Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6418 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sathaporn Satsue
"ABSTRACT
This study investigated the phytochemical screening and biological activity of Sesbania grandiflora ( L. ), locally named as "Khae ban", bark extractions, which were soft and hard barks. The phytochemical screening was carried out on the extraction of each particular bark with 95% Hexane, 95% Ethyl acetate, and 95% Ethanol for Alkaloids, Steroids, Tannins, Flavonoids, and Terpenoids. The anti-inflammatory activity was also evaluated for scavenging of nitric oxide free radicals ( NO), and the collagen extent was determined by Hydroxyproline assay. The results from phytochemical screening indicated that the 95% of ethanol extraction of hard bark provided a more positive result than those of others. The hard bark's extraction showed IC50 value ranging from 45.83 ± 14.95 to 254.86 ± 7.58 microgram per milliliter, which was a significantly statistical difference (P<0.05) from scavenging of nitric oxide free radicals (NO), and higher activity than that of soft bark. However, the highest activity of soft bark's extraction was found in 95% of Ethyl acetate with IC50 value of 470.24 ± 3.63 microgram per milliliter. In hard bark's extractions, the 95% ethanol extraction not only showed the highest activity (IC50 value of 45.85 ± 47.78 microgram per milliliter), but at the low concentration of extraction had collagen content of 49. 89 microgram per milliliter, which was higher than that in other solvents. This research indicated the Khae ban's hard bark extraction in 95% of ethanol and potentially able to be developed as a cosmeceutical product or mouth sore product treating mouth ulcer."
Pathum Thani: Thammasat University, 2019
670 STA 24:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hawa Deniati
"Ruang Iingkup dan cara penelitian: Beberapa penelitian membuktikan bahwa buah dan sayur berperan panting dalam mencegah berbagai penyakit degeneratif dan penuaan dini. Di dalam bahan slam pangan ini banyak terkandung senyawa fitokimia yang berperan sebagai somber antioksidan. Beberapa antioksidan terdapat di dalam bahan alam pangan, seperti vitamin C, vitamin E, karotenoid dan polifenol. Telah banyak dilaporkan bahwa kontribusi senyawa fenol terhadap aktivitas antioksidan lebih besar dibandingkan vitamin C, E dan karotenoid. Setiap bahan slam pangan memiliki jenis dan aktivitas antioksidan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan dan kandungan fenol total yang terkandung dalam ekstrak bahan alam pangan, yaitu jahe, mengkudu, pisang, tomat, bawang merah, bawang putih dan minyak buah merah (MBM), serta menganalisis kontribusi senyawa fenol terhadap aktivitas antioksidan total ekstrak tersebut. Aktivitas antioksidan total ditentukan dengan metode penghambatan radikal bebas sintetik 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH'), sedangkan kandungan fend total diukur dengan metode Singleton dan Rossi menggunakan pereaksi Folln Ciocalteu. Analisis kontribusi senyawa fenol terhadap aktivitas antioksidan total ekstrak dilakukan dengan metode statistik analisis regresi. Pengujian diawali dengan mencelupkan bahan ke dalam alkohol mendidih kemudian bahan tersebut dilumatkan, ekstraksi dilakukan dengan aseton 80% atau metanol 70%, sedangkan MBM diekstraksi dengan campuran air dan heksan. Larutan ekstrak kerudian dikeringkan dan residu dilarutkan dengan metanol 50% seterusnya dilakukan pengukuran kandungan fenol total dan aktivitas antioksidan total. Kandungan fenol total dinyatakan sebagai mg ekivalen asam galat/l00 g bahan segar, sedangkan aktivitas antioksidan total dinyatakan sebagai pmo! ekivalen - TROLOX, butil hidroksi toluen (BHT), dan vitamin C/100 g bahan segar. Hasil dan kesimpulan: Kandungan fenol total dan aktivitas antioksidan total untuk semua bahan (kecuali MBM) yang diekstraksi dengan aseton 80% dibandingkan dengan metanol 70% tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Jahe mempunyai kandungan fenol total yang paling tinggi, diikuti mengkudu, bawang merah, bawang putih, pisang, tomat dengan pembanding asam galat. Sedangkan kandungan fenol total MBM hampir tidak terdeteksi. Antioksidan sintetik TROLOX mempunyai kekuatan antioksidan yang lebih besar dibandingkan vitamin C dan BHT dalam menangkal radikal bebas DPPH. Jahe mempunyai aktivitas antioksidan yang paling tinggi, diikuti mengkudu, pisang, bawang merah, bawang putih dan MBM bail( dengan pembanding TROLOX, BHT maupun vitamin C. Berdasarkan hasil analisis regresi dinyatakan korelasi antara kandungan fenol total dan aktivitas antioksidan total cukup kuat dengan koefisien korelasi, R2 = 0.81, terutama untuk jahe, mengkudu, pisang dan MBM. Dad hasii ini dapat disimpulkan bahwa senyawa fenol pada bahan alam tersebut memberikan kontribusi kuat terhadap aktivitas antioksidan, karena 81% kapasitas antioksidan dari bahan alam pangan tersebut berasal dari senyawa-senyawa fenol. Sedangkan senyawa fenol pada bawang merah, bawang putih dan tomat memberi kontribusi yang kurang kuat, yang mungkin disebabkan adanya kandungan antioksidan lain di dalam bahan alam tersebut yang lebih dominan seperti: karotenoid, vitamin C dan vitamin E.

Several studies have demonstrated that fruits and vegetables play an essential role in preventing degenerative diseases and aging process. Plant foods contain many phytochemicals which have an antioxidant effect, such as vitamin C, vitamin E, carotenoids and polyphenols. There were several reports that the contribution of phenol compounds to antioxidant activity was much greater than those of vitamin C, vitamin E and carotenoids. Plant foods contain many different classes and activity of antioxidant. The aim of this study was to determine the antioxidant activity and total phenols content in several plant food extracts, i.e. ginger, noni, tomato, banana, shallot, garlic and red fruit oil (RFC)), as well as to analyze the contribution of phenol compounds to total antioxidant activity of these extracts. The total antioxidant activity was determined using 1-diphenyl-2 pycrilhydrazyl (DPPH') free radical scavenging method, whereas the total phenols content was measured using Fofin Ciocalteu reagent based on Singleton & Rossi method. The contribution of phenol compounds was statistically analyzed using regression analysis method. The experiment was started by plunging the materials into boiling alcohol then blend and extracted the materials with 80% acetone and 70% methanol respectively, whereas RFO was extracted using H2O : hexane (1:1). Extract solution was evaporated until dryness then dissolved with methanol 50%. The total phenols content were expressed as galic acid equivalent/100 g fresh weight and the total antioxidant activity as TROLOX, Butyl hydroxy toluene (BHT) and vitamin C equivalent/100 g fresh weight. The total phenols content and total antioxidant activity of almost every plant foods (except RFO) extracted using 80% of acetone compared to 70% of methanol statistically showed no significant difference. Ginger extract has the highest total phenols content, followed by noni, shallot, garlic, banana and tomato. Surprisingly, the total phenol content of RFO extract was almost undetected. In scavenging the free radical of DPPH', TROLOX, an synthetic antioxidant, has an antioxidant capacity higher than other synthetic antioxidant, such as Vitamin C and BHT. The total antioxidant activity of ginger was the highest one, followed by noni, banana, shallot, garlic and RFO extracts, using either TROLOX, BHT or Vitamin C as a standard. The result of statistical regression analysis showed the good correlation between total phenols content and total antioxidant activity with a coefficient of R2 = 0.81, especially in ginger, noni, banana and RFO extracts. Therefore, we could conclude that the phenol compounds of these plant food extracts give a strong contribution to antioxidant activity, since 81% of antioxidant capacity of these extracts come from the phenol compounds. However, the contribution of phenol compounds in shallot, garlic or tomato extracts to total antioxidant activity was not dominant due to the presence of other essential natural antioxidants, such as carotenoids, vitamin C and vitamin E."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Ayu Widyastuti
"Pendahuluan. Tubuh manusia menghasilkan radikal bebas secara fisiologis. Ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan endogen dapat menginduksi keadaan stres oksidatif, sehingga dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif. Oleh karena itu, antioksidan eksogen dibutuhkan dan Origanum vulgare (L.) merupakan salah satu tanaman obat yang dapat menunjukkan aktivitas antioksidan yang diperlukan.
Metode. Analisis fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan metabolit sekunder dalam beberapa ekstrak, seperti ekstrak etanol, etil asetat, dan heksana. Metode In Vitro dilakukan dengan menggunakan uji DPPH yang menghasilkan nilai IC50 . Di sisi lain, tikus Sprague Dawley digunakan selama evaluasi In Vivo dengan mengukur tingkat MDA pada tikus sebelum dan sesudah diobati dengan berbagai dosis ekstrak.
Hasil. Analisis fitokimia kuantitatif menunjukkan adanya glikosida, saponin, flavonoid, alkaloid, triterpenoid/ steroid, minyak atsiri dan tanin. Aktivitas antioksidan dari ekstrak Origanum vulgare (L.) secara In Vitro menunjukkan sifat antioksidan moderat (IC50 = 133,47 !g / mL). Sementara, pemeriksaan secara In Vivo menunjukkan perbedaan kadar MDA yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian ekstrak Origanum vulgare (L.) secara statistik (p = 0,000; p <0,05). Selain itu, dosis 10 mg dan 20 mg merupakan dosis yang tepat untuk menghasilkan aktivitas antioksidan paling efektif di antara kelompok eksperimental lainnya.
Kesimpulan. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak Origanum vulgare (L.) efektif dalam mengatasi radikal bebas dan berpotensi menjadi antioksidan eksogen.

Introduction. Human body produce free radical physiologically. The imbalance between free radicals and endogenous antioxidant may induce oxidative stress state, leading to various degenerative diseases. Therefore, exogenous antioxidants are needed and Origanum vulgare (L.) is one of the medicinal plants that may exhibit the required antioxidant activity.
Methods. Phytochemical analysis was conducted to identify the presence of secondary metabolites in several extracts, such as ethanol, ethyl acetate, and hexane extract. In Vitro method was performed using DPPH assay which results in IC 50 value. Meanwhile, Sprague Dawley rats were used during In Vivo evaluation by measuring the MDA level of the rats before and after treated with different doses of extracts.
Results. Quantitative phytochemical analysis exhibit the presence of glycosides, saponin, flavonoid, alkaloid, triterpenoid/ steroid, essential oil and tannine. Antioxidant activity of Origanum vulgare (L.) extracts In Vitro demonstrate moderate antioxidant properties (IC 50 = 133,47 !g/mL). While, In Vivo examination shows significant MDA levels differences before and after the administration of Origanum vulgare (L.) extracts statistically (p=0.000; p<0.05).
Conclusion. From this study, it can be concluded that Origanum vulgare (L.) extracts is effective in scavenging free radicals and has the potential to be an exogenous antioxidant.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Azmi Aziz
"Antioksidan diperlukan untuk mencegah terjadinya stres oksidatif yang diakibatkan ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas dengan antioksidan dalam tubuh dan berpotensi memicu patogenesis dari berbagai penyakit. Penelitian ini membandingkan efisiensi tiga metode ekstraksi, yaitu Soxhlet, Microwave-Assisted Extraction (MAE), dan Ultrasonic-Assisted Extraction (UAE), untuk menghasilkan ekstrak bunga Caesalpinia pulcherrima (L.) Sw. dengan pelarut etanol 70%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat perbedaan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol 70% bunga kembang merak yang diekstraksi dengan metode Soxhlet, UAE, dan MAE melalui uji DPPH, FRAP, dan ABTS. Selain itu, dilakukan juga penetapan kadar fenol total dengan menggunakan reagen Folin-Ciocalteu, penetapan kadar flavonoid total dengan metode kolorimetri AlCl3, serta penapisan fitokimia dari ekstrak. Rendemen yang diperoleh dari metode ekstraksi UAE, MAE, Soxhlet berturut-turut sebesar 18,26%, 17,24%, dan 13,64%. Kadar fenol total yang diperoleh pada ekstrak hasil UAE, MAE, dan Soxhlet berturut-turut sebesar 92,02±0,56; 90,52±0,7; 86,97±0,41 mgGAE/g ekstrak. Kadar flavonoid total yang diperoleh pada ekstrak hasil UAE, MAE, dan Soxhlet berturut-turut sebesar 20,56±0,06; 19,59±0,08; dan 18,83±0,06 mgEK/g ekstrak. Nilai IC50 dari hasil uji DPPH untuk metode UAE, MAE, dan Soxhlet berturut-turut sebesar 43,49; 44,4; dan 80,68 ppm. Angka hasil uji FRAP yang diperoleh dari metode UAE, MAE, dan Soxhlet adalah 19,28; 18,26; dan 13,75 g FeSO4 ekuivalen/100 g ekstrak. Nilai IC50 dari hasil uji ABTS untuk metode UAE, MAE, dan Soxhlet berturut-turut sebesar 40,47; 41,34; dan 86,7 ppm. UAE terbukti sebagai metode optimal, menghasilkan ekstrak dengan aktivitas antioksidan dan kandungan senyawa bioaktif tertinggi.

Antioxidants are essential for preventing oxidative stress caused by an imbalance between the number of free radicals and antioxidants in the body, which can potentially trigger the pathogenesis of various diseases. This study compares the efficiency of three extraction methods Soxhlet, Microwave-Assisted Extraction (MAE), and Ultrasonic-Assisted Extraction (UAE) to produce extracts from the flowers of Caesalpinia pulcherrima (L.) Sw. using 70% ethanol as a solvent. The aim is to determine and observe the differences in antioxidant activity of the 70% ethanol extract of peacock flower through DPPH, FRAP, and ABTS assays. Additionally, total phenolic content was determined using the Folin-Ciocalteu reagent, total flavonoid content was assessed through AlCl3 colorimetric method, and phytochemical screening of the extracts was conducted. The yields obtained from UAE, MAE, and Soxhlet extraction methods were 18.26%, 17.24%, and 13.64%, respectively. The total phenolic content in the extracts from UAE, MAE, and Soxhlet were found to be 92.02±0.56; 90.52±0.7; and 86.97±0.41 mg GAE/g extract, respectively. The total flavonoid content for UAE, MAE, and Soxhlet extracts were 20.56±0.06; 19.59±0.08; and 18.83±0.06 mg EK/g extract, respectively. The IC50 values from the DPPH assay for UAE, MAE, and Soxhlet methods were 43.49; 44.4; and 80.68 ppm, respectively. The FRAP assay results showed values of 19.28; 18.26; and 13.75 g FeSO4 equivalent/100 g extract for UAE, MAE, and Soxhlet methods, respectively. The IC50 values from the ABTS assay for UAE, MAE, and Soxhlet methods were 40.47; 41.34; and 86.7 ppm. UAE proved to be the optimal method, yielding extracts with the highest antioxidant activity and bioactive compound content.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riky Redmawati
"Biji melinjo Gnetum gnemon mengandung resveratrol, yaitu senyawa polifenol yang memiliki manfaat terhadap kesehatan manusia. Iradiasi gamma adalah salah satu teknologi dekontaminasi yang biasa digunakan untuk produk herbal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek iradiasi gamma terhadap kadar resveratrol dan aktivitas antioksidan. Biji melinjo diiradiasi pada dosis 0.0; 2.5; 5.0; 7.5; dan 10.0 kGy. Masing-masing sampel diekstraksi dengan metode refluks menggunakan pelarut etanol. Ekstrak yang diperoleh diuji untuk penetapan kadar resveratrol dengan KCKT, aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, dan kadar fenol total menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu. Iradiasi gamma meningkatkan kadar resveratrol, aktivitas antioksidan, dan kadar fenol total ekstrak biji melinjo. Iradiasi pada dosis 5 kGy menunjukkan hasil paling tinggi pada kadar resveratrol 0,18 0,004 mg/g serbuk simplisia , IC50 94,64 0,24 g/mL , dan kadar fenol total 15,01 0,24 mg EAG/g serbuk simplisia . Penelitian ini menunjukan hubungan signifikan antara kadar resveratrol, IC50, dan kadar fenol total p.

Melinjo Gnetum gnemon seeds contain resveratrol, a polyphenol compound which has beneficial on human health. Gamma irradiation is a technology used to be decontamination on herbal product. Gamma irradiation can effect polyphenol compound on them. The aim of this study was to determine the effect gamma irradiation on resveratrol content and antioxidant activity. Melinjo seeds were irradiated at doses of 0.0 2.5 5.0 7.5 and 10.0 kGy. Each sample was extracted by reflux method with ethanol. The extracts were tested for resveratrol content with HPLC, antioxidant activities by DPPH assay, and total phenolic content using Folin Ciocalteu method. Gamma irradiation increased resveratrol content, antioxidant activity, and total phenolic compound on melinjo seeds extracts MSE . The irradiation at 5 kGy demonstrated the highest resveratrol content 0.18 0.004 mg g seeds powder , IC50 94.64 0.24 g mL , and total phenolic compound 15.01 0.24 mg GAE g seeds powder. This study showed significant corellation between resveratrol, IC50, and total phenolic compound."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68842
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita
"ABSTRAK
Antioksidan memiliki peranan penting dalam mencegah atau menunda waktu
timbulnya penyakit degeneratif melalui mekanisme penghambatan proses oksidasi
yang menyebabkan penyakit kronik dan menunda waktu terjadinya aging. Reaksi
antara antioksidan dengan radikal bebas dapat menghentikan reaksi berantai
radikal bebas sehingga mencegah pembentukan senyawa radikal baru. Buah cabe
rawit (Capsicum frutescens L.) telah diketahui aktivitas antioksidannya melalui
penelitian-penelitian ilmiah. Senyawa beraktivitas antioksidan pada buah cabe
rawit dapat tersebar pula di bagian daun. Tujuan penelitian ini adalah menguji
aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi ekstrak daun cabe rawit (Capsicum
frutescens L.) dan mengidentifikasi golongan senyawa dari fraksi teraktif.
Ekstraksi daun Capsicum frutescens L. dilakukan dengan metode maserasi
bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol. Aktivitas
antioksidan daun Capsicum frutescens L. diuji dengan metode 1,1-difenil-2-
pikrilhidrazil (DPPH). Hasil uji aktivitas antioksidan pada ekstrak n-heksana, etil
asetat, dan metanol menunjukkan nilai IC50 berturut-turut 160,81; 105,08 dan
48,28 μg/mL. Ekstrak metanol sebagai ekstrak teraktif kemudian difraksinasi
dengan kromatografi kolom dipercepat. Fraksi teraktif dari ekstrak metanol adalah
fraksi keenam (CM6) dengan nilai IC50 sebesar 72,07 μg/mL. Golongan senyawa
yang terdapat dalam fraksi teraktif ini adalah flavonoid dan glikon.

ABSTRACT
Antioxidant has important role in preventing or delaying degenerative disease by
ihibiting oxidation that causes chronic disease and delaying aging. Reaction of
antioxidant and free radicals stop the chain reaction of free radicals so it prevents
formation of new radicals. Antioxidant activity of hot short pepper fruit
(Capsicum frutescens L.) has been known by scientific research. Antioxidant
compounds of hot short pepper fruit may be found in its leaves. This research
aims to test the antioxidant activity of hot short pepper leaves (Capsicum
frutescens L.) extracts and extract fractions and identify compounds group of the
most active fraction. Extraction method of Capsicum frutescens L. leaves is
maseration using n-hexane, ethyl acetate, and methanol solvent. Antioxidant
activity of Capsicum frutescens L. leaves tested by 1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl
(DPPH) method. Result of antioxidant activity test in extract of n-hexane, ethyl
acetate, and methanol show that IC50 value are 160,81; 105,08 and 48,28 μg/mL.
Most active extract or methanol extract then fractionized by accelerated column
chromatography. The most active fraction of methanol extract is sixth fraction
(CM6) which has IC50 value 72,07 μg/mL. Groups of compounds contained in the
most active fraction are flavonoid and glycon.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43777
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunistia Moura Zakhrifah
"Litsea adalah klan terbesar di suku Lauraceae. Beberapa ekstrak tanaman dari genus Litsea menunjukkan aktivitas farmakologis, seperti antioksidan. Laporan ilmiah menunjukkan bahwa klan adalah sumber antioksidan alami yang kaya. Litsea oppositifolia Gibbs adalah salah satu spesies yang ditemukan di Indonesia dan belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak daun dan kulit pohon Litsea oppositifolia Gibbs, identifikasi kelompok senyawa yang terkandung dalam ekstrak, dan menentukan total kandungan fenol dari ekstrak yang paling aktif. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan n-heksana, etil asetat, dan etanol. Tes aktivitas antioksidan dilakukan secara in vitro oleh radikal DPPH (2,2-difenil-1-picrylhydrazyl) metode reduksi radikal dan FRAP (Ferric reduction-antioksidan power) menggunakan microplate reader. Ekstrak yang paling aktif dengan aktivitas antioksidan tertinggi adalah ekstrak etanol kulit kayu, dengan nilai IC50 sebesar 8,310 ± 0,04 μg/mL, kemudian nilai FeEAC sebesar 613,803 μmol/g. Ekstrak etanol kulit kayu menunjukkan kadar fenol 352,744 mgGAE/g ekstrak. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak etanol kulit pohon Litsea oppositifolia Gibbs berpotensi menjadi sumber antioksidan alami.itsea is the largest clan in the Lauraceae tribe. Some plant extracts from the Litsea genus show pharmacological activity, such as antioxidants. Scientific reports indicate that the Litsea clan.

Litsea oppositifolia Gibbs is one of the species found in Indonesia and has never been studied before. This research was conducted to determine the antioxidant activity of leaf extracts and bark of Litsea oppositifolia Gibbs, identification of groups of compounds contained in the extract, and determine the total phenol content of the most active extracts. Extraction was carried out by maceration method using n-hexane, ethyl acetate, and ethanol. Antioxidant activity tests were carried out in vitro by the radical DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) radical reduction method and FRAP (Ferric reducing-antioxidant power) using a microplate reader. The most active extract with the highest antioxidant activity is ethanol extract of bark, with IC50 value of 8.310 ± 0.04 μg/mL, then FeEAC value of 613.803 μmol/g. Ethanol extract of bark showed phenol levels of 352.744 mgGAE/g extract. Based on the results of the study, the ethanol extract of Litsea oppositifolia Gibbs bark has the potential to be a source of natural antioxidants."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Ramadhanty
"Genus Litsea dikenal memiliki berbagai efek farmakologis termasuk antioksidan. Litsea glutinosa diketahui mengandung senyawa fenolik yang memiliki aktivitas antioksidan. Dalam penelitian sebelumnya diketahui bahwa ekstrak metanol daun dan kulit batang memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan daun dan ekstrak kulit batang Litsea glutinosa. Daun dan kulit batang Litsea glutinosa diekstraksi dengan metode maserasi terus menerus menggunakan n-heksana, etil asetat, dan etanol 70%. Ekstrak diuji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode pembersihan radikal DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) dan metode FRAP (Ferric Reducing Antioksidan Power), skrining fitokimia, dan penentuan total konten fenolik pada ekstrak paling aktif dari daun dan kulit. Aktivitas antioksidan terkuat dalam metode pembersihan radikal DPPH pada ekstrak kulit batang dan daun ditunjukkan oleh ekstrak etanol dengan nilai IC50 35,78 μg / mL; dan 115,46 μg / mL. Hasil uji FRAP juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang dan ekstrak etanol daun memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai FeEAC 203,98 μmol / g; dan 76,88 μmol / g. Hasil total kandungan fenolik dalam ekstrak etanol kulit batang dan ekstrak etanol daun memiliki kandungan fenolik 151,73 mgGAE / g sampel; dan sampel 58,38 mgGAE / g. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang Litsea glutinosa memiliki potensi untuk digunakan sebagai antioksidan alami.

The Litsea genus is known to have a variety of pharmacological effects including antioxidants. Litsea glutinosa is known to contain phenolic compounds which have antioxidant activity. In a previous study it was found that the methanol extract of leaves and bark had antioxidant activity. This study aims to evaluate the antioxidant activity of leaves and Litsea glutinosa bark extract. Litsea glutinosa leaves and bark are extracted by continuous maceration method using n-hexane, ethyl acetate, and 70% ethanol. The extract was tested for antioxidant activity using the DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) radical cleansing method and FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) method, phytochemical screening, and determination of the total phenolic content in the most active extracts from leaves and bark. The strongest antioxidant activity in the DPPH radical cleaning method in bark and leaf bark extracts was demonstrated by ethanol extract with IC50 value of 35.78 μg / mL; and 115.46 μg / mL. The FRAP test results also showed that the ethanol extract of the bark and the ethanol extract of the leaves had the highest antioxidant activity with a FeEAC value of 203.98 μmol / g; and 76.88 μmol / g. The total phenolic content in the bark ethanol extract and leaf ethanol extract had a phenolic content of 151.73 mgGAE / g sample; and samples 58.38 mgGAE / g. These results indicate that the ethanolic extract of Litsea glutinosa bark has the potential to be used as a natural antioxidant."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Indriani
"Flavonoid, senyawa polifenol yang banyak terdapat di alam yang diketahui memiliki aktivitas farmakologi sebagai antifungi, diuretik, antihistamin, antihipertensi, insektisida, bakterisida, antivirus, antioksidan, dan menghambat kerja enzim. Kulit batang Caesalpinia ferrea C. Mart dilaporkan memiliki kandungan flavonoid.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis aktivitas penghambatan enzim arginase dan penetapan kadar flavonoid total pada ekstrak kulit batang Caesalpinia ferrea C. Mart dengan metode kalorimetri AlCl3. Simplisia kulit batang Caesalpinia ferrea C. Mart diekstraksi bertingkat dengan metode refluks menggunakan tiga pelarut yang berbeda kepolaran yaitu n-heksana, etil asetat, dan metanol. Tiap ekstrak diuji aktivitas penghambatannya terhadap enzim arginase dan dilakukan penetapan kadar flavonoid pada ekstrak yang memiliki nilai inhibisi tertinggi.
Ekstrak metanol menunjukkan penghambatan terhadap aktivitas enzim arginase 12,81 pada kadar 100 g/mL dan kandungan flavonoid 2 mgQE/g ekstrak. Hasil penapisan fitokimia pada ekstrak etil asetat kulit batang Caesalpinia ferrea mengandung flavonoid, tanin, saponin, steroid, dan terpenoid. Sedangkan ekstrak metanol kulit batang Caesalpinia ferrea mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan steroid.

Flavonoids, polyphenolic compounds that are ubiquitous in nature, has known pharmacology active as antifungal, diuretic, antihistamin, antihypertension, insecticide, bactericide, antiviral, antioxidant, and enzim inhibitor. Previous research showed that Caesalpinia ferrea C. Mart stem bark contain flavonoid compound.
The research aimed to analyze arginase inhibitory activity and determination of total flavonoid content from Caesalpinia ferrea C. Mart stem bark by AlCl3 colorimetric method. Dried Caesalpinia ferrea C. Mart stem barks were successively extracted by reflux method using three solvent with gradient polarity n hexane, ethyl acetate, and methanol. Each extract was tested for determining arginase inhibitory activity and total flavonoid content was conducted on extract with highest arginase inhibition.
Methanolic extract showed arginase inhibitory activity of 12.81 at 100 g mL and flanonoid content 2 mgQE g respectively. Phytochemical screening shows that Caesalpinia ferrea stem bark ethyl acetate extract contains flavonoids, tannins, saponins, steroids, and terpenoids, meanwhile Caesalpinia ferrea stem bark methanolic extract contains flavonoids, tannins, saponins, and steroids."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Wulandari
"Pengawetan dengan iradiasi sinar gamma diketahui dapat membuat kandungan produk tetap terjaga dan juga terbebas dari kontaminasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek iradiasi gamma terhadap aktivitas antioksidan, kadar fenol total dan kadar flavonoida total serbuk herba Peperomia pellucida (L.) Kunth. Uji aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode peredaman radikal DPPH, uji kadar fenol total menggunakan metode kolorimetri dengan reagen Folin-Ciocalteu dan uji kadar flavonoida total menggunakan metode kolorimetri AlCl3 dan natrium asetat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis iradiasi 5 kGy dan 7,5 kGy tidak menyebabkan perubahan secara signifikan (p>0,05) pada kadar fenol total, kadar flavonoida total dan aktivitas antioksidan. Sedangkan dosis iradiasi 2,5 kGy dan10 kGy menyebabkan perubahan secara signifikan (p<0,05) pada kadar fenol total dan kadar flavonoida total. Akan tetapi pada dosis iradiasi 2,5 kGy, aktivitas antioksidan tidak mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa iradiasi sinar gamma pada dosis 5 dan 7,5 kGy dapat digunakan untuk serbuk herba Peperomia pellucida (L.) Kunth karena tidak mempengaruhi aktivitas antioksidan, kadar fenol total dan kadar flavonoida total secara signifikan (p>0,05). Aktivitas antioksidan memiliki korelasi dengan kadar fenol total tetapi aktivitas antioksidan tidak berkorelasi dengan kadar flavonoida total.

Preservation using gamma ray irradiation is known to preserve the content of the products and saving the products from contamination. The aim of this study is to evaluate the effect of gamma ray irradiation of Peperomia pellucida (L.) Kunth herb powder on its antioxidant activity, total phenolic content and total flavonoid content. The evaluation of antioxidant activity have been done by DPPH radical scavenging methode, evaluation of total phenolic content with colorimetry methode using Folin-Ciocalteu reagent, and evaluation of total flavonoid content with colorymetry methode using AlCl3 and sodium acetate. The result shows that, at irradiation dose 5 and 7,5 kGy, there is no significant change (p<0,05) for total phenolic content, total flavanoid content and antioxidant activity. But at irradiation dose of 2,5 and 10 kGy, there were significant change (p<0,05) in total phenolic content and total flavonoid content compared to control (non-irradiated). Meanwhile antioxidant activity doesn’t change significantly at dose 2,5 kGy. It can be concluded that gamma ray irradiation at dose 5 and 7,5 kGy can be use for Peperomia pellucida (L.) Kunth herb because it shows no significant effect (p>0,05) on antioxidant activity, total phenolic content and also total flavonoid content. There is a correlation between antioxidant activity with total phenolic content but there is no correlation between antioxidant activity with total flavonoid content."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S62964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>