Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106133 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fariz Rizal Novendri
"Perkembangan kejahatan korporasi sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang berada di dalam industri. Salah satu contoh yang dapat diambil adalah kasus kamuflase unit pengolahan ikan oleh PT. X di Bitung. Kasus kejahatan ini muncul akibat praktik transshipment yang memiliki sangat erat kaitannya dengan praktik illegal, unregulated dan unreported fishing. Karya ilmiah ini akan menganalisis kasus kamuflase unit pengolahan ikan oleh PT. X dengan dimensi teori yang terdapat di dalam buku Criminal Behavior System milik Clinard, Quinney dan Wildeman. Terdapat lima dimensi teori yang akan dianalisis dalam karya ilmiah ini, yaitu; (1) Aspek pelanggaran hukum, (2) Karir Kriminal, (3) Dukungan kelompok, (4) Hubungan antara tingkah laku illegal dan legal, serta (5) Reaksi sosial dan Proses Peradilan.

The development of corporate crime is strongly influenced by technological developments in the industry. One example that can be taken is the case of camouflage of a fish processing unit by PT. X in Bitung. This crime case arises due to the practice of transshipment which has a very close relationship with the practice of illegal, unregulated and unreported fishing. This paper will analyze the case of camouflage of a fish processing unit by PT. X with the theoretical dimensions contained in the Criminal Behavior System book belonging to Clinard, Quinney and Wildeman. There are five dimensions of the theory to be analyzed in this paper, namely; (1) Legal Aspects of Selected Offenses, (2) Criminal Career of the Offender, (3) Group support of Criminal Behavior, (4) Correspondence between Criminal and Legitimate Behavior, and (5) Social reaction and Legal Processing."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tossy Adhahir Rukmana Rauf
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji ulang tentang otoritas publik milik pemerintah
Indonesia yang mulai ditantang oleh otoritas privat aktor non-negara. Untuk
mengkaji ulang mengenai hal tersebut, penulis akan melihat contoh kasus
keterlibatan P.T. Pusaka Benjina Resources (P.T. PBR) dalam jejaring
penangkapan ikan ilegal yang ada di Indonesia, melalui framework dari konsep
otoritas privat, khususnya konsep illicit authority, serta konsep network analysis
(analisis jejaring). Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik
process-tracing. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penelaahan tentang
bagaimana aktor-aktor yang terlibat dalam jejaring penangkapan ikan ilegal ini
dapat memanfaatkan jejaring yang mereka miliki untuk melanggengkan otoritas
privat dan illicit authority mereka, dan pada akhirnya dapat menentang otoritas
publik milik pemerintah Indonesia.
Penelitian ini sendiri berkesimpulan bahwa P.T. PBR dapat bersaing dengan
otoritas publik pemerintah Indonesia, khususnya bersaing dalam sektor perikanan,
karena P.T. PBR dapat memanfaatkan social capital serta material goods yang
diperoleh dari keterlibatannya dalam jejaring penangkapan ikan ilegal. Lebih dari
itu, P.T. PBR, sebagai aktor privat, dapat bersaing dengan otoritas publik
pemerintah Indonesia, sebab pemerintah Indonesia itu sendiri kurang turut
berperan menyediakan public goods, sehingga dapat menimbulkan capacity gaps
dan functional holes, kemudian memunculkan suatu power-vacuum, yang dapat
dimanfaatkan oleh aktor non-negara untuk meningkatkan otoritas privat miliknya.

ABSTRACT
This research reanalyze on the issue of the public authority of Indonesian
governnment that is begin to be challenged by the private authority of non-state
actors. To reanalyze on that issue, this research will and observe the case study of
the involvement of P.T. Pusaka Benjina Resources (P.T. PBR) in the existing
illegal fishing networks, through the framework of the concept of private authority,
especially the concept of illicit authority, and also the concept of network analysis.
The method that is used in this research is the process-tracing technique. This
research aims to undertand how the actors that are involved in the illegal fishing
networks could use the networks to preserve their private and illicit authority, and
in the end could challenge the public authority of the Indonesian government
The research itself concludes that P.T. PBR could compete with the public
authority of the Indonesian government, especially to compete in the sector of
fisheries, because P.T PBR could use the social capitals and the material goods that
is acquired from its involvement in the illegal fishing networks. Moreover, P.T.
PBR, as a non-state actor, could compete with the public authority of the
Indonesian government, because the Indonesian government itself is lack in its role
to provide the public goods, so it could rises up the capacity gaps and functional
holes, and turns up a power-vacuum, which the non-state actors could benefit from
to improve their private authorities."
2016
S63365
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandi Yudha Prayoga
"Korporasi sebagai badan hukum memiliki peranan besar dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang pesat akibat korporasi ini diiringi dengan munculnya modus operandi baru dalam melakukan tindak pidana, khususnya pada tindak pidana perikanan. Dalam tindak pidana perikanan, ketika terjadi suatu tindak pidana yang melibatkan korporasi maka pertanggungjawaban secara pidana terhadap korporasi merujuk kepada peraturan hukum yang berlaku. Penelitian ini berusaha untuk menjawab beberapa permasalahan, yaitu pertama, pengaturan pertanggungjawaban pidana korporasi di bidang perikanan; kedua, penerapan pertanggungjawaban pidana korporasi di bidang perikanan; ketiga, pengaturan yang ideal mengenai pertanggungjawaban pidana korporasi di bidang perikanan. Penelitian ini mendasarkan kepada penelitian hukum normatif, di mana mengacu kepada sumber data sekunder berupa bahan hukum dan bahan non-hukum. Hasil penelitian membuktikan bahwa: pertama, pengaturan mengenai pertangggungjawaban pidana korporasi di bidang perikanan memiliki kelemahan terutama terkait dengan beban pertanggungjawaban pidana korporasi yang dibebankan kepada pengurus dan korporasi; kedua, penerapan pertanggungjawaban pidana korporasi di bidang perikanan belum pernah ditempuh walaupun terdapat kasus tindak pidana di bidang perikanan yang melibatkan korporasi; ketiga, pengaturan pertanggungjawaban pidana korporasi di bidang perikanan yang ideal adalah ketika subjek tindak pidana dibebankan secara alternatif-kumulatif dan dilakukan sinkronisasi terhadap sanksi pidana pada pasal-pasal tindak pidana perikanan. Oleh karena itu, perlu mengambil langkah-langkah penting: (1) mengubah dan menambah rumusan mengenai pertanggungjawaban pidana korporasi di bidang perikanan terkait dengan: subjek, pengaturan dan mekanisme serta sanksi; (2) meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aparat penegak hukum; (3) mengoptimalkan koordinasi antar instansi penyidik tindak pidana di bidang perikanan; dan (4) membuat pedoman penanganan perkara tindak pidana perikanan dengan subjek hukum korporasi.

A corporation as a legal entity has played a major role in Indonesia’s economic growth. The rapid economic growth due to the role of corporations has also been accompanied by the emergence of a new modus operandi in committing criminal acts, especially in fisheries crimes. In this context, when a criminal act involving a corporation occurs, the application of corporate criminal liability should be based on the existing regulations. This research seeks to address several issues: first, the regulation of corporate criminal liability in the fisheries crimes; second, the application of corporate criminal liability in the fisheries crimes; third, the ideal formulation regulating corporate criminal liability in the fisheries crimes. This research is based on normative legal research using secondary data sources consisting of legal and non-legal materials. The findings of the research demonstrate that: first, regulations regarding corporate criminal responsibility in fisheries crimes have some weaknesses, especially in relation to the burden of criminal liability imposed on management and corporations; second, in reality, the concept of corporate liability has never been applied in fishery crimes although there were cases which might have been involving corporate crimes; third, the ideal arrangement regarding corporate criminal liability in fisheries crime is when the subject of a criminal act is charged in an alternative-cumulative manner and synchronization of criminal sanctions in the articles of criminal acts of fisheries crime. Therefore, it’s necessary to take important steps: (1) change and add to the formulation of corporate criminal liability in fisheries crime related to: subject, regulation & mechanism and sanctions; (2) increase the knowledge and capacity of law enforcement officers; (3) optimizing coordination between criminal investigation agencies in fisheries cime; and (4) make guidelines for handling fisheries crime cases with corporate subjects."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandi Yudha Prayoga
"Korporasi sebagai badan hukum memiliki peranan besar dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang pesat akibat korporasi ini diiringi dengan munculnya modus operandi baru dalam melakukan tindak pidana, khususnya pada tindak pidana perikanan. Dalam tindak pidana perikanan, ketika terjadi suatu tindak pidana yang melibatkan korporasi maka pertanggungjawaban secara pidana terhadap korporasi merujuk kepada peraturan hukum yang berlaku. Penelitian ini berusaha untuk menjawab beberapa permasalahan, yaitu pertama, pengaturan pertanggungjawaban pidana korporasi di bidang perikanan; kedua, penerapan pertanggungjawaban pidana korporasi di bidang perikanan; ketiga, pengaturan yang ideal mengenai pertanggungjawaban pidana korporasi di bidang perikanan. Penelitian ini mendasarkan kepada penelitian hukum normatif, di mana mengacu kepada sumber data sekunder berupa bahan hukum dan bahan non-hukum. Hasil penelitian membuktikan bahwa: pertama, pengaturan mengenai pertangggungjawaban pidana korporasi di bidang perikanan memiliki kelemahan terutama terkait dengan beban pertanggungjawaban pidana korporasi yang dibebankan kepada pengurus dan korporasi; kedua, penerapan pertanggungjawaban pidana korporasi di bidang perikanan belum pernah ditempuh walaupun terdapat kasus tindak pidana di bidang perikanan yang melibatkan korporasi; ketiga, pengaturan pertanggungjawaban pidana korporasi di bidang perikanan yang ideal adalah ketika subjek tindak pidana dibebankan secara alternatif-kumulatif dan dilakukan sinkronisasi terhadap sanksi pidana pada pasal-pasal tindak pidana perikanan. Oleh karena itu, perlu mengambil langkah-langkah penting: (1) mengubah dan menambah rumusan mengenai pertanggungjawaban pidana korporasi di bidang perikanan terkait dengan: subjek, pengaturan dan mekanisme serta sanksi; (2) meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aparat penegak hukum; (3) mengoptimalkan koordinasi antar instansi penyidik tindak pidana di bidang perikanan; dan (4) membuat pedoman penanganan perkara tindak pidana perikanan dengan subjek hukum korporasi.

A corporation as a legal entity has played a major role in Indonesia’s economic growth. The rapid economic growth due to the role of corporations has also been accompanied by the emergence of a new modus operandi in committing criminal acts, especially in fisheries crimes. In this context, when a criminal act involving a corporation occurs, the application of corporate criminal liability should be based on the existing regulations. This research seeks to address several issues: first, the regulation of corporate criminal liability in the fisheries crimes; second, the application of corporate criminal liability in the fisheries crimes; third, the ideal formulation regulating corporate criminal liability in the fisheries crimes. This research is based on normative legal research using secondary data sources consisting of legal and non-legal materials. The findings of the research demonstrate that: first, regulations regarding corporate criminal responsibility in fisheries crimes have some weaknesses, especially in relation to the burden of criminal liability imposed on management and corporations; second, in reality, the concept of corporate liability has never been applied in fishery crimes although there were cases which might have been involving corporate crimes; third, the ideal arrangement regarding corporate criminal liability in fisheries crime is when the subject of a criminal act is charged in an alternative-cumulative manner and synchronization of criminal sanctions in the articles of criminal acts of fisheries crime. Therefore, it’s necessary to take important steps: (1) change and add to the formulation of corporate criminal liability in fisheries crime related to: subject, regulation & mechanism and sanctions; (2) increase the knowledge and capacity of law enforcement officers; (3) optimizing coordination between criminal investigation agencies in fisheries cime; and (4) make guidelines for handling fisheries crime cases with corporate subjects."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Afni Afifah
"ABSTRAK
Nama : Raisa Afni AfifahProgram Studi : Magister Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Determinan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat diDKI Jakarta Tahun 2014-2015Pembimbing : Dr. Artha Prabawa, SKM, S.Kom, M.SiIndonesia saat ini menempati peringkat ke-2 sebagai negara dengan beban kasus TBterbesar di dunia, termasuk TB resistan obat. Pengobatan TB resistan obat memilikiperiode yang lebih lama dan efek samping yang lebih berat. Keberhasilan pengobatanTB resistan obat di Indonesia juga masih belum optimal yaitu 51 pada tahun 2016.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan keberhasilan pengobatan TBresistan obat di DKI Jakarta tahun 2014-2015. Desain studi penelitian ini adalah kohortretrospektif dengan sumber data utama yaitu e-TB manager Dinas Kesehatan DKIJakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis fasilitas layanan kesehatan danketeraturan pengobatan merupakan determinan keberhasilan pengobatan TB resistanobat di DKI Jakarta. Upaya peningkatan keberhasilan pengobatan TB resistan obat perludidukung dengan memperluas layanan pengobatan dan memperkuat kordinasi antarafasyankes rujukan dan satelit.Kata kunci:tuberkulosis; tuberkulosis resistan obat; keberhasilan pengobatan.

ABSTRACT
Name Raisa Afni AfifahStudy Program Master of Public HealthTitle Determinants of Successful Treatment of Drug ResistanceTuberculosis in Jakarta in 2014 2015Counsellor Dr. Artha Prabawa, SKM, S.Kom, M.SiIndonesia is currently at 2nd rank as the country with the largest burden of TB cases inthe world, including drug resistant TB. Treatment of drug resistant TB has a longerperiod and more severe side effects. The success rate of drug resistant TB treatment alsostill quite low 51 in 2016. This study aims to determine the determinants ofsuccessful treatment of drug resistant TB in Jakarta in 2014 2015. The study design ofthis study is a retrospective cohort with the main data source is e TB manager of DKIJakarta Health Office. The results showed that the type of health care facility and theregularity of treatment is the determinant of the success of drug resistant TB treatmentin DKI Jakarta. Efforts to improve the success of TB drug resistant treatment should besupported by expanding treatment services and strengthening coordination betweenreferral and satellite facilities.Key words tuberculosis drug resistant tuberculosis successful treatment"
2018
T50654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frangky Poli
"ABSTRAK
Tanah adalah sumberdaya alam, yang sangat penting bagi
kehidupan manusia.
Pola penggunaan, pemilikan dan penguasaan tanah, secara
spatial, akan memberikan kenampakan yang berbeda antara satu
daerah dengan daerah lainnya.
Akibat perbedaan tersebut, ada yang digolongkan sebagai
kota, peralihan dan desa.
Menentukan batas wilayah kota, peralihan dan desa,
belum terdapat kesamaan dari beberapa pendapat, tergantung
sudut pandang dan tujuannya.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, penelitian ini
bermaksud untuk mengetahui; dimana batas wilayah perkotaan,
peralihan dan desa ditinjau dari aspek pemilikan dan
penguasaan tanah di Kotaraadya Bitung, serta bagaimana pola
pemilikan dan penguasaan tanahnya.
Metode yang digunakan untuk menentukan batas wilayah
tersebut, digunakan teknik scoring, sedangkan pola pemilikan
dan penguasaan tanahnya dilakukan secara deskriptip analitik
dan dibantu dengan uji persamaan regresi linear.
Hasil yang diperoleh, wilayah yang memenuhi kriteria
perkotaan sebanyak 16 kelurahan, peralihan 3 kelurahan dan
pedesaan 15 kelurahan. Sedangkan letak pusat kotanya berada
di Kelurahan Bitung Barat, Bitung Tengah, Bitung Timur dan
Pateten.
Atas dasar letak tiap-tiap kelurahan terhadap pusat
kota, keadaan pola pemilikan penguasaan tanahnya cenderung
berubah sehingga dapat memberikan gambaran bahwa, makin jauh
dengan pusat kota, persentase jumlah pemilik tanah makiri
berkurang, sejalan dengan berkurangnya persentase jumlah
rumah tangga yang tidak memiliki tanah, dan persentase jumlah
pemilikan sertifikatnya juga berkurang. Sebaliknya, rata-rata
luas bidang tanah makin bertambah luas, dan penggunaan tanah
umumnya bersifat pertanian."
1995
S33511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muharayma Aminah Anasya
"Angka deforestasi yang tinggi, terutama di Riau, Sumatera menjadi latar belakang karya akhir ini. Industri bubur kertas dan kertas serta korupsi merupakan salah satu penyebab deforestasi yang saling berhubungan terutama di Riau. Aktivitas korporasi X di konsesi-konsesinya ini masih dipertanyakan legalitasnya akibat perizinan IUPHHK-HTI yang di dapat dari bupati yang terlibat kasus korupsi pada tahun 2001-2007. Selain itu, penebangan hutan alam dan lahan gambut merusak lingkungan, ekosistem hutan dan menyebabkan konflik sosial yang terjadi di Pulau Padang. Dengan berbagai masalah yang ada, korporasi X tetap melakukan penebangan hutan di Riau. Karya akhir ini akan berusaha menganalisis permasalahan tersebut menggunakan corporate crime dan perspektif green criminology untuk menjelaskan bahwa korupsi dan corporate crime menyebabkan deforestasi berkepanjangan di Riau.

The high rate of deforestation, especially in Riau, Sumatra, is the background of this paper. The pulp and paper industry and corruption are among the interconnected causes of deforestation, especially in Riau. The legality of X's corporate activities in its concessions is still questionable due to the IUPHHK-HTI permit obtained from Bupati who was involved in a corruption case in 2001-2007. In addition, the logging of natural forests and peatlands destroys the environment, forest ecosystems and causes social conflicts that occur on Padang Island. With the various problems that exist, X corporation continues to cut forests in Riau. This paper will attempt to analyze these problems using corporate crime and a green criminology perspective to explain that corruption and corporate crime cause prolonged deforestation in Riau."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Nuryana
"Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi pada balita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kejadian pneumonia akibat kebakaran hutan di Provinsi Riau Tahun 2014?2015 dengan Analisis Geographically Weighted Regression (GWR).
Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan populasi target adalah semua kabupaten/kota di provinsi Riau. Penelitian dilakukan dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariable dengan analisis GWR.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor ISPU dan penggunaan bahan bakar rumah tangga yang tidak aman memiliki hubungan dengan pneumonia (p < 0,05). Sementara hasil analisis multivariable menunjukkan bahwa koefisien B ISPU sebesar 0,001 yang berarti proporsi pneumonia balita akan meningkat sebesar 0,001 apabila nilai ISPU meningkat.

Pneumonia is a disease that causes high mortality in infants. The purpose of this study was to determine whether there are differences in the incidence of pneumonia due to forest fires in Riau Province on 2014-2015 with Geographically Weighted Regression ( GWR ) analysis.
This study uses a cross sectional study design with the target population was all districts / cities in Riau Province. This study carried out by univariate, bivariate and multivariable analysis with GWR.
The Results of bivariate analysis showed that the factors ISPU and household fuel has relationship with pneumonia ( p < 0.05 ). While the results of multivariable analysis showed that coefficient B of ISPU is 0.001, which means the proportion of pneumonia toddlers will be increased by 0,001 when the value of ISPU increased.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zwageri Argo Pitoyo
"ABSTRAK
Penatalaksanaan Fistel Enterokutan masih sangat beragam dan sulit dengan tingkat kekambuhan dan kematian pasca pembedahan yang masih tinggi. Tujuan dari penatalaksanaan pasien dengan fistel enterokutan adalah koreksi defisit metabolik dan nutrisi, penutupan fistel dan mengembalikan kesinambungan saluran cerna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi penatalaksanaan bedah pada fistel enterokutan yang dirawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo selama tahun 2014-2015. Penelitian ini dirancang secara retrospektif analitik dengan mengambil data rekam medik penderita di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada periode 2014-2015. Ditemukan 27 kasus fistel enterokutan, dimana 21 kasus yang di evaluasi, rentang umur 27-65 tahun, terbanyak pada kelompok 40-60 tahun (52,38%), letak fistel terbanyak di ileum (57,14%), high output (71,43%), gizi buruk (52,38%), dilakukan tindakan operatif (85,71%), lama rawat <20 hari (66,67%), rekurensi fistel (19,05%) dan angka kematian (14,29%).ABSTRACT
Management of enterocutaneous fistula still varies and frustrating with high recurrence and mortality rate. The goal of management for patient with enterocutaneous fistula are correct metabolic and nutritional deficits, close the fistula and reestablish continuity of the gastrointestinal tract. The purpose of this study was to evaluate the surgical management of the enterocutaneous fistula treated at Cipto Mangunkusumo Hospital during 2014-2015. This study designed analytic retrospectively by taking the patient medical record data at Cipto Mangunkusumo Hospital ini the period 2014-2015. Found 27 cases of enterocutaneous fistula which 21 cases were evaluated, age range 40-60 years (52,38%), the location of the fistula largest in the ileum (57,14%), high output (71,43%), malnutrition (52,38%), operative management (85,71%), length of stay in hospital <20 days (66,67%), fistula recurrence (19,05%) and mortality rate (14,29%).;Management of enterocutaneous fistula still varies and frustrating with high recurrence and mortality rate. The goal of management for patient with enterocutaneous fistula are correct metabolic and nutritional deficits, close the fistula and reestablish continuity of the gastrointestinal tract. The purpose of this study was to evaluate the surgical management of the enterocutaneous fistula treated at Cipto Mangunkusumo Hospital during 2014-2015. This study designed analytic retrospectively by taking the patient medical record data at Cipto Mangunkusumo Hospital ini the period 2014-2015. Found 27 cases of enterocutaneous fistula which 21 cases were evaluated, age range 40-60 years (52,38%), the location of the fistula largest in the ileum (57,14%), high output (71,43%), malnutrition (52,38%), operative management (85,71%), length of stay in hospital <20 days (66,67%), fistula recurrence (19,05%) and mortality rate (14,29%).;Management of enterocutaneous fistula still varies and frustrating with high recurrence and mortality rate. The goal of management for patient with enterocutaneous fistula are correct metabolic and nutritional deficits, close the fistula and reestablish continuity of the gastrointestinal tract. The purpose of this study was to evaluate the surgical management of the enterocutaneous fistula treated at Cipto Mangunkusumo Hospital during 2014-2015. This study designed analytic retrospectively by taking the patient medical record data at Cipto Mangunkusumo Hospital ini the period 2014-2015. Found 27 cases of enterocutaneous fistula which 21 cases were evaluated, age range 40-60 years (52,38%), the location of the fistula largest in the ileum (57,14%), high output (71,43%), malnutrition (52,38%), operative management (85,71%), length of stay in hospital <20 days (66,67%), fistula recurrence (19,05%) and mortality rate (14,29%)."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
Sp-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Madya Kharimah
"ABSTRAK
Selama dua tahun berturut-turut Kecamatan Jasinga memiliki prevalensi BBLR tinggi di Kabupaten Bogor dan menjadi satu-satunya Kecamatan yang jumlah kasusnya secara absolut melebihi 100 kasus pada tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran determinan dan besar hubungannya dengan kejadian BBLR di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor Tahun 2014-2015. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan jumlah kasus sebanyak 97 dan kontrol sebanyak 97. Sumber data yang digunakan ialah register kohort ibu di seluruh puskesmas di Kecamatan Jasinga Tahun 2014-2015. Variabel independen yang diteliti antara lain faktor ibu yaitu umur, paritas dan jarak antar kehamilan serta faktor pelayanan kesehatan antara lain usia kehamilan ibu saat melakukan K1 dan jumlah kunjungan antenatal. Proporsi kejadian BBLR ditemukan lebih tinggi pada kelompok berisiko dari seluruh variabel independen. Paritas dan jarak antar kehamilan memiliki nilai p < 0,05 dan OR masing-masing sebesar 2,476 [95 CI: 1,377-4,452] dan 2,031 [95 CI: 1,147-3,599]. Sementara umur ibu, usia kehamilan saat K1 dan jumlah kunjungan antenatal memiliki nilai p > 0,05 dan OR masing-masing sebesar 1,162 [95 CI: 0,544-2,843]; 1,249 [95 CI: 0,696-2,243]; dan 1,444 [95 CI: 0,678-3,077]. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa paritas dan jarak antar kehamilan memiliki hubungan dengan kejadian BBLR di Kecamatan Jasinga Tahun 2014-2015.

ABSTRACT
For two consecutive years Jasinga District has the high prevalence of LBW in Bogor Regency and become the only district that has number of cases exceeded 100 in 2015. This study aims to know the description and the relationship of determinants with LBW in Jasinga District of Bogor Regency Years 2014 2015. This study uses case control design with 97 cases and 97 controls. The source data of this study is register cohorts of women in all primary health care in Jasinga District Years 2014 2015. The independent variables are maternal factors such as age, parity, pregnancy spacing and health service factors include gestational age at K1 and the number of antenatal visits. The proportion of LBW found to be higher in risk group of all independent variables. Parity and pregnancy spacing have p value 0.05 and OR respectively 2.476 95 CI 1.377 to 4.452 and 2.031 95 CI 1.147 to 3.599 . While maternal age, gestational age at K1 and the number of antenatal visits have p value 0.05 and OR respectively 1.162 95 CI 0.544 to 2.843 1.249 95 CI 0.696 to 2.243 and 1.444 95 CI 0.678 to 3.077 . In conclusion, parity and pregnancy spacing have a relationship with LBW in Jasinga District Years 2014 2015."
2017
S66675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>