Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80129 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suwandy
"Nyeri kanker timbul pada sekitar 40% pasien kanker dan meningkat hingga 75-80% saat kankernya menyebar. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis dengan opioid dapat menimbulkan efek samping, toleransi dan adiksi, sehingga diperlukan modalitas lain dalam mengatasi nyeri kanker. Akupunktur merupakan suatu modalitas terapi yang banyak digunakan untuk membantu kondisi ini. Penelitian terhadap penggunaan akupunktur aurikular sebagai terapi untuk nyeri kanker masih sedikit, dan belum terdapat suatu tinjauan sistematis untuk menilainya. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui efektivitas akupunktur aurikular pada nyeri kanker. Tinjauan sistematis ini menggunakan daftar periksa PRISMA. Dari 3 studi yang dianalisis, semuanya menunjukkan penurunan intensitas nyeri dan terdapat luaran tambahan berupa pengurangan dosis analgesik harian, jumlah obat, dan posisi dalam WHO analgesic ladder. Kualitas studi yang dinilai dengan Cochrane Risk of Bias Tool terbaru dan GRADE mengungkapkan bahwa meski terdapat risiko bias yang digunakan pada dua studi, namun masih termasuk dalam rekomendasi Moderate, sementara studi oleh Ruela dkk (2018) mendapat rekomendasi High. Dapat disimpulkan, meskipun studi yang dianalisa masih sedikit, namun kualitasnya cukup baik dalam memaparkan efektivitas akupunktur aurikular pada nyeri kanker.

Cancer pain occurs in about 40% of cancer patients and increases to 75-80% when the cancer spreads. Pharmacological pain management with opioids can cause side effects, tolerance and addiction, so other modalities are needed in dealing with cancer pain. Acupuncture is a widely therapeutic modality to help this condition. There is little research of auricular acupuncture as a therapy for cancer pain, and there is no a systematic review to assess it. The purpose of this paper is to determine the effectiveness of auricular acupuncture on cancer pain. This systematic review uses the PRISMA checklist. Of the 3 studies analyzed, all showed a decrease in pain intensity and additional outcomes that is a reduction in the daily analgesic dose, drug amount, and position in the WHO analgesic ladder. The quality of the study assessed by Cochrane Risk of Bias Tool and GRADE revealed that although there was a risk of bias used in the two studies, it was still included in the Moderate recommendation, while the study by Ruela (2018) received a High recommendation. It can be concluded, although the studies analyzed are still few, they are of good quality in describing the effectiveness of auricular acupuncture in cancer pain."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suryamin
"Pendahuluan : Nyeri kanker bukan hanya terjadi akibat dari kanker itu sendiri namun mencakup pengobatan, efek samping pengobatan, proses diagnosis dan hal lain yang tidak berhubungan dengan penyakit kanker itu sendiri. Dalam penanggulangan nyeri banyak obat analgetik yang digunakan sehingga menimbulkan efek samping. Baik nyeri yang tidak teratasi maupun efek samping pengobatan nyeri dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dengan nyeri kanker. Salah satu pendekatan terapi non farmakologi yang dapat digunakan adalah menambahkan akupunktur pada terapi standar nyeri. Akupunktur telah terbukti dapat menurunkan intensitas nyeri. Namun, aplikasi pada pasien kanker masing jarang dilakukan dalam praktek rawat inap rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas manual akupunktur dalam mengurangi intensitas nyeri yang dinilai dengan skor Visual Analog Scale (VAS) dan peningkatan kualitas hidup yang dinilai dengan The European Organization for Research and Treatment of Cancer (EORTC) Core Quality of Life Questionnaire (QLQ-C30)pada pasien nyeri kanker ginekologi yang dirawat inap .
Metode : Desain studi ini adalah uji klinis acak terkontrol tunggal dengan kontrol terapi standar. Penelitian ini diikuti oleh 58 pasien kanker ginekologi yang mengalami nyeri pada saat rawat inap. Subjek penelitian dialokasikan secara acak ke dalam kelompok perlakuan (n=29) dan kontrol (n=29). Pada kelompok manual akupunktur dan terapi standar diberikan terapi akupunktur pada titik LI4 Hegu, PC6 Neiguan, LR3 Taichong dan ST36 Zusanli, dilakukan setiap hari selama 3 hari, sementara pasien pada kelompok kontrol pasien hanya menerima terapi standar berupa obat analgetik saja.
Hasil : Penambahan terapi manual akupunktur dalam terapi standar didapatkan perbedaan signifikan dalam intensitas nyeri pada hari pertama, penurunan nyeri pada hari pertama dan kedua bila dibanding dengan hanya terapi standar. Pada penilaian kualitas hidup didapatkan peningkatan kualitas hidup yang lebih menyeluruh dengan penambahan manual akupunktur pada terapi standar dibanding hanya terapi standar saja. Penggunaan analegetik pada kelompok manual akupunktur dan terapi standar lebih sedikit dibanding terapi standar
Kesimpulan : Penambahan manual akupunktur pada terapi standar meningkatkan penurunan intensitas nyeri, meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan dosis obat analgetik.

Introduction: Cancer pain does not only occur as a result of cancer itself but includes treatment, side effects of treatment, the diagnosis procedure and other things that are not related to cancer itself. In treating pain, many analgesic drugs are used which can cause side effects. Both unresolved pain and side effects of pain treatment can affect the quality of life of patients with cancer pain. One non-pharmacological therapy approach that can be used is adding acupuncture to standard pain therapy. Acupuncture has been proven to reduce pain intensity. However, its application to cancer patients is rarely carried out in hospital inpatient. The aim of this study was to assess the effectiveness of manual acupuncture in reducing pain intensity as assessed by the Visual Analog Scale (VAS) score and patient quality of life assessed by The European Organization for Research and Treatment of Cancer (EORTC) Core Quality of Life Questionnaire (QLQ- C30) in hospitalized gynecological cancer pain patients.
Methods: The design of this study is a single randomized controlled clinical trial with standard therapy controls. This study followed 58 gynecological cancer patients who experienced pain during hospitalization. Research subjects were randomly allocated into treatment (n=29) and control (n=29) groups. In the manual acupuncture and standard therapy groups, acupuncture therapy was given at points LI4 Hegu, PC6 Neiguan, LR3 Taichong and ST36 Zusanli, carried out every day for 3 days, while patients in the control group only received standard therapy in the form of analgesic drugs.
Results: The addition of manual acupuncture therapy to standard therapy resulted in a significant difference in pain intensity on the first day, a decrease in pain on the first and second days when compared with standard therapy alone. In assessing the quality of life, it was found that there was a more comprehensive improvement in quality of life with the addition of manual acupuncture to standard therapy compared to standard therapy alone. The use of analgesics in the manual acupuncture and standard therapy groups was less than standard therapy
Conclusion: The addition of manual acupuncture to standard therapy increases pain intensity reduction, improves quality of life and reduces the dose of analgesic drugs.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nike Estu Renaning Tyas
"Pendahuluan: Di Amerika Serikat kanker pada anak terjadi pada 2% dari seluruh kasus kanker. Setelah trauma, kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak pada anak-anak usia lebih dari satu tahun. Beberapa tahun belakangan, kemajuan protokol terapi memberikan perbaikan yang signifikan terhadap prognosis pada pasien kanker anak. Selain itu juga menimbulkan permasalahan baru salah satunya adalah nyeri kanker. Studi klinis terbaru menunjukkan bahwa hampir 50% pasien kanker rawat jalan mengalami nyeri yang belum tertangani dengan baik. Efek samping dari nyeri yang tidak tertangani dengan baik seperti : menurunnya kualitas hidup, susah tidur, peningkatan sensitivitas terhadap nyeri, dan kesulitan dalam tindakan medis, hambatan dalam aktivitas sosial, dan berkembangnya masalah perilaku dan emosional. Akupunktur telah terbukti merupakan terapi tambahan yang efektif jika dilakukan bersama pengobatan farmakologi konvensional untuk mengatasi nyeri kanker dan dapat mengurangi dosis analgetik dan efek sampingnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan obat analgetik, perubahan skor VAS intra kelompok, dan keberhasilan terapi pada kelompok akupunktur dan medikamentosa dan kelompok medikamentosa saja pada nyeri kanker anak.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan mengambil data di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien anak dengan nyeri kanker yang dirawat di Gedung Pusat Kesehatan Ibu Anak (PKIA) RSCM Kiara pada bulan Januari 2022- Juli 2023.
Hasil: Kedua kelompok dapat menurunkan skor VAS dan terdapat beda signifikan. Akupunktur dan medikamentosa mempunyai peluang untuk dapat mengurangi penggunaan jenis obat analgetik, penggunaan ekstra obat dan pengurangan dosis total morfin harian, namun diperlukan penelitian lebih lanjut. Kedua kelompok memberikan hasil yang baik pada luaran keberhasilan terapi
Kesimpulan: Akupunktur dan medikamentosa mempunyai peluang untuk dapat mengurangi obat analgetik, mengurangi skor VAS, dan memberikan hasil yang baik untuk keberhasilan terapi, namun diperlukan penelitian lebih lanjut.

Introduction: In the United States, childhood cancer occurs in 2% of all cancer cases. After trauma, cancer is the second leading cause of death in children over one year old. In recent years, advances in therapeutic protocols have provided significant improvements in the prognosis of pediatric cancer patients. Apart from that, it also creates new problems, one of which is cancer pain. Recent clinical studies show that nearly 50% of outpatient cancer patients have untreated pain. Side effects of pain that is not handled properly include: decreased quality of life, difficulty sleeping, increased sensitivity to pain, and difficulties in medical procedures, obstacles in social activities, and the development of behavioral and emotional problems. Acupuncture has been shown to be an effective adjunctive therapy when performed alongside conventional pharmacological treatment to treat cancer pain and can reduce analgesic doses and associated effects. The aim of this study was to determine the use of analgesic drugs, changes in intra-group VAS scores, and the success of therapy in the acupuncture and medication group and the medication alone group for childhood cancer pain.
Methode: This study used a retrospective cohort design by taking data at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). The reachable population for this study is children with cancer pain who are treated at the Pusat Kesehatan Ibu Anak (PKIA) RSCM Kiara in January 2022-July 2023.
Results: Both groups can reduce the VAS score and there is a significant difference. Acupuncture and medication have the opportunity to reduce analgesic drugs, reduce extra drug use and reduce the total daily dose of morphine, but further research is needed. Both groups gave good results in terms of therapeutic success.
Conclusion: Acupuncture and medication have the opportunity to reduce the use of analgesic drugs, reduce VAS scores, and provide good results for successful therapy, but further research is needed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alvita Ratnasari
"Pendahuluan: Nyeri merupakan salah satu gejala terpenting pasien kanker, dengan hampir 40% dari semua pasien kanker mengalami nyeri sedang hingga berat. Pasien Onkologi Ginekologi dengan perawatan paliatif memiliki keluhan utama nyeri atau mual/muntah yang signifikan. Direkomendasikan kuat oleh WHO mengenai penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), parasetamol, dan opioid baik sendiri atau dalam untuk nyeri terkait kanker pereda nyeri tergantung pada penilaian klinis dan keparahan . kupunktur telinga adalah metode yang sederhanadan aman yang dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan bentuk perawatan kesehatan lainnya Saat ini belum ada penelitian tentang keefektifan terapi akupunktur telinga BFA dalam pengobatan nyeri kanker ginekologi untuk mengatasi berdasarkan konsistensi pemilihan titik, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang keefektifan terapi akupunktur telinga BattleField Acupuncture (BFA) dalam pengobatan nyeri kanker ginekologi.
Metode: Desain penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol tunggal atau single blinded randomized control trial. Penelitian dilakukan di Rawat Inap RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Rumah sakit Umum Pusat Persahabatan dan Rumah Sakit Fatmawati Jakarta pada bulan Juli 2023 sampai dengan Desember 2023 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Terdapat 2 kelompok studi yaitu Kelompok akupunktur telinga ditambah dengan terapi standar dibandingkan dengan kelompok terapi standar saja. Pada kelompok perlakuan dilakukan pemasangan jarum tempel pada titik MA-IT1 Cingulate Gyrus, MA-AT2 Thalamus, MA-H2 Omega 2, MA-H1 Point Zero, MA-TF1 Shenmen pada kedua sisi telinga. Jarum diretensi selama tiga hari dan dilakukan perangsangan pada lokasi pemasangan jarum tempel dengan cara penekanan pada titik akupunktur telinga yang telah terpasang jarum tempel pada kedua sisi, 1 menit pada setiap titik , empat kali sehari, selama 3 hari berturut dan jarum tempel dilepas pada hari ke 3.
Hasil: Terdapat perbedaan hasil untuk intensitas nyeri, perubahan dosis analgetik, dan kualitas hidup, pada pasien dengan nyeri kanker ginekologi pada kelompok yang mendapatkan akupunktur telinga BFA ditambah dengan terapi standar dibandingkan dengan terapi standar saja.
Kesimpulan: Terapi akupunktur telinga BFA ditambah dengan terapi standar berpengaruh padaintensitas nyeri, perubahan dosis analgetik, dan kualitas hidup, pada pasien dengan nyeri kanker ginekologi dibandingkan dengan terapi standar saja.

Introduction: Pain is one of the most important symptoms of cancer patients, with almost40% of all cancer patients experiencing moderate to severe pain. Gynecologic Oncology patients on palliative care have a chief complaint of significant pain or nausea/vomiting.There are strong recommendations by WHO regarding the use of non- steroidal anti- inflammatory drugs (NSAIDs), paracetamol, and opioids either alone or in cancer-related pain relief depending on clinical assessment and severity. Ear acupuncture is a simple and safe method that can be used alone or in combination with other forms of health care.Currently there has been no research on the effectiveness of BFA ear acupuncture therapyin the treatment of gynecological cancer pain to overcome based on the consistency of point selection, so it is necessary to conduct research on the effectiveness of acupuncture therapy BattleField Acupuncture (BFA) Ear in the treatment of gynecologic cancer pain.
Method: The design of this research is a single blinded randomized control trial. The research was conducted at the Inpatient Hospital of Dr. Cipto Mangunkusumo, Friendship Center General Hospital and Fatmawati Hospital Jakarta from July 2023 to December 2023 who meet the inclusion and exclusion criteria. There were 2 study groups, namely the ear acupuncture group plus standard therapy compared to the standard therapy alone group. In the treatment group, needles were placed at the MA-IT1 CingulateGyrus, MA-AT2 Thalamus, MA-H2 Omega 2, MA-H1 Point Zero, MA-TF1 Shenmen points on both sides of the ear. The needle is retained for three days and stimulation is carried out at the location where the needle is inserted by pressing the ear acupuncture points where the needle has been installed on both sides, for 1 minute at each point, fourtimes a day, for 3 consecutive days and the needle is removed at day 3.
Results: There were differences in outcomes for pain intensity, changes in analgesic dose,and quality of life, in patients with gynecological cancer pain in the group who received BFA ear acupuncture plus standard therapy compared with standard therapy alone.
Conclusion: BFA ear acupuncture therapy plus standard therapy has an effect on pain intensity, changes in analgesic dose, and quality of life, in patients with gynecological cancer pain compared with standard therapy alone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohd. Fadly
"Sindrom miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau beberapa titik picu (trigger points) dan dicirikan oleh nyeri otot kronis dengan peningkatan sensitivitas terhadap tekanan. Tatalaksana akupunktur manual dapat dilakukan dengan berbagai pilihan teknik rangsang.
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan tindakan akupunktur superfisial dry needling dengan akupunktur sparrow pecking terhadap perubahan nyeri dan ambang rangsang nyeri penderita sindroma nyeri miofasial upper trapezius.
Telah dilakukan penelitian eksperimental dengan rancangan randomized control trial. Sampel sebanyak 36 orang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 18 orang. Kelompok A mendapatkan tindakan akupunktur superfisial dry needling, sedangkan Kelompok B mendapatkan tindakan akupunktur sparrow pecking. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur intensitas nyeri menggunakan visual analog scale (VAS) dan ambang rangsang nyeri menggunakan pressure threshold meter (PTM) pada saat sebelum, menit ke-0, 30 dan 60 setelah perlakuan.
Dari hasil penelitian didapat tidak ada perbedaan skor nyeri (p=0,23, uji Mann-Whitney U) dan peningkatan ambang rangsang nyeri (p=0,80, uji Mann-Whitney U) setelah tindakan akupunktur superfisial dry needling dan sparrow pecking.
Disimpulkan akupunktur superfisial dry needling, sama baiknya dengan sparrow pecking untuk menurunkan nyeri dan meningkatkan ambang rangsang nyeri penderita sindroma nyeri miofasial otot upper trapezius, dengan tidak adanya perbedaan signifikan.

Myofascial syndrome is a group of symptoms and signs of one or more trigger points and is characterized by chronic muscle pain with increased sensitivity to pressure. Manual acupuncture can be done with several choice of stimulation techniques.
The purpose of this study was to compare the acupuncture technique of superficial needling with sparrow pecking in reducing pain and the changes of pain threshold of myofascial pain syndrome of upper trapezius. Sample of 36 people, divided into two groups, each group consisted of 18 people. The first group was given superficial dry needling acupuncture while the second group get sparrow pecking acupuncture. The intensity of pain was measured using the VAS (Visual Analog Scale) and stimuli of pain threshold was measured using a pressure threshold meter (PTM) at the time before at minute 0, 30 and 60 after treatment.
After treatment (minute 0), there was no mean difference in pain scores (p=0.23, Mann-Whitney U test) and the stimuli of pain threshold (p=0.80, Mann-Whitney U test) between superficial dry needling and sparrow pecking acupuncture.
Dry needling acupuncture as well as sparrow pecking both reduced pain and increased the threshold of pain stimuli of myofascial pain upper trapezius, with no significant difference."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisma Perdana Harja
"Nyeri merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami populasi geriatri di dunia dan menimbulkan penurunan kualitas hidup, fungsionalitas, serta beban sosioekonomi yang besar. Polifarmasi, tingginya angka kejadian demensia dan gangguan kognitif lain, serta meningkatnya sensitivitas terhadap obat analgesi menyebabkan rentannya populasi geriatri mendapatkan penanganan nyeri yang tidak adekuat. Penanganan nyeri yang tidak adekuat ini disertai berbagai perubahan fisiologis pada populasi geriatri meningkatkan risiko terbentuknya nyeri kronik, kerentaan, depresi dan ansietas, peningkatan morbiditas, serta penurunan kualitas hidup dan fungsionalitas. Populasi geriatri diperkirakan terus meningkat tiap tahunnya baik di Indonesia dan dunia; hal ini disertai dengan sulitnya pemberian analgesi yang adekuat menyebabkan perlunya penanganan nyeri yang efektif dan aman. Berbagai penelitian menunjukkan akupunktur dapat menurunkan nyeri pada populasi geriatri. Studi berupa telaah sistematis ini bertujuan untuk memaparkan peran akupunktur dalam menurunkan skala nyeri pada pasien geriatri dengan nyeri akut. Dilakukan pencarian literatur secara sistematis pada sumber data Google Scholar dan PubMed menggunakan kata kunci acupuncture, manual acupuncture, electroacupuncture, laserpuncture, laser acupuncture, ear acupuncture, battlefield acupuncture, pain, dan acute pain. Setelah studi yang didapatkan disingkirkan duplikasinya serta dipilah berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan tujuh studi yang digunakan dalam pembahasan; dengan skala nyeri yang digunakan mencakup Visual Analog Scale (VAS), Numeric Rating Scale (NRS), McGill Pain Questionnaire (MPQ), dan Brief Pain Inventory (BPI). Dilakukan penilaian kualitas studi menggunakan Cochrane Risk of Bias Tool ver. 2, dan metode Grading of Recommendations, Assessment, Development, and Evaluations (GRADE) dan didapatkan secara umum studi yang didapatkan memiliki kualitas yang baik. Berdasarkan hasil dari ketujuh studi tersebut didapatkan bahwa pemberian akupunktur dapat menimbulkan penurunan skala nyeri VAS, NRS, MPQ, dan BPI yang signifikan baik secara statistik maupun klinis. Selain itu, didapatkan pula akupunktur dapat menurunkan kebutuhan obat-obat analgesi terutama opioid, serta aman untuk digunakan pada pasien geriatri dengan nyeri akut.

Pain is one of the problems commonly found in geriatric population in the world; pain caused reduction in quality of life and functionality, and increase in socioeconomic burden. Polypharmacy, increase in dementia and other cognitive impairments, and increased sensitivity to analgesics side effects made the geriatric population vulnerable to inadequate analgesia. Inadequate analgesia coupled with various physiological changes in geriatric population increase the risk of forming chronic pain, frailty, depression and anxiety; increase morbidity, and reduce quality of life and functionality. It is estimated that the number of geriatric population will continue to increase in the future, whether in the world or in Indonesia. With the continuously increasing population and difficulty in giving an adequate analgesia, a form of pain management that is effective and safe for geriatric patients with acute pain is required. Many studies showed that acupuncture is effective and safe in the pain management of geriatric patients. This systematic review was done in order to explain the role of acupuncture in reducing pain scale scoring in geriatric patients with acute pain. Systematic literature searching was done using the keyword acupuncture, manual acupuncture, electroacupuncture, laserpuncture, laser acupuncture, ear acupuncture, battlefield acupuncture, pain, and acute pain. with Google Scholar and PubMed as database. After eliminating duplications and applying the inclusion and exclusion criteria, seven studies was found and used for analysis. The studies used in the analysis used Visual Analog Scale (VAS), Numeric Rating Scale (NRS), McGill Pain Questionnaire (MPQ), and Brief Pain Inventory (BPI). Quality assessment of the studies used in analysis was done using Cochrane Risk of Bias Tool ver. 2 and Grading of Recommendations, Assessment, Development, and Evaluations (GRADE); it was found that overall the quality of the studies used was good. Based on the analysis acupuncture was found to reduce pain scale scoring of VAS, NRS, MPQ, and BPI significantly, whether statistically or clinically. Acupuncture was also found to reduce analgesic requirements, especially opioids, and is safe to be given in geriatric patients with acute pain."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pita Wulansari
"Efek samping yang paling banyak dialami oleh penderita kanker prostat yang diterapi dengan agonis LHRH adalah Hot flush. Ternyata diketahui bahwa terdapat hubungan yang erat antara hot flush dengan penurunan Kualitas Hidup para penderita kanker. Bermacam terapi untuk hot flush salah satunya dengan akupunktur telinga. Adanya pelepasan ?-endorfin yang mempertahankan mekanisme negatife feedback pada produksi noradrenalin hipotalamus menyebabkan akupunktur telinga dapat meringankan gejala hot flush, dan ?-endorfin ternyata juga menghambat efek CGRP sehingga terjadi penurunan gejala hot flush. Gejala hot flush yang menurun setelah dilakukan akupunktur telinga akan dapat mengembalikan kembali kualitas hidup dari penderita kanker prostat.
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek akupunktur telinga terhadap penurunan skor Hot Flush Diary HFD, skor Hot Flush Related Daily Interference Scale HFRDIS dan terhadap peningkatan Kualitas Hidup pada pasien kanker prostat yang diterapi dengan agonis LHRH setelah 12 kali tindakan akupunktur. Penelitian ini dilakukan secara randomized clinical trial terhadap 30 orang pasien kanker prostat yang mengalami hot flush akibat terapi LHRH. Pasien dibagi dalam 2 kelompok yaitu 15 orang sebagai kelompok yang menerima terapi akupunktur telinga kasus dan 15 orang sebagai kelompok yang menerima terapi plasebopunktur telinga kontrol.
Penilaian keberhasilan terapi menggunakan The Hot Flush Diary dan The Hot Flush Related Daily Interference Scale HFRDIS Angka keberhasilan akupunktur terhadap penurunan skor HFD dan skor HFRDIS pada pasien kanker prostat yang diterapi dengan LHRH setelah 12 kali adalah 86.7. Rerata penurunan skor HFD setelah 12 kali terapi akupunktur adalah 3.733 2.282. Sedangkan rerata penurunan skor HFRDIS setelah 12 kali terapi akupunktur adalah 35.866 13.511. Akupunktur telinga mempunyai efek menurunkan skor Hot Flush HFD dan skor Hot Flush Related Daily Interference Scale HFRDIS pada pasien kanker prostat yang diterapi dengan LHRH, berbeda bermakna dibandingkan dengan plasebopunktur p < 0.05.

Most side effects experienced by patients with prostate cancer who were treated with LHRH agonists is hot flush. It emerged that there is a close relationship between the hot flush with a reduced quality of life of cancer patients. Various therapies for hot flush one with ear acupuncture. The release of endorphin maintain negative feedback mechanism in the hypothalamus causes the production of noradrenaline ear acupuncture can relieve the symptoms of hot flush, and endorphins were also inhibit the effects of CGRP resulting in decreased symptoms of hot flush. Hot flush symptoms decreased after ear acupuncture will be able to restore back the quality of life of prostate cancer patients.
The purpose of this study was to determine the effect of ear acupuncture to decrease score Hot Flush Diary HFD, a score of Hot Flush Related Daily Interference Scale HFRDIS and to the improvement of quality of life in prostate cancer patients treated with agonist LHRH after 12 times the action of acupuncture. This research was conducted in randomized clinical trial of 30 patients prostate cancer who experience hot flush due to LHRH therapy. Patients are divided in 2 groups 15 patients as the group who received ear acupuncture therapy case and 15 patients as the group received ear placebopuncture therapy control.
Assessement of the success of therapy using the hot flush diary and Hot Flush score Related Daily Interference Scale HFRDIS. Figures for the success of acupuncture to the decline of HFD score and HFRDIS score in prostate cancer patients treated with LHRH after 12 time is 86,7. The mean of the decrease of HFD score after 12 times acupuncture treatments was 3.733 2.282. The mean of the decrease of HFRDIS score after 12 times acupuncture treatments was 35.866 13.511. Ear acupuncture has the effect of lowering HFD score and HFRDIS score in prostate cancer patients treated with LHRH, significantly different compared with placebopuncture p 0.05.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shalista Feniza Hasny
"Pendahuluan: Kanker adalah penyebab kematian terbesar pada anak dan remaja di seluruh dunia dan merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat karena insidensinya terus meningkat. Kemoterapi merupakan metode terapi yang umum digunakan untuk mengobati kanker. Penggunaan kemoterapi dapat menimbulkan efek samping salah satunya mual dan muntah akibat kemoterapi atau Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting (CINV). Penggunaan terapi antiemetik saat ini masih belum optimal dalam menangani CINV karena efek terapeutiknya belum maksimal, efek samping yang terjadi serta dari segi biaya. Akupressur dan Press Needle merupakan metode akupunktur yang dapat membantu mengurangi intensitas dan frekuensi mual dan muntah yang terkait dengan kemoterapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas akupresur dan press needle terhadap skor Rhodes Index of Nausea, Vomiting and Retching (RINVR) pasien kanker anak yang menjalani kemoterapi. Metode: Desain penelitian pada penelitian ini adalah sebuah uji klinis acak tersamar tunggal. Penelitian ini diikuti oleh 52 orang subjek penelitian yang dibagi kedalam kelompok akupresur (n=26) dan kelompok press needle (n=26). Pada kelompok akupresur dilakukan penekanan pada titik PC6 dan ST36 selama 2 menit tiap titiknya minimal 3 kali sehari, sementara pada kelompok press needle dilakukan pemasangan press needle pada titik yang sama dan dilakukan 1 kali perangsangan di awal. Terapi akupresur dan pemasangan press needle dilakukan sebelum kemoterapi dan dan dipertahankan hingga 3 hari pasca kemoterapi. Evaluasi mual muntah dilakukan setiap hari hingga 6 hari pasca kemoterapi menggunakan kuesioner Rhodes index of nausea, vomiting, and retching.
Hasil: Terdapat penurunan skor RINVR pada kelompok akupresur dan press needle antara hari kemoterapi, 1 hari pasca kemoterapi, 3 hari pasca kemoterapi pada kelompok akupresur namun tidak signifikan (p>0,05). Efek terapi press needle bertahan hingga 6 hari pasca kemoterapi dengan hasil signifikan (p=0,018), namun tidak pada kelompok akupresur (p=0,233).

Background : Cancer is the largest cause of death in children and adolescents throughout the world and is a serious threat to public health because its incidence continues to increase. Chemotherapy is a therapeutic method commonly used to treat cancer. The use of chemotherapy can cause side effects, one of which is Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting (CINV). The current use of antiemetic therapy is still not optimal in treating CINV because of the therapeutic effect is not optimal, the side effects that occur, and in terms of cost. Acupressure and Press Needles are acupuncture methods that can help reduce the intensity and frequency of nausea and vomiting due to chemotherapy. The aim of this study was to compare the effectiveness of acupressure and needle pressure on the Rhodes Index of Nausea, Vomiting and Retching (RINVR) scores in pediatric cancer patients undergoing chemotherapy.
Method : The research design in this study was a single-blind, randomized clinical trial. This study was attended by 52 research subjects who were divided into the acupressure group (n=26) and the press needle group (n=26). In the acupressure group, pressure was applied to points PC6 and ST36 for 2 minutes per point at least 3 times a day, while in the press needle group, press needles were placed at the same points and stimulation was carried out once at the beginning. Acupressure therapy and press needle placement are carried out before chemotherapy and maintained for up to 3 days after chemotherapy. Evaluation of nausea and vomiting was carried out every day until 6 days after chemotherapy using the Rhodes index of nausea, vomiting, and retching questionnaire. Result: There was a decrease in the RINVR score in the acupressure and press needle groups between the day of chemotherapy, 1 day after chemotherapy, and 3 days after chemotherapy in the acupressure group but it was not significant (p>0.05). The effect of press needle therapy lasted up to 6 days after chemotherapy with significant results (p=0.018), but not in the acupressure group (p=0.233).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Permatasari
"Latar belakang dan tujuanNyeri biasanya dianggap sebagai suatu fenomena patologis. Tetapi nyeri yang berhubungan dengan persalinan mempunyai makna berbeda pada wanita dan sangat bergantung pada pengalaman nyeri serta konstribusi ibu pada pengendalian nyeri tersebut. Ketika seorang wanita merasa bahwa suatu persalinan, terdiri dari lsquo;nyeri dan kerja keras rsquo;, dan rasa nyeri yang lama dan tak tertahankan dapat mengganggu ibu serta bayi, maka saat itulah diperlukan intervensi pengendalian rasa nyeri pada persalinan. Telah banyak metode yang dipergunakan dalam penanggulangan nyeri pada persalinan salah satunya adalah akupunktur. Penelitian ini ditujukan untuk melihat efek terapi akupunktur terhadap pengurangan nyeri ibu bersalin normalMetodePenelitian ini memakai metode Randomized Clinical Trial With Control. Penelitian ini dilakukan terhadap 50 wanita bersalin normal. Terdiri dari 25 orang kelompok kasus dan 25 orang kelompok kontrol. Kedua kelompok mendapat perlakuan sama sesuai protokol kebidanan wanita akan melahirkan. Pada kelompok kasus diberikan terapi akupunktur pada saat kala 1 aktif atau dimana rasa nyeri mulai mengganggu, sedangkan pada kelompok kontrol tidak. Dilakukan penilaian terhadap NAS nyeri persalinan, dihitung jumlah dan lama his. Lama kala 2 dan membandingkan APGAR Score bayiHasilTerapi akupunktur mempunyai efek terhadap pengurangan nyeri persalinan dengan dilihat pada kelompok kasus secara bermakna.

Back Ground and PurposePain is usually regarded as a pathological phenomenon. But the pain associated with childbirth have different meanings in women and relies heavily on the experience of pain as well as the mother 39 s contribution is on controlling the pain. When a woman feels that a labor, consists of 39 pain and hard work 39 , and the prolonged pain and unbearable can interfere with the mother and the baby, that 39 s when the necessary interventions for controlling pain in childbirth. Many methods have been used in pain relief in childbirth one is acupuncture. This study aimed to look at the effect of acupuncture therapy against a reduction of the normal maternity mother pain researchMethodThis method of wear of Randomized Clinical Trial With Control. Research. This research was conducted against 50 women maternity normally. Consists of 25 people groups of case and control groups of 25 people. Both groups received the same treatment protocol accordingly obstetrics women will give birth. In the case group was given acupuncture therapy at the time of the fase 1 active or where the pain starts to interrupt, whereas in the control group did not. Conducted assessment of the NAS calculated the amount of labor pain, and long and intensity of the uterus contraction . Long fase 2 and compare the APGAR Score baby.Results of acupuncture Therapy has an effect against the reduction of labor pain with views on this group of cases significantly p 0.05 Acupuncture Therapy Conclusion have the effect of a reduction of labor pain. Strengthen uterus contraction, speed up fase 2 and has no side effects on the mother and baby. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marshellia Setiawan
"Pendahuluan: Endometriosis merupakan salah satu kondisi ginekologi yang sering dijumpai. Nyeri dapat mengganggu keseharian penderita endometriosis dan menurunkan kualitas hidup. Terapi untuk nyeri endometriosis yang terdiri dari hormon, non hormon, dan pembedahan, memiliki risiko dan efek samping. Akupunktur telah terbukti mengurangi nyeri endometriosis melalui efek analgesik, menurunkan estradiol, memodulasi neurotransmiter, memperkuat sel imun, dan mengurangi inflamasi. Akupunktur tanam benang (ATB) memiliki keuntungan yaitu stimuli kontinu titik akupunktur sehingga dapat mengurangi frekuensi kunjungan ke dokter. ATB telah terbukti efektif pada berbagai penyakit, namun efek ATB pada kasus endometriosis masih jarang dipublikasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek dari kombinasi ATB dengan terapi standar pada endometriosis.
Metode: Penelitian ini merupakan suatu uji klinis pretest-posttest satu kelompok yang dilakukan pada pasien endometriosis di unit rawat jalan RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dari bulan Desember 2023 sampai Mei 2024. Subjek penelitian adalah yang telah mengkonsumsi dienogest sebagai terapi standar untuk nyeri endometriosis selama minimal 1 bulan, namun masih mengalami nyeri dengan skor Numeric Rating Scale (NRS) ≥ 4. Subjek kemudian mendapatkan terapi ATB sebanyak satu kali, yang dikombinasikan dengan dienogest sebagai terapi standar selama 8 minggu. Luaran yang dinilai adalah intensitas nyeri dengan skor NRS, serta skor kualitas hidup dengan kuesioner Endometriosis Health Profile-30 (EHP-30). Skor dasar NRS dan EHP-30 saat subjek hanya mendapat terapi standar, dibandingkan dengan skor NRS dan EHP-30 4 dan 8 minggu setelah mendapat kombinasi ATB dengan terapi standar. Hasil: Terdapat penurunan rerata skor NRS yang signifikan dari sebelum terapi (5,25 ± 1,16) hingga 4 minggu setelah terapi (1,84 ± 2,09; p = 0,001) dan 8 minggu setelah terapi (1,47 ± 2,04; p < 0,001). Terdapat penurunan rerata skor EHP-30 yang signifikan pada subskala nyeri dari sebelum terapi (43,18 ± 23,93) hingga 4 minggu setelah terapi (25,85 ± 22,36; p = 0,039) serta subskala kontrol dan rasa tidak berdaya dari sebelum terapi (45,83 ± 30,54) hingga 4 minggu setelah terapi (25,52 ± 25,24; p = 0,035). Penurunan skor EHP-30 setelah 4 minggu terapi bermakna secara klinis pada subskala nyeri, kontrol dan rasa tidak berdaya, serta kesehatan mental; sementara setelah 8 minggu terapi bermakna secara klinis pada seluruh subskala. Kesimpulan: Kombinasi ATB dengan terapi standar dapat menurunkan intensitas nyeri endometriosis 4 minggu setelah terapi dan bertahan hingga 8 minggu; serta meningkatkan kualitas hidup penderita endometriosis pada aspek nyeri serta kontrol dan rasa tidak berdaya 4 minggu setelah terapi.

Introduction: Endometriosis is a common gynecologic condition in everyday practice. Pain in endometriosis can be disabling, thus reducing quality of life. Management strategy for pain in endometriosis includes hormones, non-hormonal therapy, and surgery; each one has its own risks and side effects. Acupuncture has been proven to be effective in reducing endometriosis-related pain through its analgesic effect, modulating estradiol and neurotransmitters, enhancing immune cells, and reducing inflammation. Thread embedding acupuncture (TEA) has advantage in term of continuous stimulation of acupuncture points, thereby reducing frequency of visits to doctor. TEA has been proven to be effective in various medical condition, but still not much explored in endometriosis publications. This study was conducted to analyze the effect of TEA combination with standard therapy on endometriosis.
Methods: This study was a one group pretest-posttest clinical trial conducted on RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo outpatient endometriosis patients from December 2023 until May 2024. Subjects included in this study had been consuming dienogest as standard therapy for endometriosis pain at least for 1 month, but still felt pain with Numeric Rating Scale (NRS) score ≥ 4. Subjects then went through TEA once, combined with dienogest as standard therapy for 8 weeks forward. Outcomes assessed were pain intensity using NRS score and quality of life score using Endometriosis Health Profile-30 (EHP-30). Baseline NRS and EHP-30 scores when subjects only received standard therapy, were compared with 4 and 8 weeks after subjects went through the combination of TEA with standard therapy.
Result: There were significant decline in mean NRS scores from baseline (5,25 ± 1,16) to 4 weeks after therapy (1,84 ± 2,09; p = 0,001) and 8 weeks after therapy (1,47 ± 2,04; p < 0,001). There were significant decline in mean EHP-30 scores on pain subscale from baseline (43,18 ± 23,93) to 4 weeks after therapy (25,85 ± 22,36; p = 0,039), control and powerlessness subscale from baseline (45,83 ± 30,54) to 4 weeks after therapy (25,52 ± 25,24; p = 0,035). EHP-30 score declines in 4 weeks after therapy were clinically meaningful on subscales : pain, control and powerlessness, mental health; 8 weeks after therapy : on all subscales. Conclusion: Combination of TEA with standard therapy could decrease endometriosis pain intensity 4 weeks after therapy and remained until 8 weeks; and could improve quality of life in pain and control & powerlessness aspects 4 weeks after therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>