Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160822 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asyrul Maulana
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimanakah peran dari moral disengagement pada mahasiswa-mahasiswa di Indonesia dalam pengaruh dari religiusitas mereka pada munculnya perilaku kecurangan akademis. Penelitian ini adalah penelitian korelasional. Partisipan dari penelitian ini adalah 286 mahasiswa program Sarjana dan Diploma di Indonesia, dimana mereka berpartisipasi dalam penelitian ini melalui suatu survey online menggunakan tiga alat ukur berbeda, yaitu self-report scale untuk kecurangan akademik oleh Lin & Wen (2007), centrality of religiosity scale oleh Huber & Huber (2012), dan self report scale untuk moral disengagement oleh Detert, Trevino & Sweitzer (2008). Hasil penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa bahwa moral disengagement memiliki dampak yang signifikan sebagai moderator pada pengaruh dari religiusitas mahasiswa terhadap munculnya perilaku kecurangan akademis, namun hasil penelitian ini dapat mendukung adanya korelasi antara moral disengagement dan kecurangan akademis, dan juga mendukung bahwa religiusitas memiliki peran yang negatif terhadap munculnya perilaku kecurangan akademis. Peneliti menduga bahwa hasil penelitian ini masih terbatas dikarenakan oleh beberapa faktor, seperti korelasi yang dekat antara variabel moral dan religiusitas itu sendiri, ataupun adanya faktor social desirability dalam pengisian tes. Sebagai saran, penelitian kedepannya perlu untuk melihat apakah faktor social desirability memiliki peran yang signifikan dalam penelitian mengenai kecurangan akademik seperti ini.

The focus of this study is to discuss the role of moral disengagement in college students in Indonesia as a moderator towards the influence of religiosity on their tendency to commit academic dishonesty. This research is a quantitative research with its research design being descriptive. The participants for this research are 286 college students from Indonesia that participated in this research through an online survey, which utilized three (3) different scales, which are the self-report scale for academic dishonesty by Lin & Wen (2007), centrality of religiosity scale by Huber & Huber (2012), and self report scale for moral disengagement by Detert, Trevino & Sweitzer (2008). The research findings did not succeed in producing any proof on the role of moral disengagement as a moderator for the influence from students' religiosity on their tendency to commit academic dishonesty, however this research managed to support the idea that moral disengagement is correlated with academic dishonesty. The researcher suggests that the result of this research might be limited due to the existence of social desirability factor during the data collection phase. It is suggested for future research in this topic that social desirability be included as an additional measure."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allyn Ng
"Kecurangan akademik yang terjadi dalam dunia pendidikan semakin marak dan mengkhawatirkan. Masalah tersebut dapat berdampak negatif secara jangka pendek maupun panjang pada peserta didik dan institusi pendidikan. Terdapat berbagai faktor individual maupun kontekstual yang terkait dengan kecurangan akademik, salah satunya adalah dukungan guru. Tingginya tingkat kecurangan akademik pada peserta didik tingkat SMA patut menjadi perhatian penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah tingkat dukungan guru yang lebih tinggi berpengaruh secara signifikan pada kecurangan akademik yang lebih rendah. Penelitian ini menggunakan Academic Dishonesty Scale milik Bashir dan Bala (2018) untuk mengukur kecurangan akademik dan Teacher Subscale dari Child and Adolescent Social Support Scale milik Malecki, Demaray, dan Elliot (2000) untuk mengukur dukungan guru. Penelitian melibatkan peserta didik SMA sebagai partisipan dengan jumlah 140 partisipan. Hasil analisis statistik menggunakan uji regresi sederhana menunjukkan bahwa dukungan guru yang lebih tinggi berpengaruh secara signifikan pada kecurangan akademik yang lebih rendah (B = -0.168, p < 0,01). Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi praktisi pendidikan, seperti guru, psikolog sekolah, ataupun lembaga pendidikan dalam merancang intervensi yang efektif dalam meminimalisir tingkat kecurangan akademik.

Academic dishonesty that occurs in the world of education is increasingly widespread and alarming. This problem can have a short and long term negative impact on students and educational institutions. There are various individual and contextual factors related to academic dishonesty, one of which is teacher support. The high level of academic dishonesty in high school level deserves research attention. This study aims to examine whether higher levels of teacher support will significantly affect on lower academic cheating. This study uses Academic Dishonesty Scale (Bashir & Bala, 2018) to measure academic dishonesty and the Teacher Subscale from Child and Adolescent Social Support Scale (Malecki, Demaray, & Elliott, 2000) to measure teacher support. This study involved high school students as participants with a total of 140 participants. The results of statistical analysis using a simple regression test showed that higher teacher support had a significant effect on lower academic cheating (B = -0.168, p <0.01). The results of this study can be beneficial for educational practitioners, such as teachers, school psychologists, or educational institutions in designing effective interventions to minimize the level of academic dishonesty."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanness Callista Lafida
"Kecurangan akademik merupakan masalah yang kerap ditemukan di dunia pendidikan padahal perbuatan tersebut memberikan kerugian pada diri sendiri dan orang lain. Masalah ini semakin berkembang terutama dengan kehadiran internet yang semakin memfasilitasi perilaku tersebut. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kecurangan akademik adalah penalaran moral yang berkaitan dengan penilaian mahasiswa terhadap benar atau tidaknya suatu hal. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara penalaran moral dan kecurangan akademik dengan internet pada mahasiswa sarjana. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa sarjana (N = 100) di Indonesia yang berusia 18-25 tahun. Pengukuran variabel kecurangan akademik dengan internet menggunakan alat ukur Internet Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS) dan penalaran moral menggunakan Defining Issues Test (DIT). Hubungan kedua variabel diuji menggunakan metode Spearman correlation dan ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penalaran moral dan kecurangan akademik dengan internet, (r(98) = -0,100, p = 0,320, two-tailed). Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih menjelaskan hubungan antara kedua variabel. Akan dibahas beberapa permasalahan, limitasi, dan saran untuk penelitian selanjutnya.

Academic dishonesty is a prevalent issue in the educational world, causing harm to both individuals and others. This problem has been exacerbated by the presence of the internet, which increasingly facilitates such behavior. One factor related to academic dishonesty is moral reasoning, which pertains to students' judgments about the rightness or wrongness of actions. The hypothesis of this study is that there is a significant relationship between moral reasoning and internet-facilitated academic dishonesty among undergraduate students. This research was conducted on undergraduate students (N = 100) in Indonesia aged 18-25 years. The measurement of the academic dishonesty variable with the internet used the Internet Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS), and moral reasoning was measured using the Defining Issues Test (DIT). The relationship between the two variables was tested using the Spearman correlation method, and it was found that there was no significant relationship between moral reasoning and internet-facilitated academic dishonesty (r(98) = -0.100, p = 0.320, two-tailed). Therefore, further research is expected to better explain the relationship between these two variables. Several issues, limitations, and suggestions for future research will be discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David P
"Salah satu proses evaluasi yang dilakukan untuk menentukan kelulusan siswa SMA di Indonesia adalah melalui ujian nasional (UN) dan ujian sekolah berbasis nasional (USBN). UN maupun USBN tidak terlepas dari berbagai kecurangan akademik. Dari berbagai penelitian terdahulu, sebagian besar siswa pernah melakukan kecurangan akademik dalam berbagai bentuk. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi perilaku kecurangan akademik diantaranya adalah academic self-efficacy dan takut akan kegagalan. Academic self-efficacy merupakan salah satu prediktor dan memiliki hubungan negatif dengan kecurangan akademik. Di sisi lain, takut akan kegagalan memiliki hubungan positif dengan perilaku kecurangan akademik. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh keduanya secara bersama-sama pada perilaku kecurangan akademik. Partisipan dalam penelitian berjumlah 875 siswa SMA kelas 12 dari 146 sekolah, 56 kota dan 22 provinsi di Indonesia. Analisis dilakukan dengan uji multiple regression dan factorial anova. Diketahui bahwa academic selfefficacy dan takut akan kegagalan memiliki pengaruh signifikan yang bertolak belakang terhadap perilaku kecurangan akademik. Takut akan kegagalan ditemukan cenderung memiliki pengaruh yang lebih dominan dibandingkan academic self-efficacy terhadap perilaku kecurangan akademik. Kolaborasi dukungan guru serta orang tua untuk meningkatkan academic self- efficacy dan menurunkan derajat takut akan kegagalan diharapkan dapat mengurangi potensi perilaku kecurangan akademik pada siswa SMA kelas 12.

One of the evaluation processes carried out to determine high school student graduation in Indonesia is through national examination (UN) and national based school examination (USBN). Both of them are inseparable from possibilities of academic dishonesty behavior. From previous studies, most student had committed academic dishonesty in various forms. There are many factors that influence academic dishonesty including academic self-efficacy and fear of failure. Academic self-efficacy is a predictor and has a negative relation with academic dishonesty. On the other hand, fear of failure has a positive relation with academic dishonesty. The purpose of this study is to find out the effect of both variables collectively on academic dishonesty. Participant in this study were 875 12 grade high school students from 146 schools, 56 cities and 22 provinces in Indonesia. The analysis was performed using multiple regression and factorial anova test. Result showed that academic self-efficacy and fear of failure have a significant and opposite effect on academic dishonesty. Fear of failure tends to have more dominant influence than academic self-efficacy on academic dishonesty behavior. Collaboration of support from teachers and parent to improve academic self-efficacy and reduce fear of failure is expected to minimize the academic dishonesty behavior potential in 12 grade high school student."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ishaq Mahmudil Hakim
"Kecurangan merupakan fenomena negatif yang terjadi di berbagai konteks. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan apakah kecurangan dapat dipengaruhi oleh moral disengagement dan pengaruh tersebut dapat dimoderasi oleh identitas moral. Sebanyak 213 orang mahasiswa dari 7 universitas di Indonesia mengikuti penelitian ini. Peneliti mengukur kecurangan dengan Tugas Matriks Angka yang pernah digunakan oleh banyak peneliti-peneliti lain.
Moral disengagement diukur menggunakan adaptasi dari Moral Disengagement Scale yang dirancang oleh Detert, Treviño, dan Sweitzer (2008). Identitas moral diukur dengan hasil adaptasi dari Moral Identity Questionnaire yang dikembangkan Black dan Reynolds (2016).
Penelitian ini menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan moral disengagement terhadap kecurangan (odds ratio = 1,111; n = 213; p > 0,05; two-tailed). Lebih lanjut, identitas moral tidak memoderasi pengaruh moral disengagement terhadap kecurangan (odds ratio = -1,140; p > 0,05; two-tailed). Elaborasi dari hasil penelitian ini dibahas di dalam diskusi.

Dishonest behavior is a negative phenomenon that occurs in various contexts. This study aims to find out whether dishonest behavior can be influenced by moral disengagement and whether that influence can be moderated by moral identity. 213 students from 7 universities in Indonesia participated in this study. Dishonest behavior was measured by the Number Matrix Task that had been used by many other researchers.
Moral disengagement was measured using adaptations from the Moral Disengagement Scale designed by Detert, Treviño, and Sweitzer (2008). Moral identity was measured by the adaptated Moral Identity Questionnaire developed by Black and Reynolds (2016).
This study found no significant effect of moral disengagement on dishonest behavior (odds ratio = 1.111; n = 213; p> 0.05; two-tailed). Furthermore, moral identity did not moderate the effect of moral disengagement on dishonest behavior (odds ratio = -1,140; p> 0.05; two-tailed). The elaboration of these results was discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruthnaomi Vitaloka Liquisa
"Masalah kualitas tidur telah menjadi masalah global yang memengaruhi populasi secara umum. Hal ini juga turut memengaruhi kondisi mahasiswa tahun pertama yang dituntut untuk beradaptasi dalam kehidupan perkuliahannya. Namun, yang terjadi adalah mahasiswa tahun pertama mengalami kesulitan dalam membagi waktu secara proporsional. Mereka seringkali berusaha untuk menyeimbangkan kegiatan akademik dan non-akademiknya, namun mereka tetap tidak memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat dan tidur. Hal inilah yang bisa berpotensi untuk menimbulkan gangguan tidur. Selanjutnya, penelitian ini melihat bagaimana kualitas tidur berperan sebagai moderator dalam pengaruh conscientiousness terhadap prestasi akademis. Dari 119 partisipan, ditemukan bahwa conscientiousness tidak memengaruhi prestasi akademis dengan signifikan, t 115 = 0,6589 , p > 0,05. Namun, kualitas tidur ditemukan memengaruhi prestasi akademis dengan signifikan, t 115 = -2,0338, p < 0,05. Kualitas tidur sendiri secara signifikan berperan sebagai moderator dalam pengaruh kualitas tidur terhadap prestasi akademis, t 115 = -2,1320, p

Sleep quality problems had been present as global problems that affected general population. This matter had also affected college freshmens condition in which they were required to adapt in their newfound life. Yet, college freshmen had difficulties in prioritizing their activities. They often made efforts in balancing their academic and non academic activities but still, they didnt have enough time to rest and sleep. This research would like to find how sleep quality had a role as a moderator on the effect of conscientiousness on academic achievement. From 119 participants, it was found that conscientiousness didnt correlate with academic achievement significantly, t(115) = 0,6589 , p > 0,05. On the other hand, sleep quality was found to have a significant correlation with academic achievement, t 115 2,0338, p 0,05. Finally, sleep quality was found to have moderated conscientiousness and academic achievement, t (115) = 2,1320, p<0,05. Good sleep quality (effect = -0,0123, p < 0,05) moderated the effect of conscientiousness on academic achievement significantly. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debi Zahirah Hariwijaya
"Kecurangan pada mahasiswa erat kaitannya dengan konteks kecurangan akademik. Namun, terdapat kecurangan pada konteks lain yang juga bisa terjadi pada mahasiswa. Dengan berbagai peranan yang dimiliki mahasiswa, munculnya kecurangan dapat menimbulkan banyak dampak buruk dalam jangka pendek ataupun di masa yg akan datang. Trait kepribadian menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya kecurangan pada konteks akademik, di mana konteks ini cukup banyak terjadi pada mahasiswa. Identitas moral diduga memoderasi hubungan antara keduanya. Peneliti ingin melihat pengaruh dari trait kepribadian terhadap kecurangan pada lingkup mahasiswa di Universitas Indonesia dengan melibatkan identitas moral sebagai moderator yang dapat memperkuat ataupun memperlemah munculnya kecurangan pada mahasiswa. Penelitian mengambil mahasiswa yang berkuliah di Universitas Indonesia sebagai partisipan dengan jumlah 196 mahasiswa. Penelitian ini menggunakan The Mini-IPIP untuk mengukur trait kepribadian, Moral Identity Questionnare (MIQ) untuk mengukur identitas moral dan Tugas Matriks Angka untuk mengukur kecurangan. Hasil menunjukkan terdapat pengaruh dari trait conscientiousness terhadap kecurangan dengan arah pengaruh yang sejalan dengan munculnya kecurangan (r=0,126 p<0,05) dan identitas moral terbukti secara signifikan memoderasi hubungan antara trait conscientiousness terhadap kecurangan pada mahasiswa, di mana identitas moral melemahkan munculnya kecurangan dengan skor trait conscientiousness yang tinggi pada mahasiswa.

Dishonesty in college student is closely related to academic dishonesty. Personality trait often associated as one of the factors that influence the emergence of academic dishonesty. However, there is another dishonesty contexts that can also occur in students. With the various roles that college student have, the emergence of dishonesty can cause many effects in the short term or in the future. Personality trait is one of the factors that influence the emergence of dishonesty in the academic context, where this context occurs quite a lot in college student. Moral identity is alleged to moderate the relationship between the two variables. The study was conducted to find the effect of personality traits to dishonesty among college student with moral identity as moderator in Universitas Indonesia. The Participant consist of 196 Universitas Indonesia students. This study used The Mini-IPIP to measure personality traits, Moral Identity Questionnare (MIQ) to measure moral identity and Matrix Task to measure dishonesty. The result showed that there was an effect between conscientiousness and dishonesty with positive relationship (r=0,124; p<0,05) and moral identity proved to significantly moderate the relationship between conscientiousness and dishonesty among college student, where moral identity weaken the emergence of dishonesty."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vilia Azhar Chinta Primadani
"Periode dewasa muda tidak terlepas dari munculnya berbagai kemungkinan, ketidakstabilan, serta ketidakpastian dalam prosesnya. Hal ini juga dapat terlihat bagi mahasiswa yang berkuliah di lingkungan akademik yang kompetitif seperti UI, ITB, dan UGM. Dalam hal ini, lingkungan kompetitif yang penuh dengan daya saing yang tinggi dapat menimbulkan adanya kecemasan yang didorong oleh tuntutan akademik, yaitu kecemasan akademik. Terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi munculnya kecemasan akademik, salah satunya adalah perbandingan sosial ke atas. Meskipun begitu, dampak negatif yang diberikan dari perbandingan sosial ke atas terhadap kecemasan akademik dapat dinavigasikan dengan penerapan self-compassion bagi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran self-compassion sebagai moderator terhadap hubungan antara perbandingan sosial ke atas dan kecemasan akademik pad mahasiswa UI, ITB, dan UGM. Dengan jumlah mahasiswa sebanyak 349 yang mengisi kuesioner penelitian, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi signifikan antara perbandingan sosial ke atas dan kecemasan akademik, serta self-compassion dan kecemasan akademik. Namun, self-compassion tidak dapat memoderatori hubungan antara perbandingan sosial ke atas dan kecemasan akademik. Penelitian berikutnya dapat mempertimbangkan untuk dan memodifikasi konteks self-compassion dalam lingkup akademik dan menggunakan faktor eksternal sebagai salah satu variabel moderator.

The emerging adulthood period is inseparable from the emergence of various possibilities, instabilities, and uncertainties within its process. The same can be seen among college students studying in competitive academic environments such as UI, ITB, and UGM. In this regard, competitive environments filled with high-competitiveness processes can lead to anxiety driven by academic demands, known as academic anxiety. Several factors contribute to the emergence of academic anxiety, one of them being upward social comparison. Nevertheless, the negative impact that upward social comparison creates on academic anxiety can be mitigated by implementing self-compassion among students. This study aims to examine the role of self-compassion as moderator in the relationship between upward social comparison and academic anxiety among UI, ITB, and UGM students. With a total of 349 college students responding to the research survey, the results show significant correlations between upward social comparison and academic anxiety, as well as self-compassion and academic anxiety. However, self-compassion was not found to moderate the relationship between upward social comparison and academic anxiety. Future research could consider modifying self-compassion context specifically for academic settings and utilizing external factors as one of the moderator variables.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Ramadhanty Setiawan
"

Kecurangan akademik merupakan fenomena yang sering terjadi di lingkungan akademik. Fenomena tersebut merupakan perilaku yang biasa dilakukan oleh peserta didik Sekolah Menengah Atas (McCabe, 1999). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kecurangan akademik memiliki hubungan dengan efikasi diri akademik dan hubungan tersebut apakah dimoderasi oleh dukungan guru. Sebanyak 136 peserta didik Sekolah Menengah Atas (106 perempuan dan 30 laki-laki) ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Analisis korelasional pada penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis Pearson’s correlation dan analisis regresi linear berganda dilakukan menggunakan program PROCESS v3.5 untuk melihat efek moderasi dukungan guru pada hubungan efikasi diri akademik dengan kecurangan akademik. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara efikasi diri akademik dengan kecurangan akademik, dan tidak terdapat hubungan antara dukungan guru dengan kecurangan akademik. Lebih lanjut, dukungan guru tidak dapat memperkuat atau memperlemah hubungan efikasi diri akademik dengan kecurangan akademik pada peserta didik Sekolah Menengah Atas. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi praktisi sekolah untuk membuat program-program pendidikan yang dapat mengurangi kecurangan akademik di Indonesia.

 


Academic dishonesty is a phenomenon that often occurs in the academic environment. This phenomenon is a behavior commonly practiced by high school students (McCabe, 1999). This study aims to determine whether academic dishonesty has a relationship with academic self-efficacy and whether the relationship is moderated by teacher support. A total of 136 high school students (106 girls and 30 boys) participated in this study. Correlational analysis in this study conducted with Pearson's correlation analysis technique and multiple linear regression analysis performed using PROCESS v3.5 to see the effect of teacher support moderation on the relationship of academic self-efficacy with academic dishonesty. This study found that there was a significant negative relationship between academic self-efficacy and academic cheating, and there was no relationship between teacher support and academic cheating. Furthermore, teacher support cannot strengthen or weaken the relationship between academic self-efficacy and academic dishonesty on high school students. This results can be useful for school practitioners to create educational programs that can reduce academic dishonesty in Indonesia.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>