Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51360 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anistya Mustikawati Pabendan
"Kesusastraan Maroko mulai mengalami perkembangan pada 1950-an ketika Maroko masih berada dalam pendudukan Prancis, sehingga tema besar dalam kesusastraan Maroko adalah hasil dari keadaan historis dan kolonial. Tahar Ben Jelloun banyak membahas tema terkait dan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari di Maroko. Tema tersebut adalah konstruksi identitas dan pengkhianatan. Pengkhianatan merupakan sebuah perbuatan tidak setia kepada suatu hal, seorang atau sekelompok orang. Artikel ini berfokus pada penemuan makna pengkhianatan dengan mengungkap kontras antara desa dan kota serta keputusan tokoh Ahmed untuk mengubah nama dan meninggalkan desa asalnya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan teori naratologi Barthes dan Genette. Konsep identitas oleh Hall juga digunakan untuk memperdalam analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengkhianatan yang dilakukan tokoh Ahmed adalah hasil dari pencarian jati diri dan kontras antara desa dan kota yang memotivasi tokoh untuk mengubah nama dan meninggalkan desa asalnya. Pengubahan nama dan meninggalkan desa asalnya merupakan konstruksi identitas tokoh Ahmed yang merujuk pada pengkhianatan terhadap asal-usulnya. Hal ini terkait juga dengan kondisi desa asal tokoh yang miskin dan terbelakang

Moroccan literature began to develop in the 1950s when Morocco was still under French occupation, so the major themes in Moroccan literature were the result of historical and colonial circumstances. Tahar Ben Jelloun discusses many themes related to and connected with everyday life in Morocco. The theme is the construction of identity and treachery. Treachery is an act of disloyalty to a thing, a person or a group of people. This article aim to discovering the meaning of treachery by revealing the contrast between village and city along Ahmed's decision to change his name and leave his home village. The method used is a qualitative method using the theories of Barthes and Genette's narratology. The concept of identity by Hall is also used to deepen the analysis. The analysis showed that the treachery by Ahmed's character was the result of a search for identity and contrast between villages and cities which motivated him to change his name and leave his native village. Changing the name and leaving the village of origin is the construction of the identity of Ahmed's character which refers to the treachery of his origin. This is also related to the condition of his home village which is poor and underdeveloped."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Al Aziz Farend
"Artikel ini membahas mengenai strategi manipulatif yang dilakukan oleh tokoh utama dalam novel Partir. Novel ini menceritakan Azel, seorang pemuda yang dipaksa oleh keadaan untuk pergi dari Maroko karena keadaan perekonomian yang tidak stabil. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan strategi yang dilakukan oleh tokoh utama pada novel utama ini yaitu Azel agar dapat keluar dari Maroko. penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang membongkar struktur naratif novel dengan teori struktural dari Todorov untuk menganalisis sekuen dan fungsi utama yang selanjutnya akan dimaknai menggunakan teori Representasi dari Stuart Hall. Struktur naratif teks memperlihatkan alur cerita yang digerakkan oleh usaha tokoh Azel untuk keluar dari Maroko dan menjadi pola untuk tokoh lainnya. Selanjutnya, teori Representasi dari Stuart Hall mengungkap pola usaha dari tokoh-tokoh Maroko ini menunjukkan identitas seseorang dapat digunakan sebagai sebuah strategi untuk mendapatkan keinginannya. Hasil analisis pada akhirnya menyimpulkan bahwa tokoh Azel memanfaatkan identitas homoseksualnya agar dapat memperoleh kebebasan yang diinginkan.

This article discusses the manipulative strategies carried out by the main character in the novel Partir. This novel tells the story of Azel, a young man who is forced by his situation to leave Morocco because of the unstable economy. This study aims to show the strategies carried out by the main character in this main novel, Azel, in order to get out of Morocco. This study uses a qualitative method that unpacks the narrative structure of the novel with Todorov's structural theory to analyze the sequences and main functions which will then be interpreted using Stuart Hall's Representation theory. The narrative structure of the text shows a storyline driven by the character Azel's efforts to get out of Morocco and become a pattern for other characters. Furthermore, Stuart Hall's Representation theory reveals the pattern of the Moroccan characters' efforts, showing that one's identity can be used as a strategy to get what one wants. The analysis ultimately concludes that Azel's character utilizes his homosexual identity in order to obtain the desired freedom."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Nuralifah Khairunnisa
"Kemerdekaan Maroko tidak terlepas dari pengaruh kolonialisme Prancis yang telah ikut melanggengkan perbudakan dan penindasan ras. Artikel ini membahas internalisasi rasisme dalam novel Le Mariage de Plaisir karya Tahar Ben Jelloun yang terbit pada 2016 sebagai bentuk dari dampak kolonialisme Prancis. Dalam bentuk cerita berbingkai, novel ini mengungkapkan bahwa rasisme berlangsung dari generasi ke generasi dalam kawin kontrak atas nama Islam. Berdasarkan metode kualitatif, penulis menemukan adanya proses internalisasi rasisme dapat menciptakan habitus rasis pada semua ras. Dengan mengangkat rumusan masalah, bagaimana wacana rasisme dapat mengakar kuat di masyarakat dan diinternalisasikan ke dalam habitus tokoh, artikel ini bertujuan menyatakan bahwa rasis adalah sikap dan tindakan yang diperoleh melalui proses internalisasi masyarakat tanpa memandang warna kulit. Penulis menggunakan teori struktur naratif teks sastra Todorov (1985) dan konsep fokalisasi oleh Genette (1983), konsep rasisme oleh Binet (2009), serta teori praktik Bourdieu (2000). Hal tersebut mengungkapkan bahwa rasisme diaktifkan, diwariskan, dan dipertahankan dari unit sosial terkecil serta menjadikannya sebagai habitus individu.

Moroccan independence was inseparable from the influence of French colonialism which had perpetuated slavery and racial oppression. This article discusses the internalization of racism in the novel Le Mariage de Plaisir by Tahar Ben Jelloun which was published in 2016 as a result of thoughts on the impact of French colonialism. In the form of framed story, it clarifies racism continues to exist from generation to generation in marriage contract in the name of Islam. Based on qualitative methods, the authors found a process of internalization of racism can create a racist habitus in all races. By raising the formulation of the problem, how the discourse of racism can be firmly rooted in society and internalized into the habitus of characters, the aim stated that racists are attitudes and actions obtained through the process of internalizing society regardless of skin color. The author uses the theory of the narrative structure of literary texts by Todorov (1985) and focalization by Genette (1983), the concept of racism by Binet (2009), also the practical theory of Bourdieu (2000). It reveals that racism is activated, inherited, and maintained from the smallest social unit as well making it an individual habitus"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nethania Dinari Ramadhani
"Diskriminasi ras sudah menjadi permasalahan yang mendarah daging terhadap antara imigran Maghribi dan lingkungan sosial di Prancis. Permasalahan ini menimbulkan kesenjangan sosial di antara hubungan keduanya. Imigran Maghribi atau imigran yang berasal dari Afrika Utara merupakan salah satu kelompok imigran terbesar di Prancis. Melalui perbedaan budaya serta nilai dengan Prancis, hal ini menyebabkan diskriminasi dan segregasi sosial dari masyarakat Prancis terhadap mereka. Dalam proses beradaptasi dengan lingkungan baru, para imigran Maghribi mengalami sering kali mengalami krisis identitas. Kehadiran permasalahan krisis identitas kultural ini hadir dalam salah satu karya penulis Maroko terkenal, yakni Tahar Ben Jelloun dengan judul novel Au Pays (2009). Au Pays mengungkap kesenjangan sosial yang terjadi terhadap para imigran Maghribi di Prancis. Artikel ini berfokus pada permasalahan krisis identitas kultural yang dialami oleh para imigran Maghribi dalam novel Au Pays dengan menekankan pada kesenjangan sosial lingkungan Prancis serta ambivalensi identitas kultural para imigran. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap kesenjangan sosial di Prancis yang dipicu secara signifikan oleh permasalahan krisis identitas kultural yang dialami oleh dua generasi imigran Maghribi. Artikel ini menganalisis bagaimana keberpihakan penulis di dalam cerita menunjukkan adanya realita kesenjangan sosial bagi para imigran Maghribi. Artikel ini menggunakan teori analisis teks naratif Roland Barthes (1966), konsep pascakolonialisme Homi K. Bhabha (1994), dan konsep identitas kultural Stuart Hall (1996). Artikel ini menyimpulkan bahwa permasalahan identitas kultural yang dialami dua generasi imigran Maghribi diungkap melalui kesenjangan sosial di lingkungan sosial Prancis serta sudut pandang penulis dalam menghasilkan karyanya

Racial discrimination has been a deep-rooted problem among the Maghreb immigrants and the local society in France. It provokes the lack of social equality of their relations. One of the largest numbers of immigrant groups in France came from North African immigrants or commonly classified as the Maghreb immigrants. Due to the fact they have distinct values and culture with France, it led to discrimination and segregation from local people to them. For the purpose of possessing self-adaptation in the alien country, the Maghreb immigrants faced a cultural identity crisis oftenly. The existence of a cultural identity crisis issue is shown in one of the influential and active Moroccan writers, Tahar Ben Jelloun’s works, namely as Au Pays (2009). Au Pays reveals a miserably inequality society with the Maghreb immigrants in France. This article focuses on a cultural identity crisis faced by the Maghreb immigrants in Au Pays, outlining a state of inequality society in France and also the immigrants’ cultural identity ambivalence. This paper aims to highlight the inequality society in France provoked significantly a cultural identity problem experienced by two generations of the Maghreb immigrant characters. This paper analyzes how the writer’s mannerism shows the Maghreb immigrants’ unfortunate reality while surviving in the unequal French society using Roland Barthes (1966)’s narrative text analysis, the post-colonial theory by Homi K. Bhabha (1994) and the cultural identity concept by Stuart Hall (1996). The paper concludes that the cultural identity problem experienced by two generations of the Maghreb immigrants’ is disclosed on the basis of the inequality in French society and the author’s point of view in producing his work."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Eka Wirawan
"ABSTRAK
Artikel ini membahas konstruksi identitas imigran Maroko di Prancis dalam kesusastraan Frankofon. Kesusastraan Frankofon biasanya mengangkat masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Salah satu isu sosial yang terjadi adalah identitas. Hal ini juga diangkat dalam cerpen Le P re No l N rsquo;est Pas Musulman karya Tahar Ben Jelloun. Dalam karyanya ini, Ben Jelloun menceritakan mengenai kehidupan imigran Maroko yang mendapatkan dua pengaruh budaya dalam konstruksi identitas mereka di Prancis. Metode yang akan digunakan dalam analisis adalah metode kualitatif. Dengan metode ini, penulis akan melakukan analisis secara fokus dan mendalam dengan menggunakan pendekatan struktural dan semiotik. Analisis teks ini memperlihatkan konstruksi identitas anak-anak imigran Maroko di Prancis yang dipengaruhi oleh budaya Maroko dan Prancis berdampak pada hubungan mereka dengan ayahnya.

ABSTRACT
This article discusses the construction of the immigrant identity of Moroccan in France in francophone rsquo s literature. One of the social problems that often occurred is the identity of immigrant in the french society. This theme is also brought up in the short story Le P re No l N rsquo est Pas Musulman by Tahar Ben Jelloun. Ben Jelloun tells that the intersection of two different cultures in Moroccan immigrants affects their concept of identity in France. This article uses the structural and semiotic approach of qualitative method to analyze this case. The analysis reveals the identity construction that occurs in children of Moroccan immigrants in France as influenced by both Moroccan and French culture, differentiate them with their elders, in this case father."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Oom Rohmah Syamsudin
"Dunia kesusastraan Perancis tidak hanya dikuasai oleh orang-orang Perancis, melainkan diwarnai pula oleh pengarang-pengarang atau penulis-penulis luar Perancis yang memakai bahasa Perancis sebagai medianya. Hal ini berkembang terutama dalam 30 tahun terakhir ini atau tepatnya setelah tahun-tahun kemerdekaan bagi negara-negara bekas iajahan Perancis.
Negara-negara yang menggunakan bahasa Perancis sebagai bahasa pengantar atau sebagai bahasa resmi ini dikenal sebagai negara-negara Francophone. Kesusastraannya pun dikenal dengan kesusastraan Francophone, sehingga dapat dikatakan bahwa kesusastraan francophone merupakan bagian dari kesusastraan Perancis. Negara-negara yang termasuk dalam negara-negara Francophone ini adalah Belgia, Kepulauan Karibia, Guyana, Mesir, Libanon, Maghribi (Afrika Utara), Afrika hitam, Canada dan Swiss.
Dari latar belakang yang berbeda, seperti letak geografis, tradisi kebudayaan, pengalaman sejarah dan banyak hal lagi yang berbeda, muncul lah berbagai macam roman, puisi, cerita-cerita pendek, drama, yang kesemuanya mempunyai hanya satu persamaan, yaitu semuanya ditulis dalam bahasa Perancis. Hal itulah yang turut memperkaya dunia kesusastraan Perancis saat ini.
Dari sekian banyaknya negara-negara Francophone yang turut mewarnai dunia kesusastraan Perancis, saat ini yang lebih banyak menunjukkan kemajuan atau banyak dibicarakan orang karena kemajuan mereka, mengingat keterlambatan mereka meraih kemerdekaannya, adalah kesusastraan yang berasal dari Afrika, baik Afrika hitam maupun Afrika utara atau yang lebih dikenal dengan sebutan negara-negara Maghribi.
Kesusastraan Francophone mempunyai ciri--ciri khusus dari setiap negaranya, terutama den negara-negara bekas jajahan Perancis seperti negara-negara Afrika, terutama Afrika hitam atau pun dari Maghribi seperti telah dikemukakan di atas. Kebanyakan dari karya mereka masih bersifat 'ditujukan bagi orang lain'. Dalam hal ini, karya-karya mereka masih ditujukan pada orang Perancis. Karya-karya ini digunakan sebagai media untuk menarik perhatian dan bahkan untuk membalas dendam mereka pada Perancis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jelloun, Tahar Ben
Jakarta Yayasan Obor Indonesia 1995,
892.73 Jel st
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nitya Pradivta
"Sastra Maroko sudah mulai berkembang sejak tahun 1950-an ketika Maroko masih berada di bawah penjajahan Prancis. Tema-tema besar yang biasa muncul dalam kesusastraan Maroko adalah tema mengenai isu kolonialisme dan rasisme. Salah satu penulis Maroko yang karyanya banyak berbicara mengenai rasisme adalah Tahar Ben Jelloun. Artikel ini akan menganalisis salah satu karya Ben Jelloun yang berjudul Le Racisme expliqué à ma fille. Esai ini berbentuk diskusi antara ayah dan anaknya yang berumur 10 tahun mengenai rasisme serta apa yang membuat orang dapat menjadi rasis. Dalam esai ada beberapa kata yang dicetak tebal dan kata-kata ini sebagian besar merupakan fenomena atau peristiwa sosial yang berkaitan dengan sejarah kelam peradaban dunia akibat rasisme. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teori fokalisator milik Genette untuk melihat pandangan ayah dan anak mengenai rasisme dan teori oposisi antar penanda milik Greimas untuk memaknai kata-kata yang dicetak tebal. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsep rasisme dalam esai ini disampaikan melalui fokalisasi ayah meskipun bentuk esai adalah tanya jawab ayah dan anak. Pemilihan bentuk dialog dengan tokoh ayah dan anak dapat dilihat sebagai sebuah strategi naratif untuk menyampaikan makna implisit yaitu bahwa untuk memerangi rasisme diperlukan pendidikan keluarga sejak dini. Pendidikan anti rasisme dalam keluarga merupakan refleksi Tahar Ben jelloun mengenai solusi atas rasisme di dunia.

Moroccan literature has been growing since the 1950s when Morocco was still under French occupation. The big themes that commonly appear in Moroccan literature are the issues of colonialism and racism. One Moroccan writer whose work speaks a lot about racism is Tahar Ben Jelloun. This article will analyze one of Ben Jelloun's works entitled Le Racisme expliquée à ma fille. The essay is a discussion between a father and his 10-year-old daughter about racism and what makes people became a racist. In the essay there are some words that are in bold and these words are mostly phenomena or social events related to the dark history of world civilization due to racism. This study used qualitative method by using Genette's focalisation theory to look at father and daughter's views on racism and opposition theory by Greimas markers to interpret bold words. The results of the analysis show that the concept of racism in this essay is conveyed through the father’s focalisation even though the form of the essay is a question and answer between the father and the daughter. The selection of forms of dialogue with father and daughter figures can be seen as a narrative strategy to convey the implicit meaning that to combat racism, it is necessary to educate a child about this concept. Anti-racism education in the family is Tahar Ben Jelloun's reflection on solutions to racism in the world."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farrere, Claude
Paris Ernest Flammarion 1926
843.91 F 38 h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Farrere, Claude
Paris Flammarion 1924
843.9 F 20
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>