Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168088 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Lidra Maribeth
"Indonesia menjadi salah satu negara dengan penyumbang angka stunting terbesar kelima di dunia.Kehamilan tidak diinginkan dapat menjadi salah satu faktor yang mungkin berperan besar dalam menyebabkan kejadian stunting pada anak usia 0-5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kehamilan tidak diinginkan dengan kejadian stunting pada anak usia 0-5 tahun. Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas) dengan metode penelitian potong lintang (cross sectional). Penelitian ini mencakup seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia yang dilaksanakan mulai dari persiapan sampai dengan analisis lanjut pada Januari 2012 – Desember 2014 dan data sekunder diproses pada tahun 2019. Sampel penelitian ini adalah wanita usia 15-49 tahun dengan anak usia 0-5 tahun di Indonesia yang berjumlah sebanyak 42.684 orang.
Hasil dari penelitian ini didapatkan hubungan kehamilan tidak diinginkan dengan kejadian stunting pada analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square, dengan nilai p 0,04 (OR: 1,059 dan 95% CI: 1,003-1,118). Pada uji multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik, hubungan kehamilan tidak diinginkan menjadi tidak signifikan dengan stunting dengan hasil p-value 0, 077  (OR: 1,051; 95% CI: 0,995-1,110). Terdapat dua variabel konfonding yaitu status ekonomi dan pendidikan yang berhubungan sginifikan dengan stunting dengan p value <0,001.
Kesimpulan : Pada analisis multivariat tidak terdapat hubungan kehamilan tidak diinginkan dengan kejadian stunting pada anak usia 0-5 tahun (nilai p> 0,05). Terdapat konfonding dalam penelitian ini yaitu pada variabel pendidikan dan status ekonomi. Pendidikan dan status ekonomi memiliki hubungan signifikan pada analisis multivariat (nilai p<0,001) dengan kejadian stunting.

Indonesia has become 5th top country with biggest stunting rate in the world. Unintended pregnancies can be one of the factors that may play a major role in causing the incidence of stunting in children aged 0-5 years. This study aims to analyze the relationship of unintended pregnancies with incidence of stunting in children aged 0-5 years. This quantitative research used secondary data from National Health Research (Riskesdas) with cross sectional research methods. This research covered all provinces and districts / cities in Indonesia which were carried out from preparation to further analysis in January 2012 - December 2014 and the secondary data was processed in 2019. The sample of this study was women aged 15-49 years old with children 0-5 years old in Indonesia which amount to 42,684 people.
Results: In bivariate analysis using chi-square test, it was found that the relationship of unintended pregnancies with stunting have a p value of 0.04 (OR: 1.059 and 95% CI: 1.003-1.118). In multivariate test using logistic regression tests, the relationship of unintended pregnancies became insignificant to stunting with p-value 0, 077 (OR: 1.051; 95% CI: 0.995-1,110). There are two confounding variabels, economic status and education related significantly to stunting with p value <0.001.
Conclusion: in multivariate analysis there was no relathionship of unintended pregnancy with stunting in children under five years old ( p value> 0.05). There is confounding in this study, the educational variable and economic status are confounding variable. Education and economic status have a significant relationship on multivariate analysis (p value< 0.001) with stunting.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T55289
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Julita Kristina E.A.
"ABSTRAK
Prevalensi stunting anak usia sekolah terjadi fluktuasi yaitu 32% tahun 2001, menjadi 30% tahun 2004, meningkat menjadi 33,4% tahun 2007, menurun kembali tahun 2010 menjadi 28,3%, namun kembali meningkat tahun 2013 menjadi 31,7%. Stunting banyak terjadi pada anak yang tinggal di daerah kumuh dengan asupan yang tidak adekuat dan infeksi penyakit berulang-ulang. Tingkat pendidikan ibu mempengaruhi pemberian makanan, dimana ibu dengan pendidikan tinggi cenderung memilih makanan yang bergizi dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan stunting pada anak usia sekolah di daerah kumuh data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan desain penelitian adalah cross sectional. Populasi adalah anak usia sekolah umur 5-18 tahun di daerah kumuh. Hasil analisis multivariat dengan cox regression, menunjukan anak usia sekolah dengan pendidikan ibu rendah memiliki peluang sebesar 1,327 (CI 95%, 1,246- 1,414) kali mengalami kejadian stunting dibandingkan dengan anak usia sekolah dengan pendidikan ibu tinggi setelah dikontrol oleh pekerjaan ayah dan pendidikan ibu yang berinteraksi dengan penyakit infeksi. Perlu dilakukannya program pendidikan pengasuhan dan pendidikan gizi masyarakat bagi ibu yang tinggal di daerah kumuh dengan cara melakukan penyuluhan dan kunjungan rumah.

ABSTRACT
Prevalence of school-age children stunting was 32% in 2001, to 30% in 2004, increased to 33.4% in 2007, decreased again in 2010 to 28.3%, but increased again in 2013 to 31.7%. Stunting occurs mostly in children who live in slums with inadequate intake and recurrent disease infections. The level of maternal education affects provision of food, which mother whose higher education tend to choose nutritious foods compared with mothers whose low education. This study aims to know relationship the mother education with stunting in school-age children in slum area of Basic Health Research (Riskesdas) in 2013 and research design is cross sectional. The population is school-age children 5- 18 years old in slums. The results of multivariate analysis with cox regression showed that school-age children with low mothers education had a chance of 1,327 (95% CI, 1,246-1,414) times of stunting incidence compared with school-aged children with high maternal education after controlled by father's work and maternal education interact with infectious diseases. Needs to do education programs for the care and education of community nutrition for mothers who live in slums by counseling and home visits."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Syafitriani
"Indonesia termasuk dalam 17 negara yang mengalami beban ganda permasalahan gizi, salah satunya adalah stunting sebesar 37,2%, Tahun 2021 terlihat laju penurunan prevalensi stunting sudah semakin membaik terlihat data SSGI 2021 menunjukkan prevalensi stunting dari Tahun 2019 menurun 3,9% diikuti penurunan tahun 2021 menurun 3,3% dari 27,67% menjadi 24,4% di Tahun 2021. Kehamilan Tidak Diinginkan di Indonesia cenderung stagnan dan belum turun. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 memperlihatkan prevalensi KTD sebesar 15%, selanjutnya tahun 2018 Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program KKBPK (SKAP) memperlihatkan angka KTD 15%. Kehamilan tidak diinginkan menjadi faktor pemungkin dan memiliki peranan dalam menyebabkan stunting, dimulai sejak masa kehamilan seperti kesiapan untuk memiliki anak memberikan pengaruh terhadap kejadian kehamilan tidak diinginkan dan pola pengasuhan. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui hubungan kehamilan tidak diinginkan dengan kejadian stunting pada balita 12-24 bulan di Indonesia, bersifat kuantitatif menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Penelitian ini mencakup seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis data dengan menu complex samples. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan bermakna antara Kehamilan Tidak Diinginkan dengan Kejadian Stunting pada Baduta (12-24 bulan) di Indonesia pada analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square dengan nilai p 0,648 (OR: 1,054; 95%CI: 0,840 – 1,324). Pada analisis multivariat dengan menggunakan uji regeresi logistik menunjukkan Kehamilan Tidak Diinginkan memiliki pengaruh 1,287 berisiko lebih besar pada Kehamilan Tidak Diinginkan untuk menjadi Stunting dibandingkan pada Kehamilan Diinginkan (p 0,086, OR: 1,287; 95%CI: 0,965-1,716). Terdapat konfonding pada penelitian ini yaitu variabel ASI Eksklusif (aOR=1,l92: 95%CI : 0,987-1,441: p value 0,069). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Tingkat Sosial Ekonomi dan Jenis Kelamin merupakan faktor pengontrol yang mempengaruhi kejadian Stunting pada Baduta (12-24 bulan) di Indonesia, bayi yang lahir BBLR akan memiliki peluang risiko 2,508 kali lebih besar untuk menjadi stunting pada Baduta (12-24 bulan) dibanding dengan bayi lahir normal (p 0,000, OR: 2,508; 95%CI: 1,632-3,855), semakin rendah tingkat sosial ekonomi keluarga akan berisiko 2,151 kali lebih besar untuk mengalami stunting (p0,000, OR:2,151; 95%CI: 1,596-2,900), jenis kelamin laki-laki lebih memiliki kemungkinan mengalami stunting 1.309 kali berisiko dibanding anak perempuan (aOR: 1,309; 95% CI 1,090 - 1,573; pvalue = 0,004).

Indonesia is one of 17 countries that have experienied in a double burden of nutritional problems, one of which is stunting of 37.2%, In 2021, the rate of decline in the prevalence of stunting has improved, as can be seen from the 2021 SSGI data showing the prevalence of stunting from 2019 decreased by 3.9% followed by a decrease in 2021 decreased by 3.3% from 27.67% to 24.4% in 2021. Unwanted pregnancies in Indonesia tend to be stagnant and have not decreased. Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) showed an adverse event prevalence of 15%, then the Program Performance and Accountability Survey (SKAP) in 2018 showed an adverse event rate of 15%. Unwanted pregnancy is an enabling factor and has a role in causing stunting, starting from the time of pregnancy such as readiness to have children which influences the incidence of unwanted pregnancies and parenting patterns. This study aims to determine the relationship between unwanted pregnancies and the incidence of stunting in toddlers 12-24 months in Indonesia, using secondary data from Riskesdas 2018 in quantitative methods. This research covered all provinces and districts/cities in Indonesia. This research uses data analysis with complex samples menu. The result of this research showed that there was no significant relationship between unwanted pregnancy and stunting in Baduta (12-24 months) in Indonesia in bivariate analysis using the chi-square test with a p-value of p 0,648 (OR: 1,054; 95%CI: 0,840 – 1,324). In multivariate analysis using logistic regression test showed that unwanted pregnancy had a 1.287 greater risk of unwanted pregnancy becoming stunting than unwanted pregnancy (p 0,086, OR: 1,287; 95%CI: 0,965-1,716). There was a confounding in this research, namely the exclusive breastfeeding variable (aOR=1,192: 95%CI : 0,987-1,441: p value 0,069). Low Birth Weight (LBW), Socioeconomic Level and Gender are controlling factors that influence the incidence of stunting in Baduta (12-24 months) in Indonesia, the babies born with LBW will have a 2,508 times greater chance of being stunting in Baduta (12-24 months) compared to babies born normally (p 0,000, OR: 2,508; 95%CI: 1,632-3,855), the lower the socio economic level of the family, the risk is 2.151 times greater for stunting p 0,000, OR:2,151; 95%CI: 1,596-2,900), the male is more likely to experience stunting 1.309 times the risk than female (aOR: 1,309; 95% CI 1,090 - 1,573; pvalue = 0,004)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zubaidah Fitri
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Berhubungan Stunting pada Anak Usia 0-2 tahun di Indonesia. Stunting adalah keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, 2010, dan 2013 menunjukkan tidak terjadi banyak perubahan pada prevalensi balita pendek yaitu berturut-turut sebesar 36.8%, 35.6% dan 37.2%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor pada 1000 Hari Pertama Kehidupan berhubungan dengan stunting pada anak usia 0-2 tahun di Indonesia tahun 2013. Penelitian bersifat kuantitatif, dengan desain studi cross sectional menggunakan data sekunder Riskesdas Tahun 2013. Sampel penelitian ini adalah semua individu yang berusia 0-2 tahun yang menjadi responden dalam Riskesdas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat sembilan variabel yang secara bersama-sama signfikan memengaruhi stunting. Berat badan lahir merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting (OR:1.71, 95%CI:1.39-2.09). Untuk menanggulangi stunting yang terpenting adalah intervensi pada ibu pra hamil (remaja perempuan) dan ibu hamil serta melibatkan banyak sektor untuk dapat berintegrasi menyusun kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan gizi.

ABSTRACT
This study is to analyze first 1000 days factors of life Relationships with Stunting incidence on 0-2 years old children in Indonesia. Stunting is condition of children whom heights are below the standard comparing to other healthy children. RISKESDAS (Basic Health Research) data in year 2007, 2010, and 2013 show that there is no significant changes on under five years old stunting children prevalence respectively 36.8%, 35.6% and 37.2%. The objective of this study is to
find the relationship of the first 1000 days of life factors with the incidence of stuntinf in 0-2 years old children in Indonesia in year of 2013.This study is a quantitative study with cross sectional design using the secondary data from Riskesdas 2013. The subject of this study is 0-2 years old children who became a respondent in RISKESDAS. This study shows that there are nine variables that
altogether significantly effects the incidence of stunting. Birthweight is the most affected factors in the incidence of stunting (OR:1.71, 95%CI:1.39-2.09). The most important things to overcome the incidens of stunting is giving intervention to pre-pregnancy women (teenage girls) and pregnant women. Furthermore, to involve many sectors that can be integrated in making policy to enhance public prosperity trough the nutritional status development."
2015
S61213
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugrahani Meika Narvianti
"Stunting merupakan masalah gizi kronis yang diukur berdasarkan TB/U. Di Indonesia, prevalensi stunting pada balita umur (0-59 bulan) mengalami peningkatan dari tahun 2007, 2010, hingga tahun 2013. Prevalensi stunting pada balita umur (0-59 bulan) di Pulau Sulawesi mengalami peningkatan hingga 41,05 persen pada tahun 2013. Angka tersebut menggambarkan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan faktor risiko dengan kejadian stunting pada balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2013, dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 7462 balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi yang memiliki data lengkap, dan tidak mempunyai data z-score TB/U < -6SD dan > +6SD.
Hasil penelitian menunjukkan, kejadian stunting pada balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi tahun 2013 sebesar 43,3 persen. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna (nilai p ≤ 0,05) antara umur, jenis kelamin, status imunisasi dasar, berat badan lahir, pendidikan ibu, tinggi badan ibu, wilayah tempat tinggal, status ekonomi keluarga, dan fasilitas sanitasi dengan kejadian stunting pada balita umur (12-59 bulan) di Pulau Sulawesi tahun 2013. Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan terhadap faktor risiko, utamanya pencegahan primer, serta melakukan deteksi dini dengan pengukuran TB/U secara teratur.

Stunting is a chronic malnutrition measured using height-for-age indicator. In Indonesia, prevalence of stunting on under-five-children (0-59 months) increases from 2007, 2010, to 2013. Prevalence of stunting on under-five-children (0-59 months) in Sulawesi Island increases by 41,05 percent in 2013. This number indicates a serious public health problem in Sulawesi Island.
This study aims to determine the relationship between risk factors with stunting on under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island in 2013. This study uses secondary data from the Riskesdas 2013, with a cross-sectional study. The sample amounts to 7462 under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island, who have complete data, and don’t have z-score data H/A < -6SD and > +6SD.
The results of this study indicate that the occurrence of stunting on under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island in 2013 is 43,3 percent. The bivariate analysis indicates significant association (p ≤ 0,05) between age, gender, status of primary immunization, birth weight, maternal education, maternal height, region of residence, family economic status, and sanitation facilities with stunting on under-five-children (12-59 months) in Sulawesi Island in 2013. Therefore, it’s necessary to implement prevention of risk factors especially primary prevention, and early detection using height-for-age measurement frequently.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S60887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sando Pranata
"ABSTRAK
Nama : Sando PranataProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Hubungan Riwayat Penyakit Dengan Kejadian Stunting PadaAnak Berumur Dibawah Lima Tahun 0 - 59 Bulan DiIndonesia Tahun 2013 Analisis Data Riskesdas 2013 Latar Belakang : Prevalensi kejadian stunting di Indonesia masih cukup tinggi,begitu juga dengan prevalensi frekuensi penyakit ISPA, Pneumonia, TB Paru danMalaria. Semakin buruk status gizi balita akan meningkatkan frekuensi terjadinyapenyakit. Dan sebaliknya semakin sering balita menderita penyakit maka statusgizi semakin buruk dalam jangka waktu lama .Tujuan dan Metode : penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan riwayatpenyakit dengan kejadian stunting pada anak berusia dibawah 5 tahun 0 ndash; 59bulan di Indonesia pada Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunderRiskesdas Tahun 2013 dengan sampel sebanyak 68.909 balita. Variabel yangdigunakan adalah stunting, riwayat penyakit, berat lahir, umur balita, jenis kelaminbalita, imunisasi, umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, umur ayah, pendidikanayah, pekerjaan ayah, jumlah anggota keluarga dan sosial ekonomi.Hasil : Balita yang mengalami ge; 3 riwayat penyakit, sebanyak 47,4 menderitastunting. Model regresi logistik ganda memperlihatkan bahwa setelah dikontrol olehberat lahir, umur balita, jenis kelamin, pendidikan ibu, pendidikan ayah,pekerjaan ayah, anggota keluarga dan sosial ekonomi, balita yang menderita ge; 3 riwayat penyakit mempunyai resiko untuk menderita stunting 1,6 kali lebihtinggi dibandingkan dengan balita yang tidak menderita penyakit, dan 1,1 Kalidengan balita yang menderita 1 riwayat penyakit serta 1,2 kali dengan balitayang menderita 2 riwayat penyakit.Simpulan : Masalah stunting pada balita tidak sekedar masalah riwayat penyakitsaja saja melainkan berkaitan erat dengan masalah asupan gizi, lingkungan danpelayanan kesehatan sehingga dalam penanganannya memerlukan upaya lintassektor.Kata kunci : Stunting, Balita, Riwayat penyakit

ABSTRACT
Nama Sando PranataProgram Studi Public Health SciencesJudul Relationship between Medical History with Stunting Diseasein Children Aged Under Five Year 0 ndash 59 months inIndonesia in 2013 Data Analysis Riskesdas 2013 Background The prevalence of stunting incidence in Indonesia is still quite high,likewise the frequency of the prevalence of respiratory disease, pneumonia,pulmonary TB and Malaria. The worse the nutritional status of children willincrease the frequency of occurrence of the disease. And conversely the oftentoddler suffer from the disease getting worse nutritional status in the long term .Objective and Methods This study aims to analyze the relationship betweenmedical history with the incidence of stunting in children under 5 years 0 59months in Indonesia in 2013. This study uses secondary data Riskesdas in 2013with a sample of 68 909 children under five. The variables used were stunting,medical history, birth weight, age, gender toddler, immunization, maternal age,maternal education, maternal occupation, age, father, father 39 s education, father 39 soccupation, number of family members and social economy.Results Toddlers who have one history of the disease, as many as 35.9 sufferfrom stunting. Multiple logistic regression model showed that after controlled bybirth weight, age, sex, mother 39 s education, father 39 s education, father 39 s occupation,family members and social economy, children who suffering from ge 3 history ofthe disease were at risk to suffer from stunting 1,6 times higher compared withinfants who did not suffer from the disease, and 1,1 times with a toddler whosuffered first history of the disease and 1,2 times with a toddler who suffered 2history of diseaseConclusion The problem of stunting in toddler is not about disease history, butstrongly associated with the intake of nutrition, environment and health care sothat handling and requires efforts across sectors.Keywords Stunting, Toddler, medical hystory"
2017
T47235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu`ul Badriyah
"Stunting merupakan salah satu faktor yang paling signifikan menghambat pembangunan sumber daya manusia. Tujuan utama dari penelitian adalah mengetahui hubungan sanitasi dan hygiene dengan stunting pada anak usia 0-23 bulan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 9.688 anak. Penelitian ini mengolah data Riskesdas 2013 menggunakan analisis regresi logistik. Prevalensi stunting pada anak usia 0-23 bulan di Indonesia sebesar 33,3%. Hasil analisis bivariat menunjukkan stunting berhubungan signifikan dengan sumber air minum, penggunaan jamban, pembuangan air limbah, pengelolaan sampah, cuci tangan dengan sabun, dan BAB sembarangan, Dalam analisis multivariat, stunting berhubungan dengan penggunaan jamban (AOR 1,132 95% CI 1,013-1,265) dan pengelolaan sampah (AOR 1,191 95%CI 1,078-1,316). Selain itu, variabel lain yang berhubungan signifikan dengan stunting adalah usia anak, jenis kelamin, ASI eksklusif, berat lahir, tinggi ibu, dan pendidikan ibu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sanitasi dan hygiene berhubungan signifikan dengan stunting pada anak usia 0-23 bulan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya peningkatan intervensi sanitasi dan hygiene sebagai bentuk preventif terhadap stunting.
Stunting is one of the most significant factors inhibiting the development of human resources. The main objective of the study was to determine the relationship of sanitation and hygiene with stunting in children aged 0-23 months in Indonesia. This study used a cross-sectional design with a total sample of 9688 children. This research used data of Riskesdas 2013. Data analysis used regression logistic. The prevalence of stunting in children aged 0-23 months in Indonesia was 33.3%. In bivariate analysis, stunting significantly associated with sources of drinking water, use of latrines, sewage management, waste management, wash hands with soap, and open defecation. In multivariate analysis, stunting associated with latrine use (AOR 1.132 95% CI 1.013-1.265) and waste management (AOR 1.191 95% CI 1.078-1.316). In addition, other variables associated with stunting are the child's age, gender, exclusive breastfeeding, birth weight, maternal height and maternal education. The conclusion of this study is sanitation and hygiene significantly associated with stunting. Therefore, it is necessary to improve intervention of sanitation and hygiene behavior to prevent stunting"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T53652
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wa Ode Dwi Daningrat
"Stunting merupakan suatu bentuk kegagalan pertumbuhan linear yang disebabkan oleh buruknya nutrisi dan kesehatan. Stunting diukur dalam tinggi badan berdasarkan umur dengan -2 Z-score dibawah referens internasional. Stunting masih cukup serius di Indonesia dengan prevalens 37,2% pada tahun 2013. BBLR merupakan determinan penting terjadinya stunting pada anak yang mana BBLR merupakan gambaran buruknya status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia setelah dikontrol dengan variabel potensial confounder lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional study dengan menggunakan data Riskesdas 2013. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah stunting, dan variabel independen utama adalah BBLR dengan ASI eksklusif, urutan kelahiran, imunisasi, jenis kelamin, konsumsi kapsul vitamin A, usia ibu saat melahirkan, status sosial ekonomi, jumlah anggota keluarga, status stunting saat lahir, panjang badan lahir dan kepemilikan KMS sebagai variabel potensial confounder. Hasil analisis menunjukan BBLR berhubungan secara signifikan dan independen dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 Bulan di Indonesia. Anak yang lahir BBLR memiliki peluang 1,5 (95% CI: 1,14 - 2,07) kali untuk stunting dibandingkan anak yang lahir dengan berat badan normal.

Stunting is a linier growth failure caused by inadequate nutrition and health. Stunting is defined as height for age with Z-score below -2 SD according to international reference. Stunting is still a serious health problem in Indonesia with a prevalence of 37,2% in 2013. LBW is an important determinant of stunting in children as LBW represents poor maternal nutritional status before and during pregnancy. The main objective of the study is to determine the relationship between LBW and stunting in children age 6-23 months in Indonesia after controlling by other potential confounding factors. This study is a cross-sectional study of Indonesia Basic Health Research data in 2013. Stunting is a dependent variable in this study, and LBW as the main independent variable with Exclusive Breastfeeding, Birth Order, Immunization, Gender, Vitamin A Supplementation, Mother's Age At Birth, Social Economy Status, Family Size, Stunting at Birth Status, Birth Length, and Growth Chart Ownership as potential confounding factors. The results of the analysis shows that LBW are independently and significantly correlated with stunting in children age 6-23 months in Indonesia. children born with LBW has an odds 1.5 (95% CI: 1.14 - 2.07) to be stunted compared to children with normal birth weight."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44226
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairissa muthia, Author
"Latar belakang: Stunting masih menjadi salah satu masalah gizi kronis dengan prevalensi yang cukup tinggi di dunia. Saat ini, di Indonesia, prevalensi kondisi stunting masih melebihi batasan dari ketentuan WHO (World Health Organization) yaitu ambang batas prevalensi masalah stunting sebesar <20%. Penyakit karies dan status gizi seseorang dapat saling berhubungan satu sama lain. Karies gigi sulung yang tidak dirawat dapat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Tujuan: Mengetahui prevalensi stunting dan karies pada anak usia 5 tahun di Indonesia serta melihat hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dengan stunting anak usia 5 tahun. Metode: Penelitian cross-sectional pada 410 anak berusia 5 tahun melalui kuisioner data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dan pemeriksaan klinis gigi. Hasil: Prevalensi stunting pada 410 anak usia 5 tahun adalah 25,4%. Tingkat keparahan karies paling banyak ditemukan pada kategori S-ECC sebesar 260 anak (63,5%). Berdasarkan uji Chi-square, terdapat hubungan (p= 0,001) antara stunting dengan tingkat pendidikan orang tua dan sosial ekonomi. Tidak terdapat hubungan antara karies dengan stunting. Kesimpulan:Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan orang tua dan status sosioekonomi dengan status gizi berupa stunting.

Background: Stunting, is one of the chronic malnutrition problems with a relatively high prevalence in the world. Nowadays, in Indonesia, the prevalence of stunting conditions still exceeds the limits of threshold prevalence of the World Health Organization (WHO) provisions which is <20%. Caries disease and nutritional status can be related to one another. Untreated caries in deciduous teeth can affect a nutritional status in individuals. Objective: This study aims to determine the prevalence of stunting and caries disease of 5 year old children in Indonesia and to determine the relationship between oral health status with stunting of 5 year-old children. Method: A cross-sectionl study of 410 children aged 5 years old through clinical tooth examinations and questionnaire of National Health Survey 2018. Results: The prevalence of stunting in 410 children aged 5 years old was 25,4%. Caries severity was mostly found in the S-ECC category of 260 children (63,5%). Based on the Chi-square test, there is a correlation (p=0,001) between stunting with the level of parenteral education and sosioeconomic status. There is no correlation between caries and stunting. Conclusion: There is a significant correlation between the level of parenteral education and socioeconomic status with nutritional status in the form of stunting."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sufinah
"Stunting tidak hanya terjadi selama 1000 hari pertama kehidupan, tetapi juga pada remaja yang merupakan periode tercepat kedua pertumbuhan setelah bayi. Bila remaja perempuan mengalami stunting kemungkinan akan melahirkan bayi dengan panjang lahir kurang dari normal, yang nanti akan menjadi remaja stunting juga. Kondisi ini berbahaya karena dapat terjadi stunting lintas generasi bila tidak dilakukan intervensi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada remaja perempuan di Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2013 dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 1.785 remaja perempuan berusia 10 ndash; 18 tahun di Indonesia yang menjadi sampel Riskesdas 2013 dengan memiliki data lengkap.
Hasil penelitian menunjukkan kejadian stunting pada remaja perempuan 10 ndash; 18 tahun di Indonesia tahun 2013 sebesar 31,4 persen. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna nilai p le; 0,05 antara tingkat pendidikan ibu, status ekonomi keluarga, jumlah anggota keluarga dan wilayah tempat tinggal dengan kejadian stunting pada remaja perempuan 10 ndash; 18 tahun di Indonesia tahun 2013. Perlunya upaya preventif primer dalam meningkatkan pengetahuan pada kelompok ibu tentang tumbuh kembang anak dan meningkatkan program SUN dalam intervensi sensitif.

Stunting not only occurs in the first 1000 days of life, also in adolescents which is the second fastest growing period after the baby. When a adolescent girls have stunting it is likely to give birth to a baby with less than normal birth length, which will later become a stunting adolescent as well. This condition is dangerous because stunting can occur across generations if not intervened.
The purpose of this study is to determine the factors associated with stunting incidence in adolescent girls in Indonesia in 2013. This study uses secondary data of Riskesdas 2013 with cross sectional design. The sample of this study is 1,785 adolescent women aged 10 18 years in Indonesia which become sample of Riskesdas 2013 with complete data.
The results of the study showed that stunting incidence in adolescent girls 10 18 years in Indonesia in 2013 was 31.4 percent. The results of bivariate analysis show a significant relationship p value
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S69094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>