Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161720 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fransiscus Benhardi Wastuwidya
"ABSTRAK
Air asam tambang (AAT) merupakan salah satu dampak negatif dari kegiatan
pertambangan yang dapat menyebabkan masalah lingkungan dan memerlukan
penanganan yang efisien dan efektif. Pemanfaatan mikroalga dalam remediasi atau
fikoremediasi merupakan sebuah alternatif pengolahan AAT, namun memiliki
keterbatasan aplikasi. Kendala pada aplikasi fikoremediasi AAT adalah karateristik dari
air limbah yang membatasi pertumbuhan mikroalga, dimana air asam tambang memiliki
kandungan logam yang tinggi, serta pH rendah. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui potensi pertumbuhan mikroalga Botryococcus braunii sebagai agen
fikoremediasi AAT. Eksperimen dilakukan dengan melakukan kultivasi mikroalga
Botryococcus braunii pada AAT pada 5 photobioreactor (PBR) dengan variasi
konsentrasi AAT (v v) 0, 2,5, 3, 3,5, 4, dan dilakukan kajian hubungan antara
pertumbuhan mikroalga dengan konsentrasi logam Fe dan Mn, serta pH pada AAT.
Botryococcus braunii menunjukkan laju pertumbuhan berbeda, dengan nilai berurutan
dari konsentrasi AAT terendah sebesar 0,0862 hari, 1,403 hari, 1,374 /hari, 0,0738 hari,
dan 0,0616 hari, dengan variasi fase pertumbuhan. Penyisihan logam Fe dengan nilai
berurutan dari konsentrasi AAT terendah sebesar 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 dan
84,29, dan penyisihan logam Mn sebesar 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 dan 84,29.
Diketahui pula pH masing-masing media dengan dengan nilai berurutan dari konsentrasi
AAT terendah sebesar 8,0, 7,7, 7,7, 7,5, dan 7,5. Hasil penelitian ini menunjukkan
mikroalga Botryococcus braunii yang teraklimatisasi pada media AAT memiliki potensi
sebagai bahan yang ekonomis dan berkelanjutan untuk menjadi agen remediasi AAT.

ABSTRACT
Acid mine drainage (AMD) is one of negative impact on the mining industry, which can
cause an environmental problem and requires an efficient and effective treatment system.
Utilization of microalgae for remediation, or phycoremediation, is an alternative for
AMD treatment, but it has limited applications. Limitation in phycoremediation is the
characteristics of AMD that are not suitable for microalgae cultivation, due to its high
metal concentration and low pH. This research was conducted by cultivating
Botryococcus braunii microalgae on AMD with 5 photobioreactors (PBR) with variation
in AMD concentration of (v v) 0, 2,5, 3, 3,5, 4, and the relationship between
microalgae growth with Fe and Mn concentration and pH on AMD was conducted.
Botryococcus braunii showed different growth rate with values sequentially from the
lowest AMD concentration is 0,0862 day, 1,403 day, 1,374 day, 0,0738 day, and
0,0616 /day, with variations on growth phase. Removal efficiency of Fe with values
sequentially from the lowest AMD concentration is 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 and
84,29 and removal efficiency of Mn is 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 and 84,29.
It is also known pH value sequentially from the lowest AMD concentration is 8,0, 7,7,
7,7, 7,5, and 7,5. This research shows that Botryococcus braunii acclimatized on AMD
media has the potential to become an economical and sustainable material for AMD
remediation.
"
2020
T55196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Pretty Ariantika Sabidi
"ABSTRAK
Sebagai Air Asam Tambang (AAT) diakui sebagai salah satu masalah lingkungan yang serius di industri pertambangan. Dampak lingkungan, bagaimanapun, dapat diminimalkan pada tiga tingkatan dasar: melalui pencegahan primer dari proses asam-pembangkit; kontrol sekunder, yang melibatkan penyebaran langkah-langkah pencegahan migrasi drainase asam; dan kontrol tersier, atau pengumpulan dan pengolahan limbah. Di masa kini, pengolahan AAT sering membutuhkan lebih dari satu bahan kimia atau sistem dalam rangka untuk menemukan metode biaya yang paling efektif, dan juga untuk memenuhi batas limbah lebih ketat. Untuk mengatasi itu, elektrokoagulasi (EC) dapat menjadi jawaban potensi masalah lingkungan yang berhubungan dengan AAT.
Skripsi ini meneliti hubungan antara parameter operasi, seperti pH, konsentrasi awal, durasi pengobatan, rapat arus, dan konduktivitas pada drainase tambang asam sintetis dalam proses batch elektrokoagulasi. EC reaktor dioperasikan pada berbagai tegangan (38, 25 dan 15 V) dan 3 mm jarak antar elektrode. Untuk solusi dengan 1000 mg / L sulfat, penghapusan polutan yang tinggi (99,5% selama 30 detik waktu kontak dan 99.8% untuk 60 detik waktu kontak) tercapai. pH awal adalah 2,6 dengan pH akhir 3,6, dan konduktivitas berkisar 928-1174 mikro semen.
Selama proses EC kondisi ini, studi tentang pemisahan logam berat seperti besi (Fe) dan aluminium (Al) dilakukan dengan konsentrasi awal yang berbeda di kisaran 250, 500 dan 1000 mg / L konsentrasi sulfat dan 200 mg / L untuk konsentrasi aluminium. Dari kondisi operasi itu ditemukan bahwa tingkat penghapusan berkisar antara 57% sampai 99%. Itu juga menemukan bahwa pH adalah parameter kunci dalam mekanisme koagulasi dalam elektrokoagulasi.

ABSTRACT
As Acid mine drainage (AMD) is recognised as one of the more serious environmental problems in the mining industry. Its environmental impact, however, can be minimised at three basic levels: through primary prevention of the acid-generating process; secondary control, which involves deployment of acid drainage migration prevention measures; and tertiart control, or the collection and treatment of effluent. Today‟s AMD treatment situations often require more than one chemical or system in order to find the most cost effective method, and also to satisfy more stringent effluent limits. To overcome that, electrocoagulation (EC) may be a potential answer to these environmental problems dealing with AMD.
This thesis investigates the relation of the operating parameters, such as pH, initial concentration, duration of treatment, current density, and conductivity on a synthetic acid mine drainage in the batch electrocoagulation process. The EC reactor was operated at various voltages (38, 25 and 15 V) and 3 mm interelectrode distance. For solutions with 1000 mg/L sulphate, high pollutant removal (99.5% for 30 second contact time and 99.8% for 60 second contact time) were achieved. Initial pH was 2.6 with the final pH of 3.6, and conductivity ranged from 928 to 1174 μS.
During the EC process under these conditions, the study of the heavy metal separation such as iron (Fe) and aluminium (Al) were conducted with different initial concentrations in the range of 250, 500 and 1000 mg/L for sulphate concentration and 200 mg/L for aluminium concentration. From these operating conditions it is found that the removal rate ranges from 57% to 99%. It was also found that pH is a key parameter in coagulation mechanism in electrocoagulation."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57829
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Permata Putri
"Salah satu bukti dari tercemarnya lingkungan adalah terbentuknya air asam tambang yang dihasilkan dari pertambangan dan memiliki pH rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi tumbuhan ekor kucing (Typha Latifolia) dalam menetralisasi pH dan mengakumulasi logam berat Cadmium (Cd) pada air asam tambang. Selain itu kondisi morfologi Tumbuhan Typha latifolia juga diamati selama 28 hari untuk mengetahui resistansinya terhadap air asam tambang yang mengandung logam berat Cadmium. Dalam penelitian sampel air yang digunakan adalah air asam tambang artifisial dengan konsentrasi 5 mg/L dan 10 mg/L dengan pH 4 agar sesuai dengan kondisi aslinya. Pengujian pH dilakukan menggunakan pH meter dan akumulasi logam berat Cadmium menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Untuk mengetahui penyebab respon fisiologis tumbuhan juga dilakukan pengujian Total Nitrogen dengan metode Kjehdahl. Hasilnya tumbuhan Typha latifolia mampu meningkatkan pH dari 4 ke 7,25 untuk konsentrasi 5 mg/L dan 4 ke 7 untuk konsentrasi 10 mg/L. Selain itu Typha latifolia mampu menyisihkan logam berat dengan persentase penyisihan hingga 96%, dan memiliki nilai Bioconcetration Factor (BCF) lebih dari 1000. Pada Total Nitrogen dari Typha latifolia terjadi defisiensi hingga 85% yang menyebabkan tumbuhan mengalami klorosis. Dari hasil tersebut dapat dikatakan Typha latifolia merupakan hiperakumulator logam berat yang baik sehingga dapat digunakan sebagai agen fitoremediasi.

One of the proofs from polluted environment is the formation of acid mine drainage produced from mining and low pH. This study aims to analyze the ability of cattail plants (Typha Latifolia) as a phytoremediation agent in neutralizing pH and accumulating heavy metals Cadmium (Cd) containing in acid mine drainage. Besides, the morphological conditions of Typha latifolia plants were also observed for 28 days to determine their resistance to acid mine drainage containing heavy metal Cadmium. In this study the water sample used are artificial mine acid water with concentrations of 5 mg / L and 10 mg / L with pH 4 to illustrate the actual condition of acid mine drainage. pH testing was carried out using a pH meter and the accumulation of Cadmium using an Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). To find out the cause of the plant's physiological response, a Total Nitrogen test was also performed using the Kjehdahl method. The result is Typha latifolia plants can increase the pH from 4 to 7.25 for a concentration of 5 mg / L and 4 to 7 for a concentration of 10 mg / L. In addition, Typha latifolia is able to remove heavy metals Cadmium with a percentage of up to 96% and has a Bioconcetration Factor (BCF) value of more than 1000. For the Total Nitrogen of Typha latifolia deficiency happened to be up to 85% which causes plants to experience chlorosis. To conclude, Typha latifolia is a good heavy metal hyperaccumulator so that it can be used as a phytoremediation agent.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Research on the oil contents of microalgae i.e. Botryococcus braunii, Nannochloropsisand Spirulina platensisof different cultivation time have been done at Research Center for Marine and Fishery Product Processing and Biotechnology(RCMFPPB) Laboratory, Slipi, Jakarta. The three species of microalgae were cultivated outdoor in 100 L of seawater medium of 20 ppt salinity using sun light intensity and continuous aerations. Experiments were conducted in three replicates.
Observations on the cell growth were carried out every 2 days and the biomass were harvested on day 5, 9 and 15 and sun-dried. Oil were extracted from the dry biomass using hexane. The highest
cell density was reached by S. platensiswith 8.46 log cell/mL on day 13, while the highest growth rate was shown by S. platensiswith growth rate (k) = 9.40 on day 3. The highest yield of oil was obtained from B. brauniion day 9 which was 14.90%."
620 JPBK 6:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Khairul Hadi B
"ABSTRAK
Salah satu dampak kekurangan gizi mikro di Indonesia adalah rendahnya
tingkat kesehatan ibu hamil. Pemberian sumplemen yang mengandung omega-3
dan 6 (DHA, EPA, dan AA), dapat menjadi solusi permasalahan tersebut. Salah
satu sumber lain yang sangat potensial adalah mikroalga yang dikultivasi
heterotrof. Pada penelitian ini dilakukan kultivasi mikroalga dari spesies
S.platensis, B. braunii, C aureius, dan P.cruentum yang dikoleksi oleh Balai Besar
Bioteknologi dan Perikanan, Slipi, Jakarta. Penelitian dilakukan dari kultivasi
masing-masing mikroalga tersebut secara normal (autotrof), kemudian
dikondisikan secara heterotrof dengan pemberian glukosa 0,5 g/L. Hasil penelitian
menunjukkan spesies S.platensis, B. braunii, C aureius, dan P.cruentum memiliki
kandungan lipid berturut-turut sebesar 5,297, 0,173, 0,528 dan 2,116 (% berat
biomass kering). Kandungan DHA, EPA, dan AA dari S. platensis,B. braunii, C.
aureus dan P. cruentum berturut-turut sebesar 0,003, 0,915 .10-3, 0,682 .10-3,
0,103 .10-3, 3,228 .10-5, 2,157. 10-5, 0,323 .10-3, 0,152 .10-3, 0,120 .10-3 dan 1,380
.10-3, 0,430 .10-3, 0,401 .10-3 (mg/g biomassa kering).

ABSTRACT
One of effects in deficient of micronutrient in Indonesia is the lower level of
healthy pregnant mother. Giving suplemen containing omega-3 and omega-6
(DHA, EPA, and AA) can be solution for the problem. One of the other sources is
heterotrophic cultivated microalgae. In this study, microalgae from species S.
platensis, B. braunii, C. aureius, and P. cruentum that collected from Balai Besar
Bioteknologi dan Perikanan, Slipi, Jakarta, will be cultivated. Once each
microalgae are cultivated autotrophically, the culture were transformed to
heterotrophic condition with glucose 0.5 g/L as carbon source. Results show that
yield lipid from S.platensis, B. braunii, C aureius, and P.cruentum respectively
are 5.297, 0.173, 0.528, and 2.116 (% w/w dry biomass). Composition of DHA,
EPA, and AA from S. platensis B. braunii, C aureius, and P.cruentum
respectively are 0.003, 0.915 .10-3, 0.682 .10-3, 0.103 .10-3, 3.228 .10-5, 2.157. 10-5,
0.323 .10-3, 0.152 .10-3, 0.120 .10-3 and 1.380 .10-3, 0.430 .10-3, 0.401 .10-3 (mg/g
dry biomass).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43817
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riezqa Andika
"Kontaktor membran serat berongga menawarkan solusi yang superior untuk pemisahan amonia karena dapat melakukan pemisahan amonia dari air limbah dalam waktu singkat bahkan dengan masukkan energi yang rendah serta menghemat tempat. Penelitian ini menggunakan membran dengan serat berjumlah 16 dengan variasi laju alir umpan 3 Lpm, 4 Lpm, dan 5 Lpm serta variasi pH absorber 2, 1, dan 0,7. Dapat terlihat semakin tinggi laju alir dan semakin asam pH maka penyisihan akan berlangsung semakin baik.

Hollow fiber membrane contactors offer a superior solution for the separation of ammonia because it can perform the separation of ammonia frow wastewater in a short time even with low energy enter and save space. This study uses membranes with fiber number 16 with variation of feed flow (3 Lpm, 4 Lpm, and 5 Lpm) and absorber pH (2, 1, and 0,7). It can be seen that the separation will better in hidh feed flow and acid pH."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S51867
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Rafiansyah Prasetyo
"ABSTRAK
Air asam tambang sudah menjadi isu yang banyak diangkat oleh para penggiat lingkungan di Indonesia maupun di mancanegara karena kandungan di dalamnya berdampak buruk dan merusak lingkungan dan ekosistem di sekitarnya. Selain itu, pengolahan air asam tambang sendiri yang ternyata mahal, membutuhkan banyak energi, dan membutuhkan waktu lama untuk dilakukan banyak perusahaan tambang di Indonesia. Air asam tambang yang tidak diolah akan menjadi aib bagi perusahaan yang tidak memenuhi baku mutu lingkungan dan air tersebut akan mencemari lingkungan yang ada. Berbagai permasalahan lingkungan dalam kegiatan usaha pertambangan seringkali menimbulkan bahaya drainase asam tambang bagi kesehatan masyarakat, biota perairan dan ekosistem di sekitar kegiatan pertambangan. Dari efek buruk drainase asam tambang, ternyata banyak manfaat dari kandungan asam tambang yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik jika diberikan reaksi yang sesuai. Penulis menggunakan batubara jenis tambang asam karena penambangan batubara sangat lazim di Indonesia dan air tambang batubara asam memiliki pH sekitar 2,1. Dengan menerapkan metode elektrokimia, drainase asam tambang dapat menghasilkan energi melalui proses menggunakan sel elektrifikasi. Hasil dari proses elektrifikasi adalah mapu memisahkan kandungan mineral dari logam terlarut dalam air tambang batubara asam. Metode elektrifikasi dalam pengolahan air asam tambang berpotensi menjadi metode baru untuk memperoleh air yang memenuhi standar kualitas lingkungan. Selain itu, kandungan mineral logam yang terlarut dalam drainase asam tambang dapat diekstraksi kembali sebagai mineral logam yang bermanfaat. Parameter air asam tambang yang didasarkan pada kandungan energi elektrokimia merupakan paradigma baru dalam pengolahan air asam tambang.

ABSTRACT
Acid mine drainage has been a commonan issue that is widely raised by environmental activists in Indonesia and abroad because the content in it has a bad impact and damages the environment and the surrounding ecosystem. In addition, processing acid mine drainage itself is expensive, requires a lot of energy, and takes a long time to be carried out by many mining companies in Indonesia. Untreated sour mine water will become a disgrace for companies that do not meet environmental quality standards and the water will pollute the existing environment. Various environmental problems in mining business activities often cause acid mine drainage hazards to public health, aquatic biota and the ecosystem around mining activities. From the bad effects of acid mine drainage, it turns out that there are many benefits from the acid mine content which can be used as a source of electrical energy if given the appropriate reaction. The author uses acid mining type coal because coal mining is very common in Indonesia and acid coal mine water has a pH of around 2.1. By applying electrochemical methods, acid mine drainage can generate energy through a process using electrification cells. The result of the electrification process is to separate the mineral content from dissolved metals in acid coal mine water. The electrification method in acid mine water treatment has the potential to become a new method for obtaining water that meets environmental quality standards. In addition, metal mineral content dissolved in acid mine drainage can be re-extracted as useful metal minerals. Acid mine water parameter which is based on electrochemical energy content is a new paradigm in acid mine water treatment."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apep Qosim
"ABSTRAK
Minyak alga Botryococcus braunii merupakan sumber energi terbarukan. Kandungan minyak pada alga ini mencapai 75% biomassa keringnya. Kondisi pengekstrakan yang optimal dibutuhkan untuk mendapatkan minyak yang maksimal. Telah dilakukan penelitian tentang pengekstrakan minyak alga ini dengan metode sonikasi. Pelarut yang dicoba adalah air, n-hexane, methanol dan alkohol. Sedangkan, frekuensi sonikasi yang dipakai adalah + 40 kHz. Waktu sonikasi divariasikan pada saat proses ekstraksi, yaitu 15, 30 dan 45 menit. Hasilnya, pelarut yang bisa menghasilkan minyak adalah n-hexane, methanol dan alkohol. Minyak yang dihasilkan n-hexane sebesar 3%. Sedangkan dengan methanol, minyak yang didapatkan sebesar 21.25%. Untuk variasi waktu sonikasi 15, 30 dan 45 menit dengan pelarut methanol, minyak yang didapatkan adalah 21.25%, 13.75% dan 7.5%.

ABSTRACT
Oil from the Botryococcus braunii algae is a renewable energy source. Oil content in this algae can reach 75% of its dry biomass. Optimal extraction conditions are required in order to obtain the maximum oil content. Research on algae oil extraction using sonication is done using distilled water, n-hexane, methanol and alcohol as solvents. Meanwhile, the sonication frequency used is + 40 kHz. Sonication time is varied during the extraction process, with 15-, 30-, and 45- minute intervals used. The results find that the solvents that can produce algae oil are n-hexane, methanol and alcohol. Oil yielded by the n-hexane solvent amounts to 3%. While with methanol, the amount of oil obtained is 21.25%. For sonication time variation with methanol solvent, the amount of oil obtained using 15-, 30-, and 45-minute intervals are 21.25%, 13.75% and 7.5% respectively"
2015
S59258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efitriana Wulandari
"ABSTRAK
Acid Mine Drainage (AMD) mengandung konsentrasi berbagai logam berat dan memiliki tingkat pH rendah. Dalam penelitian ini, perbandingan antara penggunaan zeolit ​​alam dan zeolit ​​disintesis untuk menghilangkan Cu2+ di AMD dilakukan. Adsorben zeolit ​​alam dibuat melalui metode pengaktifan kimia dengan menambahkan NaOH. Sementara, zeolit ​​yang disintesis dibuat dari abu terbang batubara menggunakan metode dua langkah, fusi, dan proses hidrotermal. AMD yang digunakan dalam penelitian ini dirancang secara artifisial dengan konsentrasi Cu2+ 100 ppm dan pH ± 3. Eksperimen adsorpsi dilakukan dengan menggunakan metode batch untuk mengamati parameter yang berpengaruh seperti dosis adsorben, waktu kontak, isoterm adsorben, dan kinetika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi penghilangan Cu2+ untuk zeolit ​​alam dan zeolit ​​yang disintesis adalah 98,24% dan 98,16% dengan dosis adsorben optimal masing-masing 15g/ l dan 21 g/l. Waktu kontak optimal untuk kedua adsorben adalah 120 menit. Model isoterm Langmuir melengkapi adsorpsi untuk zeolit alami ​​dan zeolit sintesis, dengan kapasitas penyerapan maksimum 67,49 mg / g dan 35,12 mg / g, dan model kinetika pseudo-first-order dan pseudo-second-order. Hasil penelitian ini bahwa efektivitas adsorpsi yang baik mensintesis zeolit. Selain itu, zeolit ​​alam dan zeolit ​​sintetis memiliki potensi besar sebagai bahan yang berkelanjutan dan ekonomis untuk ion penghilangan logam berat Cu2+ dalam air limbah.

ABSTRACT
Acid mine drainage (AMD) contains a high concentration of various heavy metals and have low pH levels. In this study, the comparison between the use of natural zeolite and synthesized zeolite for Cu2+ removal in AMD was conducted. The adsorbent of natural zeolite was prepared through a chemical activating method by adding NaOH. While, synthesized zeolite was made from coal fly ash using a two-step method, fusion, and hydrothermal process. The AMD used in this study was artificially designed with the concentration of Cu2+ 100 ppm and pH ± 3. The adsorption experiment was carried out using a batch method to observe the influential parameters such as adsorbent dosage, contact time, adsorbent isotherms, and kinetics. The result show that the removal efficiency of Cu2+ for natural zeolite and synthesized zeolite was 98,24% and 98,16 % with optimum adsorbent dose 15 g/l and 21 g/l, respectively. The optimum contact time for both adsorbents was 120 minutes. The Langmuir isotherm model fitted the adsorption for synthesized zeolite and natural zeolite, with the maximum sorption capacity of 35,12 mg/g and 67,49 mg/g, and the kinetics model of pseudo-second-order and pseudo-first-order. The result of this study that the good adsorption effectivity synthesized zeolite. Furthermore, both natural zeolite and synthesized zeolite have great potential as a sustainable and economical material for heavy metal removal ion Cu2+ in wastewater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Ekaputri Hidayat
"ABSTRAK
Salah satu solusi alternatif untuk mengurangi limbah abu di landfill adalah dengan memanfaatkan abu layang batu bara dalam menyisihkan ion logam pada limbah cair, terutama di air asam tambang (AAT). Dalam penelitian ini, zeolit disintesis dari abu layang batu bara menggunakan metode dua tahap; metode hidrotermal dan fusi. Abu layang batu bara dan zeolit yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi dan digunakan sebagai adsorben Zn dan Cu pada AAT. Percobaan adsorpsi dilakukan dengan menggunakan metode batch dalam larutan AAT sintetis untuk mempelajari parameter yang berpengaruh seperti efek variasi dosis adsorben, waktu kontak, konsentrasi polutan, kompetisi kation, isoterm dan kinetika adsorpsi, serta regenerasi adsorben. Zeolit yang disintesis dalam penelitian ini menghasilkan zeolit jenis hidroksi sodalit, yang meningkatkan luas permukaan. Diperoleh dari percobaan adsorpsi menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan Zn dan Cu oleh zeolit sintetis masing-masing adalah 95,2 dan 98,2 dalam kondisi pH 3, konsentrasi polutan awal 100 ppm, waktu kontak optimal 120 menit, dan dosis adsorben 12 dan 15 g L. Selanjutnya, pola adsorpsi kedua ion logam mengikuti model isoterm Langmuir dan model kinetika pseudo-second-order, dengan kapasitas penyerapan maksimum 18,3 dan 11,9 mg g untuk adsorpsi Zn dan Cu. Studi desorpsi menunjukkan kurang efektifnya penggunaan NaCl, HSO, dan HNO sebagai agen desorpsi untuk pemulihan logam dari proses adsorpsi. Hasil penelitian ini menunjukkan hidroksi sodalit yang disintesis dari abu layang batu bara memiliki potensi besar sebagai bahan yang ekonomis dan berkelanjutan untuk menghilangkan ion logam pada limbah AAT.

ABSTRACT
One of the alternative solution to reduce ash waste in landfills is by utilizing coal fly ash for the removal of metal ion in wastewater, especially acid mine drainage (AMD). In this study, zeolite was synthesized from coal fly ash using a two-step method, hydrothermal and fusion method. The coal fly ash and the zeolite product were characterized physically and were used for the removal of Zn and Cu in AMD. The adsorption experiment was carried out using batch method in synthetic AMD solution to study the influential parameters such as adsorbent dosage, contact time, metal concentration, competing cations, adsorbent isotherms and kinetics, and regeneration of adsorbent. The zeolite synthesized in this study resulted hydroxylsodalite zeolite type, which increased the surface area. It was revealed from the adsorption experiment that the removal efficiency of Zn and Cu respectively was 95,2 and 98,2 under the conditions of pH 3, initial metal concentration 100 ppm, optimum contact time 120 minutes, and adsorbent dose 12 and 15 g L respectively. Furthermore, the Langmuir isotherm model and the kinetics model of pseudo-second-order fitted the adsorption data better, with the maximum sorption capacity of 18,3 and 11,9 mg g for the adsorption of Zn and Cu respectively. The desorption study using NaCl, HSO, and HNO as desorption agent was not found to be effective for the metal recovery from the adsorption process. The result of this study indicate hydroxylsodalite synthesized from coal fly ash has great potential as an economical and sustainable material for the removal of metal ions in wastewater, such as AMD.
"
2019
T55158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>