Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158244 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manurung, Evanny Indah
"Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu indikator dalam status kesehatan yang pada usia anak. Penyakit yang biasa menyerang saluran pernapasan pada anak yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus. ISPA merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang saluran pernafasan, mulai dari hidung hingga alveoli. Prevalensi ISPA pada tahun 2018 ini berada di atas prevalensi ISPA Indonesia, yaitu 5.3%. ISPA merupakan penyakit yang paling banyak terjadi di Kabupaten Tangerang, yaitu ada 207.434 kasus, dan termasuk 10 besar penyakit yang terjadi di Kabupaten Tangerang berdasarkan laporan dari puskesmas dan menempati urutan pertama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ISPA berulang pada balita. Metode penelitian menggunakan metode cross sectional. Sampel sebanyak 350 keluarga yang memiliki balita dengan riwayat ISPA yang datang ke posyandu yang diambil dengan teknik Total Sampling. Data dianalisis menggunakan uji univariat, bivariat, dan multivariate dengan menggunakan regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukan faktor usia, status gizi, status imunisasi, status ekonomi keluarga, dan terpapar asap rokok, dengan p value<0,05. Faktor yang paling dominan yang berpengaruh terhadap ISPA berulang pada balita adalah usia balita.

Respiratory disease is an indicator of the health status of children. The disease that usually attacks the respiratory tract in children is acute respiratory infections (ARI) caused by both bacteria and viruses. ARI is an acute infectious disease that attacks the respiratory tract, ranging from the nose to the alveoli. The prevalence of ARI in 2018 is above the prevalence of ARI in Indonesia, which is 5.3%. ARI is the most common disease in Tangerang Regency, where there are 207,434 cases, and including the top 10 diseases that occur in Tangerang District based on reports from puskesmas and ranked first. The purpose of this study was to determine the factors associated with recurrent ARI in infants. The research method uses cross sectional method. A sample of 350 families who have children under five years old with a history of ARI coming that coming to the posyandu were taken with a total sampling technique. Data were analyzed using univariate, bivariate, and multivariate tests using multivariate logistic regression. The results showed age, age, nutritional status, immunization status, family economic status, dan exposure to cigarette smoke, with p value<0.05. The most dominant factor influencing recurrent ARI in infants is exposure to age of cigarette smoageke.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T54934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jerikco Lewiyonah
"Latar Belakangan: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit menular penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada balita di dunia, khususnya di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu dari enam negara dengan kasus ISPA pada balita terbanyak di dunia dengan insiden yang cukup tinggi. Beberapa faktor yang berkaitan dengan ISPA pada balita diantaranya yaitu faktor sosio-demografi, , faktor sosio-ekonomi, dan faktor lingkungan. DKI Jakarta memiliki beberapa permasalahan yang umum terjadi di kota besar seperti masalah Kependudukan, pekerjaan, dan polusi udara. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019- 2020, seperti usia ibu, tingkat Pendidikan ibu, tingkat Pendidikan ayah, jumlah perokok, jumlah industri, jumlah kendaraan bermotor, dan ruang terbuka hijau (RTH) secara statistic. Metode: Penelitian ini menggunakan desai studi ekologi berdasarkan tempat yang mencakup 44 kecamatan di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Hasil: studi menunjukkan adanya korelasi terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di Provinsi DKI Jakarta yaitu usia ibu (p = 0.011, r = 0.381), tingkat pendidikan ibu (p = 0,000, r = -0,385), jumlah perokok (p = 0.007, r = 0.422), dam ruang terbuka hijau (p = 0.048, r = 0.325). Sementara itu, untuk tingkat Pendidikan ayah, jumlah kendaraan bermotor, dan jumlah industri menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta.

Background: Acute Respiratory Infection (ARI) is an infectious disease the main cause of morbidity and mortality in children under five years in the world, especially in developing countries. Indonesia is one of the six countries with most cases of ARI in children under five years in the world. There are several factors related to ARI in children under five years including socio-demographic, socio-economic, and environmental factors. DKI Jakarta had several problems that are common in big cities, such as population, employment, and air pollution. Objective: In this study the factors related to the incidence of ARI among children under five years in DKI Jakarta Province in 2019 and 2020, such as maternal age, mother’s level of education, father’s level of education, total of smokers, total of industries, total of vehicle, and quantity of green open space were analysed. Methods: An ecological study design based on region that includes 44 sub-districts in DKI Jakarta Province was used in this study. Results: Statistically significant correlations between incidence of Acute Respiratory Infection (ARI) in children under five years in DKI Jakarta Province, and maternal age (p = 0,011, r = 0,381) in 2019 and 2020, mother’s level of education (p = 0,000, r = -0,385), total of smokers (p = 0,007, r = 0,422) in 2019,quantity of green open space (p = 0,048, r = 0,325) in 2019 were observed in this study. Meanwhile, in signicant correlations between father’s level ofeducation, total of vehicle, and total of industries show insignificant correlation with incidence of ARI among children under five years in DKI Jakarta Province in 2019 and 2020 were showed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Irwan Afandi
"Kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di Wonosobo meningkat dalam 3 tahun terakhir. Kejadian tertinggi adalah 348 per 1.000 balita pada tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan fisik rumah terhadap ISPA, dengan menggunakan desain cross sectional analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita di Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah 2012. Sampel dipilih secara acak sederhana berdasarkan cluster mewakili perbedaan ketinggian di Wonosobo, selanjutnya pemilihan subjek penelitian menggunakan cara Propobability proportional to Size (N = 250).
Studi ini menemukan prevalens kejadian ISPA sebesar 60,80%, lingkungan fisik rumah berhubungan dengan kejadian ISPA setelah dikontrol dengan variabel pengetahuan ibu. Proporsi kejadian ISPA 68,47% dari balita yang tinggal pada kondisi rumah kurang, sedangkan 27,66% balita tinggal dalam kondisi baik (PR= 2,47, 95% CI: 1,545-3.967). Diperlukan upaya promosi kesehatan dan tindakan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan terutama kondisi rumah untuk mencegah ISPA.

The incidence of acute respiratory infections (ARI) on children under five in Wonosobo was increasing in the last 3 years. The highest was 348 per 1.000 children under five in 2010. The study aimed to determine the influence of house condition to ARI. This was an analytic cross sectional study. The population was all of under five In Wonosobo District, Central Java Province 2012. Sample was selected by cluster simple random sampling, the cluster was representing the altitude of Wonosobo, then the selection of subject study using propobabilty proportional to size (N=250).
This study found a prevalence of 60.80% of ARI, the house physical environment associated with the incidence of ARI home after the controlled of maternal knowledge variable. proportion of ARI incidence 68.47% of children who live on bad house conditions, while 27.66% children under five living in good conditions (PR = 2.47, 95% CI: 1.545 to 3967). Need a health promotion and an action to increasing the health environments especially the house conditions to prevent ARI.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30757
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manondang
"Dampak negatif pembangunan antara lain adalah menurunnya kualitas lingkungan, sampai kepada menurunnya kualitas kesehatan masyarakat akibat berbagai bentuk pencemaran. Dampak langsung dari pencemaran udara, terutama yang berasal dari kualitas udara ambien akan menyebabkan penyakit gangguan saluran pernapasan. Contohmya kasus yang ada di kecamatan Muara Badak, kabupaten Kutai, Kalimantan Timur.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempunyai kontribusi terhadap penyakit saluran pernapasan pada masyarakat usia dewasa di kecamatan Muara Badak. Dilakukan survey dengan pendekatan cross-sectional di sekitar ke 3 lokasi pengambilan sampel untuk pengukuran kualitas udara ambien, dilakukan pula pengambilan sampel secara acak dan proporsional sebanyak 120 responder.
Hasil penelitian menunjukkan kadar partikulat di lokasi penelitian adalah antara 133 µg/m³--415 µg/m3. Sedangkan batas baku mutu lingkungan yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup adalah 260 µg/m³. Secara statistik diperoleh hubungan yang bermakna antara kadar partikulat dan faktor lama tinggal dengan kejadian penyakit saluran pernapasan. Akan tetapi faktor-faktor jenis pekerjaan, masa kerja, merokok, dan kondisi lingkungan hunian (kepadatan hunian, ventilasi, dan bahan bakar masak) secara statistik tidak menunjukkan hubungan bermakna dengan kejadian penyakit saluran pernapasan.

The decreasing of environmental quality is one of several development program negative impacts. Such as decrease consequently, leads a decrease of public health condition in a community.
The direct impact of air pollution, especially which is from dust particles in the ambient air quality will cause the incidence of respiratory diseases. The example was the case in Muara Badak districts, Kutai, East Kalimantan.
The objective of this research is to determine the factors that have contribution to incidence of respiratory diseases among the old people in Muara Badak.
By conducting surveys and using a cross sectional approach, from the three air sampling sites, 120 respondents were chooser randomly and proportionally.
The Result of this research showed the concentration of dust particles was 133 µg/m3 -- 415 µg/m³. The degree of the states Minister Of The Environment is 260 µg/m3. Statistically it is obtained a significant relationship between the concentration of dust particles and the period time of living with the incidence of respiaratory diseases.
Another result of this research showed statistically that there's no significant relationship between type of work, time of work, smoking habit, the condition of the houses (overcrowded homes, ventilation, and use of cooking fuel) with the incidence of respiratory diseases."
2000
T4561
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Labado
"ISPA merupakan salah satu penyakit penyebab kematian pada anak-anak di dunia khususnya Negara berkembang seperti di Indonesia. Faktor penyebab ISPA adalah kondisi lingkungan rumah serta PHBS yang buruk. Tingginya insiden ISPA di Kabupaten Gorontalo khususnya balita dan belum tercapainya target RPJMN rumah sehat di Provinsi Gorontalo melatarbelakangi dilakukannya penelitian terkait kondisi lingkungan rumah dan perilaku dengan Kejadian ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tilango. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor-faktor terkait kondisi lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian ISPA di kecamatan Tilango. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross sectional dengan analisis multivariate Binary Regresi logistic model prediksi. Populasi pada penelitian ini adalah anak balita usia 0-59 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Tilango. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan secara acak berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 92 responden. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa yang paling dominan secara signifikan terhadap Kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Tilango yaitu Pendapatan (OR=13,9, 95% CI 3,395-57,668), Pendidikan (OR=11,3, 95%CI 2,498-51.650), Status Imunisasi (OR=9,8, 95%CI 1,019-95.346), Luas Ventilasi (OR= 8,9, 95%CI= 2,204-35,956), Kebiasaan Buka Jendela (OR=0,05, 95%CI 0,007-0,447).  kesimpulan pada penelitian ini adalah banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita yaitu karakteristik balita, karakteristik orangtua, perilaku dan lingkungan rumah.

ARI is one of the causes of death in children in the world, especially developing countries such as Indonesia. The factors that cause ARI are the condition of the home environment and poor hygiene and sanitation. The high incidence of ARI in Gorontalo Regency, especially toddlers and the lack of achievement of the RPJMN target for healthy homes in Gorontalo Province is the background for conducting research related to home environmental conditions and behavior with the incidence of ARI in children under five in the working area of ​​the Tilango Health Center. The purpose of this study was to determine the relationship of factors related to environmental conditions and behavior related to the incidence of ARI in Tilango sub-district. This study used a cross-sectional study design with multivariate analysis of binary logistic regression prediction model. The population in this study were children aged 0-59 months who visited the Tilango Health Center. The sample selection of this study was conducted randomly based on the inclusion and exclusion criteria specified. The number of samples in this study were 92 respondents. The results of this study found that the most dominant significantly to the incidence of ARI in children under five in Tilango District were income (OR=13.9, 95% CI 3,395-57,668), education (OR=11,3, 95%CI 2,498-51,650) , Immunization Status (OR=9,8, 95%CI 1,019-95,346), Ventilation Area (OR=8,9, 95%CI=2,204-35,956), Window Opening Habit (OR=0,05, 95%CI 0,007 -0.447). The conclusion in this study is that there are many factors that can affect the incidence of ARI in toddlers, namely the characteristics of toddlers, parents' characteristics, behavior and home environment"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmawaddah
"Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang menempati urutan sepuluh besar penyakit di Puskesmas Plus Kecamatan Sape. Petani di Kecamatan Sape selalu menanam padi setiap tahunnya, sehingga terdapat banyak penggilingan padi pada daerah tersebut. Adanya penggilingan padi berpotensi sebagai penyebab ISPA karena paparan debu gabah hasil proses penggilingan. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu,karakteristik rumah, dan karakteristik tempat kerja dengan kejadian ISPA. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat, dan multivariat. Jumlah pekerja yang mengalami ISPA adalah 52 orang (53,1%). Hasil penelitian menunjukkan variabel kelembaban rumah berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA dan merupakan variabel dominan dengan nilai p=0,01 (OR=7,00). Tidak terdapat hubungan antara karakteristik pekerja dan lingkungan tempat kerja dengan kejadian ISPA.

The incidence of Acute Respiratory Infection (ARI) is one of the health problems that rank in the top ten diseases at the Puskesmas Plus, Sape District. Farmers in Sape District always plant rice every year, so there are many rice mills in the area. The presence of rice milling has the potential to cause ARI due to exposure to grain dust from the milling process. The study design used was cross-sectional to determine the relationship between individual characteristics, home characteristics, and workplace characteristics with the incidence of ARI. The used analyses are univariate, bivariate, and multivariate. The number of workers experiencing ARI is 52 people (53.1%). The results showed that the house humidity variable was significantly related to the incidence of ARI and was the dominant variable with p = 0,01 (OR = 7,00). There is no relationship between the characteristics of workers and the workplace environment with the incidence of ARI."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvira Delviani
"ISPA merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Pada saluran pernapasan atas atau saluran pernapasan bawah. Bakteri dan virus penyebab penyakit ISPA umumnya ditransmisikan melalui udara yang tercemar.  Pada tahun 2017, penyakit ISPA di Kota Bekasi mencapai 34.573 jiwa. Pada tahun 2015-2017, penyakit ISPA menempati urutan pertama. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan spasial antara faktor lingkungan dengan kejadian ISPA di Kota Bekasi tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan yaitu studi ekologi dengan analisis spasial dan menggunakan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan spasial antara faktor lingkungan dengan kejadian ISPA di Kota Bekasi tahun 2017, tetapi terdapat wilayah yang memiliki faktor lingkungan yang tinggi dan kasus ISPA yang rendah atau sebaliknya, sehingga jumlah faktor lingkungan dengan kasus ISPA di Kota Bekasi tidak linear sehingga hal tersebut tidak dapat dijadikan patokan dalam menentukan peringatan dini (early warning) terhadap kasus ISPA di Kota Bekasi secara spasial. Dinas Kesehatan agar menjalin kerjasama lintas sektor dengan Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian dan Dinas Perhubungan untuk menekan angka kasus ISPA di Kota Bekasi.

ARI is a communicable disease caused by bacteria and viruses in the upper respiratory tract infection or lower respiratory tract infection. Bacteria and viruses that causes ARI are generally transmitted by polluted air. In 2017, ARI cases in Bekasi have reached 34.573 people. Between 2015-2017, ARI in Bekasi City places 1st on communicable disease. The research is aimed to spatial relationships between environmental factors and ARI cases in Bekasi City 2017. It then uses an ecological study with spatial analysis from secondary data. The results showed is a spatial relationship between environmental factors and ARI cases in Bekasi City 2017, but there are some villages that have high environmental  factors and low ARI cases. In spatially, data about environmental factors and ARI cases in Bekasi City is not linear so that it can not be used a bechmark in determine early warnings/predictions of ARI cases in Bekasi City. Dinas Kesehatan Bekasi must establish cross-sector coorperation with Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Dinas Perhubungan, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan and Dinas Perdagangan dan Perindustrian to reduce ARI cases in Bekasi City."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soenarjo Soejoso
"Kematian bayi umur kurang dari satu tahun 25,2 % disebabkan infeksi saluran napas. Kematian anak Balita umur 1-4 tahun 18,2 % disebabkan infeksi saluran napas. Analisis data sekunder Pneumonia pada Balita di Kodya Jakarta Timur tahun 1994 menyimpulkan angka Case Fatality Rate sebesar 3,3 %. Sedangkan perkiraan angka kematian Pneumonia dari Depkes RI untuk Indonesia tahun 1993 sebesar 6 permil.
Berkembangnya tingkat kesakitan dan kematian dari Pneumonia bisa dilihat dari kemampuan ibu memberi perawatan penunjang yang baku, kemampuan keluarga membedakan derajat ISPA Bukan Pneumonia dan Pneumonia, membawa anak mereka lebih awal bagi pengobatan khusus ke tempat pelayanan kesehatan. Apakah Balita yang menderita Pneumonia Berat dan' dirawat di rumah sakit tidak mendapatkan penanganan baku sejak dini sebelumnya di tingkat keluarga dan masyarakat?
Jenis penelitian adalah kasus kontrol. Penelitian ini mengambil sampel 45 penderita Pneumonia Berat pada Balita berdomisili di Kodya Jakarta Timur, yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan dan Rumah Sakit Islam Jakarta Timur sebagai kasus, dan 45 penderita Pneumonia yang dirawat jalan di kedua rumah sakit tersebut dan di Puskesmas, alamat Balita di kelurahan yang sama sebagai kontrol. Alpha 0,05; Power of the test 80 %; one sided test. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner mengunjungi alamat Balita. Entry data mengunakan Epi Info 6.0, analisis data menggunakan SPSS for Win.
Hasil penelitian adalah bermaknanya hubungan penanganan ISPA di tingkat keluarga dengan kejadian Pneumonia Berat (cOR 2,96; 95 % CI 1,10 r OR < 8,10; p 0,016). Setelah dikontrol dengan imunisasi DPT dan imunisasi Campak pada analisis multivariat, hubungan tersebut tidak bermakna dengan aOR 2,42; (95 % CI: 0,79-7,43; p 0,1237. Variabel konfounder yang dimasukkan dalam model akhir adalah imunisasi DPT dan imunisasi Campak dengan pertimbangan substantif amat diyakini dapat mengganggu hubungan penanganan ISPA terhadap kejadian penyakit Pneumonia Berat; tidak ada variabel interaksi yang memenuhi syarat statistik. Pengaruh variabel utama dan kovariate secara bersama-sama adalah Logit P(x) = - 0,9697 + 0,8821tangan + 0,2256imunDPT - 1,5075imunCPK.
Gizi Balita, umur Balita, pengeluaran kepala keluarga, pendidikan responden, pemberian ASI, pemberian vitamin A, riwayat berat lahir, rumah sehat tidak terbukti dapat mengganggu hubungan penanganan ISPA di tingkat keluarga dengan perjalanan penyakit Pneumonia Berat pada Balita di Kodya Jakarta Timur, Januari 1995 - Mei 1996.
Saran operasional mengupayakan penurunan kejadian penyakit Pneumonia Berat dengan upaya supervisi pelaksanaan manajemen ISPA oleh petugas di Puskesmas secara teratur dan berkesinambungan, serentak dengan intervensi peningkatan pengetahuan ibu di masyarakat mengenal dan menanganai kasus Pneumonia dengan tepat.
Saran penelitian adalah penelitian dengan disain serupa secara incidence cases, namun klasifikasi ditetapkan peneliti, di rumah sakit yang sama, wawancara dengan responden dilakukan saat Balitanya menderita Pneumonia dan Pneumonia Berat. Pembuatan kuesioner didasarkan atas studi ethnografi terlebih dahulu di Kodya Jakarta Timur.

The infant mortality rate which is less than one year is 25,2 % caused by the respiratory tract infection. The mortality of the children of 1-4 years old 18,2 % is due to respiratory tract infection. The secondary data analysis of pneumonia in the Municipality of East Jakarta in 1994 concluded that the case fatality rate is 3.3 %. While the estimate of the pneumonia mortality rate by the Department of Health of the Republic of Indonesia in Indonesia is 0,6 % in 1993.
The development of the pneumonia morbidity and mortality can be seen from the mother ability to provide a standardized supporting maintenance, the family ability to differentiate the non pneumonia and the pneumonia of ARI, be motivated to bring their children early for treatment, especially to the health care centre. Do the children that suffered from severe pneumonia and treated in the hospital not received standardize handling early in the family and in the community?
This research is a case control. This research sampled 45 severe pneumonia patients among the children under five years old domiciled in the Municipality of East Jakarta, which are in-house nursing in the Persahabatan Public General Hospital and the Islamic Hospital of East Jakarta as the cases, and 45 pneumonia patients which are on out-going nursing in both hospitals and in the community health centre, with children address in the same village as a control. The a = 0.05; power of the test 80 %; one sided test. The data collection is by questionnaire by visiting the children address. The data entry is using Epi Info 6.0, and the data analysis is done by using the SPSS for Win soft-ware.
The research proceeding is that there is a significant relationship between the ARI handling in the family level and the incidence of severe pneumonia (cOR 2,96; 95 % CI 1,10 < OR < 8,10; p = 0.016). After controlled with the DPT and measles immunization in the multivariate analysis, the relationship is not significant with aOR 2,42; 95 % CI 0,79 < OR < 7,43; p = 0,1237. The confounder variable included in the final model is the DPT and measles immunization with a substantive consideration, is able to confound the relation-ship of ARI toward the incidence of severe pneumonia; there is no interaction variable which fulfill the statistic criteria. The main variable influence and the covariate collectively is Logit P(x) = - 0.9697 + 0.8821 family care + 0.2256 imunDPT - 1.5075 immun MSL.
The children nutrition, the children' age, expenditure of the family, respondent education, breast feeding, vitamin A supplementation, the birth weight record, healthy housing turned out can not confound the ARI handling the family level with the disease history of pneumonia in the children under five years old in the Municipality of East Jakarta, January 1995 - May 1996.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joon Sumargono
"Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Berdasarkan Survai Kesehatan Rumah Tangga tahun 1986 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan, ISPA menempati urutan paling atas dalam daftar penyebab kematian seluruh golongan umur (13,7%) dan menurut pola penyakit pada bayi didapatkan ISPA 42,4% dan pada umur 1-4 tahun 40,6. Dalam Pelita IV prioritas utama dalam bidang kesehatan adalah penurunan angka kematian bayi, yang di galakkan dalam kegiatan terpadu K5-Kesehatan (Posyandu) tetapi belum terlihat adanya program khusus untuk menanggulangi ISPA.
Keterbatasan sumber dana operasional menyebabkan pemberantasan ISPA terlambat di mulai walaupun sudah sejak lama diketahui bahwa masalah ISPA di Indonesia sangat besar. Di negara berkembang termasuk Indonesia, pola kebiasaan hidup erat hubungannya dengan tingginya "rate" dari ISPA yang disebut sebagai faktor risiko yang berhubungan erat dengan tingkat sosial ekonomi seperti tinggal dilingkungan yang padat, ventilasi rumah yang kurang, polusi asap dapur, pendidikan yang rendah, higiene perorangan yang buruk dan sebagainya. Maka mengurangi atau menghindari faktor risiko merupakan salah satu cara yang dapat mencegah terjadinya ISPA.
Dengan dasar hal-hal diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko tersebut dan seberapa jauh pengaruhnya. Jenis penelitian ini adalah kohort prospektif pada 534 balita yang dipilih secara random sampling pada tiap berdasarkan pemilikan barang dalam keluarga. Pemantauan dilakukan selama tiga bulan untuk melihat jumlah episod ISPA yang terjadi. Teknik analisa yang digunakan adalah Chi Square, RR dan Logistik Regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh terbesar untuk jumlah episod ISPA ringan secara berturut-turut adalah pencemaran udara, pendidikan ibu, gizi balita, umur balita dan imunisasi. Untuk jumlah ISPA sedang pengaruh terbesar berturut-turut adalah pemilikan barang dalam keluarga, pencemaran udara dan kepadatan dalam rumah.
Selanjutnya disarankan agar dilakukan perbaikan kesehatan lingkungan, dalam hai ini terutama ditujukan pada perbaikan perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan, penyuluhan tentang pengaruh buruk dari merokok pada kesehatan balita, meningkatkan pendidikan kesehatan pada ibu-ibu balita mengenai ISPA. Juga disarankan untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan meningkatkan gizi balita di Posyandu serta menambah keterampilan ibu balita untuk dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
Terakhir disarankan untuk penelitian lebih lanjut tentang pengaruh faktor-faktor risiko yang tidak dapat di buktikan dalam penelitian ini. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Menaldi Rasmin
"Penyakit infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah, tidak hanya di negara berkembang bahkan juga di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Pada survei kesehatan nasional di Amerika yang dilakukan pada tahun 1981, diduga lebih dari 200 juta episode infeksi saluran napas muncul setiap tahunnya dan 1,5% di antaranya adalah pneumonia (dikutip dari 1). Angka mortalitas akibat pneumonia cukup tinggi yaitu sebesar 20-30 per 100.000 penduduk setiap tahunnya sebenarnya sudah menurun 10 kali dibandingkan 40 tahun yang lalu (2): Pada penderita usia tua, angka mortalitas akibat pneumonia di Inggris dan Amerika Serikat adalah sekitar 24-31 % (3). Pada pneumonia pneumokok bakteremik angka mortalitas dapat lebih dari 50 %, umumnya terjadi pada orang tua dengan penyakit jantung atau paru (4). Data WHO yang dikumpulkan di lima benua dengan jumlah penduduk 1200 juta, menunjukkan angka kematian karena ISNA (infeksi saluran napas akut) pada tahun 1972 adalah sebesar 666.000. Pneumonia oleh virus atau kuman menempati 75 % dari angka kematian tersebut ( dikutip dari 5 ).
Di Indonesia, pada survei kesehatan rumah tangga tahun 1980 oleh Departemen Kesehatan, didapatkan bahwa penyakit yang terbanyak ditemukan adalah ISNA (26,1% ) dan penyebab kematian terbanyak ialah radang saluran napas bawah (17,8 %). Survei serupa yang dilakukan pada tahun 1986, ISNA tetap pada peringkat pertama (25,6%), sedangkan kematian akibat infeksi saluran napas bawah adalah sebesar 16,8 % (6,7). Di UPF Paru RS Persahabatan Jakarta, pada tahun 1989 tercatat 127 penderita bronkiektasis (8 %), 101 pneumonia (6 %), 66 pleuritic (4 %), 44 bronkopneumonia (2,8%) dan 52 empisema (3,3%), dari seluruh penderita yang masuk rawat. Pada tahun 1990 dari 1229 penderita yang dirawat, tercatat bronkiektasis 73 penderita (5,94%) dan pneumonia 63 penderita (5,13 %) (8). Setidaknya infeksi saluran napas akan menyebabkan hilangnya hari sekolah dan kerja, serta biaya pengobatan yang tidak sedikit (1,2)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>