=0.01). In addition, VAS score also showed significant difference between groups in week 8 (p=0.006) and week 12 (p<0.001). Conclusion: combination of glucosamine chondroitinsulfate methylsulfonylmethane showed clinical benefit for patients with knee OAK ellgren Lawrence grade I II compared with GC and placebo. GC did not make clinical improvement in overall groups of patients with knee OA Kellgren Lawrence grade I II.

Latar belakang: glukosamin-kondroitin sulfate sering digunakan untuk mencegah degenerasi lutut lebih lanjut pada osteoartritis (OA). Metilsulfonilmetan (MSM) adalah suplemen yang mengandung belerang organik dan juga dilaporkan memperlambat progresifitas kerusakan anatomis pada OA lutut. MSM sering dikombinasikan dengan glukosamin dan kondroitin sulfat. Namun, masih terdapat kontroversi apakah glucosamin-kondroitin sulfat atau kombinasinya dengan methylsulfonylmethane secara efektif dapat mengurangi rasa sakit pada OA. Penelitian ini bertujuan membandingkan perbaikan klinis glukosamin-kondroitin sulfat (GK), glukosamin-kondroitin sulfat-metilsulfonilmetan (MSM) (GKM) dan plasebo pada pasien osteoartritis derajat Kellgren-Lawrence I dan II.
Metode: suatu uji klinis acak tersamar ganda dilakukan pada 147 pasien dengan OA lutut derajat Kellgren-Lawrence I atau II. Subyek dibagi menjadi 3 kelompok, dengan metode randomisasi blok permutasi, yaitu kelompok GK (n=49), GKM (n=50) dan plasebo (n=48). Kelompok GK mendapat 1500 mg glukosamin + 1200 mg kondroitin sulfat + 500 mg sakarumlaktis; kelompok GKM mendapat 1500 mg glukosamin + 1200 mg kondroitin sulfat + 500 mg MSM; kelompok plasebo menerima 3 kapsul yang serupa berisi sakarum laktis. Obat-obatan ini diberikan sekali sehari selama 3 bulan berturut-turut. Skor VAS dan WOMAC dinilai sebelum pemberian terapi, kemudian pada minggu ke 4, 8 dan 12.
Hasil: pada analisa statistik ditemukan perbedaan signifikan pada minggu ke 12, dimana kelompok GK pada skor WOMAC berbeda signifikan dibandingkan dengan GKM dan plasebo (p=0,005), sedangkan GKM pada skor VAS berbeda signifikan dibandingkan dengan GK dan plasebo (p=0,001). Pada analisis lebih lanjut ditemukan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada kelompok GKM dan GM pada skor VAS. Efektivitas pemberian per 4 minggunya ditemukan berbeda bermakna pada kelompok GKM dan plasebo (p<0,005).
Kesimpulan: kombinasi glukosamin-kondroitin sulfat-metilsulonilmetan menunjukkan manfaat klinis yang lebih baik untuk pasien OA sendi lutut Kellgren-Lawrence derajat I dan II dibandingkan dengan GK dan plasebo. Sedangkan suplemen GK secara umum tidak menunjukkan manfaat klinis yang lebih baik pada pasien OA sendi lutut derajat Kellgren Lawrence I-II.
"
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2017
616 UI-IJIM 49:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rizka
"Background: Nigella sativa (NS) seed extract shows diuretic activity, inhibits sympathetic nervous system overactivity and increases the production of Nitric Oxide in in vivo studies, thus it has a potential use as an adjuvant antihypertensive for elderly population. This study aimed to determine the effect of Nigella sativa seed extract to systolic blood pressure (SBP) and diastolic blood pressure (DBP) of elderly patients with hypertension.
Methods: a double-blind, randomized controlled trial was conducted on elderly subjects with hypertension in three outpatient clinics in Cipto Mangunkusumo National Hospital Jakarta Indonesia from June to September 2011. Subjects were divided into intervention group given 300 mg Nigella sativa seed extract twice daily for 28 days and into another group which was given placebo. Blood pressure were measured on day 1 and 28. Intention o treat analysis using unpaired t-test to compare blood pressure after intervention between the two groups was performed. Results: of a total of 85 patients, 76 subjects fulfilled the study criteria and were randomized into 2 groups, with 38 subjects in each group. Both groups were comparable in all important prognostic factors. The mean systolic blood pressure of the NS group was decreased from 160.4 (SD 15.7) mmHg to 145.8 (SD 19.8) mmHg, and from 160.9 (16.3) mmHg to 147.53 (SD 22.0) mmHg in the placebo group (p=0.36). The mean diastolic blood pressure in the NS group was decreased from 78.3 (SD 11.9) to 74.4 (SD 8.2) mmHg, and from 79.0 (SD 12.4) to 78.2 (SD 8.9) in the placebo group (p=0.35). Reported adverse events include dyspepsia in 6 subjects (15.7%), nausea in 3 subjects (7.8%), and constipation in 2 subjects (5.2%). No electrolyte abnormalities, liver and renal toxicities, or orthostatic hypotension were observed.
Conclusion: although a trend towards a slight decrease in blood pressure was observed, Nigella sativa has not been proven to be effective in reducing blood pressure in elderly patients with hypertension.

Latar belakang: ekstrak biji Nigella sativa (NS) pada penelitian in vivo menunjukkan potensi sebagai anti hipertensi karena memiliki efek diuretik, meningkatkan produksi Oksida Nitrit dan menghambat overaktivitas sistem saraf simpatis, sehingga potensial digunakan sebagai obat anti hipertensi pada pasien usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji NS pada perubahan tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD) pasien usia lanjut dengan hipertensi.
Metode: dilakukan uji klinis acak tersamar ganda mulai Juni hingga September 2011 terhadap 76 pasien usia lanjut dengan hipertensi di tiga poliklinik di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta Indonesia. Dengan alokasi tersamar, subyek dibagi menjadi kelompok yang mendapat kapsul berisi ekstrak biji NS 300 mg sebanyak 2 kali sehari selama 28 hari dan kelompok yang mendapat plasebo. Tekanan darah (TD) diukur pada hari ke-1 dan ke-28. Dilakukan analisis dengan uji-t tidak berpasangan untuk melihat perbedaan tekanan darah pada kedua kelompok setelah intervensi dengan prinsip analisis intention to treat. Hasil: dari 85 subjek yang memenuhi kriteria awal, didapatkan 76 subjek yang sesuai kriteria penelitian dan dirandomisasi menjadi dua kelompok, masing-masing terdiri dari 38 subjek. Pada akhir pengamatan, TDS kelompok NS turun dari 160,4 (SD 15,7) menjadi 145,8 (SD 19,8) mmHg and pada plasebo turun dari 160,9 (SD 16,3) menjadi 147,53 (SD 22,0) mmHg (p=0,36). TDD pada kelompok NS turun dari 78,3 (SD 11,9) menjadi 74,4 (SD 8,2) dan pada kelompok plasebo turun dari 79,0 (SD 12,4) menjadi 78,2 (SD 8,9) mmHg. Efek simpang yang dilaporkan adalah dispepsia pada 6 subjek (15,7%), mual pada 3 subjek (7,8%) dan konstipasi pada 2 subjek (5,2%). Tidak didapatkan gangguan elektrolit, gangguan fungsi ginjal, hati, maupun hipotensi ortostatik. Kesimpulan: meskipun menunjukkan kecenderungan penurunan tekanan darah, Nigella sativa belum terbukti dapat menurunkan tekanan darah pasien usia lanjut dengan hipertensi
"
Jakarta: Interna Publishing, 2017
610 UI-IJIM 49:4 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiana
"Latar belakang: Pitiriasis versikolor (PV) merupakan infeksi jamur superfisial kronik dengan prevalensi tinggi. Belum ada data yang membandingkan sampo SeS2 1,8% dengan ketokonazol 2% pada terapi PV. Tujuan: Mengetahui efikasi mikologis, keamanan, kekambuhan, dan efikasi biaya antara sampo selenium sulfida 1,8% dibandingkan dengan ketokonazol 2% pada PV. Metode: Uji klinis acak tersamar ganda terhadap pasien PV bulan September hingga Desember 2018, dengan terapi sampo SeS2 1,8% atau ketokonazol 2% sesuai dengan alokasi random. Dilakukan pemeriksaan fisik, uji provokasi skuama, lampu Wood, dan kalium hidroksida. Efikasi mikologis dianalisis dengan intention to treat dan kekambuhan dengan analisis per-protokol. Efikasi biaya dengan menghitung Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER). Hasil: Efikasi mikologis lebih tinggi pada ketokonazol 2%, yaitu sebesar 94% vs 86%, tetapi tidak berbeda secara statistik (RR=2,3(95%IK0,6-8,5), p=0,182). Efek samping pada ketokonazol 2% lebih tinggi, yaitu 22% vs 8%. SeS2 1,8% lebih murah 14.880 rupiah, dengan risiko KOH masih positif sebesar 8% lebih tinggi dibanding ketokonazol 2%. Kekambuhan sebulan didapatkan lebih besar pada SeS2 1,8%, yaitu sebesar 8% vs 14%. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan efikasi mikologis, efek samping, dan kekambuhan sebulan, antara SeS2 1,8% dengan ketokonazol 2%. Penggunaan SeS2 1,8% pada terapi PV lebih murah dengan risiko gagal terapi lebih tinggi dibandingkan ketokonazol 2%.

Background: Pityriasis versicolor (PV) is a chronic superficial fungal infection which highly prevalent. There is no data comparing SeS2 1.8% with 2% ketoconazole shampoo in the treatment of PV. Objective: To assess the mycological efficacy, safety, relaps, and cost-efficacy of SeS2 1.8% and ketoconazole 2% shampoo for the treatment of PV. Methods: A double blind randomized controled trial was performed in patients with PV during September-December 2018, based on block randomization. Physical examinations, scale provocation test, Woods lamp and potassium hydroxide examination were conducted. Intention to treat analysis was performed to evaluated mycological efficacy and per-protocol analysis to evaluated relaps. Cost-efficacy was analyzed by calculating the Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER). Result: The mycological efficacy, side effect and relaps were higher in the ketoconazole group; 94% vs 86% (RR=2.3(95%CI 0.6-8.5), p= 0.182), 22% versus 8%, and 14% versus 8%. We found lesser cost for SeS2 1.8% of about 14.880 rupiah with risk of persistent positive KOH smear is 8% higher than ketoconazole. Conclusion: There were no significant differences of mycological efficacy, side effect, and relaps, between both arms. The cost-efficacy revealed a lesser cost for SeS2 1.8% with higher risk of persistent positive KOH as compared to ketoconazole."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>