Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82666 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Hadin Muhjadi
"ABSTRAK
Meskipun merupakan paham kebangsaan yang bersifat tradisional, akan tetapi nasionalisme tetap perlu dipertahankan dan dikembangkan untuk ketahanan dan kemajuan bangsa Indonesia. Perkembangan generasi telah membawa perubahan pemikiran dan perilaku bagi setiap generasi. Demikian halnya dengan generasi milenial sebagai generasi yang akrab dengan teknologi informasi. Meskipun demikian, pemikiran nasionalisme generasi milenial fondasinya tetap sama. Kelebihan yang dimilikinya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan nasional yaitu masyarakat yang sejahtera. "
Jakarta : Lembaga Pengkajian MPR RI , 2019
342 JKTN 013 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adhelia Anjani
"Salah satu permasalahan yang tengah dihadapi negara ini adalah memudarnya semangat nasionalisme dikalangan anak muda. Hal ini ditandai dengan kurang menghayatinya anak muda terhadap simbol-simbol kebangsaan seperti lagu kebangsaan, upacara nasional, dan menganggap budaya luar negeri lebih menarik. Berdasarkan studi-studi sebelumnya bahwa memudarnya rasa nasionalisme anak muda disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang dimaksud adalah arus globalisasi, paham liberal, dan maraknya produk luar negeri. Sedangkan faktor internalnya adalah desentralisasi sistem pemerintahan, keluarga yang tidak mengajarkan nasionalisme, dan sentiment primordial atau etnis. Peneliti berargumen bahwa memudarnya rasa nasionalisme anak muda disebabkan oleh adanya pergeseran makna nasionalisme pada pemuda sekarang dimana mereka tidak lagi mengandalkan sloganistik/simbolistik tetapi lebih ke tindakan substantif. Melalui wawancara mendalam serta studi dokumen dan visual, peneliti menyimpulkan bahwa memudarnya rasa nasionalisme dikarenakan pergeseran makna dari makna nasionalisme sebelumnya. Melalui konstruksi sosial yang diberikan oleh institusi pendidikan, media masaa, dan pemikiran mahasiswa itu sendiri munculah interpretasi makna sehingga menghasilkan tindakan rasional. Tindakan rasional ini dibagi menjadi dua tipe yaitu Tindakan Rasional Nilai dan Tindakan Rasional Instrumental pada arena kegiatan organisasi, volunteer, dan komunitas sebagai pemahamannya terhadap makna nasionalisme di era sekarang. Sehingga membentuk identitas nasional baru melalui nilai-nilai yang anut berdasarkan historis sejarah, pemikiran anak muda yang kritis, dan kegiatan mahasiswa yang bersifat nasionalis, sukarelawan, atau base on profit.

One of the problems facing this country is the waning spirit of nationalism among young people. This is marked by the lack of respect for young people against national symbols such as national anthems, national ceremonies, and consider foreign culture more interesting. Based on previous studies that the waning sense of nationalism of young people is caused by external factors and internal factors. The external factors in question are the current of globalization, liberalism, and the rise of foreign products. Whereas internal factors are decentralized government systems, families that dont teach nationalism, and primordial or ethnic sentiments. Researchers argue that the waning sense of nationalism of young people is caused by a shift in the meaning of nationalism in today's youth where they no longer rely on sloganistic / symbolistic but rather on substantive actions. Through in-depth interviews and document and visual studies, the researcher concluded that the fading sense of nationalism was due to a shift in meaning from the meaning of previous nationalism. Through social construction given by educational institutions, mass media, and students thinking it self, interpretations of meaning emerge to produce rational actions. These rational actions are divided into two types namely Rational Value Actions and Instrumental Rational Actions in the arena of organizational, volunteer and community activities as their understanding of the meaning of nationalism in the current era. Thus forming a new national identity through profound values based on historical history, critical thinking of young people, and student activities that are nationalist, volunteering, or base on profit."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tagore, Rabindranath, 1861-1941
Djakarta: Balai Pustaka, 1950
321.8 TAG nt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Minal Aidin A. Rahiem
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Makalah ini membahas mengenai peran nasionalisme dan keadilan sosial di Indonesia dalam menghadapi eksploitasi di sector ekonomi. Makalah ini berkosentrasi membahas cara meningkatkan peranan masyarakat untuk kerjasaa dan menciptakan keadilan sosial."
630 WKUPJ 1:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mochtar Pabottinggi
"Empasis pada sejarah dalam hitungan sinkronik berkaitan erat dengan tujuan utama studi ini, yaitu untuk lebih kuat menangkap dua hal sentral. Pertama adalah substansi karakter nasionalisme dan egalitarianisme yang tumbuh di sepanjang kurun telaah. Kedua adalah masalah-masalah diskontinuitas dalam rangkaian wacana dan praktik-praktik politik dalam kaitan dengan perkembangan nasionalisme dan egalitarianisme tersebut. Dengan demikian perhatian ditujukan tidak terutama pada kronologi peristiwa maupun pada pengutamaan aliran-aliran budaya dan ekonomi tertentu, melainkan pada lapis-lapis sinkronik dari dialektika politik, dan emansipasi rangkaian akal budi politik di dalamnya, berkat transformasi-transformasi historis di ranah politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan pada masyarakat Nusantara/Indonesia."
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2023
320.54 MOC n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Smith, Anthony D.
Jakarta: Erlangga, 2003
320.54 SMI n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Oki Anggara
"Penelitian ini membahas pemuda dan dinamika nasionalisme yang terfokus pada wisatawan nusantara muda di Jabodetabek. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara aktivitas wisata sejarah dengan nasionalisme pemuda, mengkaji wisata sejarah dengan perspektif teori nasionalisme, dan strategi pengelola wisata sejarah untuk menarik kunjungan wisata pemuda. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran/kombinasi (mix method) dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik angket, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi. Reponden terdiri dari wisatawan nusantara muda di Jabodetabek, sedangkan informan penelitian terdiri dari pemuda, pengelola wisata sejarah, dan sejarawan/akademisi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara wisata sejarah dengan nasionalisme pemuda. Diketahui bahwa nilai koefisien korelasi yaitu korelasi variabel independen Wisata Sejarah (X) terhadap variabel dependen Nasionalisme (Y) sebesar 0,795. Nilai ini menunjukkan bahwa 79,5% Nasionalisme (Y) dipengaruhi oleh Wisata Sejarah (X). Hasil data kuantitatif ini diperkuat data kualitatif berupa wawancara yang telah dilakukan kepada empat pemuda sebagai informan penelitian. Semua informan dapat menyatakan nasionalismenya secara jelas setelah memiliki pengalaman melakkukan wisata sejarah di Jabodetabek. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pengelola dalam menarik kunjungan, salah satunya yaitu inovasi teknologi dalam wisata sejarah sesuai dengan apa yang harapkan oleh para pemuda.

This research deals with the dynamics of youth nationalism that focuses on young domestic tourists in Jabodetabek. This research aims to analyze the relationship between historical tourist activities and perspective on nationalism theory, and historical tourism management strategy to attract youth tourist visit. This research uses mix method by using case study approach. Data collection was conducted by using questionnaire, interview, literature study, and documentation study techniques. Respondents consist of youth domestic tourists in Jabodetabek, while research resources consist of youth, historical tourism manager, and historians/academis.
This research reveals that there is a relation between historical tourism and youth nationalism. There are several findings which show that the coefficient values toward variable dependent nationalism (y) as much as 0.795. this score shows that 79.5% of nationalism (y) is affected by historical tourism (x). This quantitative data is supported by qualitative data in forms of interview which was conducted with for young men as the research resources. All resources are able to declare their nationalism clearly after having experience in doing historical tourism in Jabodetabek. Various efforts have been done to attract visitors which one of them is using technology innovation in historical tourism in accordance with youth expectations.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T54488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Hayuni Wulandari
"Nasionalisme adalah sebuah paham yang berkaitan dengan rasa cinta atau setia seseorang terhadap bangsa dan negara di setiap negara, perkembangan nasionalisme berbeda akibat faktor latar belakang setiap negara yang berbeda-beda. Umumnya, ada faktor-faktor tertentu yang dominan yang mempengaruhi tumbuhnya nasionalisme di kalangan masyarakatnya, selain faktor ancaman dari luar, yang secara umum berlaku sebagai pendorong tumbuhnya nasionalisme.
Jepang adalah salah satu contoh dimana masyarakatnya memiliki rasa nasionalisme yang sangat besar, atau boleh dikatakan berlebihan. Gerakan nasionalisme jepang yang mulai tumbuh pada sekitar abad ke 16 ketika kapal-kapal amerika yang dipimpin oleh komodor perry mulai memasuki jepang, telah berkembang pesat dan mencapai puncaknya pada tahun 1945. Faktor utama pendorong berkembangnya nasionalisme tersebut memang adalah kehadiran bangsa asing. Oleh karena itu seorang sejarawan, Hans Kohn, sangat yakin bahwa faktor paling utama tumbuhnya nasionalisme adalah kehadiran bangsa asing tersebut.
Teori Kohn tersebut rupanya tidak berlaku dalam masyarakat jepang. Shinto sebagai agama dan kepercayaan tradisional jepang ternyata adalah faktor utama timbulnya nasionalisme jepang. Dengan ideologi Tennoseinya, shinto menjadi kekuatan yang sangat dahsyat guna membangkitkan rasa nasionalisme bangsa Jepang. Secara tradisi kuil-kuil shinto dipakai sebagai pusat kegiatan para samurai, yang dalam kenyataannya kelas ini merupakan kelas yang paling gigih dalam membela kasiar. Oleh karena itu maka ketika bangsa asing (amerika) mulai memasuki jepang, peristiwa ini hanya merupakan pemicu bangkitnya nasionalisme jepang. Yang terutama tetap saja keyakinan tradisionil shinto.
Tetapi akibat rasa cinta yang mendalam terhadap kaisar melalui ideologi Tennosei tersebut, perkembangan nasionalisme jepang seperti tidak dapat dikendalikan lagi. Akibatnya ketika akum ultra nasionalis melakukan kudeta akibat merasa bahwa jepang telah mengikuti jalan barat dan gagal, maka yang timbul adalah Fasisme, seperti yang diungkapkan oleh Barrington Moore."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Zald Hussein
"Dalam penelitian ini, peneliti membahas opini Tajuk Rencana Kompas tentang Aceh sejak penandatanganan COHA sampai dengan sehari sebelum pemberlakuan Darurat Milker dan Operasi Militer di Aceh. Peneliti juga membahas faktor-faktor yang mendorong kemunculan opini tersebut, dengan memfokuskan diri pada ideologi yang mengorganisir dan mempengaruhi opini itu beserta dengan relasi kuasa dan dominasi,di seputar konflik Aceh, yang menjadi bagian dari konteks opini tersebut. Untuk membahas hal-hal di atas, peneliti menggunakan kerangka teori dan metode analisa wacana kritis (critical discourse analysis), terutama yang dirumuskan oleh Noman Fairclough dan Teun A. van Dijk.
Adapun Tajuk Rencana Kompas tentang persoalan Aceh sejak penandatanganan COHA sampai dengan sehari sebelum pemberlakuan Darurat Militer dan Operasi Militer di Aceh, yaitu tanggal 18 Mei 2003, berisikan opini-opini sebagai berikut: (1) cenderung melegitimasi serta mendukung COHA dan solusi damai; (2) cenderung bersikap ambivalen terhadap penggunaan kekuatan mlliter dan operasi militer di Aceh; (3) cenderung mendukung internasionalisasi persoalan Aceh dan pihak intetnasional atau perannya dalam persoalan Aceh; (4) cenderung mendelegitimasi gerakan kemerdekaan di Aceh dan GAM; (5) cenderung melegitimasi TNI dan Polri; (6) cenderung mengkritik serta mendelegitimasi pemerintah, elite bangsa dan bangsa Indonesia, dan (7) cenderung melegitimasi dan mendukung partisipasi masyarakat dalam persoalan Aceh.
Kemunculan berbagai opini tersebut dapat dikatakan didorong oleh ideologi nasionalisme, yang terlihat dominan mengorganisir dan mempengaruhi berbagai opini tersebut. Adapun ideologi nasionalisme mengorganisir dan mempengaruhi berbagai opini tersebut melalui beberapa cara, seperti melalui gagasan 'keutuhan wilayah (Indonesia)' -- yang mencakup pula gagasan untuk 'mempertahankan keutuhan (wilayah) Indonesia'--, gagasan 'kemandirian' dan polarisasi antara TNI dan GAM, di mana GAM, yang memperjuangkan 'Aceh merdeka,' dianggap sebagai 'mereka/musuh,' sementara TNI, yang menghadapi GAM,. dianggap sebagai 'kami/sekutu.'
Selanjutnya, kemunculan ideologi nasionalisme dalarn konteks persoalan Aceh didorong oleh konflik Aceh yang dinkibatkan oleh relasi kuasa dan dorninasi dalam persoalan Aceh. Salah satu relasi kuasa dan dorninasi tersebut berada di wilayah ekonomi. Relasi kuasa itu termanifestasikan dalam kesenjangan yang ada antara Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh dengan tingkat konsumsi masyarakat dan pemerintah daerahnya, yang memiliki arti bahwa apa yang dihasilkan di Aceh tidaklah dinikmati secara maksimal oleh masyarakat Aceh, baik secara langsung melalui pendapatan yang akan berimplikasi pada konsumsi, ataupun secara tidak langsung melalui pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah Aceh. Adapun relasi dominasinya termanifestasikan dalam kerugian yang relatif dialami oleh masyarakat Aceh-seperti yang ditunjukkan oleh beberapa indikator kesejahteraan masyarakat Aceh, seperti sumber peerangan dan pendidikan-sebagai akibat dari relasi kuasa di atas.
Relasi kuasa dan dorninasi di atas setidaknya disebabkan oleh dua faktor. Yang pertama adalah kebijakan keuangan Ode Baru yang sangat tersentralisir, di mana pada masa Orde Baru, pendapatan daerah dikonsolidasikan dan tergantung sepenuhnya pada pemerintah pusat. Yang kedua adalah penyerapan surplus melalui ekspor, mengingat penggunaan yang paling besar dari PDRB Aceh adalah ekspor. Di sini diasumsikan bahwa ekspor itu sebenamya bukan 'milik masyarakat/publik ,' melainkan merupakan surplus atau keuntungan untuk para eksportir. Adapun di Aceh, sebagian besar ekspor Aceh terdiri dari gas alam cair (LNG) dan produk migas lainnya. Di sini kita temui perusahaan perusahaan yang mengeruk keuntungan dari ekspor migas di Aceh, seperti Exxon Mobil, PT Arun, Jilco dan Pertamina-yang terakhir ini juga menjadi penyalur keuntungan untuk pemerintah pusat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>