Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77721 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deddy Setiawan
"Tulisan ini membahas mengenai komponen-komponen arca yang terdapat pada ruang Kwan Im Tong Kelenteng Hian Tan Kong Cileungsi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ciri-ciri komponen pada arca dan mengeindentifikasinya dan melihat juga ciri komponen kebudhaan yang dimiliki oleh arca di ruang kwan Im Tong. Hasil penelitian ini menjelaskan terdapat 103 arca pada ruangan tersebut dan terdapat sembilan tokoh dewa pada ruang ini. Tokoh Dewa tersebut adalah Guan Shia Pu Sa, Mi Le Fo, Arahat 18, Yao Shi Fo, Shan Cai Tong Zi, Wu Liang Shou, Ru Lai Fo, Qie Lan, dan Ji Gong (Chi Kung). Arca di ruang Kwan im Tong juga wadah Hibriditas dengan mengadopsi komponen Buddha pada arca sehingga arca pada ruang kwan Im Ting memiliki ciri komponen Kebudhaan berupa Urna, Unhisa, mata Setengah terbuka, Telinga yang amat panjang, Mulut tenang, memakai pakaian keagamaan, memiliki beda kependetaan seperti tasbih, camara, kendi, mangkuk, dan berlapik padmasana
This paper discusses the components of statues found in the room of Kwan Im Tong Temple of Hian Tan Kong Cileungsi. This study aims to look at the characteristics of the components of the statue and identify them and also see the characteristics of the cultural components that are owned by the statue in the room of Kwan Im Tong. The results of this study explain there are 103 statues in the room and there are nine deities in this room. These figures are Guan Shia Pu Sa, Mi Le Fo, Arahat 18, Yao Shi Fo, Shan Cai Tong Zi, Wu Liang Shou, Ru Lai Fo, Qie Lan, and Ji Gong (Chi Kung). The statue in the Kwan im Tong room is also a place for hybridity by adopting the Buddha component in the statue so that the statue in the room of Kwan Im Ting has the characteristics of the Buddhist component in the form of Urna, Unhisa, Half-open eyes, Very long ears, Quiet mouth, wearing religious clothes, having a different clergy such as beads, camara, jugs, bowls, and padmasana."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Aliffian
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai komponen komponen yang ada pada arca di ruang Xuan-Tang Gong Kelenteng Cileungsi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ciri ciri komponen pada Arca Kelenteng dan mengidentifikasi nya lalu membandingkan ciri ciri komponen yang dimiliki dengan mitologinya. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dari 66 arca dewa pada ruangan tersebut, terdapat 14 tokoh dewa pada ruang ini. Tokoh dewa tersebut adalah Xuan Tan Yuan Shuai (Hian Than Goan Swee), Fu De Zheng Shen (Thouw Te Kong), Xuan Tian Shang Di (Hian Thian Siang Te), Guan di (Koan Te), Guan Ping I (Koan Ping), Zhou Chang (Ciu Jong), Guang Ze Zun Wang (kong Tek Cun Ong), Zu Shi Gong (Co Su Kong), Yu Huang Da Di (Giok Hong Tay Te), Tian Shang Sheng Mu (Thian Siang Sing bo), Sun Feng Er, Qian Li Yan, Ling Bao Tian Zun dan Daode Tian Zun. Selain itu ada juga arca yang masih belum teridentifikasi yaitu arca 2.T.1, 2.T.2, 2.TE.2, dan arca 6.B.6. Ke empat arca tersebut masih belum bisa diidentifikasi siapa sosok dibalik arca tersebut sebetulnya dikarenakan keseluruhan tubuh arca tertutup oleh jubah dan hanya menyisakan bagian kepalanya. Setelah dilakukan pengkajian, kebanyakan arca memiliki penggambaran yang sesuai dengan mitologinya. Selain itu dijumpai arca yang tidak memiliki ciri-ciri komponen yang tidak terlalu mengikuti mitologinya yaitu arca 5.TE.4, 5.TE.7, 6.B.1, dan arca 6.B.2.

ABSTRACT
This research discusses the components present in the statue in the Xuan-Tang Gong room of the Cileungsi Temple. This study aims to look at the component characteristics of the Temple Statues and identify them and then compare the component characteristics possessed by the mythology. The results of this study explain that from 66 statues of deities in the room, there are 14 deities in this room. These god figures are Xuan Tan Yuan Shuai (Hian Than Goan Swee), Fu De Zheng Shen (Thouw Te Kong), Xuan Tian Shang Di (Hian Thian Siang Te), Guan di (Koan Te), Guan Ping I (Koan Ping) , Zhou Chang (Ciu Jong), Guang Ze Zun Wang (Kong Tek Cun Ong), Zu Shi Gong (Co Su Kong), Yu Huang Da Di (Hong Tay Te Jade), Tian Shang Sheng Mu (Thian Siang Sing bo), Sun Feng Er, Qian Li Yan, Ling Bao Tian Zun and Daode Tian Zun. In addition there are also statues that have not been identified, namely statues 2.T.1, 2.T.2, 2.TE.2, and statues 6.B.6. The four statues are still unable to be identified who the figure behind the statue is actually due to the entire body of the statue covered by a robe and leaving only the head. After the assessment, most of the statues have depictions in accordance with their mythology. Also found statues that do not have the characteristics of components that do not really follow the mythology, namely statues 5.TE.4, 5.TE.7, 6.B.1, and statues 6.B.2. K
"
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yudhi Wibowo
"Kelenteng adalah sebuah bangunan tempat ibadah yang sudah ada di Indonesia sejak 400 tahun yang lalu. Bangunan suci ini merupakan tempat ibadah agama etnis Tionghoa-Buddha, Konghucu dan Tao. Dalam perkembangan selanjutnya, agama ini dikenal dengan sebutan Tridharma. Keistimewaan arsitektur bangunan kelenteng adalah terdapatnya ornamen-ornamen yang raya, megah sekaligus indah yang merupakan ciri khan arsitektur Cina dan syarat akan makna sirnholik. Bari segi proses pendiriannya, bangunan kelenteng pun memiliki ketentuan-ketentuan tersendiri, yaitu aturan umum yang kerap diterapkan pada bangunan kelenteng dan aturan yang dikaitkan dengan fengshui, yaitu sebuah ilmu yang secara umurn rnengandung makna bagaimana cara mengolah dan memanfaatkan suatu lingkungan.
Kelenteng Kwan Im Hud Cow (KIHC)-juga dikenal dengan nama Vihara Avalokitesvara adalah sebuah kelenteng yang terletak di Banten lama, yang keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari sejarah pengusaha dan pendatang Tionghoa dahulu yang turut andil dalam perdagangan berskala internasional pada masa Kesultanan Bantcn (1527-1813). Tak terkecuali dengan kelenteng ini, sudah sernestinya dalam proses pendiriannva juga mengikuti dan mengacu kepada aturan-aturan tersebut di atas. Penulisan ini berusaha meninjau bentuk dari arsitektur bangunan Kelenteng KHIC melalui tinjauan mengenai penerapan aturan umum dan aturan fengshui di dalam klenteng tersebut. Di samping itu pertulisan ini juga berusaha pula untuk memperoleh data atau intormasi mengenai pengaruh unsur lokal yang terdapat pada kelenteng KIHC. Salah satu langkah kerja dalam penelitian ini adalah mengklasifikasikan hal-hal yang mana saja dari aturan umum pendirian dan aturan fengshui yang diterapkan terhadap kelenteng KHIC ini. Aturan umum ini hanya diterapkan ke bangunan utama saja dari bangunan kelenteng. Hal ini dilakukan karena hanya bangunan utama saja yang merupakan bangunan asli atau tertua (arkaik). Sedangkan aturan fengshui diterapkan terhadap keseluruhan kompleks kelenteng.
Sebagai hasil dari proses pengklasifikasian yang disajikan dalam bentuk tabel tersebut, dapat dilihat mengenai hal-hal yang tidak dijalankan atau terjadi "ketidakturunan" dengan kedua aturan tersebut. Lebih lanjut lagi akan dijumpai penyebab-penyebab yang mengakibatkan hal yang demikian dapat terjadi. Dalam upaya memperoleh data mengenai adanya pengaruh unsur lokal pada Kelenteng KHIC ini, akan menitikberatkan pada bangunan makam yang terdapat di dalamnya. Namun demikian informasi yang diperoleh penulis sebagian besar diperoleh melalui studi literatur. Kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian ini adalah bahwa pada Kelenteng Kwan Im Hud Cow meskipun telah mengalami berkali-kali pemugaran dan pendirian bangunan baru namun sebagian besar dari kedua aturan tersebut ternyata masih diterapkan. Sedangkan mengenai keberadaan makam keramat di dalam kelenteng ini menghasilkan kesimpulan bahwa pada Kelenteng KHIC ternyata terdapat pengaruh unsur lokal, yakni dengan mengakomodasi suatu kepercayaan (tradisi) setempat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Natalia
"Pemeluk agama Khonghucu merupakan sebagian kecil dari penduduk di Kecamatan Gunung Sindur yang mayoritas pemeluk agamanya adalah Islam. Namun demikian, terdapat lima kelenteng yang tersebar di Kecamatan tersebut. Kelenteng yang sudah berdiri lebih dari tiga puluh tahun dan memiliki umat yang rutin untuk melakukan sembahyang di kelenteng pada Kecamatan ini adalah kelenteng Hoo Tek Bio dan kelenteng Kwan Im Bio Kahuripan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jangkauan kelenteng terhadap umat Khonghucu dan pola persebaran tempat tinggal umat Khonghucu di Kecamatan Gunung Sindur, Bogor. Analisis secara deskriptif dan secara spasial akan digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa jangkauan kelenteng Hoo Tek Bio lebih jauh dari pada kelenteng Kwan Im Bio Kahuripan. Umat Khonghucu di kelenteng Hoo Tek Bio dipengaruhi oleh keterkaitan dan ketergantungan umat terhadap leluhur, sedangkan umat Khonghucu di kelenteng Kwan Im Bio Kahuripan dipengaruhi oleh kedekatan kelenteng dengan pasar dan tempat tinggal umatnya yang berada pada kawasan perdagangan. Berdasarkan dari hasil Analisis Tetangga Terdekat (NNA) menunjukan bahwa tempat tinggal umat Khonghucu di dua kelenteng membentuk pola yang mengelompok.

The Confucianist only made small proportion to the Islam dominated community of Gunung Sindur subdistrict. Despite of that, five Confucianism temples spreaded across the region. The Confucianism temple have been stood for more than thirty years and followers are attending routinely to pray in the region is Hoo Tek Bio and Kwan Im Bio Kahuripan temple. This research aims to know the service of the temple to reach its followers and residential distribution pattern of the followers in Gunung Sindur subdistrict, Bogor. Descriptive analysis and spatial analysis is used to answer the purpose of thie research. The results of the research showed that service of the Hoo Tek Bio temple further more than Kwan Im Bio Kahuripan temple. The confucianism of the Hoo Tek Bio temple influenced by connection and depended of the ancestor, whereas followers Kwan Im Bio Kahuripan temple influenced by nearest of the temple in the market and residential of the followers that are on the trade. The Nearest Neighbour Analysis (NNA) result show a clumped pattern distribution of confucianist in the region.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S64209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Yuditha Kusumaningtyas
"ABSTRAK
Skripsi ini tentang tata letak dan arah hadap setiap bangunan pada Kompleks Vihara Buddhayana Dewi Kwan Im Burung Mandi berdasarkan Kepercayaan Masyarakat Cina, Ilmu Feng Shui, dan Kepercayaan Agama Buddha. Vihara Buddhayana Burung Mandi berada di pinggir bukit dan berada di daerah pantai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang menyebabkan pola tata letak bangunan pada kelenteng tersebut berbeda dengan kelenteng-kelenteng pada umumnya, sehingga dapat diperoleh unsur-unsur kebudayaan pada bentuk bangunannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tata letak dari pembangunan Kelenteng ini bukan hanya dipengaruhi oleh Feng Shui saja, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi geografis, tempat suci dari Dewi Kwan Im sebagai Dewa Utama kelenteng ini, bahkan juga dipengaruhi oleh unsur-unsur Buddha.

ABSTRACT
This Final Resume is all about the layout and the orientation of every buildings at temple Buddhayana Dewi Kwan Im Burung Mandi based on Chinese culture, Feng Shui, and Buddhist religion. Temple Buddhayana Burung Mandi is at the edge of cliff and near coast. The purpose of this research is to knowing the patterns of the buildings layout of the temple was different with other usual temples, so we can provide the elements of culture on building form. The results of this research is to show the patterns of the temple was not affected only by Feng Shui, but affected too by geography position, the holy place of Kwan Im Goddess as the main Goddess of this temple, even affected by Buddhist culture. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S63592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kwee Tek Hoay
Jakarta: Panitya Peringatan Se-abad Kelahiran Alm. Bapak Kwee Tek Hoay , 1986
294.32 KWE a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kwee, Tek Hoay
Tangerang: Panitia PErayaan Alavokitesvara, 1976
293.3 KWE k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Puri Nindia Heryviani
"Tulisan ini membahas mengenai perwujudan arca di klenteng Da Bo Gong dan San Kwan Ta Tee yang berada di Jakarta. Pembahasan mengenai perwujudan arca ini dibahas dalam perspektif perjalanan hidup (life course). Pada klenteng Da Bo Gong hanya menggunakan arca yang ada di ruang pemujaan utama. Sedangkan pada klenteng San Kwan Ta Tee menggunakan arca yang ada di bangunan utama. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah (observasi), pengolahan data dengan mengklasifikasikannya menjadi tua, muda dan laki-laki, perempuan serta tahap terakhir penafsiran data. Hasil dari penelitian ini diketahui dari kedua klenteng memiliki berbagai macam tokoh Dewa-Dewi yang lebih banyak diwujdukan sebagai orang tua dibandingkan muda. Hal tersebut manusia yang bisa menjadi dewa apabila bersikap baik, memiliki kesucian hati dan ahli di bidang tertentu. Guna untuk menguasai bidang tertentu pasti memerlukan waktu. Perwujudan laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal tersebut dikarenaka pada masa Cina Kuno perempuan belum mempunyai banyak pengaruh, bahkan keberadaanya masih kurang diperhitungkan.

This paper discusses the embodiment of statues at the Da Bo Gong and San Kwan Ta Tee temples in Jakarta. The discussion about the embodiment of this statue is discussed in the perspective of a life course. At the Da Bo Gong temple, only the statues in the main worship room are used. Meanwhile, the San Kwan Ta Tee temple uses the statues in the main building. The method used in this study is (observation), data processing by classifying it into old, young and male, female and the last stage of data interpretation. The results of this study are known from the two pagodas have various kinds of gods and goddesses who are more manifested as old people than young. This is a human who can become a god if he is kind, has a pure heart and is an expert in certain fields. In order to master certain fields, it will take time. Embodiment of men more than women. This is because in Ancient China women did not have much influence, even their existence was still not taken into account. Keywords: Manifestation, Life Course, Statues, Gods"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Ancient tomb and gravestones as archaeological remains often hide the important facts and informations are lated to many things. This paper aimed to solve the mystery of an ancient tomb of a Chinese figure known as Tan Sam Cai Kong in Sukalila, Cirebon. Through archaeological and historical analysis it is known that Tan Sam Cai Kong was a historical figure lived in 17M. His epithet as Tumenggung Aria Wira Cula written in the wall shows that he was an important figure and closed to the kraton."
PURBAWIDYA 2:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>