Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109261 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutiara Ramadhanty
"Angka kejadian kanker payudara di Indonesia dan di dunia masih tinggi begitu pula dengan angka kekambuhan kanker payudara pada pasien yang telah menjalani pengobatan, saat ini diperlukan prediktor yang dapat dijadikan dasar untuk memperkirakan apakah kanker payudara dapat kambuh kembali setelah ditata laksana. Oleh karena itu penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan inter-rasio NLR/PWBR terhadap rekurensi kanker payudara apakah dapat dijadikan prediktor rekurensi kanker payudara. Penelitian dilakukan menggunakan metode cohort retrospektif minimal 3 bulan sampai 7 tahun dengan melihat rekam medis pasien kanker payudara yang telah mendapatkan terapi untuk mengambil data hasil pemeriksaan darah tepi. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji Chi-Square dengan program SPSS. Dari 106 sampel yang memenuhi kriteria seleksi, ditemukan 53 pasien dengan NLR/PWBR rendah dengan 23 kejadian rekurensi dan dari 53 pasien dengan NLR/PWBR tinggi dengan 13 kejadian rekurensi (RR=1,77, CI 95% 1,0070 – 3,1083, p=0,065). Dari pasien dengan hormonal positif, ditemukan 21 kejadian rekurensi pada kelompok NLR/PWBR rendah, dan 9 kejadian rekurensi pada kelompok NLR/PWBR tinggi (RR=2,05, CI 95%=1,088 – 3,857, p=0,035).

Incidence rates of breast cancer are still high in Indonesia and in the World. So as the rate of recurrence breast cancer in patients who have undergone treatment. Now needed predictor that can be used as a standard for estimating whether breast cancer can recur after treatment. This research was done to investigate the association between NLR/PWBR inter-ratio to breast cancer recurrence.This research was conducted using a retrospective cohort method by looking at the peripheral blood tests in medical records with minimal 3 months until maximal 7 years observation. The data were analyzed using the Chi Square test with the SPSS software. From 106 patients there were 53 patients with lower NLR/PWBR with 23 breast cancer reccurrence, and from 53 patient with higher NLR/PWBR with 13 breast cancer recurrence (RR=1,77, CI 95%=1,0070 – 3,1083, p=0,065). From patients with hormonal potive, there were 21 breast recurrence from lower NLR/PWBR, and 9 from higher NLR/PWBR (RR=2,05, CI 95%=1,088 – 3,857, p=0,035)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toding, Quinka Dwidara
"Latar Belakang: Sekitar 40% pasien kanker payudara pasca terapi mengalami rekurensi kanker payudara. Sementara itu, masih belum banyak penelitian mengenai faktor prognosis untuk memprediksi kemungkinan rekurensi pada kanker payudara.
Tujuan: Mengetahui inter-rasio rasio limfosit-monosit (LMR) dan rasio limfosit-sel darah putih (LWR) sebagai prediktor rekurensi pada kanker payudara.
Metode: Penelitian ini dilakukan secara cohort retrospektif dengan melihat rekam medis pasien dari RSCM dan RS MRCC Siloam Jakarta. Peneliti melihat riwayat pasien sejak selesai mendapat terapi dengan rekurensi yang diikuti minimal 3 bulan dan maksimal 7 tahun. Kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan uji Chi-square dengan program SPSS for Mac.
Hasil: Peneliti mengelompokkan pasien menjadi kelompok inter-rasio LMR/LWR rendah dan tinggi dengan cut-off berupa median senilai 19,67 103/L. Dari 106 sampel yang memenuhi kriteria, didapatkan 52 pasien kelompok rendah dan 54 pasien kelompok tinggi. Hasil yang didapatkan dari analisis kedua kelompok dengan status rekurensi adalah nilai p 0.001 dengan 26 pasien pada kelompok rendah dan 10 pasien pada kelompok tinggi mengalami rekurensi. RR yang didapat adalah 2,7 (95%CI: 3,45 – 5,029) pada inter-rasio LMR/LWR rendah.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara inter-rasio LMR/LWR dengan kemungkinan rekurensi pada pasien kanker payudara pasca terapi dan dapat dijadikan salah satu prediktor, dengan kelompok inter-rasio LMR/LWR dibawah cut-off penelitian memiliki resiko lebih tinggi mengalami rekurensi kanker payudara.

Background: About 40% cancer patients after they finished their first therapy having a recurrence. However, there isn’t many researches on prognostic factors to predict the possibility of recurrence in breast cancer.
Objective: This research was done to know inter-ratio of lymphocyte-monocyte ratio (LMR) and lymphocyte-white blood cells ratio (LWR) as the predictor for recurrence in breast cancer.
Methods: This study was conducted with cohort retrospective by looking at patient’s medical records at RSCM and MRCC Siloam Hospital Jakarta. Researcher followed patients record after their first therapy finished, and recurrence from 3 months until 7 years later. An analysis was conducted using the Chi-Square test with the SPSS for Mac program.
Results: The patients were grouped into patients with low and high LMR/LWR inter-ratio with median (19,67 103/L) as the cut-off. From 106 samples that met the criteria, there were 52 patients in low group and 54 patients in high group. The results obtained from the analysis between low and high LMR/LWR and patient’s recurrence status is p-value 0.001 which means significant, with 26 patients in low group and 10 patients in high group had recurrence. RR for low LMR/LWR inter-ratio is 2,7 (95% CI : 3,45-5,029) in association with breast cancer’s recurrence.
Conclusion: There is an association between LMR/LWR inter-ratio and the possibility of recurrence in post-treatment breast cancer patients and can be used as predictor. Patients with LMR/LWR inter-ratio under the study cut-off are at higher risk of getting recurrence.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Purnamawati
"Latar Belakang: Sepsis merupakan masalah kesehatan global dan memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Rasio neutrofil-limfosit merupakan pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan di fasilitas terbatas dan tidak memerlukan biaya besar, tetapi belum ada studi yang meneliti perannya dalam memprediksi mortalitas 28 hari pada pasien sepsis, menggunakan kriteria sepsis-3 yang lebih spesifik.
Tujuan: Mengetahui peran rasio neutrofil-limfosit dalam memprediksi mortalitas 28 hari pada pasien sepsis.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif terhadap pasien sepsis yang dirawat di RSCM pada tahun 2017. Data diambil dari rekam medis pada bulan Maret-Mei 2018. Nilai rasio neutrofil-limfosit yang optimal didapatkan menggunakan kurva ROC. Subjek kemudian dibagi menjadi dua kelompok yang di bawah dan di atas titik potong. Kedua kelompok kemudian dianalisis menggunakan analisis kesintasan dengan program SPSS.
Hasil: Dari 326 subjek, terdapat 12 subjek loss to follow-up. Rerata usia sampel 56,4 + 14,9 tahun, dengan fokus infeksi terbanyak di saluran napas (59,8%), dan penyakit komorbid terbanyak adalah keganasan padat (29,1%). Nilai titik potong rasio neutrofil-limfosit yang optimal adalah 13,3 (AUC 0,650, p < 0,05, sensitivitas 63%, spesifisitas 63%). Pada analisis bivariat menggunakan cox regression didapatkan kelompok dengan nilai rasio neutrofil-limfosit> 13,3 memiliki crude HR sebesar 1,84 (IK 95% 1,39-2,43) dibandingkan dengan kelompok yang nilai rasio neutrofil-limfosit < 13,3. Setelah menyingkirkan kemungkinan faktor perancu, didapatkan adjusted HR untuk kelompok dengan nilai rasio neutrofil-limfosit tinggi adalah 1,60 (IK 95% 1,21-2,12).
Simpulan: Nilai rasio neutrofil-limfosit memiliki akurasi lemah dalam memprediksi mortalitas 28 hari pasien sepsis dengan nilai titik potong optimal 13,33. Kelompok dengan nilai rasio neutrofil-limfosit > 13,3 memiliki risiko mortalitas 28 hari yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok nilai rasio neutrofil-limfosit < 13,3.

Background: Sepsis is a global health problem with high morbidity and mortality. Neutrophil to lymphocyte ratio is a simple test which can be done in limited facility, but there is no study conducted to know its potential in predicting 28-day-mortality in septic patients, using the more specific sepsis-3 criteria.
Objectives: To investigate neutrophil to lymphocyte ratio as a predictor of 28-day-mortality in septic patients.
Methods: A retrospective cohort study was conducted using medical records in Cipto Mangunkusumo Hospital for septic patients who were admitted in 2017. Neutrophil to lymphocyte ratio cut off was determined using ROC curve, then subjects were divided into two groups according to its neutrophil to lymphocyte ratio value. The groups were analyzed using survival analysis with SPSS.
Result: From 326 subjects, 12 subjects were loss to follow-up. Age mean was 56.4 + 14.9 years. Lung infection (59.8%) was the most frequent source of infections and solid tumor (29.1%) was the most frequent comorbidities. The optimal cut off value for neutrophil to lymphocyte ratio was 13.3 (AUC 0.650, p < 0.05, sensitivity 63%, specificity 63%). Bivariate analysis using cox regression showed that group with neutrophil to lymphocyte ratio > 13.3 had greater risk for 28-day-mortality than group with neutrophil to lymphocyte ratio < 13.3 with crude HR 1.84 (95% CI 1.39-2.43). After adjustment for possible confounding, adjusted HR for group with higher neutrophil to lymphocyte ratio was 1.60 (95% CI 1.21-2.12).
Conclusion: Neutrophil to lymphocyte ratio had poor accuracy in predicting 28-day-mortality in septic patients with 13.3 as the optimal cut off value. Group with neutrophil to lymphocyte ratio > 13.3 had greater significant risk for mortality in 28 days than group with neutrophil to lymphocyte ratio < 13.3.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58572
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nalendra Dwimantara
"

Kambuhnya kanker payudara bergantung pada stadium tumor awal, terapi yang dilakukan sebelumnya, dan tumor biologi. Pengukuran darah lengkap merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium yang relatif murah, mudah dan efektif dalam mendiagnosis kanker. Analisis regresi kesulitan dalam membuat kesimpulan dari data yang mengandung sejumlah besar variabel penjelas yang saling berkorelasi. Profile regression mengadopsi sudut pandang yang lebih global, dimana kesimpulan didasarkan pada kelompok yang mewakili pola variabel penjelasnya. Pengelompokan dilakukan untuk menganalisis suatu data dengan melihat karakteristik tiap pengamatan pada data. Suatu data jika dibagi menjadi beberapa kelompok mengartikan data tersebut memiliki karakteristik pengamatan yang berbeda-beda. Analisis pada data yang heterogen bertujuan untuk mengidentifikasi subpopulasi yang homogen dan menentukan hubungan antar variabel dalam setiap subpopulasi. Finite Mixture Model (FMM) dengan pendekatan Bayesian digunakan untuk mengidentifikasi subpopulasi dari pasien kanker payudara berdasarkan pengukuran darah. Berdasarkan nilai Deviance Information Criterion (DIC) didapatkan bahwa subpopulasi yang terbentuk untuk data rasio pengukuran darah pasien kanker payudara adalah dua subpopulasi. Peluang pasien mengalami kekambuhan pada subpopulasi 1 sebesar 35% dan 72% pada subpopulasi 2. Sedangkan subpopulasi yang terbentuk untuk data inter-rasio pengukuran darah pasien kanker payudara yang terbentuk adalah dua subpopulasi. Peluang pasien mengalami kekambuhan pada subpopulasi 1 sebesar 9% dan 3% pada subpopulasi 2.


Recurrence of breast cancer depends on the initial tumor stage, previous therapies, and biological tumors. A complete blood test is one of the relatively inexpensive, easy and effective laboratory tests in diagnosing cancer. Simple regression analysis has difficulties in drawing conclusions from data that contain large numbers of explanatory variables that are correlated.  Profile regression adopts a more global perspective, where conclusions are based on groups representing covariate patterns. Clustering method aims to analyze data by looking at the characteristics of each observation in the data. If the data is divided into groups, that means that the data has different observational characteristics. Analysis of heterogeneous data purposes to identify homogeneous subpopulations and determine the relationships between variables in each subpopulation. Finite Mixture Model (FMM) with Bayesian approach is used to identify subpopulations of breast cancer patients based on blood measurements. Based on the value of the Deviance Information Criterion (DIC), it was found that the number of subpopulations formed for the data of the ratio of blood measurements for breast cancer patients are two subpopulations.  The probability of patients experiencing recurrence in subpopulation 1 was 35% and 72% in subpopulation 2. Whereas the number of subpopulations formed for the data of the inter-ratio data of breast cancer patients formed are also two subpopulations.  The probability of patients experiencing recurrence in subpopulation 1 is 9% and 3% in subpopulation 2.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicholas Kristanta Sandjaja
"Latar Belakang. Pneumonia komunitas merupakan masalah kesehatan global dan memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Rasio neutrofil-limfosit merupakan petanda inflamasi yang sederhana, cepat dan murah serta dapat dilakukan di fasilitas terbatas. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa RNL saat awal perawatan dapat digunakan sebagai prediktor mortalitas, lama rawat inap dan kemungkinan kejadian sepsis, tetapi belum ada studi yang meneliti perannya dalam memprediksi kesembuhan dalam 7 hari pada pasien dengan pneumonia komunitas.
Tujuan. Mengetahui peran rasio neutrofil-limfosit dalam memprediksi kesembuhan dalam 7 hari pada pasien dengan pneumonia komunitas.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif terhadap pasien pneumonia komunitas yang dirawat di RSCM dari periode 1 November 2017-31 Desember 2018. Data neutrofil, limfosit dan leukosit serta RNL pada awal perawatan diambil dari rekam medis. Kriteria kesembuhan dalam 7 hari berupa perbaikan keluhan, pemeriksaan fisik, tanda vital yang stabil sesuai panduan IDSA/ATS dan atau perbaikan rontgent toraks. Nilai rasio neutrofil-limfosit yang optimal didapatkan menggunakan kurva ROC. Analisis variabel perancu dilakukan dengan regresi logistik.
Hasil. Terdapat 195 subjek penelitian yang dianalisis. Median usia sampel 65 tahun (21-90), dengan penyakit komorbid terbanyak adalah diabetes melitus (49,7%), terdapat 1 pasien yang mendapatkan antibiotik sebelum perawatan, dan 72,1% pasien dengan skor CURB-65 ≥ 2. Dari kurva ROC didapatkan nilai AUC 0,554 (IK95%: 0,473-0,635) dengan p>0,05. Analisa regresi logistik dan analisis subgrup menunjukkan CURB-65 skor 2 merupakan effect modifier.
Kesimpulan. Rasio neutrofil-limfosit pada awal perawatan tidak dapat digunakan sebagai prediktor untuk memprediksi kesembuhan dalam 7 hari pada pasien dewasa pneumonia komunitas yang dirawat

Background. Community acquired pneumonia is a global health problem and has a high morbidity and mortality. The neutrophil to lymphocyte ratio is a simple, rapid, inexpensive marker of systemic inflammation and can be done in a limited facility. Other studies had shown that neutrophil to lymphocyte ratio can be used to predict mortality, length of stay and sepsis, but there are no studies that investigate its role in predicting cure within 7 days in patients with community acquired pneumonia.
Aim. To investigate neutrophil to lumphocyte ratio as a predictor of cure within 7 days in patients with community acquired pneumonia.
Method. A retrospective cohort study was conducted using medical records in Cipto Mangunkusumo Hospital for community acquired pneumonia patients who were admitted from the period 1st November 2017-31st December 2018. Neutrophil, lymphocytes and neutrophil to lymphocyte ratio was obtained upon admittance. Criteria for cure within 7 days include improvement of clinical symptoms, physical examination, stable vital signs according to IDSA / ATS guidelines and or improvement of chest X-ray. Neutrophil to lymphocyte cut off was determined using the ROC curve. Confounding factors was analysed using logistic regression.
Results. There were 195 subjects. Median age was 65 years (21-90). Diabetes mellitus (49.7%) was the most frequent comorbid. There were one patients treated with antibiotics prior to admission and 72.1 % of patients with a CURB-65 score ≥ 2. ROC curve showed that AUC 0.554 (95%CI: 0.473-0.635 ) with p>0.05. Logistic regression analysis and subgroup analysis showed that CURB-65 2 was an effect modifier.
Conclusion. Neutrophil to lymphocyte ratio upon admittance cannot be used as a predictor of cure within 7 days in adult patients with community acquired pneumonia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yovanka Naryai Manuhutu
"PENDAHULUAN : Cedera kepala menjadi penyebab kematian paling umum pada usia kurang dari 40 tahun di negara maju dan berkembang, luaran setelah cedera kepala masih menjadi masalah dan sulit diprediksi. GCS telah ditetapkan sebagai prediktor luaran cedera kepala akibat trauma maupun non-trauma, namun prediktor luaran cedera kepala lain saat ini telah banyak dipakai salah satu adalah biomarker neuroinflamasi yaitu Rasio Neutrofil Limfosit (RNL) yang masih jarang diteliti.
METODE : Penelitian prospektif ini didasarkan pada kasus cedera kepala sedang dan berat yang dilakukan operasi kraniotomi di multisenter rumah sakit pada November 2019-November 2020. Uji chi-square digunakan untuk mengetahui kemaknaan statistik dari hubungan antara demografi (usia dan jenis kelamin), gejala klinis serta hubungan RNL dan GCS sebagai prediktor luaran pada penelitian ini. Dilakukan analisis ROC untuk mendapatkan cut off RNL.
HASIL : Dari 54 pasien cedera kepala sedang dan berat (GCS 7-13) pada November 2019-November 2020 didapatkan dominasi laki-laki 41 (75,9%) pasien dan perempuan 13 (24,1) pasien, usia (mean±SD) 27,6±15,3, GCS preoperasi (median; min-maks) 13 (7-13), gejala klinis pupil anisokor 33 (61,1), kejang 5(9,3), hemiparesis 1 (1,86), GCS pascaoperasi hari kelima dan ketujuh (median; min-maks) 14 (6-15). RNL Preoperasi 7,4 (1,9-26,2) dan untuk nilai cut off RNL 9,8 dengan spesisfisitas dan sensitifitas 87% yang signifikan dengan nilai p=<0,001.
KESIMPULAN: Terdapat hubungan bermakna secara statistik RNL dan GCS preoperasi. Dimana dimana dengan nilai RNL yang rendah memiliki luaran fungsional yang baik sebaliknya pada pasien dengan RNL yang tinggi dengan luaran fungsional yang buruk.

INTRODUCTION: Traumatic brain injury (TBI) is the most common cause of death on population less than 40 years old in developed and developing countries. The clinical outcome after TBI is still an issue and difficult to predict. GCS has been used to predict outcome after either traumatic or non-traumatic brain injury. But several other outcome factors also can predict outcome after TBI, such as neutrophil to lymphocyte ratio (NLR) as one of neuroinflammation biomarkers.
METHOD : This prospective study included moderate and severe TBI patients were performed craniotomy in a multicenter hospital, from November 2019 to November 2020. Chi-square analytic test was used to determine the relationship between demographics (age and sex), clinical symptoms, RNL and GCS as a predictors outcome of moderate and severe TBI.
RESULT : 54 patients moderate and severe TBI (GCS 7-13) consist of 41 (75.9%) male and 13 (24.1%) female patients, age (mean±SD) 27.6±15.3, preoperative GCS (median; min-max) 13 (7-13), with asymmetric pupil 33 (61.1%), seizures 5 (9.3%), hemiparesis 1 (1.86%), and GCS postoperative on the fifth and seventh day (median; min-max) 14 (6 - 15). Preoperative NLR was 7.4 (1.9-26.2) and the cut off for NLR as a predictor for improved GCS was at 9.8 with a specificity and sensitivity of 87% with signification of p=<0.001.
CONCLUSSION : There was a statistically significant relationship between preoperative RNL and GCS. Whereas with a low RNL value has a good functional outcome in contrast to patients with high RNL with poor functional outcome.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Rizki Agustina
"Latar belakang. Infeksi HIV dikaitkan dengan inflamasi kronik dan risiko aterosklerosis. Ketebalan tunika intima media arteri karotis telah digunakan sebagai penanda aterosklerosis subklinis dan rasio neutrofil limfosit telah banyak digunakan sebagai penanda inflamasi serta dapat memprediksi kejadian kardiovaskular pada populasi non-HIV.
Tujuan. Mengetahui korelasi antara ketebalan tunika intima media arteri karotis dengan rasio neutrofil limfosit serta menetukan titik potong rasio neutrofil limfosit dan ketebalan tunika intima media arteri karotis sebagai penanda aterosklerosis subklinis pada pasien HIV tersupresi ARV.
Metode. Penelitian ini studi potong lintang pada pasien HIV usia 20-45 tahun dalam terapi ARV minimal 1 tahun dengan kadar virus HIV tidak terdeteksi yang berobat di POKDISUS HIV RSCM bulan Agustus-Desember 2019. Subjek penelitian tidak terdapat diabetes melitus, tidak ada infeksi oportunistik, dan tidak hamil. Penelitian ini bagian dari penelitian “Pengaruh pemberian atorvastatin terhadap aterosklerosis subklinis pada pasien HIV yang tersupresi dan seropositif CMV: sebuah uji acak tersamar ganda”. Dilakukan pencatatan data demografis, pengambilan darah untuk menilai rasio neutrofil limfosit dan ultrasonografi leher untuk menentukan ketebalan tunika intima media arteri karotis. Dilakukan analisis korelasi antara ketebalan tunika intima media arteri karotis dan rasio neutrofil limfosit.
Hasil. Dari 80 subjek penelitian, 62,5% berjenis kelamin laki-laki. Rerata usia subjek 38,21 tahun. Sebanyak 20% subjek diketahui hipertensi dan 53,8% tidak pernah merokok. Median CD4 nadir 145,98 sel/uL Rerata rasio neutrofil limfosit 1,737±0,769 dan median ketebalan tunika intima media arteri karotis 0,475 (min-maks: 0,400-0,700) mm. Tidak didapatkan subjek yang termasuk aterosklerosis subklinis dan tidak didapatkan adanya korelasi antara ketebalan tunika intima media arteri karotis dengan rasio neutrofil limfosit.
Kesimpulan. Tidak didapatkan korelasi antara ketebalan tunika intima media arteri karotis dengan neutrofil limfosit rasio pada pasien HIV tersupresi ARV

Background. HIV infection is related with chronic inflammation and atherosclerosis. Carotid intimal media thickness (CIMT) has been used worldwide as a surrogate marker for subclinical atherosclerosis and neutrophil lymphocyte ratio (NLR) as inflammation marker has been shown to predict occurence of cardiovascular events in non-HIV population.
Objective. This research aims to study correlation between CIMT and NLR in HIV-suppressed ARV patients and to determine the NLR cut-off as subclinical atherosclerosis marker in HIV-suppressed ARV patients.
Method. This study was a cross-sectional study in HIV patient, 20-45 years old, on ARV therapy for at least 1 year with viral load undetectable and without diabetic mellitus or opportunistic infections and not pregnant at outpatient clinic POKDISUS HIV RSCM from August to Descember 2019. This study is part of another big research entitled “Effect of atorvastatin on subclinical atherosclerosis in virally-suppressed HIV-infected patients with CMV seropositivity:a randomized double-blind placebo controlled trial”. Demographic data, blood drawing for evaluating NLR and ultrasonography of carotid for evaluating CIMT were done for each patients. All data were analyzed for the correlation between CIMT and NLR..
Result. From 80 subjects, 62,5% was male. The mean age of subjects was 38,21 years. Hypertension was known for 20% subject and 53,8% had never smoked. The median CD4 nadir 145,98 cell/uL. In this study, mean of NLR was 1,737±0,769 and the median of CIMT was 0,475 (min-max: 0,400-0,700) mm. There were no subjects that included as sublinical atherosclerosis and there was no significant correlation between CIMT and NLR.
Conclusion. There was no significant correlation between CIMT and NLR in HIV-suppressed ARV patients
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Consistania Ribuan
"Metastasis sistem saraf pusat (SSP) pada otak maupun spinal terjadi pada 10-40% pasien kanker. Metastasis SSP memiliki kesempatan yang sama untuk menyebabkan malnutrisi akibat gejala neurologis yang terjadi mamupun efek sistemik karena kanker. Malnutrisi berkaitan dengan sistem imun. Rasio neutrofil limfosit (RNL) dapat digunakan untuk menentukan prognosis. Kriteria malnutrisi berdasarkan Global Leadership Initiative on Malnutrition (GLIM) lebih sensitif untuk menegakkan malnutrisi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara malnutrisi menurut kriteria GLIM dengan RNL pada metastasis SSP. Studi merupakan studi potong lintang pada pasien kanker metastasis SSP di RSCM. Terdapat 62 pasien mengalami metastasis SSP. Mayoritas subjek metastasis otak (60,3%) dan perempuan (61,3%), dengan rerata usia 46 tahun. Tumor primer tersering adalah payudara (24,1%), kepala leher (17,7%), paru dan saluran cerna (masing-masing 11,2%). Prevalens malnutrisi serupa pada metastasis otak (76,3%) dan spinal (70,8%). Mayoritas subjek dengan defisit neurologis seperti disfagia, nyeri kepala, nyeri kanker, kelemahan anggota gerak, dan gangguan otonom mengalami malnutrisi. Median RNL 7,09 (0,97–35,59). Rerata RNL secara signifikan lebih tinggi pada kelompok yang mengalami malnutrisi (p=0,002). Perbedaan rerata pada dua kelompok adalah 4,70 dengan KI95% (1,2-8,2). Malnutrisi berhubungan dengan RNL, subjek yang mengalami malnutrisi memiliki NLR yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak malnutrisi.

Central nervous system (CNS) metastases to the brain or spine occur in 10-40% of cancer patients. CNS metastases have an equal chance of causing malnutrition due to neurological symptoms and systemic effects due to cancer. Malnutrition is related to the immune system. Neutrophil lymphocyte ratio (RNL) can be used to determine prognosis. Malnutrition criteria based on Global Leadership Initiative on Malnutrition (GLIM) are more sensitive for establishing malnutrition. This study aims to determine the relationship between malnutrition according to GLIM and RNL in CNS metastases. This is a cross-sectional study of CNS metastatic cancer patients at RSCM. There were 62 patients experiencing CNS metastases. Most of the subjects had brain metastases (60.3%), female (61.3%), with an average age of 46 years. The most common primary tumors were breast (24.1%), head and neck (17.7%), lung and gastrointestinal tract (11.2% each). The prevalence of malnutrition was similar in brain (76.3%) and spine (70.8%) metastases. Most subjects experienced neurological deficits. Median RNL 7.09 (0.97–35.59). The mean RNL was significantly higher in the malnourished group (p=0.002) with the mean difference 4.70 with KI95% (1.2-8.2).Malnutrition is related to RNL, subjects who experience malnutrition have a higher NLR compared to those who are not malnourished."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jackson Kamaruddin
"Latar belakang. Kanker kolorektal merupakan penyebab kematian terbesar kedua di dunia dengan tingkat kematian yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti nilai prediktif dari rasio neutrofil-limfosit (NLR) dan antigen carcinoembryonic (CEA) dalam memprediksi tingkat kelangsungan hidup pasien kanker kolorektal di Indonesia.
Metode. Ini adalah penelitian kohort retrospektif. Populasi penelitian terdiri dari pasien dengan kanker kolorektal tahap I-IV yang diobati di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo. Variabel independen adalah NLR dan CEA, sedangkan variabel dependen adalah kelangsungan hidup lima tahun pasien kanker kolorektal. Pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan SPSS versi 20.
Hasil. Penelitian ini melibatkan 96 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis menunjukkan bahwa 6,25% subjek memiliki NLR tinggi dan 66,6% memiliki kadar CEA tinggi. Tingkat kelangsungan hidup lima tahun secara keseluruhan untuk semua subjek adalah 35,4%. Meskipun tidak signifikan secara statistik, proporsi subjek dengan NLR normal memiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki NLR tinggi, dan pola yang sama juga teramati pada kadar CEA. Analisis subkelompok berdasarkan stadium kanker menunjukkan hubungan yang signifikan antara NLR tinggi dan peningkatan risiko kematian pada tahap TNM I-II, namun tidak terdapat perbedaan signifikan dalam kelangsungan hidup berdasarkan NLR pada tahap III-IV.
Kesimpulan. Rasio NLR praoperasi dan CEA praoperasi tidak menunjukkan peran prediktif dalam kelangsungan hidup kanker kolorektal. Namun, ketika dibagi berdasarkan stadium kanker, terdapat perbedaan signifikan dalam kadar NLR praoperasi antara kelompok yang meninggal dan tidak meninggal pada pasien dengan kanker kolorektal stadium I-II.

Background. Colorectal cancer is the second leading cause of death worldwide, with a high mortality rate. This study aims to investigate the predictive value of the neutrophil-lymphocyte ratio (NLR) and carcinoembryonic antigen (CEA) in predicting the survival rates of colorectal cancer patients in Indonesia.
Method. This is a retrospective cohort study. The study population consisted of patients with colorectal cancer stage I-IV treated at Cipto Mangunkusumo General Hospital. The independent variables are NLR and CEA, while the dependent variable is the five-year survival of colorectal cancer. Data processing and analysis are conducted using SPSS version 20.
Results. This study included 96 subjects who met the inclusion and exclusion criteria. Analysis revealed that 6.25% of the subjects had high NLR and 66.6% had high CEA levels. The overall five-year survival rate for all subjects was 35.4%. Although not statistically significant, the proportion of subjects with normal NLR had a higher five-year survival rate compared to those with high NLR, and the same pattern was observed for CEA levels. Subgroup analysis based on cancer stage showed a significant association between high NLR and increased risk of mortality in TNM stages I-II, but no significant difference in survival based on NLR was observed in stages III-IV.
Conclusion. The preoperative NLR ratio and preoperative CEA did not show a predictive role in colorectal cancer survival. However, when stratifying by cancer stage, there was a significant difference in preoperative NLR levels between the deceased and non-deceased groups in patients with stage I-II colorectal cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fitriana Taslim
"Kejadian berulang atau kekambuhan kanker payudara bukan hanya menyerang kembali fisik, namun juga kondisi psikis pasien kanker payudara. Serangkaian pemeriksaan untuk
memprediksi kemungkinan kambuh kanker payudara sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kekambuhan kanker payudara. Pemeriksaan darah lengkap merupakan salah satu rangkaian peme iksaan awal pasien kanker payudara yang relatif murah dan mudah. Belum ada penelitian sebelumnya mengenai perhitungan inter rasio pada pemeriksaan darah lengkap untuk mendiagnosis penyakit kanker, khususnya kemungkinan kambuh kanker payudara. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu tenaga medis dalam memprediksi kemungkinan pasien kambuh berdasarkan klasifikasi dari hasil perhitungan inter rasio pemeriksaan darah lengkap. Data dalam penelitian ini diambil dari rumah sakit XYZ di Jakarta dengan 47 pasien. Algoritma klasifikasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Classification and Regression Tree (CART) untuk mengetahui variabel yang berpengaruh dalam klasifikasi pasien kambuh dan tidak kambuh. Pada penelitian ini digunakan teknik SMOTE untuk mengatasi permasalahan data tidak seimbang. Variabel inter rasio pemeriksaan darah lengkap antara rasio dari neutrofil terhadap limfosit dan rasio dari platelet terhadap sel darah putih, inter rasio pemeriksaan darah
lengkap antara rasio dari limfosit terhadap monosit dan rasio dari limfosit terhadap sel darah putih, inter rasio pemeriksaan darah lengkap antara rasio dari hemoglobin terhadap platelet dan rasio dari platelet terhadap sel darah putih, inter rasio pemeriksaan darah lengkap antara rasio dari platelet terhadap limfosit dan rasio dari hemoglobin terhadap platelet merupakan variabel yang berpengaruh dalam mendiagnosis kekambuhan dengan tingkat akurasi 93.7%, sensitivity 100%, specificity 87.5% pada training data yang sudah seimbang dengan teknik SMOTE. Selanjutnya hasil klasifikasi tersebut dikuantifikasi menggunakan metode regresi logistik untuk mengetahui seberapa besar peran masingmasing variabel dalam memprediksi kekambuhan pasien.

Repeated events or recurrences of breast cancer not only re-attack the condition of breast cancer patients physically, but also psychologically. Diagnostics checking to predict the relapse possibility of breast cancer patients is needed to prevent the recurrence of breast
cancer. Complete blood count are one of the diagnostic checking of early breast cancer patients that relatively cheap and easy. There has been no previous research on the calculation of inter-ratios for complete blood count to diagnose cancer, especially possibility relapse of breast cancer. The results of this study are expected to help medical personnel in predicting the relapse possibility of breast cancer patients based on the classification of
the results of the inter ratio calculation of complete blood count. The data in this study were taken from XYZ hospital in Jakarta with 47 patients. The classification algorithm used in this study is Classification and Regression Tree (CART) to determine the effect of the variables in the classification of relapse and non-relapse patients. In this study, the SMOTE technique was used in handling imbalanced data problems. Inter ratio of complete
blood tests between the ratio of neutrophils to lymphocytes and the ratio of platelets to white blood cells, inter ratio of complete blood tests between the ratio of lymphocytes to monocyte and the ratio of lymphocytes to white blood cells, inter ratio of complete
blood tests between the ratio of hemoglobin to platelet and the ratio of platelet to white blood cells, and inter ratio of complete blood tests between the ratio of platelet to lymphocytes and the ratio of hemoglobin to platelet are the variables that influence in diagnosing
recurrence with 93.7% accuracy rate, 100% sensitivity, and 87.5% specificity on training data that balanced using SMOTE technique. Furthermore, the results of the classification are quantified using the logistic regression method to determine how substantial the role
of each variable in predicting patients relapse.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>