Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115535 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nisrina Ariandini
"Penelitian ini membahas tentang proses komodifikasi budaya henna di Indonesia. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komodifikasi yang dikemukakan oleh Mosco. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada delapan orang narasumber yang berprofesi sebagai henna artist. Hasil dari penelitian ini, henna adalah salah satu alat kecantikan yang sudah digunakan sejak berabad-abad lalu. Sejak dahulu pula henna merupakan bagian dari budaya atau tradisi masyarakat Arab dan India namun, akibat adanya globalisasi menyebabkan henna menyebar menjadi budaya populer yang kemudian henna bisa di gunakan oleh siapapun. Tampilnya henna menjadi budaya populer di Indonesia membuat meningkatnya permintaan penggunaan henna di kalangan masyarakat. Kemudian, henna artist muncul bersamaan dengan perkembangan henna ini dan untuk memenuhi  peningkatan permintaan henna. Henna artist menjadikan henna sebagai komoditas untuk mendapatkan keuntungan sehingga komodifikasi budaya henna lahir dari kondisi ini.

This research describes about the  process of the commodification of henna culture in Indonesia.  The theory used in this research is theory of the commodification which stated by Mosco. This is a qualitative research in which the methods are interviews, observations, and documentations. Interview were conducted by the researchers on eight  interviewees who work as a henna artist. The result of this research is, henna is one of  the beauty tools which has been used for centuries. Back then, henna also was a culture or a tradition of Arab and Indian society but, the existence of globalization caused henna spread out become popular culture so that henna may be used by everyone. In Indonesia, the popularity of henna generates the increasing demand for henna among Indonesia society. Then,  the henna artist comes together in line with the development of henna, and to supply that increasing demand for henna. The henna artist utilizes henna as a commodity for obtaining profit subsequently, the commodification in henna culture born by this condition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Baiq Clara Dita Chairunnisa
"ABSTRAK
Satu dekade ini, pemakaian henna kembali menjadi tren fashion di Indonesia. Kesenian
henna, dalam Bahasa India dikenal dengan sebutan mehendi, yaitu seni melukis tangan dan kaki dengan menggunakan tumbuhan daun henna, telah dikenal sejak berabad-abad lamanya di masyarakat Asia dan Afrika. Di Indonesia, kesenian henna yang dibawa oleh kebudayaan India dan Arab juga telah mengakar di banyak kebudayaan daerah. Penggunaan henna berkaitan dengan upacara adat, terutama perkawinan. Namun, seiring dengan modernisasi yang berkiblat ke Barat, kesenian henna semakin ditinggalkan dan dianggap lama (tradisional). Namun, pada saat ini, pemakaian henna kembali terangkat dan menjadi tren fashion baru. Penelitian ini tertarik untuk melakukan analisis terhadap kemunculan kembali tradisi melukis henna. Dengan melakukan studi lapangan (field research), yaitu dengan observasi dan wawancara, baik terhadap seniman maupun pengguna jasa henna, penelitian ini bertujuan untuk memaparkan transformasi kesenian henna, dari yang bersifat tradisional menjadi kebudayaan populer. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep tradisi, modernitas, dan kebudayaan populer. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kebudayaan populer dapat diangkat dari kebudayaan tradisional dengan mengesampingkan nilai-nilai yang awalnya terkandung di dalamnya. Dengan mengesampingkan latar belakang mengapa henna digunakan, mengingat henna merupakan tradisi pernikahan ataupun sunnah
Nabi, henna kini digunakan seluruh masyarakat sebagai aksesoris ataupun sebatas mengikuti tren fashion.

ABSTRACT
This decade, the use of henna has again become a fashion trend in Indonesia. Henna art, in Indian language known as mehendi, which is the art of painting hands and feet using henna leaves, has been known for centuries in Asian and African communities. In Indonesia, henna art carried by Indian and Arabic cultures has also taken root in many regional cultures. The use of henna is related to traditional ceremonies, especially marriage. However, along with modernization that is oriented towards the West, henna art is increasingly abandoned and considered old (traditional). However, at this time, the use of henna was again elevated and became a new fashion trend. This study was interested in analyzing the reappearance of the tradition of painting henna. By conducting field studies, namely by observing and interviewing both artists and users of henna services, this study aims to explain the transformation of henna art, from traditional to popular culture. The theory used in this study is the concept of tradition, modernity, and popular culture. The results of the study show that popular culture can be lifted from traditional culture to the exclusion of the values originally contained in it. Putting aside the background of why henna is used, considering henna is a tradition of marriage or the sunnah of the Prophet, henna is now used throughout the community as an accessory or limited to following fashion trends."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amandra Mustika Megarani
"[ABSTRAK
Penelitian ini membongkar komodifikasi dalam proses produksi komik di
Indonesia dengan menggunakan Ockto Baringbing—pemenang International
Manga Award 2013, sebagai studi kasus tunggal. Peneliti menelusuri pembuatan
komik-komik Ockto pada tiga penerbit yang mewakili struktur industri penerbitan
komik di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan penerbit melakukan
komodifikasi yang mengacu pada selera, perilaku konsumsi dan gaya hidup
masyarakat modern. Komik dijadikan waralaba transmedia, direproduksi dalam
berbagai format media dan bebagai bentuk cinderamata. Penerbit juga merancang
interaksi semu dengan fan lewat komunitas fandom komik di media sosial
maupun dunia nyata untuk menjaga loyalitas pembaca. Persaingan antar penerbit
hanya melanggengkan ideologi kapitalisme.

ABSTRACT
This study exposes commodification in the production process of Indonesia
comics by using Ockto Baringbing— Winner of the 2013 International Manga
Award, as a single case study. Researcher explores the making of Ockto’s works
on three publisher which respresent the structure of comic publishing industry in
Indonesia. Results of this study indicate that publishers do commodification
according to taste, consumption behavior and lifestyle of modern society. Comics
being used as transmedia franchises, reproduced in a variety of media formats
and in the various forms of merchandise. Artificial interaction with fan
community designed to keep the loyality via social media and real world.
Competition among publishers only perpetuates the ideology of capitalism, This study exposes commodification in the production process of Indonesia
comics by using Ockto Baringbing— Winner of the 2013 International Manga
Award, as a single case study. Researcher explores the making of Ockto’s works
on three publisher which respresent the structure of comic publishing industry in
Indonesia. Results of this study indicate that publishers do commodification
according to taste, consumption behavior and lifestyle of modern society. Comics
being used as transmedia franchises, reproduced in a variety of media formats
and in the various forms of merchandise. Artificial interaction with fan
community designed to keep the loyality via social media and real world.
Competition among publishers only perpetuates the ideology of capitalism]"
2015
T43735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[ ABSTRAK
Laylat al-henna adalah sebuah tradisi yang berasal dari negara-negara Arab dan beberapa negara
di Asia Selatan. Semenjak Islam masuk ke Indonesia melalui orang Arab, Gujarat, dan Persia,
tradisi ini masuk dan dipertahankan oleh perempuan keturunan Arab-Indonesia di Otista, Jakarta
Timur menjelang hari pernikahannya sebagai simbol akan melepaskan masa lajang. Laylat alhenna
ditandai dengan penggunakan henna pada tangan dan kaki calon pengantin perempuan pada
dua atau sehari sebelum perayaan dan perayaannya biasanya terjadi pada malam hari menjelang
hari pernikahan. Tradisi ini hanya dihadiri oleh kaum perempuan di rumah atau tempat lain yang
disediakan calon pengantin perempuan. Penggunaan henna tersebut diyakini sebagai daya tarik,
kepercayaan leluhur, dan kesehatan. Tradisi ini masih dipertahankan sampai saat ini oleh
perempuan keturunan Arab di Indonesia. Laylat al-henna sudah dianggap layaknya suatu tahap
yang wajib dilakukan sebelum melakukan acara atau prosesi pernikahan. Tradisi laylat al-henna di
Indonesia juga mengalami percampuran antara budaya asli, yaitu Arab dan budaya setempat, yaitu
Indonesia.

ABSTRACTLaylat al-henna is a tradition that comes from Arab countries and some countries in South Asia.
Since Islam arrived in Indonesia through the Arabs, Gujarat, and Persia, this tradition entered and
maintained by the Arab-Indonesian woman in Jakarta ahead of her wedding day as a symbol will
be releasing the single. Laylat al-henna is characterized by the use of henna on the hands and feet
of the bride at the two or the day before the festivities and celebrations usually take place on the
night before the wedding day. This tradition is only attended by women at home or elsewhere
provided the bride. The use of henna is believed to be the charm, ancestral beliefs, and health. This
tradition is still maintained today by the women of Arab descent in Indonesia. Laylat al-henna has
been deemed appropriate, a step that must be done prior to the event or wedding procession. Laylat
al-henna traditions in Indonesia also experienced a mixture of origin culture, Arab and the local
culture, Indonesia., Laylat al-henna is a tradition that comes from Arab countries and some countries in South Asia.
Since Islam arrived in Indonesia through the Arabs, Gujarat, and Persia, this tradition entered and
maintained by the Arab-Indonesian woman in Jakarta ahead of her wedding day as a symbol will
be releasing the single. Laylat al-henna is characterized by the use of henna on the hands and feet
of the bride at the two or the day before the festivities and celebrations usually take place on the
night before the wedding day. This tradition is only attended by women at home or elsewhere
provided the bride. The use of henna is believed to be the charm, ancestral beliefs, and health. This
tradition is still maintained today by the women of Arab descent in Indonesia. Laylat al-henna has
been deemed appropriate, a step that must be done prior to the event or wedding procession. Laylat
al-henna traditions in Indonesia also experienced a mixture of origin culture, Arab and the local
culture, Indonesia.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Lestari
"Jurnal ini membahas tentang Tradisi Malam Henna atau Ghumra di Arab Saudi sebagai salah satu kebudayaan yang mendarah daging dalam pernikahan Arab. Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode kualitatif, dimana penulis menggunakan studi pustaka, wawancara, juga mencari sumber-sumber terbaru yang berkaitan dengan judul. Hasil analisis yang penulis dapatkan, Henna merupakan nama dari bahasa latin untuk tanaman Lawsonia yang kemudian diucapkan oleh orang Arab sebagai Hinna. Henna ini dihaluskan, dikeringkan, kemudian diracik sehingga menjadi sebuah pasta yang dapat digunakan sebagai cat untuk menggambar di tangan dan kaki juga tubuh. Malam henna merupakan rangkaian pernikahan Arab Saudi yang dilakukan setelah proses Milka. Adapun konsep atau proses pernikahan Arab Saudi adalah ta rsquo;aruf, khitbah, milka, malam henna atau ghumra, dan puncak perayaan pernikahan. Dalam pelaksanaan malam henna atau ghumra biasanya dilakukan di tempat wanita dan hanya dihadiri oleh para wanita saja. Tujuan utama diadakannya malam henna atau ghumra adalah untuk mendoakan para mendiang dan juga berdoa untuk kelancaran pernikahan hingga hari pernikahan. Gambar henna bukanlah sembarang gambar, terdapat beberapa simbol yang terkandung dalam setiap gambar yang digambar. Dalam perkembangannya, malam henna atau ghumra sudah tidak sesakral dahulu. Di zaman modern ini, para pemudi lebih memilih pernikahan yang sederhana dan menginvestasikan uangnya untuk invetasi masa depan.

This journal explain about Tradition of Henna Night or Ghumra in Saudi Arabians as one of culture which cultivation in Arab wedding. The methods which using in this journal is qualitative method, whereas author using the textual analysis, interview, also searching new sources which related with the title. The result of analysis, Henna is a name from Latin language for lawsonia plant which called Arab people as hinna. Henna mashed, drained, then blend until being like pasta which used as paint for drawing on hand or foot. The henna night is a part of Arab wedding which did after mila process. The concept or process of arab wedding is taaruf, khitbah, milka, the henna night or ghumra, and the peak of marriage. In the implementation of henna nightor ghumra usually attend in woman place and just celebrated by ladies only. The common of henna night or ghumra is to pray for ancestors and also for the smoothness of the wedding till the day. In the developments, henna night or ghumra it hasn 39 t sacred like past. Modern era, the young people prefer choose simple wedding and invested their money for future. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Danu Winata
"[ ABSTRAK
Klasifikasi genre musik memiliki peran yang penting di masyarakat. Musik populer
diasumsikan sebagai bentuk yang berbeda dari musik serius atau musik seni, hingga pada
akhirnya memonopoli perhalian diskusi filosofis mengenai musik, Dalam studi ini kami
membandingkan dikotomi populer yang digagas oleh Adorno mengenai perbedaan antara
musik populer dan musik serius yang sering diketahui dan dipahami secara superfisial oleh
pendengar dan kritikus musik. Kami menilai dari segi aspek pralctis dan filosofis dari musik
melayu otentik dan musik melayu modern - dalam studi ini diwakilkan oleh ST 12 - yang
berkembang di' Indonesia berdasarkan gagasan Adorno dalam teori estetika. Hasilnya
menunjukan meskipun memiliki perbedaan secara konseptual, elemen musik tradisional tetap
melekat pada musik populer secara sengaja atau pun tidak sengaja sekalipun esensi musik
otentik telah ditiadakan karena permintaan pasar. Selain itu, berdasarkan definisi Adorno
mengenai musik populer, keberadaannya akan tetap ada terus bertahan.

ABSTRACT
Music geflre classification has a great important role in soeiety. Popular music is widely
assumed to be dffirent in kind from serious music or art music, until very recently
monopolized attention in philosophical discussion af music. In this study we eompare a
popular dichotomy addressed by Adorno about tlze dffirence between "popular" and
"serious" music which is often superficially aeknowledge by music listeners and critics alike.
Ll/'e evaluate practical and philosophical aspects af authentic of malay music and modern
malay music * represented by ST 12* that growing in Indonesia based on Adorno's notions
on aesthetics theory. Resuhs show that in spite of being conceptually dffirent, traditional
musie elements embedded in popular music are in some sense being transmitted intentionally
or unintentionally although some authentic essence has not been kept, because of market
demand. Besides, it is pretty clear that by Adorno definition of popular, very view modern
genres are immune., Music geflre classification has a great important role in soeiety. Popular music is widely
assumed to be dffirent in kind from serious music or art music, until very recently
monopolized attention in philosophical discussion af music. In this study we eompare a
popular dichotomy addressed by Adorno about tlze dffirence between "popular" and
"serious" music which is often superficially aeknowledge by music listeners and critics alike.
Ll/'e evaluate practical and philosophical aspects af authentic of malay music and modern
malay music * represented by ST 12* that growing in Indonesia based on Adorno's notions
on aesthetics theory. Resuhs show that in spite of being conceptually dffirent, traditional
musie elements embedded in popular music are in some sense being transmitted intentionally
or unintentionally although some authentic essence has not been kept, because of market
demand. Besides, it is pretty clear that by Adorno definition of popular, very view modern
genres are immune.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Rizkita
"ABSTRAK
Fenomena Mukbang, siaran makan, merupakan salah satu gejala dari bertukarnya praktik budaya pada masyarakat digital. Pertukaran praktik budaya membuat perubahan bagi gaya hidup, salah satunya yaitu gaya hidup prosumsi produksi dan konsumsi dalam kebiasaan makan sebagian Youtuber Indonesia. Berdasarkan studi sebelumnya, YouTube disebut sebagai sarana pertukaran praktik budaya dan konten yang disiarkan dapat memengaruhi gaya hidup penggunanya. Selain itu, studi sebelumnya mengatakan siaran makan berdampak pada konsumsi makanan yang tidak dibutuhkan. Namun, studi tersebut hanya berfokus pada dampak terhadap konsumsi saja. Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji fenomena tersebut melalui perspektif sosiologi budaya dengan menggunakan konsep komodifikasi budaya dalam fenomena Mukbang di Indonesia. Penulis beragumen, pada fenomena Mukbang di Indonesia, Youtuber sebagai prosumer melakukan komodifikasi pada video yang memperlihatkan aktivitas makannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat tiga bentuk komodifikasi yang terjadi yaitu pada cara makan, jenis makanan, dan kualitas video. Di sisi lain, dengan memerhatikan tren dan selera penonton, terdapat dampak positif maupun dampak negatif yang diterima oleh Youtuber maupun penonton. Artikel ini menggunakan metode kualitatif, dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara mendalam, observasi, serta studi literatur. Informan dalam artikel ini merupakan pengguna YouTube di Indonesia yaitu Youtuber konten Mukbang dan penontonnya, berusia 18 ndash; 29 tahun.

ABSTRACT
Mukbang phenomenon, eating broadcast, is one of the symptoms of medical treatment for the digital community. The exchange of sports with various lifestyles, one of which used the prosumption lifestyle production and consumption in the eating habits of most of Youtuber Indonesia. Based on previous studies, YouTube is referred to as a means of exchanging cultural practices and content that can enable the lifestyle of its users. In addition, a previous study said eating broadcasts had an impact on unnecessary food consumption. However, this study deals only with consumption. Therefore, the writer wanted to study the phenomenon through cultural sociology by using the concept of commodity in Mukbang phenomenon in Indonesia. The author argues, in the phenomenon Mukbang in Indonesia, Youtuber as a prosumer commodify the video that gave rise to eating activities. The results showed that there are three forms that occurred on how to eat, type of food, and video quality. On the other hand, by noticing the trends and touch of the audience, there are positive and negative ones achieved by Youtuber and the audience. This article uses qualitative methods, by collecting data from in-depth interviews, and literature studies. The informant in this article is a YouTube user in Indonesia that is Youtuber content Mukbang and its viewers, aged 18 - 29 years."
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sania Faradila Aisyah Supardi
"Henna merupakan istilah lain dari tanaman Lawsonia Inermis. Henna merupakan tanaman yang banyak ditemukan di negara-negara Timur Tengah, seperti Mesir dan Palestina, hingga di negara India. Henna juga telah banyak tersebar di Indonesia. Tren pemakaian henna di Indonesia yang banyak digunakan dalam pernikahan ini telah menjadi sangat populer terutama di kalangan anak muda Jakarta, menjadikan henna sebagai salah satu icon riasan yang harus dipakai saat menikah. Selain karena tren, para mempelai memakai henna juga karena memiliki makna yang mendalam. Beragam motifnya juga memiliki makna masing-masing. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tren dan makna pemakaian henna dalam pernikahan di kalangan anak muda Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif, studi pustaka, dan studi penelitian lapangan dengan observasi tidak langsung, dokumentasi, dan melakukan wawancara kepada narasumber terkait. Penelitian ini dianalisis menggunakan teori kebudayaan populer oleh Mukerji (1991).

Henna is another term for the Lawsonia Inermis plant. Henna is a plant that is widely found in Middle Eastern countries, such as Egypt and Palestine, to India. Henna has also been widely spread in Indonesia. The trend of using henna in Indonesia, which is widely used in weddings, has become very popular, especially among young people in Jakarta, making henna one of the makeup icons that must be worn when getting married. Apart from the trend, the bride and groom wear henna also because it has a deep meaning. The various motifs also have their respective meanings. Therefore, the author is interested in researching the trends and meanings of using henna in marriage among young people in Jakarta. The method used in this research is qualitative-descriptive, literature study, and field research study with indirect observation, documentation, and conduct."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yessi Nurita Labas
"Penelitian berusaha mengungkap proses komodifikasi yang terjadi di era masyarakat jejaring dengan berfokus kepada kasus kreator YouTube Indonesia. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan kasus komodifikasi ide di YouTube Indonesia menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam. Perkembangan fungsi YouTube yang tidak hanya sebagai wadah ekspresi diri namun juga menjadi media pemasaran korporasi mempertegas bahwa telah terjadi proses komodifikasi pada proses kreatif kreator yang memanfaatkan kreatifitas, ruang ekspresi diri, dan interaksi antara penonton dan kreator. Penelitian menunjukkan bahwa keterbukaan di era masyarakat jejaring memberikan ruang yang lebih leluasa bagi masyarakat untuk ikut memonopoli sumber daya dalam konteks hiburan online . Sehingga, tidak hanya berpotensi untuk menghindarkan kreator dari alienasi sebagai dampak negatif dari proses komodifikasi, keterbukaan di era masyarakat jejaring juga menegaskan semakin cairnya posisi dan bentuk eksploitasi pada setiap aktor yang terlibat.

The purpose of this research is to explain the commodification process in network society by studying Indonesian YouTube creators that associated with MCN X and Y. This research was conducted using qualitative approach to explain the process of commodifying ideas on Indonesian YouTube through observing and doing in depth interview as methods of data gathering. The developing function of YouTube, which no longer serves only as a medium of self expression but also a corporate marketing strategy, shows that the YouTube creators rsquo creative process has been commodified by taking advantage of creators rsquo creativity, self expression, and the interaction between creators and viewers. The research shows that the openness in network society gives a fresh air for people to share the resources in online entertainment with each other and also big companies. Hence, the openness that comes within the network society isn rsquo t only promising to protect creators from being alienated as an inevitable effect of commodification, but also strengthen the notion that the openness also makes the position and form of exploitation become more and more fluid."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S68071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Prakarsa Rukhiyana
"ABSTRAK
Dalam ajaran Shinto dan Buddha, dewa-dewa dipercaya menjadi kekuatan besar pada kehidupan penganutnya. Manifestasi dari wujud dewa-dewa banyak tertuang dalam simbol, benda dan perayaan. Salah satu benda yang mempunyai manifestasi dari dewa-dewa dalam kepercayaan tersebut adalah Omamori. Pada awal kemunculannya, omamori diberikan kepada peziarah kuno di Jepang yang melakukan perjalanan spiritual ke kuil-kuil di luar daerahnya. Omamori diberikan kepada para peziarah oleh pihak kuil, dengan tujuan agar menjadi keselamatan pada para peziarah ketika kembali ke daerah asal. Seiring berkembangnya zaman, dan globalisasi mulai merambah Jepang, hal tersebut juga memberikan dampak kepada omamori. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dampak komodifikasi pada budaya yang datang bersamaan dengan globalisasi pada omamori, salah satu aspek budaya kuno Jepang. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yaitu studi pustaka. Teori yang digunakan antara lain, Teori Globalisasi Appadurai untuk menjelaskan fenomena penjualan massal terhadap omamori, kemudian Teori Komodifikasi yang bertujuan untuk menjelaskan dampak yang diterima, perubahan atau pergesaran pada aspek budaya yaitu omamori, Teori Mass Culture dari Hannah Arendt untuk menjelaskan mengapa aspek-aspek tersebut bisa berubah, lalu teori Culture Industry dari Theodor Adorno untuk menjelaskan bagaimana sistem yang mengatur suatu produksi komoditas budaya.

ABSTRACT
In Shinto and Buddhism, it is believed that God has a great power in the followers life. The manifest of God are shown in the symbols, objects and ceremonies. One of those object that has the God manifest is called omamori. At the starts of its appearance, omamori was given by the temple to ancient pilgrims on their pilgrimage to temples outside their region. Omamori was given by the temple with purpose to blessing the pilgrim when they are going back to their origin. As the time goes by, together with the spread of globalization to entire Japan, it gives impact to omamori as well. This study is purposed to explain the impact of commodification to japan culture together with globalization to omamori, one of the aspect of Japanese ancient culture. This study use qualitative method, literature review. Theory that used in this study is commodification theory, with purpose to explain impact, change or shift on cultural aspect of omamori, mass culture theory from Hannah Arendt to explain how those aspects can change, and Theodor Adorno Theory of Culture Industry to explain the system that arrange the production of cultural commodity."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>