Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125176 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mita Widawati
"Bahasa Mandarin menggunakan karakter Han sebagai sistem aksaranya. Ketika mempelajari karakter Han sering dijumpai adanya homografi. Homografi adalah dua karakter yang memiliki bentuk sama tetapi berbeda makna. Salah satu kata yang berhomografi adalah 着. 着 memiliki beberapa pelafalan dan makna. Secara gramatikal, karakter homografi着 dapat dilafalkan dengan dua cara, yaitu zhe dan zháo. Karakter 着 yang dilafalkan zhe berfungsi sebagai pemarkah aspek, sedangkan karakter 着 yang dilafalkan zháo berfungsi sebagai pelengkap hasil. Dalam sebuah kalimat karakter着 ini memiliki kesamaan posisi, yaitu terletak mengikuti verba. Hal inilah yang sering kali membuat pembelajar kesulitan membedakan fungsi sehingga salah saat melafalkan. Penelitian ini membahas karakter 着dengan fungsi sebagai aspek dan pelengkap. Sumber data yang digunakan dalam tugas akhir ini diperoleh dari buku ajar terjemahan汉语阅读速成Hànyǔ Yuèdú Sùchéng dan beberapa artikel daring, berupa kalimat yang mengandung karakter 着. Data kemudian dianalisis berdasarkan karakteristik fungsi dan konteksnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil analisis yang diperoleh adalah memperkenalkan dua fungsi karakter homografi 着sebagai aspek dan pelengkap dan membantu pembelajar dalam membedakan fungsi.

Mandarin uses the Han character as its script system. When studying the Han character, homography is often found. The homography itself is two characters that have the same form but different meanings. One of the words that have a homograph is 着.着 has some pronunciations and meanings. Grammatically, the homographic character 着 can be pronounced in two ways, namely zhe and zháo. The character 着 pronounced zhe as an aspect marker, while the character 着 pronounced zháo as a complement of the results. In the sentence, the character 着 has the same position, which is located following the verb. This often makes the students difficult to distinguish the appropriate functions in reciting. This study discusses the character 着 with functions as aspect and complement. The data source used in this final assignment is the sentence was obtained from the textbook translation汉语 阅读 速成 Hànyǔ Yuèdú Sùchéng and several online text. Data analysis is then performed based on the characteristics of the function and its context. The method used in this research is a descriptive qualitative method. The results of the analysis obtained are introducing two homographic character functions as aspect and complement and helping learners differentiate functions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nasution, Risnawaty
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anes Dena Septia
"[ ABSTRAK
Film To Livemerupakan film yang diadaptasi dari novel karya Yu Hua(余华) yang dipublikasikan pada tahun 1992 dengan judul yang sama dengan karya filmnya. Film ini merupakan film garapan dari sutradara generasi kelima yang terkenal bernama Zhang Yimou(张艺谋). Film ini merupakan film yang menceritakan mengenai kehidupan keluarga Xu Fugui(徐富贵)dan usaha mereka untuk bertahan hidup di beberapa dekade sejarah Cina yang dinodai dengan perang, perselisihan internal, bencana alam dan kelaparan, serta kekacauan politik.Sepanjang cerita di dalam film, sosok Mao Zedong (毛泽东)tidak ditampilkan sebagai tokoh dalam film tetapi ditampilkan dalam beragam bentuk seperti foto, lukisan, syair lagu dan dialog.Rumusan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalahapakah makna dari sosok Mao dalam film To Live. Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji makna dari sosok Mao dalam berbagai bentuk yang ditampilkan dalam film To Live. Dalam melakukan penulisan, penulis menggunakan metode analisis deskriptifdengan teori semiotik Peirce.
ABSTRACT To Live is a movie that adopted from Yu Hua?s (余华)novel which is publicated in 1992 with the same title as the movie title. This movie was created by fifth generation director, Zhang Yimou (张艺谋). The movies tell us about Xu Fugui?s family life and how they get hard to survive through decades of wars, internal friction, disaster and starvation, and political madness. In the whole story, Mao Zedong never been showed as a movie?s character but as many object like photo, paint, song lyric, and dialogue. This paper is about to answer on what is the meaning of Mao figure in this To Live movie. This paper have objective to examine the meaning of Mao figure which appear as difference object in To Live movie. In this paper, the film is analyzed using descriptive analysis method with Peirce Semiotic Theory., To Live is a movie that adopted from Yu Hua’s (余华)novel which is publicated in 1992 with the same title as the movie title. This movie was created by fifth generation director, Zhang Yimou (张艺谋). The movies tell us about Xu Fugui’s family life and how they get hard to survive through decades of wars, internal friction, disaster and starvation, and political madness. In the whole story, Mao Zedong never been showed as a movie’s character but as many object like photo, paint, song lyric, and dialogue. This paper is about to answer on what is the meaning of Mao figure in this To Live movie. This paper have objective to examine the meaning of Mao figure which appear as difference object in To Live movie. In this paper, the film is analyzed using descriptive analysis method with Peirce Semiotic Theory.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Eka Tania
"Secara umum, kata ani bermakna ‘tidak’ dan dapat dikelompokkan sebagai adverbia dan interjeksi dalam bahasa Korea. Akan tetapi, kata ani juga digunakan sebagai pemarkah wacana dalam percakapan bahasa Korea dengan fungsi yang beragam. Penelitian ini membahas fungsi pragmatis kata ani sebagai pemarkah wacana dalam bahasa Korea. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan fungsi pragmatis kata ani sebagai pemarkah wacana dalam bahasa Korea. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan kata ani sebagai pemarkah wacana memiliki fungsi yang berbeda-beda, yakni sebagai penanda perubahan topik, penanda kontrastif, penanda elaboratif, dan penanda referensial.

In general, the Korean word ani can be classified as an adverb and an interjection. However, the word ani is also used as a discourse marker in Korean conversations with various functions. This study discusses the pragmatic function of the word ani as a discourse marker in Korean. Thus, the purpose of this study is to describe the pragmatic function of the word ani as a discourse marker in Korean. With this study being a library research study, the present researcher proposes the descriptive qualitative approach. The findings of this study revealed that the word ani, as a discourse marker, serves several functions in pragmatic units, namely topic change marker, contrastive marker, elaborative marker, and inferential marker."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mellyana Murtanu
"Dalam bahasa Korea, kata geurae berposisi sebagai kata seru dalam sebuah kalimat, namun penggunaannya dalam komunikasi lisan memiliki berbagai makna dan fungsi. Berdasarkan beberapa penelitian, dapat diketahui bahwa terlepas dari makna dasarnya, kata geurae juga sering digunakan sebagai pemarkah wacana (Discourse Marker/DM), khususnya dalam sebuah percakapan. Pemarkah wacana merupakan kata yang digunakan oleh penutur untuk mengekspresikan perasaan dan pandangan penutur terhadap suatu konteks pembicaraan ke mitra tutur. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk menganalisis bentuk, makna, dan fungsi kata geurae sebagai pemarkah wacana dalam percakapan Bahasa Korea. Penelitian ini merupakan penelitian linguistik deskriptif yang bersifat studi literatur. Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa kata geurae memiliki tujuh fungsi wacana yang dapat dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu kata reaktif dan kata progresif. Geurae sebagai kata reaktif memiliki fungsi wacana afirmasi, jawaban, rasa kaget, konfirmasi, dan tanggapan, sedangkan kata geurae sebagai kata progresif berfungsi untuk menarik perhatian dan penekanan.

In Korean, the word geurae is positioned as an exclamation point in a sentence but its use in oral communication has diverse meanings and functions. Based on various references from previous researches, it is shown that apart from its basic meaning, the word geurae is also often used as a Discourse Marker (DM), especially in a conversation. Discourse markers are words use by speakers to express their feelings and view of a conversation context to a speech partner. The purpose of this study was to analyze the form, meaning, and function of the word geurae as a discourse marker in Korean conversation. This study is a descriptive linguistics study of literature. From the results of data analysis, it can be concluded that the word geurae has seven discourse functions that can be categorized into two categories, namely reactive words and progressive words. Geurae as a reactive word has a discourse function of affirmation, answer, surprise, confirmation, and response, whereas the word geurae as a progressive word serves to attract attention and emphasis. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Namira Afifah Diyana
"Kata mwo adalah kata tanya dalam bahasa Korea yang berfungsi sebagai penanda interogatif dalam konstruksi interogatif dan penanda tidak definit. Namun, dalam bahasa Korea kata mwo juga bisa digunakan sebagai pemarkah wacana (discourse marker/DM) khususnya dalam percakapan yang merupakan bentuk wacana lisan. Menurut Renkema & Schubert (2018) pemarkah wacana (discourse markers) merupakan partikel pragmatis dalam komunikasi lisan yang fungsi utamanya menjadi penanda yang mengindikasikan aspek sikap dalam suatu struktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi fungsi pragmatis kata mwo sebagai pemarkah wacana dalam tuturan menurut Chung (2019). Chung membagi klasifikasi pemarkah wacana mwo ke dalam 4 kelompok yaitu, sebagai placeholder, mitigasi, penekanan, dan penanda hubungan interpersonal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan drama Itaewon Class sebagai korpus. Hasilnya ditemukan sebanyak 299 kali penggunaan kata mwo sebagai pemarkah wacana dalam 16 episode drama. Fungsi pragmatis pemarkah wacana mwo yang paling banyak ditemukan termasuk dalam kategori penekanan (45%), diikuti oleh kategori mitigasi (26%), placeholder (18%) dan terakhir yaitu kategori penanda hubungan intrapersonal (10%).

Mwo is one of the Korean question words. It serve both as an interrogative marker in question sentence and an indefinite marker. However, in Korean spoken conversation mwo is often appeared as discourse marker (DM). According to Renkema & Schubert (2018) discourse markers are pragmatic particles in oral communication whose main function is to be a marker that indicates aspects of attitude in a structure. This study aims to identify and classify the pragmatic function mwo as discourse marker in spoken context with Chung (2019)’s categorization which can be divided into 4 main function; mwo as placeholder, mitigator, emphatic, and interpersonal markers. This study used a descriptive qualitative method with Korean drama Itaewon Class as the corpus data source. The results found that, in 16 episodes of Itaewon Class drama, mwo appeared as discourse markers 299 times. The pragmatic function of discourse marker mwo that most commonly found is in the emphathic function category (45%), followed by the mitigator category (26%), placeholder (18%) and finally the interpersonal relationship markers category (10%)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tiur Nabilah
"ABSTRAK
Bahasa Mandarin memiliki pelengkap kata kerja dalam struktur kalimat. Salah satu pelengkap kata kerja tersebut yaitu pelengkap arah. Pelengkap arah ini biasa digunakan untuk memberi petunjuk arah terhadap suatu tindakan yang dilakukan oleh pelaku. Tindakan tersebut dinyatakan dalam sebuah kata kerja dan dilengkapi dengan kata petunjuk arah yang dinyatakan di dalam suatu kalimat. Makalah ini akan fokus pada cara memaparkan materi pelengkap arah dan metode pengajaran yang tepat untuk materi tersebut. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjabarkan struktur pelengkap arah berikut metode pengajaran yang melandasi pengajaran dan pelatihannya, serta menjabarkan sikap-sikap penting yang harus dilakukan oleh pengajar apabila para pembelajar masih belum memahami dengan jelas materi tersebut. Pengajaran di kelas diusulkan menggunakan rekaman suara, video, dan gambar untuk membantu pengajar menanggulangi kesulitan pemelajar dalam memahami materi pelengkap arah. Makalah ini menggunakan metode penelitian kepustakaan yakni buku, skripsi, kamus, jurnal internasional, dan artikel internet.

ABSTRACT
Mandarin language has a verb complement in it rsquo s sentence structure. One of them is directional complement. It is usually used for giving directions on an action a person is about to commit. Such action is expressed on a verb, equipped with a certain directional word that is stated in the sentence. This paper focuses on how to explain the directional complement material, and how best to teach it. This paper aims to explain the structure of the directional complement, including it rsquo s methods that underlies it rsquo s teaching and training, as well as outlining the substantial attitudes that must be shown by the teachers if their students still doesn rsquo t fully understand the material. Teaching in class is suggested by using sound recordings, videos and also pictures to help teachers in dealing with the difficulties the students may encounter. This paper is conducted by using library research methods such as books, thesis, dictionary, international journals and internet articles."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Dwinta
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas meiigenai makna dan fungsi prefiks o. Tujuan dari penelitian ini
yakni menganalisis dan mengklasifikasikan prefiks o pada kata benda. Penelitian ini
menggunakan sumber data novel anak Koe No Denai Baku To Marisan No Isshukan
karya Matsumoto Satomi. Dalam proses analisis tidak hanya dilakukan kajian secara
internal saja namun juga menggunakan kajian secara ekstemal dengan pendekatan
sosiolinguistik. Data dianalisis menggunakan komponen SPEAKING Dell Hymes dan
konsep iichi-soto oleh Nakane Chie. Hasil dari penelitian ini ditemukan 2 data prefiks
o bennakna sonkeigo dan 5 data prefiks o bermakna bikago. Selain itu dapat dilihat
pemahaman mengenai pembentukkan dan makna kata juga diperlukan dalam
penentuan makna prefiks o pada kata benda.

ABSTRACT
This research discussed about the meaning of prefix o. The purpose of this research is
to analyze and classify the prefix o on nouns. This research used a novel titled Koe No
Denai Baku To Marisan No Isshukan by Matsumoto Satomi as the data. In the analysis
process, researcher not only analyze internally but also externally by using
sociolinguistic approach. The data was analyzed by using speaking component by Dell
Hymes and uchi-soto concept by Nakane Chie. As result of this research, it was found
that 2 datas have sonkeigo meaning and 5 datas have bikago meaning. Other than that,
we could see that an understanding about composing process and meaning of word also
needed in deciding prefix o meaning on nouns."
2017
S70246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sulistyowati
"Tesis ini membahas tentang pengimplementasian pendekatan deduktif dan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mengajarkan struktur Pelengkap Arah (PA) bahasa Mandarin. Pendekatan deduktif adalah pendekatan yang berawal dari penalaran umum menuju penalaran khusus. Pendekatan ini dapat menghemat waktu karena mengajarkan langsung pada struktur bahasa yang sedang dibahas. Tetapi pendekatan ini tidak membuat pemelajar paham pada konteks penggunaan struktur tersebut. Sedangkan, untuk dapat memahami PA dengan baik, pemelajar harus mampu memahami di mana penutur dan apa acuannya karena PA ini amat kental dengan nuansa deiksis tempat. Oleh karena itu, peneliti memadukan pendekatan deduktif dengan pendekatan CTL untuk mengajarkan PA agar pengajaran PA berjalan lebih tepat waktu dan tepat sasaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang berlangsung selama dua siklus. Pada siklus I pengajaran PA menerapkan pendekatan deduktif dan pada siklus II menerapkan pendekatan CTL. Hasil siklus I menunjukkan adanya pemahaman struktur PA yang baik tetapi belum diiringi dengan pemahaman kontekstual PA. Setelah penerapan siklus II dengan menggunakan pendekatan CTL diperoleh hasil yang hampir sama antara pemahaman struktur dan pemahaman kontekstual PA.

The thesis discusses the implementation of a deductive approach and Contextual Teaching and Learning (CTL) to teach Complement of Direction (CD) in Mandarin. Deductive approach is an approach that begins with the general reasoning to the specific reasoning. The approach can save time because it teaches directly on the structure of the language that is being discussed. But this approach does not make the learners understand the context of the structure. Therefore, in order to be able to understand CD well, learners should understand where is the speaker and what his/her reference because CD is very thick with the feel of the place deixis. Thus, researchers combine the deductive approach with CTL approach to teach CD in order to make teaching process run more on time and on target. This research is a classroom action research, which lasted for two cycles. In the first cycle, teaching CD applying deductive approach and the second cycle applying CTL approach. Results of the first cycle shows a good understanding of the structure of the CD but have not been accompanied by contextual understanding. After application of the second cycle using CTL approach, the result shows the same results between structural and contextual understanding."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T43652
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>