Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186947 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Missy Mercia
"Osteopontin merupakan salah satu sitokin yang banyak dihubungkan dengan proses resorpsi tulang, namun perannya di dalam proses penyembuhan periodontal masih didapatkan hasil yang berbeda-beda sedangkan Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α)merupakan sitokin pro-inflamasi yang berperandalam inflamasi kronis dan proses resorpsi tulang. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan tingkat ekspresi Osteopontin dan TNF-αpada pasien periodontitis sebelum terapi dengan setelah terapi skeling dan penghalusan akar (diukur setelah 7 hari, 14 hari, dan 28 hari). Tingkat ekspresi Osteopontin dan TNF-αdalam cairan krevikuler gingiva (CKG)dari 28 subjek penderita periodontitis berusia ≥ 30 tahun dan dari 8 subjek sehat diukur dengan menggunakan qPCR. Dilakukan juga uji korelasi Spearmanantara tingkat ekspresi Osteopontin dan TNF-αdalam CKG dengan pemeriksaan klinis berupa modified gingival index (MGI).Uji Wilcoxontingkat ekspresi Osteopontin dan TNF-αdalam CKG pada pasien periodontitis sebelum dan setelah 28 hari terapi skeling dan penghalusan akar menunjukkan perbedaan bermakna (p < 0,05). Uji korelasi Spearmanmenunjukkan korelasi positif lemah antara tingkat ekspresi OPNdengan skor MGI(r=0,213;p<0,05) dan antara tingkatekspresi TNF-αdengan skor MGI(r=0,256;p<0,05). Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat ekspresi Osteopontin dan TNF-αpada subjekperiodontitis antara sebelum terapi dengan 28 hari setelahterapi skeling dan penghalusan akar gigi. Adakorelasi positif antara tingkat ekspresi OPNdengan MGIdan tingkat ekspresi TNF-αdengan MGI.

Osteopontin is one of many cytokines that is often associated with bone resorption process, but the role in the periodontal healing is still not clear accordingto some studies presenting different results, while Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) is a well-known pro-inflammatory cytokine which stimulates bone resorption. The objective of this study was to analyze different Osteopontin and TNF-α expression level on patients with periodontitis before (baseline) and 7 days, 14 days, 28 days following scaling and root planing. Osteopontin and TNF-α level on gingival crevicular fluid (GCF) from 28 subjects with periodontitis aged ≥ 30years old and 8 healthy patients (control subjects)were measured by qPCR. Spearman correlation test between GCF Osteopontin and TNF-α level and modified gingival index (MGI) was also done. Wilcoxon test between Osteopontin and TNF-α level before scaling and root planing and 28 days after scaling and root planing showed a significant difference (p < 0.05). Spearman correlation test between TNF-α level on GCF and MGI showed a positive correlation (r=0.256; p<0.05). Conclusions of this study was a significant difference of OPN and TNF-αexpression level between baseline and 28 days after scaling and root planing in periodontitis subjects and a positive correlation between GCF OPN level and MGI and also between TNF-α expression level and MGI."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Fortunata Karim
"Dinamika periostin, protein matriks ekstraseluler jaringan ikat yang berperan sebagai regulator homeostasis struktural dan fungsional, ditemukan dalam cairan krevikuler gingiva (CKG) saat kondisi inflamasi maupun sehat. Pada kasus borderline, pemeriksaan secara biomolekuler dapat membantu meminimalisasi keparahan penyakit, risiko dan kerugian pasien dalam perawatan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan perbedaan tingkat periostin sebelum dan sesudah terapi skeling dan penghalusan akar gigi (SPA) pada pasien periodontitis stage II grade A, serta hubungan antara tingkat periostin dengan kedalaman poket periodontal - PPD dan perdarahan saat probing - BOP. Sampel CKG dari enam subjek sehat [BOP (-)] dan 25 pasien periodontitis stage II grade A [PPD 4 - 5 mm, BOP (+)] usia 26 - 55 tahun di RSKGM FKG UI, Jakarta, diambil saat baseline (D0), dan dilanjutkan untuk kelompok periodontitis saat satu minggu (D1), dua minggu (D2), dan empat minggu (D3) pascaterapi SPA menggunakan paper point. Dilakukan juga pengukuran PPD dan BOP saat D0 dan D3. Tingkat periostin diamati menggunakan metode RT-PCR kuantitatif dalam 45 siklus. Nilai p<0,05 dinyatakan signifikan. Saat inflamasi, tingkat periostin ditemukan menurun, namun setelah terapi SPA, periostin meningkat dalam satu minggu (p<0,05), dua minggu (p<0,05), hingga empat minggu (p<0,05), sejalan dengan temuan klinis perbaikan PPD dan BOP. Perubahan tingkat periostin mengkonfirmasi penyembuhan jaringan pascaterapi SPA pada kasus periodontitis stage II grade A.

The dynamics of periostin, a connective tissue extracellular matrix protein that acts as a regulator of structural and functional homeostasis, is detected in gingival crevicular fluid (GCF) during both inflammatory and healthy conditions. In borderline cases, biomolecular examinations can help minimize the severity of the disease, the risk, and the loss of patients in treatment. The aim of this study was to obtain differences in the levels of periostin before and after treatment of scaling and root planing (SRP) in patients with stage II grade A periodontitis, as well as its relationship with the depth of the periodontal pocket - PPD and bleeding on probing - BOP. Samples from GCF of six healthy subjects [BOP (-)] and 25 stage II grade A periodontitis patients [PPD 4-5 mm, BOP (+)] aged 26 - 55 years at RSKGM FKG UI, Jakarta, were taken at baseline (D0), and continued for the periodontitis group at one week (D1), two weeks (D2), and four weeks (D3) after SRP treatment by using paper points. PPD and BOP measurements were also taken at D0 and D3. Periostin levels were observed using qRT-PCR methods in 45 cycles. A value of p <0.05 was stated as significant. During inflammation, the level of periostin was found to decrease, but after SRP therapy, periostin increased in one week (p <0.05), two weeks (p <0.05), up to four weeks (p <0.05), in line with the clinical finding improvement of PPD and BOP. Periostin level changes confirmed healing of periodontal tissue after SRP therapy in stage II grade A periodontitis cases."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Najla Rubiati
"Latar Belakang : Single nucleotide polymorphism SNP gen TNF-? terbukti dapat meningkatkan kerentanan berbagai penyakit inflamasi termasuk periodontitis.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan distribusi polimorfisme gen TNF-? -308 G/A pada penyakit periodontitis dan individu sehat.
Metode: 100 bahan biologi tersimpan 50 sampel periodontitis dan 50 sampel kontrol dianalisa menggunakan teknik PCR-RFLP dengan enzim restriksi NcoI.
Hasil : Genotip AA tidak ditemukan dan genotip GG ditemukan dengan jumlah terbanyak pada kelompok kontrol dan periodontitis. Genotip dan alel polimorfik ditemukan lebih banyak pada kelompok periodontitis 22 dan 11 dibandingkan kelompok kontrol 8 dan 11 . Hasil uji Fisher`s Exact menghasilkan p value=0.091.
Kesimpulan : Terdapat polimorfisme gen TNF-? -308 G/A pada penderita periodontitis namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada distribusi polimorfisme antara penyakit periodontitis dan individu sehat di populasi Indonesia p>0.05.

Background : Single nucleotide polymorphism SNP in TNF gene has been associated with several inflammatory diseases including periodontitis.
Purpose : This study aimed to discover the difference of TNF 308 G A gene polymorphism distribution in periodontitis and healthy controls.
Methods : 100 stored samples of from 50 periodontitis male patients and 50 controls were analyzed using PCR RFLP technique with NcoI restriction enzyme and subsequently assessed with statistical analysis using Fisher's Exact test.
Results : AA genotype was absent and GG genotype was found with the highest amount in both sample. Polymorphic genotype and alelle were found higher in periodontitis sample 22 and 11 than healthy controls 8 and 11. Using fisher exact test, it was found p value 0.091.
Conclusion : No significant difference of TNF 308 G A SNP distribution was found between periodontitis and controls in Indonesian population p 0.05.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levina Mulya
"Latar Belakang: Periodontitis kronis mempunyai prevalensi yang sangat tinggi. Baru-baru ini, ada tipe baru fototerapi non bedah untuk mengeliminasi bakteri dinamakan terapi fotodinamik.
Tujuan: Menganalisis efek terapi fotodinamik setelah SPA pada periodontitis kronis.
Metode: Desain split-mouth menerima SPA dengan atau tanpa terapi fotodinamik. BOP, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan diperiksa pada awal dan 1 bulan.
Hasil: Terjadi penurunan kedalaman poket dan peningkatan perlekatan, yang lebih besar dibandingkan sisi kontrol (p<0,05). Pada BOP terjadi penurunan hampir sama dengan sisi kontrol.
Kesimpulan: Tindakan SPA + terapi fotodinamik dibandingkan SPA saja terbukti menyebabkan perubahan efek klinis yang lebih baik pada penurunan kedalaman poket periodontal dan meningkatkan perlekatan gingiva.

Background: Chronic periodontitis has a very high prevalency. Recently, there is a new type of non-surgical phototherapy to eliminate bacteria called photodynamic therapy.
Aim: Analyzing the effects of photodynamic therapy after SPA in chronic periodontitis.
Methods: split-mouth design receives SPA with or without photodynamic therapy. BOP, pocket depth, and attachment loss examined at baseline and 1 month.
Results: There was a decrease in pocket depth and increasing clinical attachment, which is greater than the controls (p <0.05). In BOP decreased nearly equal to the control side.
Conclusions: Measures SPA + photodynamic therapy have better clinical effect on periodontal reduction pocket depth and increased gingival attachment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T33113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rahma Prihantini
"Aplikasi Subgingiva antimikroba setelah Skeling dan Penghalusan Akar SPA mampu membunuh bakteri anaerob yang tersisa Penelitian ini bertujuan menganalisis efek klinis aplikasi subgingiva H2O2 3 setelah SPA pada periodontitis kronis poket le 6 mm 45 subjek periodontitis kronis poket le 6 mm diskor plak skor perdarahan kedalaman poket kehilangan perlekatan Satu sisi rahang diaplikasi subgingiva H2O2 3 dan kontrol pada kontralateral dievaluasi 4 minggu setelahnya Aplikasi subgingiva H2O2 3 secara statistik terbukti menurunkan skor perdarahan kedalaman poket kehilangan perlekatan pre dan post perawatan serta antar kedua kelompok periodontitis kronis poket le 6 mm Kata kunci Skor Perdarahan Poket Periodontal Kehilangan Perlekatan SPA Aplikasi subgingiva

Subgingival application with 3 H2O2 after scaling and root planing SRP is assumed to be kill the bacteria left behind after mechanical debridement The aim of this study was to analyze the clinical effects of subgingival application 3 H2O2 after SRP in the treatment of chronic periodontitis pocket depth le 6 mm Forty five patients chronic periodontitis pocket depth le 6 mm were scaled and root planed prior to baseline measurement BOP PPD CAL and evaluated on weeks 4 Subgingival application with 3 H2O2 produced a significant reduction in BOP PPD and CAL compared to the control Key words Gingival bleeding on probing probing pocket depth clinical attachment loss scaling and root planing subgingival application 3 H2O2 "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T33114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantoruan, Toman Tua J.
"ABSTRAK
Tesis ini membahas osteopontin pada karsinoma nasofaring stadium lanjut dan hubungannya dengan karakter klinis pasien tahap lanjut yang ada pada penelitian ini serta hubungannya dengan fragmen prothrombin 1+2 yang merupakan petanda hypercoagulable state. Penelitian ini adalah penelitian dengan desain potong lintang. Hasil penelitian menemukan tingginya kadar osteopontin pada pasien karsinoma nasofaring stadium lanjut dan tidak menemukan hubungan dengan kadar fragmen prothrombin 1+2. Disarankan untuk melakukan penelitian dengan skala lebih besar untuk mengevaluasi aktivasi trombosit dan sel-sel endotel.

ABSTRACT
The focus of this study is osteopontin in advanced stage nasopharyngeal cancer. The purpose of this study is to determine the correlation of osteopontin with patient’s characteristics and fragmen prothrombin 1+2 as a marker of hypercoagulable state. Study design is cross sectional and the results showed the high level of osteopontin in advanced stage nasopharyngeal cancer and there is no correlation with fragmen prothrombin 1+2. It is recommended to conduct a research with larger scale to also evaluate platelet activation and endothelial cells respectively.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59161
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mora Octavia
"Latar belakang: Skeling dan penghalusan akar (SPA) dapat mengubah komposisi bakteri patogen.
Tujuan: Mengetahui efek klinis dan mikrobiologis (P. gingivalis, T. forsythia) setelah SPA pada periodontitis kronis poket 4-6 mm.
Metode: Empat puluh tiga subjek diperiksa kedalaman poket, indeks pendarahan gingiva, sampel plak subgingiva, serta dilakukan SPA pada kunjungan awal, bulan kedua, ketiga, keenam.
Hasil: Kedalaman poket, pendarahan gingiva, populasi P. gingivalis, T. forsythia menurun (p<0,05). Penurunan kedalaman poket tidak berhubungan dengan penurunan populasi P.g (p>0,05).
Kesimpulan: SPA meningkatkan kondisi klinis dan mikrobiologis poket 4-6 mm. Perbaikan kondisi klinis berhubungan dengan penurunan kedua bakteri kecuali kedalaman poket dengan populasi P.gingivalis.

Background: Scaling and root planing (SRP) can change the composition of bacterial pathogens.
Objective: To know the clinical and microbiological effects (P.gingivalis and T. forsythia) of SRP at 4-6 mm pocket depth of chronic periodontitis.
Method: Forty-three subject were performed with SRP on the initial visit, two, three, six month. Pocket depth, gingival bleeding index (PBI) and subgingival plaque samples were examined.
Result: (There is a) decrease in pocket depth, gingival bleeding index, populations of P. gingivalis and T. forsythia (p <0.05). The decrease in pocket depth was not associated with a decrease in the population of P.g (p >0.05).
Conclusion: SRP can improve clinical and microbiological condition in the treatment of chronic periodontitis with 4-6 mm pocket depth. The improvement of clinical condition is associated with the decreasing of bacteria population, except pocket depth is not associated with the P. gingivalis population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ines Augustina Sumbayak
"Tubuh akan mengalami penurunan kemampuan menghadapi berbagai stimulus dan stres dari lingkungan saat lansia. Penurunan respons imun merupakan bentuk kemunduran fungsi pada lansia sehingga lansia menjadi lebih rentan terpapar patogen. Periodontitis merupakan penyakit pada jaringan periodontal yang sering terjadi pada lansia. Periodontitis terjadi ketika terdapat interaksi antara respons imun dan patogen. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan status periodontal dan kadar sitokin antara lansia dengan dewasa penderita periodontitis, serta menganalisis hubungan status periodontal dengan kadar sitokin. Subjek penelitian berjumlah 40 orang penderita periodontitis yang terdiri dari 20 lansia dan 20 dewasa. Pengukuran klinis status periodontal mencakup Indeks Plak dan Indeks Perdarahan Papila. Pemeriksaan sitokin mencakup sitokin pro-inflamasi Interleukin 1 Beta (IL-1β), Tumour Necrosis Factor Alpha (TNF-α), dan sitokin anti-inflamasi Interleukin 10 (IL-10) yang diambil dari cairan krevikular gingiva (CKG). Pengambilan CKG diperoleh dari gigi yang memiliki kedalaman poket 5-7 mm. Kadar sitokin IL-1β, IL-10 dan TNF-α dalam CKG diukur menggunakan tes ELISA. Rerata nilai Indeks Plak dan Indeks Perdarahan Papila pada lansia lebih tinggi dibandingkan dengan dewasa. Kadar sitokin pada lansia lebih tinggi pada lansia dibandingkan dewasa, meskipun tidak signifikan secara statistik. Terdapat korelasi yang kuat antara status periodontal dan kadar sitokin dalam CKG. Studi ini menunjukkan penuaan memengaruhi respons peradangan.

Aging can change the ability to respond to various stimuli and stress. The decreased immune response is a form of deterioration of function in the elderly. Periodontitis is an abnormality of periodontal tissue that often occurs in the elderly. Periodontitis occurs when there is an interaction between the host immune system and the pathogen. The aim of this study is to compare periodontal status and cytokine levels between elderly and adults with periodontitis, and to analyze the relationship between periodontal status and cytokines level. This clinical study examined 40 subjects with periodontitis, consisting of 20 adult and 20 elderly. Clinical measurement of periodontal status included Plaque Index (PlI) and Papilla Bleeding Index (PBI). Cytokines examination included proinflammatory cytokine Interleukin 1 Beta (IL-1β), Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-α), and anti-inflammatory cytokine Interleukin 10 (IL-10) from gingival crevicular fluid (GCF). GCF collection was obtained from teeth with a probing depth of 5-7 mm. Cytokine levels of IL-1β, IL-10 and TNF-α in GCF were quantified using ELISA kits. The mean value of PI and PBI in the elderly was higher than in adults. Cytokine levels in the elderly were higher than in adults, although there was no statistical difference. There was a strong correlation between periodontal status and cytokines level in GCF. This study indicates aging affects the inflammation response."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Mutia
"Latar Belakang: Salah satu perawatan yang dilakukan untuk penanganan pasien periodontitis kronis adalah scaling dan root planing. Setelah dilakukannya perawatan, maka tingkat perdarahan gingiva akan mengalami perubahan. Penelitian yang mengaitkan pengaruh scaling dan root planing terhadap tingkat perdarahan gingiva pada pasien periodontitis kronis di RSKGM FKG UI belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh scaling dan root planing terhadap tingkat perdarahan gingiva pasien periodontitis kronis. Metode: Penelitian dengan pendekatan analitik ini dilakukan dengan menggunakan data sebanyak 213 rekam medik yang di dapat dari data sekunder rekam medik periodonsia Klinik Integrasi RSKGM FKG UI tahun kunjungan 2014-2018. Data dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) nilai OHIS dan PBI dari subjek sebelum dan sesudah dilakukan perawatan scaling dan root planing.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian, perawatan scaling dan root planing berpengaruh terhadap tingkat kebersihan mulut dan perdarahan gingiva. Nilai OHIS dan PBI akan lebih rendah setelah dilakukan perawatan scaling dan root planing daripada sebelumnya.

Background: One of the treatments that performed for the patients with chronic periodontitis is scaling and root planing. After treatment, the level of gingival bleeding will change. Research that links the effect of scaling and root planing on the level of gingival bleeding in patients with chronic periodontitis in RSKGM FKG UI has never been done. Objective: This study aims to determine an effect of scaling and root planing on the level of gingival bleeding in patients with chronic periodontitis. Method: Analytic approach study was conducted using 213 medical records sourced from the secondary medical records of Periodontal Integration Clinic RSKGM FKG UI from 2014 to 2018 year of visit. Data were analyzed using Wilcoxon test. Result: There were significant differences (p <0.05) between OHIS and PBI values of the subjects before and after scaling and root planing treatment. Conclusion: Based on the results of the study, scaling and root planing treatment affect the level of oral hygiene and gingival bleeding. OHIS and PBI values will be lower after scaling and root planing treatments than before.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahratul Umami Annisa
"Latar Belakang: Poket periodontal merupakan karakteristik periodontitis. Scaling dan root planing merupakan standar emas untuk perawatan periodontitis. Antimikroba lokal tambahan direkomendasikan pada pasien dengan kedalaman probing ≥5 mm.
Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas klorheksidin dibandingkan dengan antimikroba lokal lainnya pada periodontitis.
Metode: Pencarian dilakukan dengan menggunakan panduan Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta Analysis (PRISMA). Meta-analisis dilakukan pada studi yang memenuhi kriteria inklusi setelah penilaian risiko bias.
Hasil: Meta-analisis antara chip klorheksidin dan antimikroba lain menunjukkan perbedaan rata-rata kedalaman probing setelah satu bulan sebesar 0,58 mm (p<0,00001) sedangkan setelah tiga bulan perbedaan rata-rata kedalaman probing adalah 0,50 mm (p=0,001), indeks plak 0,01 (p=0,94) dan indeks gingiva -0,11 mm (p=0,02). Antara gel chlorhexidine dan antimikroba lainnya menunjukkan perbedaan rata-rata kedalaman probing 0,40 mm (p=0,30), indeks plak 0,20 mm (p=0,0008) dan indeks gingiva -0,04 mm (p=0,83) setelah satu bulan.
Kesimpulan: Chip klorheksidin lebih efektif pada indeks gingiva dibandingkan antimikroba lainnya setelah tiga bulan. Antimikroba lainnya lebih efektif daripada chip klorheksidin pada kedalaman probing setelah satu dan tiga bulan, dan dari gel klorheksidin pada indeks plak setelah satu bulan.

Background: Periodontal pockets are characteristic of periodontitis. Scaling and root planing is the gold standard for periodontitis treatment. Additional local antimicrobials are recommended in patients with a probing depth of ≥5 mm.
Objective: To determine the effectiveness of chlorhexidine compared to other local antimicrobials in periodontitis.
Method: Searches were conducted using the Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta Analysis (PRISMA) guidelines. Meta-analysis was performed on studies that met inclusion criteria after risk of bias assessment.
Results: Meta-analysis between chlorhexidine chips and other antimicrobials showed a mean difference in probing depth after one month of 0.58 mm (p<0.00001) whereas after three months the mean difference in probing depth was 0.50 mm (p=0.001), index plaque 0.01 (p=0.94) and gingival index -0.11 mm (p=0.02). Between chlorhexidine gel and other antimicrobials showed a mean difference in probing depth of 0.40 mm (p=0.30), plaque index of 0.20 mm (p=0.0008) and gingival index of -0.04 mm (p=0.83) after one month.
Conclusion: Chlorhexidine chips were more effective on the gingival index than other antimicrobials after three months. The other antimicrobials were more effective than chlorhexidine chips on probing depth after one and three months, and than chlorhexidine gels on plaque index after one month.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>