Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89821 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chantika Nurmadhany
"Rumah merupakan suatu entitas dengan karakter yang dapat membuat manusia nyaman dan merasa aman. Ketika narasi dalam film horor menggunakan rumah sebagai latar utama, keberadaannya memberikan efek yang lebih menegangkan karena rumah merupakan media yang sangat dekat dengan manusia dan memiliki ingatan tersendiri. Film horor memiliki elemen unik yang berbeda dengan genre film lainnya karena pendekatan emosional yang membuat penontonnya merasakan ketegangan, ketakutan, dan suasana tegang yang diatur oleh visual dan audio capture. Film yang merupakan media penyampaian informasi dan penyalur pesan dan emosi memiliki kemampuan untuk memanipulasi ruang sehingga narasi yang disampaikan lebih terkontrol dan pesan yang terkandung lebih mudah diterima. Dari kemampuan ini, film dan arsitektur terkait dalam beberapa konsep. Penulisan ini dilakukan dengan membandingkan 3 film horor Indonesia dengan rumah sebagai setting utamanya. Perbandingan dilakukan dengan membahas pola pada setiap elemen film horor sehingga dapat dianalisis hubungan antara elemen spasial rumah dengan interioritas apa yang terdapat dalam film tersebut.

The house is an entity with character that can make humans comfortable and feel safe. When the narration in a horror film uses a house as the main setting, its existence gives a more tense effect because the house is a medium that is very close to humans and has its own memories. Horror films have unique elements that are different from other film genres because of the emotional approach that makes the audience feel tension, fear, and a tense atmosphere that is governed by visual and audio capture. Film, which is a medium for conveying information and channeling messages and emotions, has the ability to manipulate space so that the narrative conveyed is more controlled and the message contained is easier to accept. Of these capabilities, film and architecture are related in several concepts. This writing is done by comparing 3 Indonesian horror films with the house as the main setting. The comparison is done by discussing the pattern in each element of the horror film so that it can be analyzed the relationship between the spatial elements of the house and what interiority is contained in the film.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suma Riella Rusdiarti
"Salah satu cerita yang paling klasik dalam film horor adalah rumah angker atau haunted house. Disertasi ini berusaha mengungkap kaidah genre dan makna das Unheimliche dalam empat film horor rumah angker Indonesia, yaitu Rumah Pondok Indah, Pocong 2, Hantu Rumah Ampera, dan Rumah Kentang, menggunakan metode kajian sinema dengan pendekatan genre. Analisis tekstual keempat film menemukan model alur perpindahan sebagai struktur naratif dan dominasi tokoh- tokoh dunia supranatural. Pemaknaan mendalam dan kontekstual dengan konsep psikonalisis das Unheimliche Sigmund Freud, mengungkapkan berbagai ketakutan mendalam keluarga dan masyarakat perkotaan, serta kondisi ketidakpastian dalam berbagai lapisan. Kesimpulan dari keseluruhan analisis memperlihatkan kekhasan kaidah genre dan makna das Unheimliche film horor rumah angker Indonesia.

One of the classical stories in horror films is the haunted house. This dissertation tries to expose rules of genre and meaning of das unheimlich in four Indonesian haunted house horror films Rumah Pondok Indah, Pocong 2, Hantu Rumah Ampera, and Rumah Kentang, using a genre approach in cinema studies. Textual analysis of four films finds a displacement plot model as a narrative structure and the domination ofsupernatural figures. Depth and contextual meanings to the concept of Sigmund Freud rsquo s das Unheimliche, revealsed various deep fears of family and urban communities as well as uncertainties in the various layers. The conclusion of the whole analysis shows the peculiarities of the rules of the genre and meaning of das Unheimliche in Indonesian haunted house horror films.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ridwan Noer
"Trailer film horor Indonesia kurang mendapatkan perhatian sebagai bahan penelitian. Padahal, trailer merupakan sarana beriklan paling komprehensif dari sebuah film, di mana berbagai hal penting disajikan di dalamnya. Studi ini berupaya menguraikan bagaimana ketakutan dibangun di dalam trailer film horor Indonesia dan membandingkan cara membangun narasi dalam trailer tersebut. Riset analisis konten secara kualitatif dilakukan terhadap 10 trailer dari film yang mampu meraih minimal 1 juta penonton dari tahun 2017 hingga tahun 2018. Penelitian ini menemukan bahwa ketakutan dibangun melalui efek suara dan cahaya dengan narasi yang dibangun dalam tiga babak: pengenalan, konflik, dan klimaks. Ada metafora ‘pintu’ yang dipakai untuk memperlihatkan pemisahan dunia manusia dan dunia ‘lain’. Narasi memasukkan unsur legenda urban, mitos, kepercayaan masyarakat setempat. Daya tarik bintang dalam trailer film juga tidak hanya artis pemeran utama, namun bisa juga sutradara film tersebut. 

Indonesian horror movie trailers get less attention for research. However, the trailer is the most comprehensive ad for a movie, in which crucial details are presented. The present study aims to understand how fear is instilled in Indonesian horror movie trailers and compare the ways a narrative is presented in each of them. This qualitative content analysis research examines ten trailers advertising ten Indonesian horror movies that reached one million viewers count from 2017 up to 2018. The research found that fear is built up within three stages; introduction, conflict, and climax. There is a ‘door’ metaphor used to show the separation of human world and the world of ‘others’. The narrative inserts urban legend, myths, and local beliefs. Star power in the movie trailers not only belongs to the actors/actresses, but also to the directors of the movie."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tyasyifa Wimahavinda Kardono
"Genre horor terkenal atas penggambaran seksis terhadap tokoh perempuan, yang sangat memberlakukan stereotip gender tradisional. Tulisan ini menganalisis Goosebumps (2015) dan Goosebumps: Haunted Halloween (2018), yang merupakan film adaptasi dari seri buku horor R.L. Stine. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemungkinan penggambaran para tokoh utama perempuan dan tokoh utama laki-laki yang menentang stereotip gender konvensional dan memastikan agensi tokoh utama perempuan karena film horor cenderung mengobjektifikasi tokoh perempuan. Tugas akhir ini menggunakan teori true cult of womanhood oleh Welter (1966) dan teori male gender role identity oleh Pleck (1981) serta teori representasi oleh Hall (1997) untuk menganalisis percakapan dan interaksi para karakter, serta agensi tokoh utama perempuan dalam dua film ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggambaran tokoh utama perempuan dan tokoh utama laki-laki dalam film-film ini masih sesuai dengan stereotip gender tersebut. Selain itu, terdapat ambivalensi karena teks sering bertentangan dengan penggambaran karakter pada bagian awal dan akhir dalam kedua film tersebut, sehingga mereka digambarkan sebagai tokoh utama perempuan dan tokoh utama laki-laki yang konvensional. Para tokoh utama perempuan pada awalnya digambarkan sebagai sosok yang berdaya dan mandiri, namun seiring berjalannya cerita, mereka menjadi karakter yang membutuhkan bantuan dan dukungan dari tokoh utama laki-laki dalam mengatasi masalah.

The horror genre is notorious for sexist depictions of female heroines, which heavily imposes traditional gender stereotypes. This paper analyses Goosebumps (2015) and Goosebumps: Haunted Halloween (2018), which are the movie adaptations of R.L. Stine’s horror book series. It aims to see the possibility of the female heroines and male heroes to defy conventional gender stereotypes and determine the female heroines’ agency as horror movies tend to objectify the female characters. This paper uses the cult of true womanhood theory by Welter (1966) and male gender role identity theory by Pleck (1981) as well as representation theory by Hall (1997) to analyse the conversation and interaction of the characters, as well as the agencies of the female heroines in these two movies. This research shows that the female heroines and male heroes in these movies still conform to these gender stereotypes. Moreover, an ambivalence is apparent as the text often contradicts the portrayals of the characters in the earlier part of the two films and the endings, as a result depicting them as conventional male heroes and female heroines. The female heroines at first are depicted as empowered and independent, but as the story progresses, they become characters that need male heroes’ help and support to overcome problems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ryfa Albanin Hamid
"Interioritas sebagai bagian dari keseharian individu, merupakan esensi terbentuknya makna dan pengalaman seseorang terhadap ruang yang dihuninya. Persoalan keterbatasan ruang, membuat kampung padat memiliki pola keseharian yang unik dan dengan dinamika tinggi. Keunikan interioritas kampung padat merupakan tantangan tersendiri terhadap upaya intervensi spasial yang dilakukan pada konteks tersebut.
Tugas akhir ini berisi tentang upaya menerapkan mekanisme aliran fluida sebagai metode dalam merespons konteks kampung padat Manggarai yang memiliki praktik keseharian yang sangat fluid.

Interiority as part of our daily life, is the essence of the formation of meaning and experiences of individuals in the space they inhabit. The issue of space limitations, making high-density kampong has a unique pattern and high dynamics of everyday spatial practice. The uniqueness of interiority in highdensity kampong itself is a challenge for any spatial interventions implemented in that context.
This project is about the implementation of applying the fluid flow mechanism as a method to respond to the context of a high-density kampong in Manggarai which has a very fluid everyday practice.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Inaka Sabilla
"Dalam menyusun subtitle bahasa sasaran, tahap tahap yang tepat harus dipertimbangkan untuk menjaga orisinalitas dan keterbacaan film. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengidentifikasi strategi subtitle dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia yang digunakan dalam Frozen 2 (2019) dan menentukan bagaimana penerjemah menghindari pelanggaran batasan teknis media audiovisual. Studi ini melaporkan dengan melakukan analisis kualitatif deskriptif pada strategi subtitling dengan total data 300 layar. Kerangka teoritis dari penelitian ini didasarkan pada klasifikasi Henrik Gottlieb tentang strategi subtitling antarbahasa dan dimensi teknis media audiovisual yang dikemukakan oleh Cintas dan Ramael. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari sepuluh strategi, terdapat tujuh kriteria Gottlieb yang ada pada subtitle bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dari Frozen 2 dan strategi yang paling sering digunakan adalah transfer. Sementara itu, strategi jarang digunakan adalah strategi resignation dan strategi dislocation. Selain itu, penerjemah mempertahankan maksimal dua baris, 57 karakter dalam satu layar dan setiap layar memiliki durasi rata-rata tiga detik. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerjemah menjaga orisinalitas dan keterbacaan subtitle bahasa Indonesia Frozen 2 dengan menggunakan strategi yang tepat dan memperhatikan batasan teknis pada subtitle Frozen 2.

In constructing the subtitle of the target language, a proper measure should be considered in order to maintain the originality and the readability of the movie. This study was an attempt to identify the subtitling strategies from English into Indonesian employed in Frozen 2 (2019) and determine how the translator avoided breaching the technical limitation of audiovisual media. The study reports on a descriptive qualitative analysis of subtitling strategies with 300 screens. The theoretical framework of the present study was based on Henrik Gottlieb's classifications of interlingual subtitling strategies and Cintas and Ramael's technical dimensions of audiovisual media. The result of the present study showed that out of 10, seven Gottlieb's criteria are applicable to English into Indonesian subtitling of Frozen 2 and the most frequent strategy is transfer, and the inapplicable strategies are resignation and dislocation. In addition, the translator maintained the maximum of two lines, 57 characters in one screen and each screen had an average of three seconds to appear. From this research, it can be concluded that the translator maintained the originality and readability of the Indonesian subtitle of Frozen 2 by heeding to the technical limitation of Frozen 2."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stine, R.L.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama , 2019
813.54 STI g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gea Rexy Pradipta
"Penelitian ini mencoba untuk mencari penyebab turunnya jumlah penonton film horor Indonesia yang terjadi dari tahun 2010 sampai 2015 dari sudut pandang pelaku industri sekaligus penonton. Penelitian mengenai film horor Indonesia sering dikaji dari sisi konten atau penonton, sementarapenelitian ini secara komprehensif mengkaji film horor Indonesia pada empat sektor yang menjadi sistem penghidup industri film yakni produksi, distribusi, eksebisi, dan konsumsi. Tiga film horor Indonesia, Badoet, Déjàvu: Ajian Puter Giling, dan Midnight Show menjadi objek penelitian untuk menggambarkan penyebab penurunan penonton film horor Indonesia keseluruhan. Penelitian ini menemukan bahwa penyebabturunnya jumlah penonton film horor Indonesia tidak hanya sekedar faktor penonton di sektor konsumsi yang enggan membeli tiket, tapi ada bebera faktor lain yang mempengaruhi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan paradigma interpretatif. Dengan metode tersebut, penelitian ini melihat secara komprehensif dan lebih dalam permasalahan film horor Indonesia dalam konteks makro serta mikro.

This research tried to find the reasons of Indonesia horror film audience drop at 2010-2015 from the industry and audience perspective. Researches about Indonesia horror film have been done in content or audience side. Yet, this research will be seen Indonesia horror film in a wider side, which are production, distribution, exhibition, and consumption at once. Three Indonesia horror movie, Badoet, Déjàvu: Ajian Puter Giling, and Midnight Show became research?s object to illustrated the cause of why Indonesia Horror Movie have audience drop in these recent years. This research finds that the cause of audience drop is not only from the consumption factor, but from other factors too that responsible. This research uses a qualitative method and interpretative paradigm. That method allowed this research to see the phenomena comprehensively and deep of Indonesia horror film problems, either in macro and micro.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S66882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandrawati Hasanah
"Hiruk pikuk kehidupan ibukota menuntut perpindahan terjadi dengan cepat. Hal ini menjadikan ruang transisi sebagai ruang yang tidak terelakkan dalam kehidupan sehari-hari dan membentuk ruang transit sebagai ruang yang mewadahi transisi manusia dari titik A ke titik B. Fungsi dan interioritas ruang transit merupakan konsep yang bertolak belakang. Desakan kesibukan membuat fungsi dikedepankan dibanding interioritas ruang transit. Interioritas yang tidak tersampaikan memicu perilaku seenaknya dari user seperti perilaku user pada lost space yang berakibat pada pengabaian ruang dan berakhir dengan rusaknya ruang tersebut sehingga ruang tersebut bahkan tidak mampu untuk memenuhi fungsinya. Tugas akhir ini berisi tentang usaha menggapai interioritas ruang transit untuk mencegah kecenderungan ruang transit menjadi lost space dengan memanfaatkan mekanisme pertahanan spasial.

Rush in city life demands people to move efficiently from point A to point B which makes transitional space as an unavoidable space in daily life. Function and interiority of transitional space are concepts which work in dualism, but the force of rush makes the function to be more prioritized than the interiority. Interiority which is not conveyed properly drives unintended user behaviour such as act in lost space. The act makes desertion of space which ends up with space selfdestruction. It even makes the space incapable to fulfill its function.This final project contains an effort to prevent the tendency of lost space and reach the proper interiority of transitional space by applying spatial defense mechanism."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jackson, Shirley, 1916-1965
Bandung: Qanita, 2017
813 JAC h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>