Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180071 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gafriella Sa`adah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor individual yaitu pemberdayaan psikologis yang diduga dapat memprediksi munculnya tingkah laku kerja inovatif yang penting untuk diperhatikan oleh industri dan organisasi. Namun terdapat inkonsistensi hasil pada kedua variabel tersebut berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti memiliki hipotesis bahwa keterikatan kerja dapat menjadi mediator untuk membantu pemahaman yang lebih mendalam mengenai mekanisme hubungan pemberdayaan psikologis dengan tingkah laku kerja inovatif. Dengan metode kuantitatif, penelitian ini dilakukan pada 275 karyawan PT X yang terbukti memiliki nilai dan tujuan inovasi pada organisasinya. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini meliputi innovative work behavior scale (Janssen, 2000), psychological empowerment scale (Spreitzer, 1995), dan Utrecth Work Engagement Scale versi pendek (Schaufeli dkk., 2006). Hasil analisis mediasi menunjukkan hasil perhitungan statistik direct effect (β= 0,56; SE= 0,08; LLCI= 0,40; ULCI= 0,73); indirect effect (β= 0,09; SE= 0,07; LLCI= - 0,04; ULCI= 0,22), artinya keterikatan kerja tidak memediasi hubungan antara pemberdayaan psikologis dengan tingkah laku kerja inovatif. Dengan demikian, pada responden di PT. X ini, pemberdayaan psikologis dapat memprediksi munculnya tingkah laku kerja inovatif tanpa memerlukan adanya keterikatan kerja terlebih dahulu.

This study aimed to determine individual factor, namely psychological empowerment which was expected to predict the emergence of innovative work behavior that was important to be considered by industry and organizations. However, there were inconsistencies in the results of the two variables based on the previous studies. Therefore, researchers had hypothesized that work engagement could be a mediator to help a deeper understanding of the mechanism of psychological empowerment relationships with innovative work behavior. With quantitative methods, this study was conducted on 275 PT X employees who were proven to have value and innovation goals in their organization. The instruments in this study included the innovative work behavior scale (Janssen, 2000), psychological empowerment scale (Spreitzer, 1995), and the shorter version of Utrecth Work Engagement Scale (Schaufeli et al., 2006). The statistical calculations results of mediation analysis showed that direct effect (β = 0.56; SE = 0.08; LLCI = 0.40; ULCI = 0.73) and indirect effect (β = 0.09; SE = 0.07; LLCI = - 0.04; ULCI = 0.22), meaning that work engagement did not mediate the relationship between psychological empowerment and innovative work behavior. Thus, the respondents at PT. X, psychological empowerment could predict the emergence of innovative work behavior without requiring the work engagement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosemary, Ariana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan pemberdayaan psikologis (psychological empowerment) terhadap perilaku inovatif (innovative behavior). Berdasarkan hasil diagnosis permasalahan organisasi berupa wawancara dan FGD, ditemukan bahwa secara umum terlihat bahwa karyawan PT ED belum menunjukkan perilaku inovatif secara optimal. Kondisi ini dianggap kurang selaras dengan keadaan PT ED yang sedang mengalami masa krisis. Perilaku inovatif karyawan yang belum maksimal antara lain disebabkan oleh pemberdayaan psikologis yang belum tinggi. Hal ini dibuktikan dengan mengukur pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap perilaku inovatif. Pemberdayaan psikologis karyawan diukur melalui kuesioner Psychological Empowerment yang dikembangkan oleh Spreitzer (1995) sejumlah 12 item (α = .779) dan perilaku inovatif diukur dengan kuesioner Innovative Work Behavior Scale yang dikembangkan oleh Janssen (2000) sejumlah 9 item (α = .901). Hasil penelitian pada 64 orang karyawan di Kantor Pusat menunjukkan pemberdayaan psikologis terbukti secara signifikan mempengaruhi perilaku inovatif (R2 = .287, p<0.01). Artinya, peningkatan pada pemberdayaan psikologis dapat memunculkan terjadi peningkatan perilaku inovatif. Peneliti kemudian merancang intervensi yang dapat meningkatkan pemberdayaan psikologis, berupa kegiatan pelatihan Empowerment for Innovation kepada karyawan dan atasannya, yang diharapkan dapat meningkatkan perilaku inovatif karyawan.

This research aims to determine the influence of psychological empowerment enhancement on employees' innovative behavior. Based on diagnose of organizational problems by conducting interview and FGD, it been estimated that employees' innovative behavior at PT ED should be increased. These condition do not in line with PT ED situations during company's crisis. Low level of employees' innovative behavior could be predicts by low level of employees' psychological empowerment. The influence of psychological empowerment on employees' innovative behavior is proven by quantitative measurement. Level of psychological empowerment is measured by 12-item Psychological Empowerment Questionnaire, which developed by Spreitzer (1995) (α = .779); meanwhile level of employees' innovative behavior is measured by 9- item Innovative Work Behavior Scale by Janssen (2000) (α = .901). Research on 64 Head Office Employees found the influence of psychological empowerment on innovative behavior (R2 = .287, p<0.01). Therefore, the enhancement of psychological empowerment will increase employees' innovative behavior. Researcher then design intervention program, that is Empowerment for Innovation Training for employee and their supervisor to increase employees' psychological empowerment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harum Sayekti Kusumaningtyas
"Perilaku kerja inovatif merupakan salah satu strategi yang tepat untuk menghadapi perkembangan industri saat ini. Mahasiswa sebagai calon pekerja, perlu disiapkan terkait perilaku kerja inovatif agar lebih siap saat memulai pekerjaan. Penelitian korelasional ini bermaksud untuk melihat hubungan antara psychological capital terhadap perilaku kerja inovatif pada mahasiswa. Sebanyak 306 orang responden mahasiswa dari Universitas Indonesia yang merupakan semester dua hingga akhir yang terdiri dari tiga belas fakultas dan rentang usia 18-24 tahun mengikuti penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan dengan nonprobability sampling. Penelitian menggunakan alat ukur PCQ-24 dan skala IWB yang telah diadaptasi dengan kehidupan mahasiswa. Pengukuran korelasi Spearman menunjukkan keduanya berkorelasi secara positif dan signifikan. Untuk itu, dapat dilakukan intervensi untuk meningkatkan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa melalui psychological capital.

Innovative work behavior is one of the right strategies to deal with current industrial developments. College students, as prospective workers, need to be prepared regarding innovative work behavior to be prepared when they start to work. This correlational study aims to find a relationship between psychological capital and innovative work behavior in college students. A total of 306 students from Universitas Indonesia respondents from the second to the last semester consisting of thirteen faculties with the age range of 18-24 years, participated in this study with nonprobability sampling. This research was measured using the PCQ-24 and the IWB scale, which has been adapted for college students. Spearman's correlation measurement showed that psychological capital and innovative work behavior were positively and significantly correlated. Therefore, interventions can be carried out to improve innovative work behavior in students through psychological capital."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Fiste Fiftina
"Tujuan penelitian ini adalah menguji hubungan antara pemberdayaan psikologis, pelanggaran kontrak psikologis, dan perilaku inovasi. Sampel penelitian ini terdiri dari 224 karyawan kementerian dengan pendidikan terakhir diploma 4 dan menduduki posisi staff. Korelasi berganda digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self determination dan impact memiliki hubungan dengan perilaku inovasi sedangkan competence dan meaning tidak memiliki hubungan dengan perilaku inovasi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa peningkatan pelanggaran kontrak psikologis berhubungan dengan penurunan perilaku inovasi. Penelitian ini memperluas pemahaman konseptual dengan meneliti mekanisme hubungan melalui analisis dimensi pemberdayaan psikologis. Penelitian ini juga memperkuat dukungan bahwa pelanggaran kontrak psikologis berhubungan negatif dengan perilaku inovasi.

The objective of this research is to examine the relationships between psychological empowerment, psychological contract breaches, and innovative behavior. The sample of this research consist of 224 ministry employees, with minimal education diploma 4 and staff position . Multiple correlation analysis was used to test the research hypotheses. Results show that self determination and impact have relationship with innovative behavior whereas competence and meaning do not. This research also reveal that increasing perceptions of psychological contract breaches were associated with the decrease in innovative behavior. This research broadens the conceptual understanding by exploring the mechanisms of relationship through dimensional analysis of psychological empowerment. In addition, the result proposed support that perceived contract breach has negative relationship with employees? innovative behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deviyanti Anggini Putri
"Revolusi industri 4.0 memberikan dampak bagi perusahaan untuk selalu siap dalam menghadapi perubahan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan inovatif, yang dapat diperoleh melalui perilaku kerja inovatif. Akan tetapi, perlu menjadi pertimbangan untuk mempersiapkan calon tenaga kerja sejak berada di bangku perkuliahan agar mahasiswa dapat lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja. Penelitian ini berfokus pada peran efikasi diri inovasi sebagai mediator dalam hubungan perilaku berbagi pengetahuan dengan perilaku kerja inovatif. Penelitian ini dilakukan pada 306 mahasiswa yang berasal dari 14 fakultas yang sedang menempuh semester 2 hingga semester 8. Penelitian ini diukur menggunakan skala Innovative Work Behavior (IWB) yang dikembangkan Janssen (2000), Knowledge Sharing Behavior (KSB) yang dikembangkan oleh Chen dkk. (2009), dan Innovation Self-Efficacy (ISE.6) yang dikembangkan oleh Dungs dkk. (2017). Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa efikasi diri inovasi memiliki efek mediasi secara parsial pada hubungan perilaku berbagi pengetahuan dengan perilaku kerja inovatif (ab = 0.59, p<0.01, CI [0.3972–0.8086]). Dengan demikian, karena mediasi bersifat parsial maka ada atau tidak adanya mediator tetap akan memiliki pengaruh, sehingga perilaku berbagi pengetahuan dapat memengaruhi perilaku kerja inovatif walaupun tanpa harus melewati variabel efikasi diri inovasi. Penelitian ini memberikan implikasi bagi institusi, perusahaan, atau pemerintah untuk mengembangkan program yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku kerja inovatif individunya tersebut.

The industrial revolution 4.0 has an impact on companies to always be ready to face change. One way that can be used to overcome this is by being innovative, which can be obtained through innovative work behavior. However, it is necessary to consider preparing prospective workers since they are in college so that students can be better prepared to face challenges in the world of work. This study focuses on the role of innovation self-efficacy as a mediator in the relationship between knowledge-sharing behavior and innovative work behavior. This research was conducted on 306 students from 14 faculties who were taking semester 2 to semester 8. This research was measured using the Innovative Work Behavior (IWB) scale developed by Janssen (2000), Knowledge Sharing Behavior (KSB) developed by Chen et al. (2009), and Innovation Self-Efficacy (ISE.6) developed by Dungs et al. (2017). The results of the mediation analysis showed that innovation self-efficacy had a partially mediating effect on the relationship between knowledge sharing behavior and innovative work behavior (ab = 0.59, p<0.01, CI [0.3972–0.8086]). Thus, because the mediation is partial, the presence or absence of a mediator will still have an influence, so that knowledge sharing behavior can affect innovative work behavior even without having to go through the innovation self-efficacy variable. This research has implications for institutions, companies, or governments to develop programs that aim to improve the individual's innovative work behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Ayu Novia Viorica
"Inovasi merupakan salah satu nilai yang penting bagi PT X. Meskipun demikian, saat ini perilaku kerja inovatif karyawan PT X masih belum optimal. Situasi ini terjadi karena karyawan merasa belum memperoleh dukungan dalam berinovasi, sehingga karyawan kurang bersemangat untuk menampilkan perilaku kerja inovatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perkembangan di tempat kerja dalam memediasi hubungan persepsi dukungan organisasi dan perilaku kerja inovatif. Subjek penelitian ini adalah karyawan PT X yang berjumlah 107 orang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan PROCESS by Hayes model 4 yang terkoneksi dengan SPSS 26. Hasil analisis data menunjukkan skor koefisien efek langsung sebesar 0.088 p value= 0.141 > 0.05, sedangkan skor koefisien efek tidak langsung yang diperoleh sebesar 0.81 dengan rentang antara 0.50 hingga 1.10 pada taraf kepercayaan 95%. Efek tidak langsung yang signifikan disertai dengan efek langsung yang tidak signifikan menunjukkan bahwa perkembangan di tempat kerja memediasi hubungan persepsi dukungan organisasi dan perilaku kerja inovatif. Peran mediasi tersebut bersifat complete mediation.

Innovation is one of the essential values for PT X. However, the innovative work behavior of PT X employees is still not optimal. This situation occurs because employees do not perceived organizational support from the company. This situation makes employees less enthusiastic to performed innovative work behavior. This study aims to determine the role of thriving at work in mediating the relationship between perceived organizational support and innovative work behavior. The subjects of this study were 107 employees of PT X. The data analysis is using PROCESS by Hayes model 4 connected to SPSS 26. The data analysis results showed the direct effect coefficient value =0.088, p value= 0.141 > 0.05, whereas the indirect effect coefficient value = 0.809, that ranged between 0.50 to 1.10 at the 95% confidence level. The significant indirect effect accompanied by the insignificant direct effect suggests that thriving at work mediates the relationship between perceived organizational support and innovative work behavior. Furthermore, the mediation role is called complete mediation
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haidar Zuhdi
"Perilaku kerja inovatif tidak dapat dibangun secara singkat, maka dari itu penting sekali menyiapkan kemampuan inovasi kerja dimulai dari mahasiswa yang merupakan calon karyawan nantinya. Penelitian ini berfokus pada peran mediasi perilaku berbagi pengetahuan pada hubungan keterbukaan terhadap pengalaman dan perilaku kerja inovatif. Penelitian ini menggunakan sampel berupa Mahasiswa yang berasal dari Universitas Indonesia dengan jumlah 306 responden yang terdiri dari 14 fakultas. Penelitian ini diukur menggunakan Innovative Work Behavior Scale oleh Janssen (2000), NEO PI-3 Scale oleh McCrae dkk. (2005), dan Knowledge Sharing Behavior Scale oleh Chen dkk. (2009) Hasil analisis mediasi menunjukan bahwa perilaku berbagi pengetahuan memiliki efek mediasi parsial pada hubungan antara keterbukaan terhadap pengalaman dan perilaku kerja inovatif. Dengan demikian, perilaku berbagi pengetahuan dapat menjadi mediator dalam hubungan antara keterbukaan terhadap pengalaman dan perilaku kerja inovatif. Meski begitu, keterbukaan terhadap pengalaman juga dapat berhubungan dengan perilaku kerja inovatif secara langsung tanpa harus melewati perilaku berbagi pengetahuan terlebih dahulu. Kemudian, hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk program pelatihan inovasi yang ditujukan untuk Mahasiswa Universitas Indonesia sehingga mereka dapat lebih siap melakukan inovasi di tempat kerja.

Innovative work behavior can’t be built in a short time, it’s very important to prepare work innovation skills starting from students who are prospective employees later. This study focuses on the mediating role of knowledge-sharing behavior on the relationship between openness to experience and innovative work behavior. This study used a sample of Universitas Indonesia students totaling 306 respondents consisting of 14 faculties. This study was measure using the Innovative Work Behavior scale developed by Janssen (2000), NEO PI-3 Scale developed by McCrae et al. (2005), and Knowledge Sharing Behavior Scale developed by Chen et al. (2009). The results of the mediation analysis show that knowledge sharing behavior has a partial mediating effect on the relationship between openness to experience and innovative work behavior. Thus, knowledge sharing behavior can be a mediator in the relationship between openness to experience and innovative work behavior. However, openness to experience can also be directly related to innovative work behavior without having to go through knowledge sharing behavior first. Therefore, the results of this study can be used for training about innovation programs that will be given to Universitas Indonesia students so that they can be better prepared to innovate in the workplace."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Syskya Handayani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku proaktif dan perilaku inovatif pada karyawan. Penelitian dilakukan terhadap 85 karyawan yang bekerja di perusahaan yang memiliki nilai inovasi di bidang industry pertambangan. Pengukuran perilaku inovatif mengacu pada alat ukur Janssen?s Innovative Work Behavior (Janssen, 2000) yang telah terbukti reliabel (SOH.879) sedangkan pengukuran perilaku proaktif mengacu pada alat ukur Proactive Work Behavior Scale (Parker & Collins, 2010) yang telah terbukti reliabel (SOH.897). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perilaku proaktif dan perilaku inovatif (r = + 0.727, p < 0.01). Dengan demikian, semakin tinggi perilaku proaktif yang ditampilkan oleh karyawan, maka semakin tinggi pula perilaku inovatif yang dimilikinya. Selain itu, dimensi taking charge dari perilaku proaktif merupakan dimensi yang paling besar hubungannya dengan perilaku inovatif.

This study aimed to examined the correlation between proactive work behavior and innovative work behavior on employees. The study was conducted on 85 employees who work at a company that has a value of innovation in the mining industry. Measurement of innovative work behavior refers to Innovative Work behavior Scale (Janssen, 2000) has been shown to be reliable (SOH.879) while measurement of proactive work behavior refers to Proactive Work Behavior Scale (Parker & Collins, 2010) has been shown to be reliable (SOH.897). The results of this study showed that there is a significant relationship between Proactive Work Behavior and Innovative Work Behavior (r = + 0.727, p < 0.01). Thus, the higher proactive work behavior, employee innovative work behavior will be higher too. In addition, taking charge?s dimensions of proactive work behavior was the most related dimension to the innovative work behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2014
S55704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Kis Riandini
"Digitalisasi meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang mampu mengoperasikan dan menguasai teknologi digital. Pekerja yang mampu menggunakan kompetensi digital untuk menyelesaikan pekerjaannya dan dapat mengakses data pekerjaan dimana pun dan kapan pun disebut sebagai digital workers. Digital workers memainkan peran penting dalam memberikan inovasi bagi perusahaan sebagai bentuk respon perusahaan terhadap perkembangan digital dan usaha untuk mengimbangi persaingan. Kecenderungan digital workers untuk menyumbangkan inovasi-inovasi bagi perusahaan berhubungan dengan komitmen yang dimilikinya terhadap perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komponen Komitmen Organisasi dengan Perilaku Kerja Inovatif pada digital workers. Komitmen Organisasi yang terbagi menjadi tiga komponen, yaitu Komitmen Afektif, Komitmen Berkelanjutan, dan Komitmen Normatif diukur menggunakan Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) yang dikembangkan oleh Allen dan Meyer (1990) yang diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Aulia (2021). Perilaku Kerja Inovatif diukur menggunakan Innovative Work Behavior Scale yang dikembangkan oleh Janssen (2000) yang diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Mertha (2017). Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara online melalui media sosial. Data penelitian ini berasal dari 215 digital workers yang bekerja secara full-time. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif secara signifikan antara Komitmen Afektif dan Komitmen Normatif dengan Perilaku Kerja Inovatif, tetapi tidak ditemukan hubungan negatif antara Komitmen Berkelanjutan dengan Perilaku Kerja Inovatif pada digital workers.

Digitalization has increased the need for human resources who are able to operate and master digital technology. Workers who are able to use digital competencies to complete their work and can access job data anywhere and anytime are called digital workers. Digital workers play an important role in providing innovation for companies as a form of company response to digital developments and efforts to keep pace with competition. The tendency of digital workers to contribute innovations to the company is related to their commitment to the company. This study aims to determine the relationship between components of Organizational Commitment and Innovative Work Behavior on digital workers. Organizational Commitment is divided into three components, namely Affective Commitment, Continuance Commitment, and Normative Commitment measured using the Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) developed by Allen and Meyer (1990) which was adapted by Aulia (2021). Innovative Work Behavior was measured using the Innovative Work Behavior Scale developed by Janssen (2000) which was adapted by Mertha (2017). Data collection was done by distributing online questionnaires through social media. This research data comes from 215 digital workers who work full-time. The results showed that there was a significant positive relationship between Affective Commitment and Normative Commitment with Innovative Work Behavior, but there was no negative relationship between Continuance Commitment and Innovative Work Behavior on digital workers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Fatahillah Achmar
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai pengaruh praktik SDM dan perilaku kerja inovatif karyawan PT. YUFA JAYA yang dimediasi oleh lingkungan kerja yang mendukung dan keterikatan. Hal ini didasari oleh perkembangan industri 4.0 yang mendisrupsi banyak industri pada beberapa tahun belakangan, sehingga jika perusahaan ingin tetap bertahan maka dibutuhkan adanya penciptaan inovasi yang berkelanjutan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuisioner untuk mengumpulkan data yang diambil melalui sebuah aplikasi online. Jumlah sampel penelitian didapat menggunakan rumus slovin berjumlah 218 karyawan. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa praktik SDM, lingkungan kerja yang mendukung, dan keterikatan karyawan berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku kerja inovatif. Selain itu lingkungan kerja yang mendukung dan keterikatan karyawan memediasi pengaruh antara praktik SDM dan perilaku kerja inovatif yang terbukti sesuai hipotesis.

This research was conducted to find a picture of the influence of HR practices and innovative work behavior of PT. YUFA JAYA which is mediated by a supportive work environment and engagement. This is based on the development of industry 4.0 which has disrupted many industries in recent years, so if a company wants to survive it will need the creation of sustainable innovation. The approach used in this research is a quantitative approach using a questionnaire to collect data taken through an online application. The number of research samples obtained using the Slovin formula totaling 218 employees. The results obtained indicate that HR practices, a supportive work environment, and employee engagement have a significant positive effect on innovative work behavior. In addition, a supportive work environment and employee engagement mediates the effect between HR practices and innovative work behaviors that are proven in accordance with hypotheses. "
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>