Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202474 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurvidya Rachma Dewi
"Latar belakang: Gangguan kognitif memiliki prevalens yang tinggi pada orang dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan dapat menunjukkan hambatan kognitif di berbagai aspek, termasuk waktu reaksi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan waktu reaksi pada kelompok pengemudi taksi PT “X” di Jakarta yang PPOK dan bukan PPOK.
Metode: Total 99 orang pengemudi taksi PT “X” di Jakarta dilibatkan dalam penelitian potong lintang ini dan menjalani beberapa pemeriksaan. Kuesioner dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik dasar, latar belakang pendidikan, faktor pekerjaan dan status merokok. Pemeriksaan spirometri dan uji bronkodilator dilakukan untuk menilai faal paru dan mendeteksi gangguan saluran napas. Versi Indonesia dari uji Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) digunakan untuk menilai adakah gangguan kognitif pada subjek. Waktu reaksi subjek diukur dengan menggunakan alat reaction timer Lakassidaya L-77 (Biro Konsultasi Departemen Kesehatan, Keselamatan dan Produktivitas Kerja, Yogyakarta, Indonesia).
Hasil: Proporsi PPOK pada pengemudi taksi PT “X” di Jakarta adalah 9,47%, dengan 84,62% dari pengemudi taksi dengan PPOK memiliki gangguan kognitif. Hasil rerata waktu reaksi pada kelompok PPOK lebih lambat bila dibandingkan dengan kelompok bukan PPOK yaitu sebesar 252,18 milidetik dibandingkan dengan 202,73 milidetik.
Kesimpulan: Proporsi PPOK pada pengemudi taksi PT “X” di Jakarta adalah sebesar 9,47%. Sebagian besar dari pengemudi taksi yang PPOK tersebut memiliki gangguan kognitif yang dapat mempengaruhi waktu reaksi dan selanjutnya dapat berpengaruh terhadap performa mengemudi.

Background: Cognitive impairment is prevalent in chronic obstructive pulmonary disease (COPD) and is detrimental to work performance, including reaction time. This study investigates the comparison of reaction times between taxi drivers with COPD and without COPD.
Method: This cross-sectional study included 99 male taxi drivers of a taxi company in Jakarta, Indonesia, as subjects. Subjects were questioned and examined to obtain their basic characteristics, educational backgrounds, occupational factors, and smoking status. Lung function tests were used to detect respiratory airway disorders. The Indonesian version of the Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) test was used to determine cognitive impairment. The reaction times were measured using reaction timer Lakassidaya L-77 (The Occupational Health, Safety, and Work Productivity Consultative Bureau, Yogyakarta, Indonesia).
Result: The proportion of COPD was 9.47%, and 84.62% of which had cognitive impairment. The mean reaction time of the COPD group was slower than the non-COPD group (252.18 ms vs. 202.73 ms).
Conclusion: The proportion of taxi drivers with COPD in this study was 9.47%. Most of them had a cognitive impairment, which affected their reaction time and ultimately impaired their driving performance."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Any Safarodiyah
"Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK merupakan penyakit dengan penurunan fungsi paru, yang melibatkan stres oksidatif pada patogenesisnya. Likopen diketahui merupakan salah satu karotenoid utama pada jaringan paru dengan aktivitas antioksidan sangat kuat. Penelitian potong lintang ini dilakukan di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, melibatkan 47 subjek dengan tujuan mengetahui korelasi antara kadar likopen serum dengan fungsi paru pada penderita PPOK. Karakteristik subjek dan asupan likopen didapatkan melalui wawancara menggunakan food frequency questionairre FFQ semi-kuantitatif. Kategori diagnosis PPOK didapatkan dari rekam medis atau wawancara. Status gizi ditentukan berdasarkan Indeks Masa Tubuh IMT , fungsi paru ditentukan menggunakan spirometri, dan kadar likopen serum diukur dengan High Performance Liquid Chromatography HPLC . Semua subjek laki-laki, terbanyak berusia ge;60 tahun, hampir separuh bekas perokok berat, 51 berstatus gizi normal. Asupan likopen 4.407 256 ndash;18.331 mg/hari, lebih rendah daripada asupan orang sehat. Kadar likopen serum 0,57 0,25 mmol/L, setara dengan orang sehat. Terdapat korelasi positif p=0,001; r=0,464 antara kadar likopen serum dengan VEP1/KVP, namun tidak terdapat korelasi kadar likopen serum dengan VEP1/Prediksi dan KVP/Prediksi.

Chronic Obstructive Pulmonary Disease COPD is a disease with decreasing pulmonary function, involving oxidative stres on its pathogenesis. Lycopene is one of the main carotenoids in lungs, with very potent antioxidant property. This cross sectional study was conducted at Persahabatan Hospital Jakarta, involving 47 subjects, aiming to investigate the correlation between serum lycopene level and lung function in COPD subjects. Interview was used to assess subjects rsquo characteristics and lycopene intake using semi quantitative food frequency questionnaire FFQ . COPD grouping was gathered from medical records or interview. Body mass index BMI was used to determine nutritional status, lung function test conducted by spirometry, while lycopene serum level was assessed using High Performance Liquid Chromatography HPLC method. All subjects were male, majority ge 60 years old, almost half ex heavy smokers, about 51 were in normal nutritional status. Lycopene intake was 4,407 256 ndash 18,331 mg day, lower compared to healthy subjects rsquo . Serum lycopene level was 0.57 0.25mmol L, similar to normal level in healthy individuals. There was a correlation p 0.001 r 0.464 between serum lycopene level and FEV1 FVC, but no correlations between serum lycopene level and FEV1 , neither was FVC . "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandriyo Sri Hijranti
"Mild Cognitive Impairment (MCI) adalah masa transisi antara masa menua normal dan masa demensia, namun tidak didapatkan gangguan kemampuan menjalankan aktivitas sehari-hari. MCI dapat diidentifikasi dengan deteksi dini di fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujan untuk mengetahui hubungan Hipertensi dengan kejadian MCI pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota Depok.
Penelitian dilakukan dengan desain Cross Sectional menggunakan Instrumen MoCA-Ina tervalidasi. Responden dalam penelitian ini berusia 60 tahun keatas non-demensia dan non-depresi. Analisis data menggunakan stratifikasi dan analisis multivariat menggunakan cox regression.
Hasil analisis data diperoleh prevalensi MCI sebesar 46,8% dan lansia dengan hipertensi sebesar 68,9%. Selain itu, hasil multivariat menunjukkan bahwa lansia dengan hipertensi kemungkinan berisiko 1,7 kali (PR= 1,70; 95% CI 1,077-2,699) mengalami kejadian MCI dibandingkan lansia normotensi setelah dikontrol variabel lain. Usaha untuk deteksi dini dengan skrining pada orang hipertensi dapat membantu dalam menjaring kasus MCI pada lansia.

Mild cognitive impairment (MCI) described as a transition phase between healthy cognitive aging and dementia but that does not interfere with activities of daily life. MCI can be detected early in the health facility. The objective of this study was to identified the association between hypertension in elderly and MCI in Cipayung Health center, Depok City.
This is a cross sectional study, utilized the primary data from the early detection using validated Montreal Cognitive test for Indonesia (MoCA-Ina). Participant of this study was non demented and non-depressed elderly people age more than 60 years old. The data analysis was performed with stratification and cox regression multivariate analysis.
The results of study showed the prevalence of MCI is 46,8% and Elderly with hypertension is 68,9%. The result of multivariable analysis showed that elderly people with hypertension probably had 1,7 risk to get MCI with PR=1,705 (95% CI 1,077 - 2,699) than elderly with normotension after adjusted with other variable. For the purpose of early detection of dementia, screening should be taken seriously as a possible pre-stage of MCI in elderly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Theresia Caroline
"ABSTRAK
Latar belakang : Usia lanjut berhubungan dengan terjadinya gangguan kognitif ringan. Pada umumnya usia lanjut memiliki keterbatasan mobilitas. Sebuah metode latihan yang dapat meningkatkan fungsi kognitif pada usia lanjut dengan keterbatasan mobilitas sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh latihan koordinasi terhadap peningkatan fungsi kognitif pada usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan
Metode : Metode penelitian pra-eksperimental dengan jumlah sampel 35 orang usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan pada sebuah pusat kesehatan, Rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Program latihan koordinasi metode Jockey Club for Positive Aging (JCCPA) diberikan 3x seminggu selama 8 minggu. Penilaian fungsi kognitif menggunakan MoCA-Ina pada sebelum dan sesudah perlakuan.
Hasil : Latihan koordinasi selama 8 minggu menghasilkan nilai fungsi kognitif MoCA Ina yang meningkat secara statistik dengan uji T-test berpasangan ( mean 21,23 sebelum perlakuan menjadi 26,00 sesudah perlakuan; p<0,001). Uji Wilcoxon menunjukkan peningkatan yang signifikan pada ranah-ranah fungsi kognitif yaitu visuospatial/ fungsi eksekutif (p<0,001), atensi (p=0,005), bahasa (p=0,004), abstraksi (p=0,002), memori tunda (p<0,001), orientasi (p=0,0025) kecuali pada ranah penamaan (p=0,157) .
Kesimpulan: Latihan koordinasi bermanfaat untuk meningkatkan fungsi kognitif pada usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan.

ABSTRACT
Background: Elderly is associated with the occurrence of mild cognitive impairment and limited mobility. An exercise method that can increase the cognitive function in elderly with limited mobility is therefore needed. This study aimed to measure the effect of coordination exercise in increasing the cognitive function in elderly with mild cognitive impairment..
Methods: A pre-experimental study with 35 participants from one health center (RSCM) were given 3 session per week for 8 weeks of JCCPA coordination exercise method. MOCA-Ina was used to measure the cognitive function of the subjects. This assessment is performed before and after the program.
Results: Paired-t test using MoCA-Ina score increases significantly from mean score of 21.23 before intervention to mean score of 26.00 after intervention (p< 0.005). Wilcoxon test showed improved scores in the cognitive domains of visuospatial / executive function (p <0.001), attention (p = 0.005), language (p = 0.004), abstraction (p = 0.002), delayed memory (p <0.001), orientation (p = 0.0025) except naming (p = 0.157).
Conclusion: Coordination exercise is beneficial to increase the cognitive function elderly with mild cognitive impairment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Hermawan
"Latar belakang dan tujuan : Penurunan fungsi kognitif terjadi seiring bertambahnya usia dengan gangguan kualitas hidup yang menyertai. MRI kepala dapat melihat proses neurodegeneratif struktural dan patologi vaskular otak sebagai faktor etiologis melalui gambaran atrofi, hiperintensitas white matter, dan infark cerebri. Kekuatan korelasi temuan MRI kepala tersebut terhadap nilai fungsi kognitif perlu diteliti lebih lanjut.
Metode : Uji korelasi dengan pendekatan potong lintang pada skor derajat temuan atrofi, hiperintensitas white matter, dan infark cerebri pada MRI kepala terhadap nilai fungsi kognitif pada 32 subyek dengan gangguan fungsi kognitif dan penyakit serebrovaskular non hemmorhagik.
Hasil : Terdapat korelasi negatif yang signifikan

Background and purpose: Cognitive impairment occurs with age along with life quality impairment. Brain MRI detects neurodegenerative and brain vascular pathology associated with cognitive impairment through various findings such as , white matter hyperintensity and infarction. Correlation between those MRI abnormalities to the cognitive impairment value needs to be examined.
Method: Correlative test in cross sectional study on the degree score of cerebral atrophy, white matter hyperintensity, and infarction in brain MRI against cognitive function value in 32 subjects with cognitive function impairment and non hemmorhagic cerebrovascular disease.
Result: There is significant negative correlation p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Azzahra
"Latar Belakang. Prevalensi gangguan kognitif pada pasien artritis reumatoid (AR) berpotensi menurunkan kapasitas fungsional, kualitas hidup, dan kepatuhan berobat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gangguan kognitif pada pasien AR di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Metode. Penelitian dengan desain potong-lintang ini mengikutsertakan pasien AR berusia ≥18 tahun yang berobat di Poliklinik Reumatologi RSCM pada periode Oktober-Desember 2021. Data demografik, klinis, terapi, dan laboratorium dikumpulkan. Status fungsi kognitif dinilai dengan kuesioner MoCA-INA. Analisis bivariat dan multivariat regresi logistik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor prediktif terjadinya gangguan kognitif pada pasien AR: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, durasi penyakit, aktivitas penyakit, skor faktor risiko penyakit kardiovaskular, depresi, terapi kortikosteroid, dan methotrexate.
Hasil. Dari total 141 subjek yang dianalisis, 91,5% adalah perempuan, dengan rerata usia 49,89±11,73 tahun, sebagian besar tingkat pendidikan menengah (47,5%), median durasi penyakit 3 tahun (0,17-34 tahun), memiliki aktivitas penyakit ringan (median DAS-28 LED 3,16 (0,80-6,32)), dan skor faktor risiko penyakit kardiovaskular rendah (median 4,5% (0,2-30 %)). Sebanyak 50,4% subjek diklasifikasikan mengalami gangguan kognitif, dengan domain kognitif yang terganggu adalah visuospasial/eksekutif, atensi, memori, abstraksi, dan bahasa. Analisis regresi logistik menunjukkan usia tua (OR 1,032 [IK95% 1,001–1,064]; p=0,046) dan tingkat pendidikan rendah (pendidikan dasar) (OR 2,660 [IK95% 1,008–7,016]; p=0,048) berhubungan dengan gangguan kognitif pada pasien AR.
Kesimpulan. Prevalensi gangguan kognitif pada pasien AR di RSCM sebesar 50,4%, dengan faktor prediktif terjadinya gangguan kognitif tersebut adalah usia tua dan tingkat pendidikan yang rendah.

Background. Cognitive impairment in rheumatoid arthritis (RA) patients could decrease functional capacity, quality of life, and medication adherence. The objective of this study was to explore the prevalence and possible predictors of cognitive impairment in RA patients in Dr. Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital, Jakarta.
Method. This cross-sectional study included Indonesian RA patients aged ≥18 years old, who visited rheumatology clinic at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, on October to December 2021. Demographic, clinical, therapeutic, and laboratory data were collected. Cognitive function was assessed using MoCA-INA questionnaire. Bivariate and multivariate logistic regression analysis were performed to identify predictive factors of cognitive impairment in RA patients: age, gender, education level, disease duration, disease activity, cardiovascular disease (CVD) risk factor scores, depression, corticosteroid, and methotrexate therapy.
Results. Of the total 141 subjects analysed, 91.5% were women, mean age 49.89±11.73 years old, mostly had intermediate education level (47.5%), median disease duration 3 (0.17-34) years. They had mild disease activity (median DAS-28 ESR 3.16 (0.80-6.32)), and low CVD risk factor score (median 4.5 (0.2-30) %). In this study, 50.4% of the subjects were classified as having cognitive impairment. The cognitive domains impaired were visuospatial/executive, attention, memory, abstraction, and language. In logistic regression analysis, old age (OR 1.032 [95%CI 1.001–1.064]; p=0.046) and low education level (OR 2.660 [95%CI 1.008–7.016]; p=0.048) were associated with cognitive impairment.
Conclusion. The prevalence of cognitive impairment in RA patients in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital was 50.4%, with the its predictive factors were older age and lower education level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Anindita Primandari
"Latar belakang: Gangguan fungsi kognitif merupakan salah satu defisit neurologis kedua tersering setelah sakit kepala pada tumor intrakranial. Gangguan fungsi kognitif yang paling sering terjadi pada tumor otak adalah gangguan fungsi eksekutif. Penilaian fungsi kognitif sebelum dilakukan operasi maupun radioterapi penting sebagai data dasar klinis pasien.
Tujuan: Mendapatkan informasi mengenai penilaian fungsi kognitif sebelum dilakukan operasi maupun radioterapi sebagai data dasar klinis pasien.
Metode: Disain penelitian ialah survei potong lintang dengan pengambilan sampel secara konsekutif. Data diperoleh dari Divisi Fungsi Luhur Poliklinik saraf dan Departemen Rekam Medis RSUPN Cipto Mangunkusumo periode Januari 2009-Maret 2016. Subjek penelitian berusia 18-65 tahun dan telah terdiagnosis tumor otak, memiliki hasil histopatologi, serta telah menjalani pemeriksaan fungsi luhur preoperatif.
Hasil: Terdapat 77 subjek penelitian dengan proporsi subjek laki-laki (50,6%) dan perempuan (49,4%) hampir sama, terbanyak berusia 40 tahun ke atas (67,5%), serta berpendidikan terutama 12 tahun ke atas (61%). Glioma (46,7%) dan meningioma (63,2%) merupakan dua tumor otak primer terbanyak, sedangkan paru (34,4%) dan payudara (18,8%) adalah asal metastasis otak terbanyak. Hampir semua subjek mengalami gangguan fungsi kognitif (96,1%), terutama ranah jamak (93,2%). Ranah memori dan fungsi eksekutif merupakan dua ranah yang paling sering terganggu. Proporsinya semua metastasis dan 80% tumor otak primer mengalami gangguan memori. Sebesar 77,5% tumor primer dan 89,7% metastasis otak mengalami gangguan fungsi eksekutif.
Kesimpulan: Hampir semua fungsi kognitif pada tumor otak primer dan metastasis terganggu, tetapi gangguan pada metastasis otak lebih berat. Ranah jamak merupakan ranah yang paling banyak terganggu, terutama memori dan fungsi eksekutif.

Aim: To obtain information about cognitive assessment before surgery and radiotherapy.
Methods: This study was a cross-sectional retrospective study using consecutive sampling. Data obtained from neurobehavior division of Neurology Clinic and Medical Record Department of Cipto Mangunkusumo Hospital started at January 2009 to April 2016. Subjects, aged 18 to 65 years old, diagnosed brain tumors, had histopatologic data, and done cognitive exam before surgery.
Results: There were 77 subjects, with no notable difference in gender proportion (50,6% male subjects and 49,4% female subjects). All were aged 40 years old above (67,5%) and had education level not lower than 12 years (61%). Glioma (46,7%) and meningioma (63,2%) are two most common primary brain tumors, whilst lungs (34,4%) and breast (18,8%) are two most major brain metastasis origin. Most subjects had cognitive impairments (96,1%), predominantly multidomain (93,2%). Of all domain, memory and executive function are mostly affected. All metastasis, and 80% primary brain tumor had memory impairment and 77,5% primary brain tumor and 89,7% brain metastasis had executive impairment.
Conclusion: Almost all cognitive domain impaired in brain tumors, particularly in brain metastasis. It suggested that multiple cognitive domain impairment were majorly impaired, with memory and executive function as the most common domain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuhyi Fajrina
"Latar Belakang. Gangguan kognitif dapat terjadi pada multipel sklerosis MS dan berdampak menurunnya kualitas hidup. Brief International Cognitive Assessment for MS BICAMS merupakan instrumen untuk mendeteksi gangguan kognitif penyandang MS. Penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi instrumen BICAMS versi bahasa Indonesia BICAMS-INA .Metode. Penelitian potong lintang ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta periode Mei-Juni 2018 pada kelompok MS dan kontrol. Pemeriksaan BICAMS yang terdiri dari; Symbol Digit Modalities Test SDMT , California Verbal Learning Test-II CVLT-II , dan Brief Visuospatial Memory Test Revised BVMTR dilakukan pada 23 kelompok MS dan 66 kelompok kontrol. Kemudian dilakukan retest pada 13 kelompok MS dan 23 kelompok kontrol.Hasil. Rerata SD hasil pemeriksaan BICAMS pada kelompok MS dan kontrol sebagai berikut: SDMT kelompok MS 41,4 15,1; kelompok kontrol 64,9 16,2 p

Background. Cognitive impairment can occur in multiple sclerosis MS and impact on decreased quality of life. Brief International Cognitive Assessment for MS BICAMS is an instrument to detect cognitive impairment in MS. This study aimed to validate the Indonesian version of BICAMS BICAMS INA .Methods. This cross sectional study was performed in Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta, from May to June 2018 on MS and control group. Consisted of Symbol Digit Modalities Test SDMT , California Verbal Learning Test II CVLT II , and Brief Visuospatial Memory Test Revised BVMTR , this instrument was administered to 23 patients with MS and 66 healthy controls. Retest was performed on 13 patients with MS and 23 healthy controls.Result. The mean SD score of BICAMS in MS and control groups were as follows SDMT in MS vs control group 41.4 15.1 vs 64.9 16.2 p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfahtun Ni`mah
"Debu batu kapur dihasilkan oleh kegiatan penambangan batu kapur, salah satunya adalah PM2,5. Paparan PM2,5 dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan keterkaitan PM2,5 dengan penurunan fungsi paru pada pekerja. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional dengan teknik total sampling 30 pekerja. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk wawancara, Dusttrak II TSI untuk mengukur konsentrasi PM2.5 dan spirometri untuk mengukur fungsi paru-paru. Berdasarkan hasil penelitian, nilai konsentrasi PM2.5 tertinggi adalah 987 μg / m3 dan terendah 14 μg / m3. Hasil analisis menggunakan Chi-square diperoleh korelasi antara penggunaan alat pelindung diri dengan gangguan fungsi paru-paru (p = 0,000). Selanjutnya, hasil menggunakan uji eksak Fisher, ada korelasi antara konsentrasi PM2,5 dan penurunan fungsi paru (p = 0,002) dan tahun kerja dengan penurunan fungsi paru (p = 0,000). Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan analisis risiko kesehatan lingkungan untuk memperkirakan berdasarkan asupan.

Limestone dust is produced by limestone mining activities, one of which is PM2,5. Exposure to PM2,5 can cause a decrease in lung function. The purpose of this study was to determine the relationship of PM2.5 linkages with decreased lung function in workers. This study uses a cross-sectional study with a total sampling technique of 30 workers. The instruments in this study used questionnaires for interviews, Dusttrak II TSI to measure PM2.5 concentrations and spirometry to measure lung function. Based on the results of the study, the highest PM2.5 concentration values ​​were 987 μg / m3 and the lowest was 14 μg / m3. The results of the analysis using Chi-square obtained a correlation between the use of personal protective equipment with impaired lung function (p = 0,000). Furthermore, the results using Fisher's exact test, there is a correlation between PM2.5 concentration and decreased lung function (p = 0.002) and years of work with decreased lung function (p = 0,000). Further research is needed by using environmental health risk analysis to estimate based on intake."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Herman
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T59000
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>