Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55996 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maya Kartika Dewi
"Patriarki adalah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan dalam berbagai aspek. Posisi laki-laki yang lebih dominan ketimbang perempuan memunculkan praktik misogini. Artikel ini membahas wacana misogini yang diperlihatkan melalui respons tokoh laki-laki terhadap tindakan pemberontakan tokoh-tokoh perempuan dalam roman LÉcole des Femmes karya Andre Gide. Metode kualitatif diterapkan dalam artikel ini untuk membahas fokus kajian secara deskriptif dan mendalam. Dengan menggunakan pendekatan struktural dari Roland Barthes dan kajiannaratologi Gérard Genette, roman ini dikaji melalui aspek sintagmatik, paradigmatik, serta fokalisasi. Konsep misogini yang dikemukakan oleh Jack Holland digunakan dalam artikel ini untuk melihat praktik-praktik misogini yang muncul melalui usaha tokoh perempuan melepaskan diri dari otoritas laki-laki. Dalam menganalisis kekuasaan wacana misogini pada lingkup budaya patriarki, artikel ini juga menggunakan teori analisis wacana kritis dari Norman Fairclough yang difokuskan pada konteks dalam teks. Artikel ini mengungkapkan representasi wacana misogini yang membentuk pola pikir masyarakat, sehingga memiliki kekuasaan untuk mempertahankan sistem sosial patriarki.

Patriarchy is a social system that put men as the primary holder of power in every aspect. The position of men that is more dominant than womens evoke the practice of misogyny. This article discusses the discourse of misogyny shown by the male characters responses to the rebellion of female characters in the novel LÉcole des Femmes by André Gide. Qualitative methods are applied in this article to discuss the focus of the study in a descriptive and in-depth manner. Using the structural approach by Roland Barthes and the study of narratology by Gérard Genette, this novel will be examined through syntagmatic, paradigmatic, and focalisation aspects. The concept of misogyny by Jack Holland is used in this article to see misogyny practices arising from the efforts of female figures to break away from the authority of male. To analyze the power that discourse of misogyny holds in patriarchal culture, this article will also use Norman Faircloughs theory of critical discourse analysis focused on context in the text. This article finds that the representation of misogynys discourse shapes the societys mindset, therefore, it has the power to maintain patriarchy as a social system."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Putri Andika
"ABSTRAK
Artikel ini membahas gagasan penolakan kemunafikan dalam beragama yang diperlihatkan melalui tokoh-tokoh perempuan dalam roman L rsquo; cole des Femmes karya Andr Gide. Metode kualitatif digunakan dalam artikel ini untuk membahas fokus kajian secara deskriptif dan mendalam. Dengan menggunakan pendekatan struktural Roland Barthes, roman berlatar khas keluarga bourgeois Prancis di akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 ini diteliti melalui aspek naratif yang melibatkan aspek sintagmatik dan paradigmatik. Konsep kesetaraan gender yang dikemukakan oleh Simone de Beauvoir jugadiperlukan guna melihat usaha tokoh perempuan dalam melepaskan diri dari belenggu otoritas laki-laki. Dalam teks ini, tokoh perempuan menunjukkan perlawanannya atas tindakan tokoh laki-laki yang menggunakan agama sebagai pembenaran atas praktik patriarkalnya. Agama yang dijadikan laki-laki sebagai alat untuk mengesahkan tindakan patriarkal merujuk pada tindakan munafik dalam beragama.
ABSTRACT

AbstractThis article discusses the idea of rejection of religious hypocrisy shown by female characters in Andr Gide 39 s L 39 cole des Femmes. Qualitative methods are used in this article to discuss the focus of the study in descriptive and in depth. Using the structural approach of Roland Barthes, the romance of a typical French bourgeois family in the late nineteenth to early twentieth centuries was examined through a narrative aspect involving both syntagmatic and paradigmatic aspects. The concept of gender equality proposed by Simone de Beauvoir is also necessary to see the efforts of female characters to escape from the shackles of male authorities. In this text, women 39 s figures show their opposition to the actions of male figures who use religion as justification for their patriarchal practices. Religion that men make as a means to legitimize patriarchal acts refers to religious acts of hypocrisy.
"
Lengkap +
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mokodompit, Esther J.
"Tujuan penelitian ini adalah untuk memperlihatkan adanya keutuhan sintagmatik dan paradigmatik dalam Roman L'Ecole des Femmes, suivi de Robert et de Genevieve, mengingat fakta bahwa ketiga teks dalam roman ini pada awalnya diterbitkan secara terpisah pada saat yang berbeda-beda.
Pendekatan yang akan dipakai dalam menganalisa adalah pendekatan struktural. Sedang teori yang dipakai adalah teori hubungan sintagmatik dan paradigmatik Roland Barthes dan teori sekuen Schmitt dan Viala.
Roman L'Ecole des Femmes, suivi de Robert et de Genevieve terdiri atas tiga teks panjang, yaitu L'Ecole des Femmes, Robert dan Genevieve. Tiap teks memiliki pengaluran sendiri. Pengaluran dalam teks pertama bersi_fat kronologis, dengan 20 tahun elips antara teks pertama bagian I dan teks pertama bagian 2. Pengaluran dalam teks kedua bersifat deskriptif. Pada teks ketiga, pengaluran bersifat kronologis. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sekuen-sekuen yang terdapat dalam ketiga teks tersebut bersifat saling melengkapi.
Hubungan logis yang tunggal untuk ketiga teks sekali_gus dimungkinkan dengan adanya sekuen-sekuen yang saling melengkapi tersebut. Hubungan logis yang tunggal untuk ketiga teks sekaligus juga membuktikan bahwa ketiga teks saling terikat dan merupakan suatu keutuhan.
Penokohan terbentuk melalui tampilnya gambaran yang berbeda-beda atas tokoh yang lama dalam tiap-tiap teks. Gambaran yang utuh atas tokoh diperoleh setelah menyatu_kan dan menyarikan gambaran yang berbeda-beda atas tokoh tersebut dalam ketiga teks sekaligus, sedemikian rupa sehingga terlihat adanya saling ketergantungan dan keterkaitan antara ketiga teks. Terdapat kesatuan latar, yaitu ruang dan waktu peris-tiwa.
Hasil penelitian membuktikan bahwa roman L'Eco1e des Femmes, suivi de Robert et de Genevieve merupakan suatu keutuhan."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S14384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edlina Hafmini Eddin
"ABSTRAK
Dalam pembahasan yang terdiri dari 2 bab, telah diurai_kan rangkaian cerita Les Faux-Monnayeurs dan masalah penuturnya. Sebagaimana telah dikemukakan dalam pendahuluan, tujuan penelitian ini adalah mengemukakan identitas penutur, menemukan kedudukan serta perannya dalam karya. Analisis karya dimulai dengan membuat urutan satuan cerita Les Faux-Monnayeurs dan mencari hubungan sebab akibat satuan-satuan cerita tersebut untuk mendapatkan logika narasi. Hal itu tidak dapat dilakukan karena secara keseluruhan satuan-satuan cerita tersebut tidaklah berkaitan. Oleh karena itu, langkah selanjutnya adalah mengelompokkan satuan-satuan cerita menurut tokoh untuk mendapatkan alur tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya ini. Ternyata alur-alur tersebut juga tak saling berkait, tidak didapat kesatuan cerita. Namun demikian tokoh-tokoh yang terdapat dalam roman ini mempunyai hubungan dengan

"
Lengkap +
1985
S14378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Lesmana
"Michelle Lesmana Kerumitan Penyajian Roman These Karya Andre Gide (di bawah bimbingan DR. Apsanti Djokosujatno), Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Depok, 1993. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperlihatkan penyajian roman These yang khas dan rumit. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan struktural dan teori yang dipakai adalah teori Roland Barthes mengenai hubungan sintagmatik dan paradigmatik, teori Todorov mengenai cerita ideologis dan cerita mitologis, teori Hudson tentang penokohan dan teori E.M. Forster tentang tokoh bulat dan tokoh datar.
Setelah penelitian dilakukan ternyata satuan-satuan isi cerita These dapat dikelompokkkan ke dalam subcerita-subcerita yang dapat berdiri sendiri dari segi histoire. Subcerita-subcerita tersebut mempunyai tema yang sama yaitu nilai manusia terletak pada usahanya untuk mengabdi bagi kemanusiaan. Sebagian dari subcerita-subcerita itu dimasukkan ke dalam cerita pokok dengan cara enchessement dan sebagian lagi dengan cara alternance. Banyaknya subcerita-subcerita yang merupakan cerita berbingkai, mengakibatkan pengaluran tokoh These terpotong-potong dalam gugus-gugus episode. Abstraksi fungsi-fungsi utama diperlukan untuk menemukan hubungan antara cerita pokok dan subcerita-subcerita yang kehadirannya secara sepintas lalu seperti tak memiliki hubungan yang langsung dan dalam.
Abstraksi itu perlu dilakukan karena cerita These menggambarkan pemikiran-pemikiran yang menjadi penghubung episode-episode. Pengaluran tersebut menunjukkan bahwa cerita These termasuk cerita ideologis. Pengaluran roman These juga berkaitan erat dengan penutur, karena cerita yang berlapis-lapis tersebut diiringi pula oleh aspek penuturan yang berlapis-lapis. Penokohan roman These juga sangat khas karena tokoh-tokoh dalam roman tersebut, selain ditampilkan melalui deskripsi tokoh These juga dibiarkan berbicara sendiri (melalui kutipan] sehingga pembaca seolah merasakan kehadiran mereka secara langsung dan hidup. Kekhasan penokohan dalam These juga dicapai berkat tokoh-tokoh yang hampir seluruhnya digambarkan sebagai tokoh bulat yang memiliki banyak segi, baik kelebihan maupun kekurangan mereka masing-masing. Tokoh-tokoh bulat tersebut ditampilkan secara langsung maupun tak langsung. Dari hasil penelitian terungkap bahwa roman These memiliki penyajian yang khas dan rumit."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene atalia Basana
"Perang Sipil Lebanon berlangsung selama 15 tahun karena konflik agama dan kesenjangan sosial. Keadaan perang memunculkan gerakan-gerakan sosial untuk melawan masalah ini, termasuk ketimpangan terhadap perempuan. Sebagai respon terhadap perang sipil, sastra Lebanon pascaperang banyak menggunakan tema ingatan sesorang sebagai cerminan keadaan perang. Charif Majdalani menggunakan tema ini dalam Villa des femmes (2015) untuk menceritakan kehidupan perempuan keluarga Hayek yang harus mempertahankan rumah dan kesejahteraan mereka setelah kematian kepala keluarganya. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana tokoh perempuan berperan dalam mengukuhkan wacana patriarki. Analisis dalam artikel menggunakan kajian naratif Barthes (1975) dan didukung oleh konsep fokalisasi Genette (1988), serta konsep Beauvoir (1949) tentang perempuan sebagai liyan dan respon subjektivitas perempuan. Temuan artikel ini menunjukkan bahwa tokoh perempuan ikut serta dalam mengukuhkan budaya patriarki karena telah menerima diposisikan sebagai liyan. Penerimaan ini ditunjukkan perempuan melalui peran gender dalam keluarga sehingga membatasi perempuan. Hal ini melestarikan wacana dalam budaya patriarki bahwa satu-satunya cara perempuan dapat terus menjalani kehidupan yang nyaman adalah melalui bantuan laki-laki.

The Lebanese Civil War lasted 15 years due to conflicts over religion and social inequality. The war brings up social movements that fight over the layers of this problem, including inequality against women. In response, post-war Lebanese literature highlight the theme of people’s memories as reflection of the war. Charif Majdalani uses this theme in Villa des femmes (2015) to narrate the life of women the Hayek family who are left to defend their home and their well-being after the death of their patriarch. This article aims to analyze how the female characters take part in preserving the patriarchal discourse. The analysis in the article uses Barthes's (1966) narrative study with the support of Genette's (1988) concept of focalization, as well Beauvoir’s (1949) concept of female Otherness and female subjectivity as a response. Finding show that female characters take part in the prolonging of patriarchal culture due to the acceptance of their Otherness. This acceptance is shown by women through the construction of gender roles in the family that limits women.This preserves the notion in patriarchal culture that the only way women can continue living a comfortable life is through the help of men."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Setiati
"Penyalian Roman. Roman, sebagai salah satu bentuk karya sastra, memiliki dua aspek penting, yakni aspek cerita dari aspek penceritaan. Namun, pendapat orang mengenai nilai kedua aspek tersebut tidak selalu sama. Forster, seorang ahli sastra dari Inggris, misalnya, mengatakan bahwa baginya aspek cerita merupakan segi yang paling penting dalam sebuah roman. Tanpa cerita tidak mungkin roman terwujud (Forster, 1974:41). Pendapat itu bertentangan dengan pendapat beberapa tokoh sastra yang muncul kemudian, misalnya, pendapat Jean Ricardou, ahli sastra dari Prancis. Guyon mengutip pendapat Ricardou yang menyatakan bahwa pada masa sekarang ini sebuah roman lebih merupakan petualangan penulisan daripada penulisan sebuah pe-tualangan (Guyon, 1972:403). Pendapat tersebut sesuai dengan kenyataan yang dijumpai dalam dunia kesusastraan Modern. Petualangan di bidang penulisan roman memang semakin mening-kat dan menghasilkan karya-karya yang mempunyai tehnik penya-jian yang khas, yaitu karya-karya yang penyajiannya menyim_pang dari konvensi. Karena itu, tidak mengherankan bila akhir-_akhir ini, khazanah kesusastraan, khususnya di Prancis, menja_di lebih kaya dengan karya-karya semacam itu, yang sebagian besar merupakan hasil kegiatan kelompok penulis nouveau roman, seperti Michel Butor, Robbe Grillet, dan Nathalie Sarraute..."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 1984
S14269
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherilla
"Skripsi ini membahas bagaimana orientasi seksual tokoh utama ditampilkan dalam novel l'Immoraliste karya Andr' Gide. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis sintagmatik dan paradigmatik. Orientasi seksual tokoh utama dapat terlihat berdasarkan peristiwa-peristiwa dalam cerita, deskripsi para tokoh serta dari analisis latar ruang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggambaran orientasi seksual tokoh dilakukan secara halus dan tidak secara langsung.

The Focus of this study is to find how the main character's sexual orientation is shown in the novel of Andr' Gide, l'Immoraliste. Using the syntagmatic and paradigmatic analysis, the main character's sexual orientation was observed based on the story events, the description of the character's and the places as well. The result of this study shows that Gide did not describe the main character's sexual orientation directly."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S14283
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Gustaf Daud
"Moliere, pengarang komedi terbesar Francis yang hidup pada abad ke-17, tidak hanya pandai berlakon dan menciptakan lakon. Ia juga pandai memasukkan pandangan hidupnya dalam lakonnya. Pandangan hidup konformisnya menggema pada tokoh Ariste dalam lakon 1 'Lcole des Mans dan Philinte dalam lakon le Misanthrope. Pada lakon I'Ecole des Marls dan le Misanthrope, sikap konformis, yaitu sikap yang menunjukkan perilaku serupa dengan perilaku sesama, dipertentangkan dengan sikap non konformis, yaitu sikap penolakan terhadap adat perilaku dan nilai masyarakat. Pertentangan sikap tersebut bertemakan pendidikan remaja, khususnya remaja gadis, pads lakon 1'Ecole des Marrs. Sedangkan pada lakon le Misanthrope, pertentangan antara konformitas dengan non konformitas mengambil tema kejujuran. Tokoh non-konformis, Sganarelle dan Alceste, dalam kedua lakon menentang adat kebiasaan masyarakat Paris karena mereka masih memegang teguh adat kebiasaan lama yang kasar dan kuno. Sikap mereka itu mengundang kritik dan tentangan dari para tokoh yang mengikuti adat kebiasaan baru di masyarakat Paris. Namun, kedua tokoh konformis tak memedulikan kritik dan tentangan yang diberikan para tokoh non konformis, terutama Ariste dan Philinte. Sikap berkeras pars tokoh non konformis membuat mereka tertimpa kemalangan. Mereka berdua kehilangan cinta mereka dan dikhianati. Kekecewaan membuat mereka menjauhkan diri dari para tokoh konformis. Oleh MoIiere, penampilan yang hampir sama dalam penokohan dan hubungan antar tokoh pada kedua lakon diimbangi dengan pengaluran yang sama. Bila dihubungkan dengan teori segitiga Freytag, alur pada bagian pemaparan kedua lakon menampilkan pertentangan sikap konformis dan non konformis antara tokoh Ariste dengan Sganarelle dalam lakon 1 Scale des Maris dan antara tokoh Philinte dan Alceste dalam lakon le Misanthrope. Pada bagian rangsangan, tokoh non konformis menggerakkan alur cerita menuju gawatan. Alur gawatan pada kedua lakon tampak panjang dan berakhir pada klimaks. Klimaks ini menampilkan kegagalan tokoh non konformis dalam usaha mendapatkan keinginan mereka. Pada bagian selesaian, kegagalan tersebut membuat tokoh non konformis meninggalkan pars tokoh konformis."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S15091
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Ratna Sagita
"Penelitian dilakukan untuk mendeskripsikan sifat padanan dan ketaksejajaran bentuk unsur bahasa Prancis bermuatan budaya materiil dalam novel La Symphonie Pastorale karya Andr_ Gide (1919) beserta terjemahannya. Analisis sifat padanan berdasarkan pada teori Catford yang menyatakan bahwa suatu padanan dikatakan memadai jika memiliki kesesuaian fungsi komunikatif (berkaitan dengan konteks) dan/atau makna leksikal dengan BSa. Analisis komponen makna leksikal menggunakan kamus Petit Robert (1976) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005). Metode penelitian yang digunakan adalah metode _kualitatif_ dan kepustakaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar (44 dari 49) unsur BSu (Bahasa Sumber) dipadankan secara memadai. Senada dengan teori Catford yang mengutamakan pengalihan fungsi komunikatif TSu ke dalam TSa, unsur bahasa yang menggunakan gaya bahasa metonimia dinilai memadai karena konteks TSa sama dengan konteks TSu, meskipun makna leksikalnya berbeda. Sementara itu, ketaksejajaran bentuk yang terjadi disebabkan oleh padanan berupa kata generik, pelesapan unsur BSu, dan pemadanan unsur BSu metonimia dengan unsur BSa bukan metonimia"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14512
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>