Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162457 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Muthiah Hanum
"Bom bunuh diri, peristiwa tersebut yang termasuk ke dalam Culture of Death di teritori Palestina – Israel saat ini merupakan hasil dari kekacauan politik, serta birokrasi akibat pendudukan dan pengepungan yang tidak berkesudahan. Di dalam Culture of Life, kehidupan manusia mulai dari kelahiran hingga kematiannya secara alamiah adalah sakral. Itu berarti kelahiran dan kematian yang dibuat-buat adalah bertentangan dengan culture of life atau memiliki culture of death, termasuk bom bunuh diri, kesyahidan, dan terrorisme. Anggapan bahwa Bangsa Palestina memiliki culture of death dari pernyataan yang dilayangkan oleh kelompok pendukung Israel, membuat bangsa tersebut tidak layak untuk memiliki negara merdeka. Namun, Mahmoud Darwish, seorang penyair nasional Palestina, menyanggah hal tersebut dalam puisinya yang berjudul Halat Hiṣar (State of Siege). Selain dalam puisi Mahmoud Darwish, polemik mengenai culture of death di teritori Palestina – Israel ini terdapat dalam berbagai media dan jurnal akademis. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan sanggahan Mahmoud Darwish terhadap culture of death di Palestina didukung dari beberapa sumber: Analisis puisinya yang telah disebutkan di atas, perbandingan kasus-kasus culture of death di belahan dunia lainnya, dan data dari sumber tertulis relevan. Data penelitian diperoleh dari studi literatur dari jurnal akademis, artikel, dan buku. Dalam pembuatannya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, studi pustaka, dan pendekatan sosiologi sastra dan strukturalisme semiotik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa situasi teritori Palestina - Israel lah yang memaksa Bangsa Palestina hidup dalam culture of death.
Suicide bombings event which belong to the Culture of Death in the Palestinian territories - Israel today are the result of political turmoil as well as bureaucracy due to endless occupation and siege. In Culture of Life, human life from birth to death is naturally sacred. That means birth and death made up are against the culture of life or have a culture of death, including suicide bombings, martyrdom, and terrorism. The notion that the Palestinians have a culture of death from statements posted by Israeli support groups, makes the nation unfit to have an independent state. However, Mahmoud Darwish, a Palestinian national poet, refutes this in his poem entitled Halat Hiṣar (State of Siege). In addition to Mahmoud Darwish's poem, polemics about culture of death in the Palestinian-Israeli territory are contained in various media and academic journals. This study aims to prove Mahmoud Darwish's rebuttal of culture of death in Palestine supported from several sources: Analysis of the poem mentioned above, comparison of cases of culture of death in other parts of the world, and data from related literature. Research data were obtained from literature studies from academic journals, articles and books. In its making process, this research uses qualitative methods, literature studies, with sociology of literature and semiotic structuralism approaches. The results of this study indicate that the situation of the Palestinian territories - Israel is what forced the Palestinians to live in a culture of death."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeti Marliana
"Artikel ini berisi analisis tentang simbol-simbol kebudayaan Rusia yang terdapat dalam film animasi serial televisi Маша и Медведь /Masha i Medved’ (Masha dan Beruang). Маша и Медведь /Masha i Medved’ (Masha dan Beruang) merupakan sebuah cerita rakyat Rusia yang diangkat kembali menjadi film animasi serial anak-anak. Film ini mengalami pengembangan cerita dari cerita aslinya dan film ini telah dipublikasikan di 20 negara. Melalui penelitian ini peneliti ingin memaparkan simbol-simbol kebudayaan yang terkandung di dalam cerita Маша и Медведь /Masha i Medved’ (Masha dan Beruang) dengan menggunakan teori semiotik Charles Sander Pierce. Berdasarakan hasil analisis, terdapat unsur kebudayaan didalam film animasi serial televisi Маша и Медведь /Masha i Medved’ (Masha dan Beruang) yang ditujukan sebagai salah satu bentuk penyebaran kebudayaan Rusia ke khalayak luas.

This article contains an analysis of the Russian cultural symbols contained in the television series of animated film Маша и Медведь / Masha i Medved '(Masha and Bear). Маша и Медведь / Masha i Medved '(Masha and Bear) is a Russian folk tale re-elected as the animated film series children. The film is experiencing the development from the original story of this movie has been published in 20 countries. Through this study the researcher wants to expose the cultural symbols contained in the story Маша и Медведь / Masha i Medved '(Masha and Bear) by using semiotic theory of Charles Sanders Pierce. Based on the anlysis result, there is a cultural element in the television series of animated films Маша и Медведь / Masha i Medved '(Masha and Bear) are intended as a from of dissemination of Russian culture to a wide audience."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;, 2014
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Raud, Rein
Cambridge: UK Malden, MA Polity Press, 2016
306.01 RAU m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muzafarsyah
"Tesis ini merupakan analisis semiotik terhadap film Lilja 4-Ever karya sutradara asal Swedia, Lukas Moodysson. Analisis dilakukan dengan memperlakukan film Lilja 4-Ever sebagai suatu bahasa yang memuat seperangkat pesan yang dikarakterisasi oleh kodifikasi sistem gambar dan suara. Hasil analisis menunjukkan sutradara mendayagunakan komoditas budaya populer Amerika sebagai elemen-elemen dalam film yang berbahasa Rusia ini untuk membangun opini tentang wacana American Dream di Rusia dan dampaknya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan semiotika strukturalis Roland Barthes dan semiotika film Christian Metz.

This thesis is a semiotic analysis of Swedish drama movie, Lilja 4-Ever, directed and written by Lukas Moodysson. The analysis is seeing Lilja 4-Ever as a language contained a set of messages characterized by specific audio visual system codifications. The analysis result shows that Lukas Moodysson exploited American popular culture commodities as elements in this Russian language movie to drive opinion about the discourse of American Dream in Russia and its impact. Qualitative descriptive methode was used in this research with structural semiotic from Roland Barthes and Christian Metz film semiotic as the approaching tools."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45146
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muzafarsyah
"Tesis ini merupakan analisis semiotik terhadap film Lilja 4-Ever karya sutradara asal Swedia, Lukas Moodysson. Analisis dilakukan dengan memperlakukan film Lilja 4-Ever sebagai suatu bahasa yang memuat seperangkat pesan yang
dikarakterisasi oleh kodifikasi sistem gambar dan suara. Hasil analisis menunjukkan sutradara mendayagunakan komoditas budaya populer Amerika sebagai elemen-elemen dalam film yang berbahasa Rusia ini untuk membangun opini tentang wacana American Dream di Rusia dan dampaknya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan semiotika strukturalis Roland Barthes dan semiotika film Christian Metz.

This thesis is a semiotic analysis of Swedish drama movie, Lilja 4-Ever, directed and written by Lukas Moodysson. The analysis is seeing Lilja 4-Ever as a language contained a set of messages characterized by specific audio visual system codifications. The analysis result shows that Lukas Moodysson exploited American popular culture commodities as elements in this Russian language movie to drive opinion about the discourse of American Dream in Russia and its impact. Qualitative descriptive methode was used in this research with structural semiotic from Roland Barthes and Christian Metz film semiotic as the approaching tools."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmi Irwinsyah
"Mahmoud Darwish adalah seorang penyair Palestina yang menjadi salah satu ikon Palestina. Tujuan utama dari tema-tema puisinya adalah perjuangan demi nasib tanah airnya. Hal ini dikarenakan konflik panjang selama enam dasawarsa sejak perang Arab-Israel sehingga tercipta puisi bertema patriotisme. Puisi karya Mahmoud Darwish yang menjadi sumber data primer pada skripsi ini adalah puisi yang berjudul بطاقة هوية , إلى أمي , dan عن إنسان. Ketiga puisi ini memiliki daya magis yang cukup kuat untuk menggambarkan patriotisme Mahmoud Darwish dan perjuangan masyarakat Palestina. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis strukturalisme semiotik dengan pendekatan objektif. Aspek struktur diperlukan untuk melihat sejauh mana pesan struktur tersebut mendukung aspek semiotik dan untuk membuktikan bahwa ketiga puisi tersebut mempunyai tema yang sama yaitu tema patriotisme. Beberapa teori yang digunakan adalah teori tentang sruktur fisik puisi yang membahas tipografi, diksi, imaji, majas, simbol. Kemudian Struktur batin puisi yang membahas mengenai tema, rasa, nada, amanat, serta parafrase dan dilengkapi kajian ilmu balaghah. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan ketiga puisi tersebut mempunyai tema patriotisme. Ketiga puisi ternyata memiliki tema patriotisme yang sama dengan penyampaian yang berbeda. Selain itu ketiga puisi ini seperti pesan dari penyair untuk terus membangun rasa patriotisme dan nasionalisme pembaca, terutama bangsa Arab agar dapat memiliki semangat juang yang tinggi dan membangun persatuan yang kuat demi membantu mempertahankan kemerdekaan Palestina.

Mahmoud Darwish is a Palestinian poet who became one of the icons of Palestine. The main theme of his poetry is the struggle for the fate of their homeland. This is due to the long conflict over the six decades since the Arab-Israeli war that created the patriotism-themed poems. The primary sources on this graduation project are بطاقة هوية , ,إلى أمي and عن إنسان. These third poems have a strong magical power to represent patriotism and struggle of Mahmoud Darwish and Palestinian society. The analysis used in this study is the analysis of semiotic structuralism with an objective approach. Aspects of the structure needed to see how it supports the message structures and semiotic aspects to prove that the three poems have the same theme is the theme of patriotism. Theoretical framework that would be used as analyzing tools on this research are the theory of physical structure typography discusses poetry, diction, image, figure of speech, symbols. Then, the inner structure of the poem that discusses the theme, feeling, tone, message, and paraphrase and equipped balaghah science studies. The purpose of this study is to prove the third poem has a theme of patriotism. It was the same with a different way. Besides these three poems as a message from the poet to continue to build a sense of patriotism and nationalism readers, especially the Arabs in order to have high morale and build a strong unity in order to help maintain the independence of Palestine.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fidela Labiilah Hasna
"Mahmoud Darwish (1941M-2008M) merupakan penyair resistensi Palestina. Salah satu puisi berjudul Bithāqhah Huwiyah yang ia tulis pada tahun 1964 M menjadi resistensi terhadap pendudukkan Israel atas tanah Palestina. Sedangkan resistensi sendiri akan muncul setelah adanya resiliensi. Hal tersebutlah yang melatar belakangi penelitian yang membahas mengenai faktor resiliensi yang ada pada puisi Bithāqhah Huwiyah karya Mahmoud Darwish. Penelitian ini menggunakan teori resiliensi Edith Henderson Grotberg (1918 M - 2008 M). Untuk memperkuat analisis, penulis terlebih dahulu mengkaji makna teks yang terdapat dalam puisi dengan kajian ilmu ma’ani. Penelitian ini dikaji menggunakan sudut pandang aku-lirik. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan faktor resiliensi yang terdapat dalam puisi Bithāqhah Huwiyah. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan metode pengambilan data melalui studi pustaka. Hasil dari penelitian ini ditemukan adanya semua faktor resiliensi yang dikelompokkan oleh Grotberg, yaitu I HAVE, I AM, dan I CAN di dalam 62 larik puisi Bithāqhah Huwiyah.

Mahmoud Darwish (1941-2008 CE) is a Palestinian resistance poet. One of the poems entitled Bithāqhah Huwiyah that he wrote in 1964 AD became a resistance against the Israeli occupation of Palestinian land. Meanwhile, resistance itself will emerge after resilience. These matters become the background of the research that discusses the resilience factors in the poetry Bithāqhah Huwiyah by Mahmoud Darwish. This research uses Edith Henderson Grotberg’s resilience theory (1918 AD - 2008 AD). To strengthen the analysis, the researcher first examines the meaning of the text contained in the poem by analyzing it through the study of ilmu ma'ani. This research is examined using the lyric “I” point of view. The purpose of this study is to explain the resilience factors contained in the poetry of Bithāqhah Huwiyah.This research uses descriptive content analysis method with qualitative approach and data collection method through literature studies. The result of this research is there are factors of resilience, namely I HAVE, I AM, and I CAN contained in 62 arrays of Bithāqhah Huwiyah 's poetry."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fildza Adlina Amanda
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas unsur retorika dalam puisi Suquthu Al-Qamari karya Mahmoud Darwish. Puisi tersebut tertulis di dalam kumpulan buku puisi karya Mahmoud Darwish yang berjudul “Burung Mati di Galilea” yang diterbitkan pada tahun 1969. Tema puisi ini adalah patriotisme dan menceritakan keadaan yang dialami oleh rakyat Palestina ketika dijajah oleh Israel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori retorika Arab atau balaghah berupa al-ma‘ani, al-bayaan, dan al-badii’ untuk menganalisis unsur-unsur retorika di dalam puisi tersebut. Sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku-buku, artikel jurnal, dan artikel internet. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah teori retorika Arab yang digunakan dalam puisi ini menggambarkan adanya penderitaan yang dirasakan oleh rakyat Palestina dan perlakuan kasar yang dilakukan oleh Israel sehingga menyebabkan rakyat Palestina terluka.

This research aims to discuss about the rhetorical aspects in Suquthu Al-Qamari poem by Mahmoud Darwish. This poem was written in a book of poem collection by Mahmoud Darwish titled “Birds Die in Galilea” which was published in 1969. The theme of this poem was patriotism and telling the situation that Palestinians were in when they are being crushed by Israel. This research used descriptive method with qualitative approach. This research applied Arabic rhetoric theory or balaghah as in al-ma’ani, al-bayaan, and al-badii’ for analyzing the rhetorical elements in this poem. The sources of this research is from books, articles, journals, and articles from the internet. From the Arabic rhetoric theory that is used to analyze this poem, this research points out that there is an overview of suffering felt by the people of Palestine also harsh treatment from the Israel so that Palestine has to endure such pain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Farahmita Putri
"Ardah Najdiyah merupakan tarian perang tradisional yang sangat populer di Jazirah Arab. Tarian tersebut tidak hanya menjadi warisan budaya semata namun juga untuk mengenang sejarah pertempuran yang dipimpin oleh Raja Abdul Aziz al-Saud dalam menyatukan wilayah di Arab Saudi. Tarian tersebut memiliki tujuan untuk menunjukkan kekuatan dan keberanian para prajurit di medan perang. Ardah Najdiyah masuk ke dalam Daftar Representative UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi pustaka yang didapatkan dari buku, jurnal, situs dan analisis video yang berkaitan dengan tari Ardah Najdiyah. Dalam mewujudkan penelitian tersebut, peneliti menggunakan dua teori yaitu unsur gerakan tari dan semiotika Charles Sanders Peirce. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi pustaka yang didapatkan dari buku, jurnal, situs resmi, dan analisis video yang berkaitan dengan Ardah Najdiyah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ardah Najdiyah merupakan tarian yang memiliki makna penting terkait sejarah berdirinya Arab Saudi dan pelestarian tradisi suku nomaden Badui. Ardah Najdiyah menunjukkan identitas dan kekuatan masyarakat Arab Saudi dalam berperang yang menjadi bagian penting dalam kehidupannya.

Ardah Najdiyah is a traditional dance that is very popular in the Arabian Peninsula. Ardah Najdiyah is not only a cultural heritage but a symbol of the strength and courage of the soldiers on the battlefield and commemorates the history of the battle led by King Abdul Aziz al-Saud in uniting the region in Saudi Arabia. This study discusses the semiotic elements and themes contained in the Ardah Najdiyah dance performance. In realizing this research, the researcher uses two theories, namely elements of dance movement and the semiotics of Charles Sanders Peirce. This study uses a descriptive qualitative method with a literature study approach obtained from books, journals, websites and video analysis related to the Ardah Najdiyah dance. The results of this study indicate that Ardah Najdiyah is a dance that has an important meaning related to the history of the founding of Saudi Arabia and the traditions of the nomadic Bedouin tribe. Ardah Najdiyah shows the identity and strength of the people of Saudi Arabia in war which is an important part of her life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhaputri Widiantini
"Tesis ini membahas permasalahan bahasa dalam sistem patriarki. Menurut saya, bahasa merupakan persoalan mendasar yang memisahkan proses pembentukan identitas pada perempuan dan laki-laki. Perbedaan penggunaan bahasa dalam ruang publik telah menyulitkan perempuan untuk terlibat penuh dalam kegiatan masyarakat. Untuk membuktikan perbedaan ini, saya mengambil dua contoh bahasa yang berbeda dalam mantra dan ayat kitab suci. Saya menemukan bahwa dalam bahasa mantra, identitas feminin memberikan kebebasan pada pembentukan identitas perempuan. Identitas feminin didorong oleh kedinamisan semiotik matemal yang kuat sehingga menciptakan identitas perempuan yang berdaya. Sementara itu, dalam bahasa ayat, saya menemukan kekakuan bahasa simbolik yang diskriminatii Saya beranggapan bahwa perjuangan perempuan adalah melalui pencarian dasar epistemologi bahasa yang khas untuk keluar dari tataran simbolik patriarkal. Perempuan harus bexjuang pada mang semiotik matemal agar mampu mengolah ahora feminjn dan menciptakan bahasanya sendiri. Pembongkaran makna melalui teori feminisme Julia Kristeva akan menghasilkan sebuah pemahaman baru tentang identitas perempuan. Layaknya pennainan mantra, perempuan akan mampu menciptakan sebuah bahasa baru yang mengekspresikan abjeksi dirinya sehingga dogmatisasi ayat simbolik yang mengintemalisasi diri sejak fase: inisiasi simbolik dapat direduksi. Dengan demikian, revolusi pembebasan perempuan akan tercipta lewat penciptaan mantra khas dirinya
The thesis examines the language concern which exists inside the patriarchal system. In my opinion, language has become a fundamental aspect that segregates the identity creation process of male and female world. The different language usage applied in general public restricts female to get fully involve in daily life activities, that makes females feel themselves uncomfortable living in the society. I have taken two distinctive examples of language usage applied in pagan spell in contrast to the one used in the bible verses in order to obtain a proof of difference usage that might exist. I found that inside the pagan spell, feminine identity gives a freedom to create women identity. This situation is made possible by the strong dynamicity of maternal semiotic that creates a powerful women identity. On the other hand, inside the bible verses, I found a stiffness form of symbolic language in it, which produces a discriminative language. Women have to tight it through a 'maternal semiotic room' to establish a feminine chora and construct their very own language. Dismantling the meanings, refers to feminism theory of Julia Kristeva, will yield a new understanding toward women identity. Like interlacing the play of spell, actually women are capable to create a new language which expresses their abjection. Thus, process of dogmatisms of symbolic verses which induce women?s intemalization that has occurred since the time of symbolic initiation phase, can be reduced. As a result, thc revolution to liberate woman will be created through her very own spell creation."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>