Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177692 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fransiscus Benhardi Wastuwidya
"ABSTRAK
Air asam tambang (AAT) merupakan salah satu dampak negatif dari kegiatan
pertambangan yang dapat menyebabkan masalah lingkungan dan memerlukan
penanganan yang efisien dan efektif. Pemanfaatan mikroalga dalam remediasi atau
fikoremediasi merupakan sebuah alternatif pengolahan AAT, namun memiliki
keterbatasan aplikasi. Kendala pada aplikasi fikoremediasi AAT adalah karateristik dari
air limbah yang membatasi pertumbuhan mikroalga, dimana air asam tambang memiliki
kandungan logam yang tinggi, serta pH rendah. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui potensi pertumbuhan mikroalga Botryococcus braunii sebagai agen
fikoremediasi AAT. Eksperimen dilakukan dengan melakukan kultivasi mikroalga
Botryococcus braunii pada AAT pada 5 photobioreactor (PBR) dengan variasi
konsentrasi AAT (v v) 0, 2,5, 3, 3,5, 4, dan dilakukan kajian hubungan antara
pertumbuhan mikroalga dengan konsentrasi logam Fe dan Mn, serta pH pada AAT.
Botryococcus braunii menunjukkan laju pertumbuhan berbeda, dengan nilai berurutan
dari konsentrasi AAT terendah sebesar 0,0862 hari, 1,403 hari, 1,374 /hari, 0,0738 hari,
dan 0,0616 hari, dengan variasi fase pertumbuhan. Penyisihan logam Fe dengan nilai
berurutan dari konsentrasi AAT terendah sebesar 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 dan
84,29, dan penyisihan logam Mn sebesar 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 dan 84,29.
Diketahui pula pH masing-masing media dengan dengan nilai berurutan dari konsentrasi
AAT terendah sebesar 8,0, 7,7, 7,7, 7,5, dan 7,5. Hasil penelitian ini menunjukkan
mikroalga Botryococcus braunii yang teraklimatisasi pada media AAT memiliki potensi
sebagai bahan yang ekonomis dan berkelanjutan untuk menjadi agen remediasi AAT.

ABSTRACT
Acid mine drainage (AMD) is one of negative impact on the mining industry, which can
cause an environmental problem and requires an efficient and effective treatment system.
Utilization of microalgae for remediation, or phycoremediation, is an alternative for
AMD treatment, but it has limited applications. Limitation in phycoremediation is the
characteristics of AMD that are not suitable for microalgae cultivation, due to its high
metal concentration and low pH. This research was conducted by cultivating
Botryococcus braunii microalgae on AMD with 5 photobioreactors (PBR) with variation
in AMD concentration of (v v) 0, 2,5, 3, 3,5, 4, and the relationship between
microalgae growth with Fe and Mn concentration and pH on AMD was conducted.
Botryococcus braunii showed different growth rate with values sequentially from the
lowest AMD concentration is 0,0862 day, 1,403 day, 1,374 day, 0,0738 day, and
0,0616 /day, with variations on growth phase. Removal efficiency of Fe with values
sequentially from the lowest AMD concentration is 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 and
84,29 and removal efficiency of Mn is 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 and 84,29.
It is also known pH value sequentially from the lowest AMD concentration is 8,0, 7,7,
7,7, 7,5, and 7,5. This research shows that Botryococcus braunii acclimatized on AMD
media has the potential to become an economical and sustainable material for AMD
remediation.
"
2020
T55196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Pretty Ariantika Sabidi
"ABSTRAK
Sebagai Air Asam Tambang (AAT) diakui sebagai salah satu masalah lingkungan yang serius di industri pertambangan. Dampak lingkungan, bagaimanapun, dapat diminimalkan pada tiga tingkatan dasar: melalui pencegahan primer dari proses asam-pembangkit; kontrol sekunder, yang melibatkan penyebaran langkah-langkah pencegahan migrasi drainase asam; dan kontrol tersier, atau pengumpulan dan pengolahan limbah. Di masa kini, pengolahan AAT sering membutuhkan lebih dari satu bahan kimia atau sistem dalam rangka untuk menemukan metode biaya yang paling efektif, dan juga untuk memenuhi batas limbah lebih ketat. Untuk mengatasi itu, elektrokoagulasi (EC) dapat menjadi jawaban potensi masalah lingkungan yang berhubungan dengan AAT.
Skripsi ini meneliti hubungan antara parameter operasi, seperti pH, konsentrasi awal, durasi pengobatan, rapat arus, dan konduktivitas pada drainase tambang asam sintetis dalam proses batch elektrokoagulasi. EC reaktor dioperasikan pada berbagai tegangan (38, 25 dan 15 V) dan 3 mm jarak antar elektrode. Untuk solusi dengan 1000 mg / L sulfat, penghapusan polutan yang tinggi (99,5% selama 30 detik waktu kontak dan 99.8% untuk 60 detik waktu kontak) tercapai. pH awal adalah 2,6 dengan pH akhir 3,6, dan konduktivitas berkisar 928-1174 mikro semen.
Selama proses EC kondisi ini, studi tentang pemisahan logam berat seperti besi (Fe) dan aluminium (Al) dilakukan dengan konsentrasi awal yang berbeda di kisaran 250, 500 dan 1000 mg / L konsentrasi sulfat dan 200 mg / L untuk konsentrasi aluminium. Dari kondisi operasi itu ditemukan bahwa tingkat penghapusan berkisar antara 57% sampai 99%. Itu juga menemukan bahwa pH adalah parameter kunci dalam mekanisme koagulasi dalam elektrokoagulasi.

ABSTRACT
As Acid mine drainage (AMD) is recognised as one of the more serious environmental problems in the mining industry. Its environmental impact, however, can be minimised at three basic levels: through primary prevention of the acid-generating process; secondary control, which involves deployment of acid drainage migration prevention measures; and tertiart control, or the collection and treatment of effluent. Today‟s AMD treatment situations often require more than one chemical or system in order to find the most cost effective method, and also to satisfy more stringent effluent limits. To overcome that, electrocoagulation (EC) may be a potential answer to these environmental problems dealing with AMD.
This thesis investigates the relation of the operating parameters, such as pH, initial concentration, duration of treatment, current density, and conductivity on a synthetic acid mine drainage in the batch electrocoagulation process. The EC reactor was operated at various voltages (38, 25 and 15 V) and 3 mm interelectrode distance. For solutions with 1000 mg/L sulphate, high pollutant removal (99.5% for 30 second contact time and 99.8% for 60 second contact time) were achieved. Initial pH was 2.6 with the final pH of 3.6, and conductivity ranged from 928 to 1174 μS.
During the EC process under these conditions, the study of the heavy metal separation such as iron (Fe) and aluminium (Al) were conducted with different initial concentrations in the range of 250, 500 and 1000 mg/L for sulphate concentration and 200 mg/L for aluminium concentration. From these operating conditions it is found that the removal rate ranges from 57% to 99%. It was also found that pH is a key parameter in coagulation mechanism in electrocoagulation."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57829
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erfira
"ABSTRAK
Pada sektor pertambangan, dihasilkan dua timbulan yang terdiri dari air asam tambang dan abu layang. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis karakteristik koagulan hasil aktivasi dan pengaruh waktu pengendapan, pH dan dosis koagulan untuk menurunkan kekeruhan dan logam seng. Proses aktviasi koagulan dilakukan dengan kalsinasi abu layang pada suhu 550o C selama 3 jam kemudian dicampurkan dengan asam sulfat 2 M untuk selanjutnya dipanaskan dengan kondensor pada suhu 200o C selama 1 jam. Karakteristik koagulan diuji melalui tes XRD dan XRF sedangkan konsentrasi kekeruhan diukur menggunakan turbidimeter dan konsentrasi logam seng diukur menggunaakan uji AAS. Jar test dilakukan dilakukan dengan pengadukan 200 rpm selama 5 menit dan 45 rpm selama 10 menit. Dalam proses jar tes dilakuakan variasi waktu pengendapan pada menit ke 5, 15, 30 dan 45, pH pada pH 4,6, dan 8 dan dosis koagulan pada dosis 50 mg/L, 100 mg/L, 500 mg/L dan 1400 mg/L. Berdasarkan hasil aktivasi, didapatkan koagulan dalam bentuk lumpur padat dengan kandungan Fe sebesar 24,73% dan kandungan mineral procoqumbite yang mendominasi. Hasil dari jar test yang dilakukan memperlihatkan waktu pengendapan optimum berada pada 30 menit dengan pH optimum 8 dengan efisiensi penyisihan berturut-turut sebesar 99,5% pada dosis 100 mg/L dan sebesar 14% pada dosis 50 mg/L.

ABSTRACT
In the mining sector, there are two generation consists of acid mine drainage and fly ash. This purpose of this research is to study the characteristics of the coagulant produced from the fly ash activation process and analyze the optimum settling time, pH and coagulant dosages to reduce turbidity and zinc. Coagulant activation process is carried out through the process of calcination of fly ash at 550oC for 3 hours and then mixed with 2 M sulfuric acid which is then heated in condenser at 200oC for 1 hour. The characteristic of coagulant is tested through XRF and XRD after that Turbidity and zinc metal concentration is tested through turbidimeter and zinc metal concentration is tested through AAS test. Jar test is carried out by stirring at 200 rpm for 5 minutes and 45 rpm for 10 minutes. In the jar process variations of settling time were carried out at minutes 5, 15, 30 and 45, pH at pH 4.6, and 8 and the dose of coagulant at a dose of 50 mg / L, 100 mg / L, 500 mg / L, 1400 mg / L. Based on the activation process, coagulant was obtained in the form of solid mud with a Fe content of 24.73% and a dominant mineral content is procoqumbite. The results of the jar test showed that the optimum settling time og the coagulant is at 30 minutes with optimum pH at 8 with turbidity removal is 99.5% with dosage 100 mg/L dan zinc removal is 14% with dosage 50 mg/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Permata Putri
"Salah satu bukti dari tercemarnya lingkungan adalah terbentuknya air asam tambang yang dihasilkan dari pertambangan dan memiliki pH rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi tumbuhan ekor kucing (Typha Latifolia) dalam menetralisasi pH dan mengakumulasi logam berat Cadmium (Cd) pada air asam tambang. Selain itu kondisi morfologi Tumbuhan Typha latifolia juga diamati selama 28 hari untuk mengetahui resistansinya terhadap air asam tambang yang mengandung logam berat Cadmium. Dalam penelitian sampel air yang digunakan adalah air asam tambang artifisial dengan konsentrasi 5 mg/L dan 10 mg/L dengan pH 4 agar sesuai dengan kondisi aslinya. Pengujian pH dilakukan menggunakan pH meter dan akumulasi logam berat Cadmium menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Untuk mengetahui penyebab respon fisiologis tumbuhan juga dilakukan pengujian Total Nitrogen dengan metode Kjehdahl. Hasilnya tumbuhan Typha latifolia mampu meningkatkan pH dari 4 ke 7,25 untuk konsentrasi 5 mg/L dan 4 ke 7 untuk konsentrasi 10 mg/L. Selain itu Typha latifolia mampu menyisihkan logam berat dengan persentase penyisihan hingga 96%, dan memiliki nilai Bioconcetration Factor (BCF) lebih dari 1000. Pada Total Nitrogen dari Typha latifolia terjadi defisiensi hingga 85% yang menyebabkan tumbuhan mengalami klorosis. Dari hasil tersebut dapat dikatakan Typha latifolia merupakan hiperakumulator logam berat yang baik sehingga dapat digunakan sebagai agen fitoremediasi.

One of the proofs from polluted environment is the formation of acid mine drainage produced from mining and low pH. This study aims to analyze the ability of cattail plants (Typha Latifolia) as a phytoremediation agent in neutralizing pH and accumulating heavy metals Cadmium (Cd) containing in acid mine drainage. Besides, the morphological conditions of Typha latifolia plants were also observed for 28 days to determine their resistance to acid mine drainage containing heavy metal Cadmium. In this study the water sample used are artificial mine acid water with concentrations of 5 mg / L and 10 mg / L with pH 4 to illustrate the actual condition of acid mine drainage. pH testing was carried out using a pH meter and the accumulation of Cadmium using an Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). To find out the cause of the plant's physiological response, a Total Nitrogen test was also performed using the Kjehdahl method. The result is Typha latifolia plants can increase the pH from 4 to 7.25 for a concentration of 5 mg / L and 4 to 7 for a concentration of 10 mg / L. In addition, Typha latifolia is able to remove heavy metals Cadmium with a percentage of up to 96% and has a Bioconcetration Factor (BCF) value of more than 1000. For the Total Nitrogen of Typha latifolia deficiency happened to be up to 85% which causes plants to experience chlorosis. To conclude, Typha latifolia is a good heavy metal hyperaccumulator so that it can be used as a phytoremediation agent.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Research on the oil contents of microalgae i.e. Botryococcus braunii, Nannochloropsisand Spirulina platensisof different cultivation time have been done at Research Center for Marine and Fishery Product Processing and Biotechnology(RCMFPPB) Laboratory, Slipi, Jakarta. The three species of microalgae were cultivated outdoor in 100 L of seawater medium of 20 ppt salinity using sun light intensity and continuous aerations. Experiments were conducted in three replicates.
Observations on the cell growth were carried out every 2 days and the biomass were harvested on day 5, 9 and 15 and sun-dried. Oil were extracted from the dry biomass using hexane. The highest
cell density was reached by S. platensiswith 8.46 log cell/mL on day 13, while the highest growth rate was shown by S. platensiswith growth rate (k) = 9.40 on day 3. The highest yield of oil was obtained from B. brauniion day 9 which was 14.90%."
620 JPBK 6:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Khairul Hadi B
"ABSTRAK
Salah satu dampak kekurangan gizi mikro di Indonesia adalah rendahnya
tingkat kesehatan ibu hamil. Pemberian sumplemen yang mengandung omega-3
dan 6 (DHA, EPA, dan AA), dapat menjadi solusi permasalahan tersebut. Salah
satu sumber lain yang sangat potensial adalah mikroalga yang dikultivasi
heterotrof. Pada penelitian ini dilakukan kultivasi mikroalga dari spesies
S.platensis, B. braunii, C aureius, dan P.cruentum yang dikoleksi oleh Balai Besar
Bioteknologi dan Perikanan, Slipi, Jakarta. Penelitian dilakukan dari kultivasi
masing-masing mikroalga tersebut secara normal (autotrof), kemudian
dikondisikan secara heterotrof dengan pemberian glukosa 0,5 g/L. Hasil penelitian
menunjukkan spesies S.platensis, B. braunii, C aureius, dan P.cruentum memiliki
kandungan lipid berturut-turut sebesar 5,297, 0,173, 0,528 dan 2,116 (% berat
biomass kering). Kandungan DHA, EPA, dan AA dari S. platensis,B. braunii, C.
aureus dan P. cruentum berturut-turut sebesar 0,003, 0,915 .10-3, 0,682 .10-3,
0,103 .10-3, 3,228 .10-5, 2,157. 10-5, 0,323 .10-3, 0,152 .10-3, 0,120 .10-3 dan 1,380
.10-3, 0,430 .10-3, 0,401 .10-3 (mg/g biomassa kering).

ABSTRACT
One of effects in deficient of micronutrient in Indonesia is the lower level of
healthy pregnant mother. Giving suplemen containing omega-3 and omega-6
(DHA, EPA, and AA) can be solution for the problem. One of the other sources is
heterotrophic cultivated microalgae. In this study, microalgae from species S.
platensis, B. braunii, C. aureius, and P. cruentum that collected from Balai Besar
Bioteknologi dan Perikanan, Slipi, Jakarta, will be cultivated. Once each
microalgae are cultivated autotrophically, the culture were transformed to
heterotrophic condition with glucose 0.5 g/L as carbon source. Results show that
yield lipid from S.platensis, B. braunii, C aureius, and P.cruentum respectively
are 5.297, 0.173, 0.528, and 2.116 (% w/w dry biomass). Composition of DHA,
EPA, and AA from S. platensis B. braunii, C aureius, and P.cruentum
respectively are 0.003, 0.915 .10-3, 0.682 .10-3, 0.103 .10-3, 3.228 .10-5, 2.157. 10-5,
0.323 .10-3, 0.152 .10-3, 0.120 .10-3 and 1.380 .10-3, 0.430 .10-3, 0.401 .10-3 (mg/g
dry biomass).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43817
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Uswatun Hasanah
"ABSTRAK
Pengolahan air asam tambang (AAT) yang memiliki kandungan logam berat tinggi dapat memanfaatkan abu layang yang merupakan limbah B3 pembakaran batu bara di PLTU. Penelitian ini mengekstraksi abu layang dengan penambahan Na2CO3, kalsinasi, dan aktivasi asam klorida untuk meningkatkan Al3+, Fe2+, dan Fe3+. Abu layang sebelum dan setelah ekstraksi dikarakterisasi untuk mengetahui kandungan kimia dan mineralogi yang berpotensi sebagai koagulan. Percobaan ini diujikan dengan AAT artifisial untuk menganalisis efektivitas koagulasi dalam mereduksi kekeruhan dan Cu dengan parameter waktu pengendapan, pH, dan dosis koagulan. Jar test dilakukan dengan pengadukan cepat 200rpm selama 5 menit dan pengadukan lambat 45rpm selama 10 menit yang dilakukan dalam tiga tahap variasi yaitu waktu pengendapan, pH, dan dosis koagulan untuk mengetahui kondisi optimum masing-masing parameter. Dari penelitian ini diketahui bahwa reduksi kekeruhan dan Cu pada AAT artifisial optimum pada kondisi pH awal 8, waktu pengendapan 15 menit, dosis koagulan 100mg/L untuk mereduksi kekeruhan dengan 99% penyisihan dan kondisi akhir sebesar 1,19NTU, serta dosis koagulan 50mg/L untuk mereduksi Cu dengan 58% penyisihan dan konsentrasi akhir sebesar 1,98mg/L. pH akhir sampel turun setelah dikoagulasi menjadi 7,25. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstraksi abu layang dengan HCl berpotensi sebagai koagulan untuk mereduksi kekeruhan dan Cu pada AAT.

ABSTRACT
Acid mine drainage (AMD) which has high heavy metal content can utilize fly ash which is a hazardous waste from coal combustion at the power plant. In this study, fly ash was extracted with the addition of Na2CO3, calcination, and activation of hydrochloric acid to increase Al3+, Fe2+, and Fe3+. Fly ash before and after extraction is characterized to determine the chemical and mineralogical content that has the potential as a coagulant. This experiment used artificial AMD to analyze the effectiveness of coagulation in reducing turbidity and heavy metal Cu with parameters of settling time, pH, and coagulant dose. The jar test is carried out with a rapid stirring of 200rpm for 5 minutes and a slow stirring of 45rpm for 10 minutes which divided into three stages namely, deposition time, pH, and coagulant dose to determine the optimum conditions of each parameter. From the experiments it was found that the reduction of turbidity and heavy metal Cu on AMD artificial is optimum under initial pH conditions 8, settling time of 15 minutes, coagulant dose of 100mg/L to reduce turbidity by 99% removal and final condition of 1.19NTU, and coagulant dose 50mg/L to reduce heavy metal Cu with 58% removal and a final concentration of 1.98mg/L. The final pH sample drops after being coagulated to 7.25. This study indicates that the extraction of fly ash with hydrochloric acid has the potential as a coagulant to reduce turbidity and heavy metal Cu in AMD."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riezqa Andika
"Kontaktor membran serat berongga menawarkan solusi yang superior untuk pemisahan amonia karena dapat melakukan pemisahan amonia dari air limbah dalam waktu singkat bahkan dengan masukkan energi yang rendah serta menghemat tempat. Penelitian ini menggunakan membran dengan serat berjumlah 16 dengan variasi laju alir umpan 3 Lpm, 4 Lpm, dan 5 Lpm serta variasi pH absorber 2, 1, dan 0,7. Dapat terlihat semakin tinggi laju alir dan semakin asam pH maka penyisihan akan berlangsung semakin baik.

Hollow fiber membrane contactors offer a superior solution for the separation of ammonia because it can perform the separation of ammonia frow wastewater in a short time even with low energy enter and save space. This study uses membranes with fiber number 16 with variation of feed flow (3 Lpm, 4 Lpm, and 5 Lpm) and absorber pH (2, 1, and 0,7). It can be seen that the separation will better in hidh feed flow and acid pH."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S51867
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Rafiansyah Prasetyo
"Air asam tambang sudah menjadi isu yang banyak diangkat oleh para penggiat lingkungan di Indonesia maupun di mancanegara karena kandungan di dalamnya berdampak buruk dan merusak lingkungan dan ekosistem di sekitarnya. Selain itu, pengolahan air asam tambang sendiri yang ternyata mahal, membutuhkan banyak energi, dan membutuhkan waktu lama untuk dilakukan banyak perusahaan tambang di Indonesia. Air asam tambang yang tidak diolah akan menjadi aib bagi perusahaan yang tidak memenuhi baku mutu lingkungan dan air tersebut akan mencemari lingkungan yang ada. Berbagai permasalahan lingkungan dalam kegiatan usaha pertambangan seringkali menimbulkan bahaya drainase asam tambang bagi kesehatan masyarakat, biota perairan dan ekosistem di sekitar kegiatan pertambangan. Dari efek buruk drainase asam tambang, ternyata banyak manfaat dari kandungan asam tambang yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik jika diberikan reaksi yang sesuai.
Penulis menggunakan batubara jenis tambang asam karena penambangan batubara sangat lazim di Indonesia dan air tambang batubara asam memiliki pH sekitar 2,1. Dengan menerapkan metode elektrokimia, drainase asam tambang dapat menghasilkan energi melalui proses menggunakan sel elektrifikasi. Hasil dari proses elektrifikasi adalah mapu memisahkan kandungan mineral dari logam terlarut dalam air tambang batubara asam. Metode elektrifikasi dalam pengolahan air asam tambang berpotensi menjadi metode baru untuk memperoleh air yang memenuhi standar kualitas lingkungan. Selain itu, kandungan mineral logam yang terlarut dalam drainase asam tambang dapat diekstraksi kembali sebagai mineral logam yang bermanfaat. Parameter air asam tambang yang didasarkan pada kandungan energi elektrokimia merupakan paradigma baru dalam pengolahan air asam tambang.

Acid mine drainage has been a commonan issue that is widely raised by environmental activists in Indonesia and abroad because the content in it has a bad impact and damages the environment and the surrounding ecosystem. In addition, processing acid mine drainage itself is expensive, requires a lot of energy, and takes a long time to be carried out by many mining companies in Indonesia. Untreated sour mine water will become a disgrace for companies that do not meet environmental quality standards and the water will pollute the existing environment. Various environmental problems in mining business activities often cause acid mine drainage hazards to public health, aquatic biota and the ecosystem around mining activities. From the bad effects of acid mine drainage, it turns out that there are many benefits from the acid mine content which can be used as a source of electrical energy if given the appropriate reaction.
The author uses acid mining type coal because coal mining is very common in Indonesia and acid coal mine water has a pH of around 2.1. By applying electrochemical methods, acid mine drainage can generate energy through a process using electrification cells. The result of the electrification process is to separate the mineral content from dissolved metals in acid coal mine water. The electrification method in acid mine water treatment has the potential to become a new method for obtaining water that meets environmental quality standards. In addition, metal mineral content dissolved in acid mine drainage can be re-extracted as useful metal minerals. Acid mine water parameter which is based on electrochemical energy content is a new paradigm in acid mine water treatment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apep Qosim
"Minyak alga Botryococcus braunii merupakan sumber energi terbarukan. Kandungan minyak pada alga ini mencapai 75% biomassa keringnya. Kondisi pengekstrakan yang optimal dibutuhkan untuk mendapatkan minyak yang maksimal. Telah dilakukan penelitian tentang pengekstrakan minyak alga ini dengan metode sonikasi. Pelarut yang dicoba adalah air, n-hexane, methanol dan alkohol. Sedangkan, frekuensi sonikasi yang dipakai adalah + 40 kHz. Waktu sonikasi divariasikan pada saat proses ekstraksi, yaitu 15, 30 dan 45 menit. Hasilnya, pelarut yang bisa menghasilkan minyak adalah n-hexane, methanol dan alkohol. Minyak yang dihasilkan n-hexane sebesar 3%. Sedangkan dengan methanol, minyak yang didapatkan sebesar 21.25%. Untuk variasi waktu sonikasi 15, 30 dan 45 menit dengan pelarut methanol, minyak yang didapatkan adalah 21.25%, 13.75% dan 7.5%.

Oil from the Botryococcus braunii algae is a renewable energy source. Oil content in this algae can reach 75% of its dry biomass. Optimal extraction conditions are required in order to obtain the maximum oil content. Research on algae oil extraction using sonication is done using distilled water, n-hexane, methanol and alcohol as solvents. Meanwhile, the sonication frequency used is + 40 kHz. Sonication time is varied during the extraction process, with 15-, 30-, and 45- minute intervals used. The results find that the solvents that can produce algae oil are n-hexane, methanol and alcohol. Oil yielded by the n-hexane solvent amounts to 3%. While with methanol, the amount of oil obtained is 21.25%. For sonication time variation with methanol solvent, the amount of oil obtained using 15-, 30-, and 45-minute intervals are 21.25%, 13.75% and 7.5% respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>