Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80270 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tigor Rona Airlangga Harya Bima
"

 

Latar Belakang: Antraks orofaringeal disebabkan oleh Bacillus anthracis, agen bioterorisme tipe A yang menyebabkan permasalahan kesehatan global. Penegakan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan pengujian laboratorium. Bakteri B.anthracis dapat ditumbuhkan pada hampir semua nutrient agar, agar darah adalah gold standard dengan masa inkubasi 16-24 jam. Peran saliva dalam diagnosis antraks belum banyak diketahui, penelitian sebelumnya mendeteksi antibodi  spesifik protective antigen pada saliva. Tujuan: Untuk mengetahui metoda deteksi cepat yaitu saat spora bakteri B.anthracis mulai masuk ke dalam rongga mulut sehingga dapat digunakan sebagai antisipasi serangan bioterorisme. Metode: Terdiri dari penelitian laboratorik untuk mengetahui metoda yang tepat menggunakan sampel saliva pada media kultur agar darah dan broth BHI. Dan penelitian terhadap subjek penelitian. Hasil: Bakteri B.anthracis dapat dideteksi dengan menggunakan unprovocated/whole saliva, pemanasan 62,5oC dan mulai dapat dideteksi pada konsentrasi 103. Dengan waktu inkubasi yang lebih cepat menggunakan media broth BHI. Pada penelitian terhadap subjek, tidak ditemukan adanya bakteri pada saliva subjek. Kesimpulan: Saliva dapat menjadi sumber sampel diagnosis deteksi cepat antraks.


Background: Oropharyngeal anthrax is caused by Bacillus anthracis, a type A bioterrorism agent that causes global health problem. Diagnosis is define by evaluation of clinical examination and laboratory testing. B.anthracis can be grown on almost all nutrient agar, blood agar is the gold standard with 16-24 hours incubation period. The role of saliva to define the diagnosis is not widely known, previous study performed to detect an antibody spesific to protective antigen in saliva. Aim: To determine the detection method in early stage, when the spore of B.anthracis enters the oral cavity and can have a role as the anticipation of bioterrorism attack. Methods: Consist of laboratory study to find out the best method for saliva in blood agar and broth BHI. And population study to know the prevalence of anthrax on the endemic area. Result: Detection of B.anthracis is using unprovocated  / whole saliva, heat shock 62,5oC and can be detected start from 103 consentration. The fastest method is using broth BHI. Summary: Saliva has a role to be a diagnostic sampel in the early detection of anthrax.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Mega Utami
"Bioterorisme merupakan ancaman internasional yang harus diantisipasi. Indonesia perlu mengantisipasi dampak akibat bioterorisme dengan mengeluarkan beberapa peraturan yang berkaitan dengan penanggulangan ancaman bioterorisme, di antaranya Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019. Menggunakan pendekatan kualitatif, studi ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019 menggunakan model analisis implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn. Penelitian ini juga bertujuan mengembangkan rencana mitigasi penanggulangan ancaman bioterorisme di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan penelusuran literatur berupa artikel, dokumen, dan kebijakan dengan kata kunci "bioterorisme"; "kesehatan masyarakat"; "ketahanan nasional", dan "mitigasi risiko"; juga dengan menganalisis pengalaman negara lain. Elaborasi berbagai instrumen yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) telah dibuat dalam bentuk National Action Plan for Health Security (NAPHS) Indonesia 2020-2024 yang secara spesifik ditujukan untuk meningkatkan ketahanan kesehatan sebagai bagian dari ketahanan nasional Indonesia. Namun NAPHS tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat bagi setiap pelaksana kebijakan untuk mengimplementasikannya. Indonesia perlu membuat kebijakan untuk merespons cepat risiko kesehatan masyarakat untuk merespons kedaruratan kesehatan masyarakat. Rencana mitigasi diharapkan dapat mengembangkan kapasitas untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons cepat setiap ancaman kesehatan, termasuk akibat bioterorisme. Kebijakan ketahanan kesehatan Indonesia perlu segera dibuat untuk memperkuat ketahanan nasional Indonesia di masa mendatang.

Bioterrorism is an international threat that must be anticipated. Indonesia needs to anticipate the impact of bioterrorism by issuing several regulations related to countering the threat of bioterrorism, including Presidential Instruction Number 4 of 2019. Using a qualitative approach, this study aims to analyze the implementation of Presidential Instruction No. 4/2019 using the Van Meter and Van Horn policy implementation analysis model. This study also aims to develop a mitigation plan to counter the threat of bioterrorism in Indonesia. Data collection was conducted through in-depth interviews and literature searches in the form of articles, documents, and policies with the keywords "bioterrorism"; "public health"; "national resilience", and "risk mitigation"; also by analyzing the experiences of other countries. Elaboration of various instruments issued by the World Health Organization (WHO) has been made in the form of Indonesia's National Action Plan for Health Security (NAPHS) 2020-2024 which is specifically aimed at improving health security as part of Indonesia's national resilience. However, NAPHS does not have a binding legal force for every stakeholder to apply. Indonesia needs to create policies for rapid response to public health risks to respond to public health emergencies. The mitigation plan is expected to develop the capacity to prevent, detect and respond quickly to any health threats, including those due to bioterrorism. Indonesia's health resilience policy needs to be made immediately to strengthen Indonesia's national resilience in the future."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Biosurfactant are microbially produced compounds that can reduce surface tension and interfacial tension of the aqueous system. Biosurfactant can be applied in various industrial and environmental uses as emulsifier, deterjency and oil recovery. Biosurfactant can be produced from various substrates of cassava flour wastewater, sugar and crude oil spills etcetera..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Mega Utami
"Kesulitan ekonomi dan tuntutan biaya kehidupan yang semakin tinggi, telahmendorong sebagian besar kaum wanita untuk ikut berperan dalam meningkatkanpendapatan keluarganya. Peran sektor informal menjadi penting, karena kemampuansektor informal dalam menyerap tenaga kerja dan tidak menuntut keterampilan yangtinggi. Seperti diketahui para pekerja informal ini terkadang tidak memiliki jaminankesehatan yang dapat membantu mereka mendapatkan pelayanan kesehatan sehinggabisa berdampak terhadap kesehatan mereka. Kesehatan reproduksi para wanita tersebutsangat penting untuk dijaga dan diperhatikan. Salah satu cara untuk menjaga kesehatanreproduksi para wanita pekerja informal tersebut agar bisa lebih baik dan terjaga adalahdengan penggunaan alat kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisisdeterminan apa saja yang berpengaruh terhadap pemilihan metode kontrasepsi padawanita pekerja informal di Indonesia tahun 2016. Penelitian ini menggunakan datasekunder Susenas tahun 2016. Analisis data diolah dengan menggunakan pemodelanprobit-marginal effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial demografi variabel pendidikan, umur, lokasi tempat tinggal, jumlah anak dan pendapatan perkapita dan faktor lingkungan/pelayanan kesehatan kepemilikan jaminan kesehatan danakses internet berpengaruh terhadap pemilihan metode kontrasepsi non MKJP danMKJP . Untuk karakteristik pengguna menurut pilihan metode kontrasepsi antara lainwanita pekerja informal pengguna kontrasepsi metode non MKJP cenderung memilikipendidikan setingkat SMP, berumur < 20 tahun, berdomisili diwilayah pedesaan,memiliki jumlah anak 0 sampai dengan 2 orang, berada pada kuintil 3 Q3 memilikirata-rata pendapatan per kapita sebesar Rp627.080 dan tidak mempunyai jaminankesehatan serta tidak rutin mengakses internet. Sedangkan wanita pekerja informalpengguna kontrasepsi metode MKJP cenderung memiliki pendidikan setingkat D1-S3,berumur 40 ndash; 49 tahun, tinggal di daerah perkotaan, memiliki anak lebih dari 2 orang,berada pada kuintil 5 Q5 memiliki rata-rata pendapatan per kapita sebesarRp1.801.073 terdaftar sebagai peserta jaminan kesehatan swasta dan rutin mengaksesinternet.Kata kunci : kontrasepsi, probit, wanita pekerja informal.

Economic difficulties and the increase of higher cost of living have encouraged mostwomen to play a role in increasing their family income. The role of the informal sectorbecomes important, because the ability of the informal sector to absorb labor and notdemanding high skills. As we all know that informal workers sometimes does not havehealth insurance that can help them easily access health care so that it can have animpact on their health. It is very important to maintain these women rsquo s reproductivehealth in the best way. One way to maintain the reproductive health of these informalfemale workers in order to be better and safer is by the use of contraceptives. This studyaims to analyze the determinants of any effect on the selection of contraceptives oninformal female workers in Indonesia in 2016. This study uses secondary data Susenas2016. Data analysis processed by using multinomial logistic regression modeling. Theresults showed that social demographic factors education, age, residence, number ofchildren and income per capita and environmental factors health services ownership ofhealth insurance and internet access influenced the selection of contraceptive type traditional, non MKJP and MKJP . For the characteristics of the users according to thechoice of contraceptive methods, among others female informal workers ofcontraceptive methods users non MKJP tend to have junior high school education, aged."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivana Firman
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia mengingat angka kejadiannya yang tinggi. Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat dikenal sebagai daerah 'zona merah' di mana transmisi DBD tinggi. Pencegahan DBD telah dilakukan untuk menekan pertumbuhan Ae. aegypti, seperti penggunaan agen biologis. Dalam penelitian ini, Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) digunakan sebagai intervensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas Bti dalam mengurangi penyebaran nyamuk Ae. aegypti di kelurahan Rawasari. Pengumpulan data dilakukan dua kali yaitu sebelum (14 Februari 2010) dan setelah (14 Maret 2010) intervensi Bti dengan metode single-larvae. Dari 100 rumah yang dievaluasi, House index (HI) menunjukkan 18% pada pre-test dan 12% pada post-test. Penurunan ini signifikan secara statistik (p = 0,00 pada tes McNemar). Meskipun hasil statistik menunjukkan signifikansi, perbaikan ditemukan terutama pada tempat penampungan air sementara (non-TPA) yang justru tidak mendapat intervensi Bti. Hal ini menunjukkan bahwa pengurangan HI bukan disebabkan dari penggunaan BTI. Dismpulkan penggunaan BTI tidak efektif dalam mengurangi distribusi nyamuk Ae. aegypti di kelurahan Rawasari.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is one of the major public health problem in Indonesia because of its high incidence. Specifically one area in Jakarta which is Rawasari village is known as a ?red zone? area in which the transmission of DHF is high. Several preventive measures were proposed to control the vector, Ae. aegypti, such as the use of biological agent. In the current study, Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) was used. Hence this study aimed to evaluate the effectiveness of Bti in reducing the distribution of Ae. aegypti in Rawasari village. Data collection were done before (14th of February 2010) and after (14 th of March 2010) the intervention of Bti. Out of 100 houses included, House index was 18% in pre-test and 12% in post-test. This decreament is statistically significant (p = 0.00 on McNemmar test). Despite this significance result, improvement were found mostly on non-water containers (non-TPA) that did not receive Bti. This suggests that the reduction of HI was not due to the use of Bti and that the use of Bti is not effective in reducing the distribution of Ae. aegypti.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rheza Maulana Syahputra
"Insidens demam berdarah dengue (DBD) makin meningkat setiap tahun walaupun telah banyak tindakan yang dilakukan untuk mengontrol vektornya, yakni Ae. aegypti. Hal ini menuntut ditemukannya tindakan kontrol vektor yang murah, mudah digunakan, dan minim efek samping. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa bakteri Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) dapat digunakan untuk membunuh Ae. aegypti, namun penelitian tersebut hanya sebatas uji laboratorium dan semi ? lapangan. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian ini, yang ditujukan untuk mengetahui efektifitas Bti bentuk cair dalam menurunkan indeks kontainer Ae. aegypti di Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat.
Survei dilakukan pada bulan Februari dan Maret 2010 di kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat. Larva Ae. aegypti dari tempat penampungan air (TPA) di 120 rumah diambil dengan single larval method lalu diidentifikasi. Semua TPA diteteskan Bti bentuk cair sebanyak 4 mL/m2 lalu dievaluasi satu bulan kemudian. Data di proses menggunakan SPSS versi 20 dan diuji dengan uji McNemar. Sebelum pemberian Bti, dari 261 TPA terdapat 21 TPA yang positif Ae. aegypti. Setelah pemberian Bti, terdapat penurunan jumlah TPA yang positif (menjadi 15 TPA), namun uji McNemar tidak memberikan perbedaan bermakna (p=0,230). Disimpulkan bahwa Bti bentuk cairan tidak dapat menurunkan kepadatan Ae. Aegypti. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap efektifitas penggunaan Bti slow-release formulation untuk memberantas Ae. aegypti.

The incidence of dengue haemorrhagic fever (DHF) increases every year even though enormous measures to control the vector, Ae. aegypti, have been taken. Consequently, a vector-controlling method that is efficient, easy to use and less side effect is needed. Previous study stated that Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) could be used to control Ae. Aegypti, however, the study only conducted in laboratory and semi-field setting. Thus, this study aims to know the effectiveness of liquid formulation Bti in decreasing Ae. Aegypti container index in the field setting (Rawasari Village, Jakarta Pusat).
Survey was conducted in February and March 2010 in Rawasari Village, Jakarta Pusat. The Ae. Aegypti larvae from water container in 120 houses were taken using single larval method and were identified. Bti in the liquid formulation was introduced to all containers with the dosage of 4 mL/m2. One month later, the researcher re-evaluates the presence of Ae. aegypti in the water containers. The data was processed by using SPSS version 20 and tested by using McNemar test. Before the application of Bti, 21 of 261 containers were positively identified with Ae. aegypti larvae. After the application of Bti, the number of larva-positive container decreased to 15 containers. However, the difference is not statistically significant (McNemar p=0,230). Bti in the liquid form is not effective to decrease container index of Ae. aegypti. Further study needs to investigate the usage of Bti in slow release formulation to control Ae. aegypti.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Wijaya
"Kandungan Fenol pada limbah Industri Minyak dan Gas yang melebihi baku mutu lingkungan sangat membahayakan karena fenol bersifat toksik bahkan merupakan polutan yang berbahaya menurut EPA (Environmental Protection Agency) sehingga harus di-treatment terlebih dahulu sebelum akhirnya dibuang ke lingkungan. Metode pengolahan fenol secara konvensional memiliki beberapa kekurangan sehingga digunakanlah metode biodegradasi. Pada penelitian ini, bakteri pendegradasi yang digunakan adalah Bacillus subtilis C19. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah konsentrasi fenol awal, dan penambahan glukosa. Pada variasi konsentrasi fenol 10 ppm, 50 ppm, dan 100 ppm, pertumbuhan bakteri dan degradasi fenol yang paling signifikan adalah pada konsentrasi fenol 100 ppm. Pada penambahan glukosa, didapatkan glukosa memiliki sifat kompetitif terhadap fenol sehingga mempengaruhi degradasi fenol. Kinetika pertumbuhan bakteri pada berbagai konsentrasi fenol dimodelkan dengan menggunakan kinetika orde satu persamaan Monod. Kinetika laju degradasi fenol dimodelkan dengan menggunakan kinetika orde satu dan persamaan Michaelis-Menten.

Phenol concentration in Petroleum Industry that excess is hazardous because of phenol toxicity, moreover it is one of hazardous pollutan according to EPA (Environmental Protection Agency) thus pretreatment should be conducted before wastewater is discarded into environment. Conventional phenol removal methods have some disadvantages then we use biodegradation method. In this research, bacteria that we use is Bacillus subtilis C19. The variable that we use is initial phenol concentration and glucose addition. In phenol concentration variation which is 10 ppm, 50 ppm, and 100 ppm, bacteria growth and phenol degradation are most significant in phenol 100 ppm. In glucose addition, glucose has a competitive nature towards phenol thus it can affect phenol degradation. Cell growth kinetics model in various phenol concentration use first order and Monod Equation. Degradation reaction kinetics use first order and Michaelis-Menten Equation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Saddam Alkautsar
"Salah satu masalah kesehatan masyarakat adalah penyakit tular vektor, diantaranya demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan Aedes aegypti dan filariasis yang ditularkan Culex quinquefasciatus. Pemberantasan penyakit tersebut terutama menggunakan insektisida. Untuk mengurangi efek negatif insektisida, dilakukan pemberantasan biologis salah satunya menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama efek residu Bti terhadap Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus. Desain penelitian ini adalah eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae. aegypti dan Cx.quinquefasciatus yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak fiber glass, keramik, dan semen yang berukuran 60 x 60 x 60 cm3 dan berisi 125 L air. Selanjutnya diteteskan Bti dengan konsentrasi 2 ml/m2 lalu diobservasi selama 24 jam kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Selanjutnya dilihat perkembangan pada setiap minggunya.
Penelitian dihentikan jika jumlah kematian larva <70%. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Lama efek residu Bti dalam membunuh larva Ae. aegypti pada ketiga container adalah dua minggu sedangkan terhadap Cx. quinquefasciatus pada bak semen dan keramik adalah satu minggu, dan pada bak fiber glass dua minggu. Pada uji Mc Nemar didapatkan p= 0,001 yang artinya terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan efek residu Bti terhadap Ae. aegypti lebih lama dibandingkan Cx. quinquefasciatus.
One of the problem in public health is vector borne diseases, such as dengue hemorrhagic fever (DHF) which is transmitted by Aedes aegypti and filariasis transmitted by Culex quinquefasciatus. The control of the disease by controlling vector mainly using insecticides. To reduce the negative effects of insecticides, today?s control of the vector attempted with biological eradication, among others, with Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
This study aims to determine residual effect of Bti against Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus. This experimental study was performed using 100 third instar larvae Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus from laboratory colonies introduced into containers of fiber glass, ceramics, and cement which measures 60 x 60 x 60 cm3 and containing 125 L of water. The concentrations of Bti was 2 ml/m2 then observed for 24 hours and then counted the number of dead larvae. After that, the observation was conducted each week to observe the progress of the experiment.
The experiment is stopped when the mortality number dropped below 70%. As control 100 larvae introduced to the same type an size containers but not given Bti. Residual effect of Bti against Ae. aegypti larvae in the three containers is 2 weeks whereas against Cx. quinquefasciatus in the containers of cement and ceramic is 1 week, and in the fiber glass is 2 weeks. McNemar test showed p = 0,001, which means there is significant difference. It was concluded that residual effect of Bti against Ae. aegypti is two weeks and longer than Cx. quinquefasciatus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Permana Putra
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di DKI Jakarta,salah satunya di Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat. Untuk memberantas vektor DBD salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan biolarvasida, yaitu Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari larvasida Bti dalam pemberantasan vektor DBD di Container TPA.
Desain penelitian ini adalah menggunakan metode quasi-eksperimental dengan intervensi aplikasi Bti bentuk larutan konsentrasi 4 ml/m2. Data sebelum intervensi diambil pada tanggal 14 Februari 2010 dan sesudah intervensi pada tanggal 15 Maret 2010 yang terletak Kelurahan Rawasari, Jakara Pusat. Survei entomologi dilakukan dengan single-larval method di container TPA di 100 rumah. Data diolah dengan program SPSS versi 20 dengan analisis menggunakan uji McNemar.
Hasil menunjukkan bahwa setelah pemberian Bti terjadi penurunan dari 15 container positif menjadi 12 container, tetapi, hasil McNemar menunjukkan p = 0,629, artinya tingkat kepadatan larva Ae.aegypti tetap tinggi. Maka, Bti konsentrasi 4 ml/m2 tidak efektif dalam menurunkan keberadaan larva Ae.aegypti di container TPA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Saddam Alkautsar
"Salah satu masalah kesehatan masyarakat adalah penyakit tular vektor, diantaranya demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan Aedes aegypti dan filariasis yang ditularkan Culex quinquefasciatus. Pemberantasan penyakit tersebut terutama menggunakan insektisida. Untuk mengurangi efek negatif insektisida, dilakukan pemberantasan biologis salah satunya menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama efek residu Bti terhadap Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus. Desain penelitian ini adalah eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae. aegypti dan Cx.quinquefasciatus yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak fiber glass, keramik, dan semen yang berukuran 60 x 60 x 60 cm3 dan berisi 125 L air. Selanjutnya diteteskan Bti dengan konsentrasi 2 ml/m2 lalu diobservasi selama 24 jam kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Selanjutnya dilihat perkembangan pada setiap minggunya.
Penelitian dihentikan jika jumlah kematian larva <70%. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Lama efek residu Bti dalam membunuh larva Ae. aegypti pada ketiga container adalah dua minggu sedangkan terhadap Cx. quinquefasciatus pada bak semen dan keramik adalah satu minggu, dan pada bak fiber glass dua minggu. Pada uji Mc Nemar didapatkan p= 0,001 yang artinya terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan efek residu Bti terhadap Ae. aegypti lebih lama dibandingkan Cx. quinquefasciatus.

One of the problem in public health is vector borne diseases, such as dengue hemorrhagic fever (DHF) which is transmitted by Aedes aegypti and filariasis transmitted by Culex quinquefasciatus. The control of the disease by controlling vector mainly using insecticides. To reduce the negative effects of insecticides, today’s control of the vector attempted with biological eradication, among others, with Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
This study aims to determine residual effect of Bti against Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus. This experimental study was performed using 100 third instar larvae Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus from laboratory colonies introduced into containers of fiber glass, ceramics, and cement which measures 60 x 60 x 60 cm3 and containing 125 L of water. The concentrations of Bti was 2 ml/m2 then observed for 24 hours and then counted the number of dead larvae. After that, the observation was conducted each week to observe the progress of the experiment.
The experiment is stopped when the mortality number dropped below 70%. As control 100 larvae introduced to the same type an size containers but not given Bti. Residual effect of Bti against Ae. aegypti larvae in the three containers is 2 weeks whereas against Cx. quinquefasciatus in the containers of cement and ceramic is 1 week, and in the fiber glass is 2 weeks. McNemar test showed p = 0,001, which means there is significant difference. It was concluded that residual effect of Bti against Ae. aegypti is two weeks and longer than Cx. quinquefasciatus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>