Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172456 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farah Thalibah
"

Perkiraan ada 120 juta kasus pneumonia setiap tahun di seluruh dunia, yang mengakibatkan sebanyak 1,3 juta kematian. Setiap tahun pneumonia selalu menempati peringkat atas sebagai penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita (12-59 bulan) di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian menggunakan data sekunder dari Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) tahun 2018. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kejadian pneumonia pada balita adalah 5,7%. Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara karakteristik balita dan karakteristik ibu dengan kejadian pneumonia. Proporsi pneumonia lebih tinggi pada balita berumur 25-59 bulan (OR=1,852), berjenis kelamin laki-laki (OR=1,2), berstatus imunisasi campak lengkap (OR=1,448), berstatus imunisasi DPT-HB-HiB lengkap (OR=1,069), berstatus pemberian vitamin A lengkap (OR=1,189), dan memiliki ibu berpendidikan tinggi (OR=1,779). Oleh karena itu diperlukan pengembangan program pencegahan pneumonia pada balita berdasarkan faktor-faktor risiko tersebut, serta penyuluhan kepada masyarakat terutama ibu dan orang terdekat lain yang mengasuh balita tentang gejala dan pencegahan pneumonia


There are an estimated 120 million cases of pneumonia every year worldwide, resulting in as many as 1.3 million deaths. Every year pneumonia is always ranked as the leading cause of death of infants and toddlers in Indonesia. This study aims to determine the factors associated with the incidence of pneumonia in infants (12-59 months) in DKI Jakarta Province. The study used secondary data from Riskesdas 2018. The research design used was cross sectional. The results showed the proportion of the incidence of pneumonia in toddlers was 5.7%. There is no statistically significant relationship between toddler characteristics and mother characteristics with the incidence of pneumonia. The proportion of pneumonia is higher in toddlers aged 25-59 months (OR = 1.852), male (OR = 1.2), complete measles immunization status (OR = 1,448), complete DPT-HB-HiB immunization status (OR = 1.069), complete vitamin A status (OR = 1.189), and have highly educated mothers (OR = 1.779). Therefore it is necessary to develop a pneumonia prevention program for toddlers based on these risk factors, as well as counseling to the community especially mothers and other closest people who is taking care of toddlers about the symptoms and prevention of pneumonia

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Kharisa Aurora
"Diperkirakan diseluruh dunia sebanyak 21,3% atau 144 juta anak bawah lima tahun (balita) hidup dalam keadaan stunted. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menemukan sebanyak 28% anak balita di Provinsi Bengkulu mengalami stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan di Provinsi Bengkulu pada tahun 2018. Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari Riskesdas tahun 2018. Penelitian dengan desain potong lintang ini menemukan prevalensi kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan di Provinsi Bengkulu adalah sebesar 25,3%. Pekerjaan ibu (PR: 2,26; 95% CI: 1,39-3,68), tinggi badan ibu (PR: 1,78; 95% CI: 1,27-2,51), umur anak (PR: 1,83 95% CI: 1,09-3,08), dan tempat tinggal (PR: 2,26; 95% CI:1,46-3,5) ditemukan berhubungan secara signifikan dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan di Provinsi Bengkulu. Tempat tinggal ditemukan menjadi confounder dalam hubungan antara panjang badan lahir dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan di Provinsi Bengkulu. Meningkatkan awareness masyarakat luas terhadap isu stunting, kerjasama lintas sektor dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting, serta pelaksanaan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan memberikan perhatian lebih pada kelompok-kelompok berisiko dapat mencegah dan menanggulangi stunting pada anak balita.

It is estimated that around the world as many as 21.3% or 144 million children under five years (toddlers) live in stunted condition. The 2018 Basic Health Research (Riskesdas) found that 28% of children under five in Bengkulu Province were stunted. This study aims to determine the factors associated with stunting in children aged 12-59 months in Bengkulu Province in 2018. The data in this study are secondary data from Riskesdas 2018. This cross-sectional study found the prevalence of stunting in children aged 12-59 months in Bengkulu Province is 25.3%. Mother's occupation (PR: 2,26; 95% CI: 1,39-3,68), mother's height (PR: 1,78; 95% CI: 1,27-2,51), child’s age (PR: 1,83; 95% CI: 1,09-3,08) and place of residence (PR: 2,26; 95% CI:1,46-3,5) was found to be significantly associated with stunting in children aged 12-59 months in Bengkulu Province. Place of residence was found to be a confounder in the relationship between birth length and stunting in children aged 12-59 months in Bengkulu Province. Increasing public awareness of stunting, multisectoral cooperation in preventing and handling stunting, as well as Maternal and Child Health (MCH) services implementation by paying more attention to risk groups can prevent and overcome stunting in children under five."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agustina
"Diabetes mellitus merupakan penyakit yang mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraab orang di seluruh dunia. Ada kurang lebih 463 juta orang dewasa di seluruh dunia tahun 2019 yang menderita diabetes mellitus, serta mengakibatkan 4,2 juta orang meninggal (IDF, 2020). Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Provinsi DKI Jakarta merupakan daerah dengan prevalensi tertingi yaitu sekitar 3,4%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus pada penduduk usia >25 tahun di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Riskesdas tahun 2018 dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional). Hasil penelitian berdasarkan analisis bivariat didapatkan umur (p-value=0,000), pola konsumsi makanan manis (p-value=0,010), pola konsumsi mie instan/makanan instan (p-value=0,022), dan stres (p-value=0,006), memiliki hubungan secara statistik dengan kejadian diabetes mellitus. Sedangkan jenis kelamin (p-value=0,671), obesitas (p-value=0,987), aktivitas fisik (p-value=1), merokok (p-value=0,407), dan hipertensi (p-value=0,986), tidak memiliki hubungan dengan kejadian diabetes mellitus. Peneliti menyarankan untuk memberikan edukasi mengenai faktor risiko diabetes mellitus, mempromosikan gaya hidup sehat, dan memfokuskan program pencegahan dan pengendalian penyakit diabetes mellitus pada kelompok umur 50-74 tahun. 

Diabetes mellitus is a disease that affects the lives and well-being of people around the world. There were approximately 463 million adults worldwide in 2019 who suffered from diabetes mellitus, and 4,2 million people died (IDF, 2020). The prevalence of diabetes mellitus in Indonesia always increases every year. DKI Jakarta Province is the area with the higest prevalence, which is around 3,4%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of diabetes mellitus in the population aged 25 years in DKI Jakarta Province. The study uses secondary data from Riskesdas in 2018 with a cross-sectional research design. The results of the study based on bivariate analysis obtained age (p-value=0,000), consumption patterns of sweet food (p-value=0,010), consumption patterns of instan noodles/instant food (p-value=0,022), and stress (p-value=0,006), has a statistical relationship with the incidence of diabetes mellitus. Meanwhile, gender (p-value=0,671), obesity (p-value=0,987), physical activity (p-value=1), smoking (p-value=0,407), and hypertension (p-value=0,986), has no relationship with the incidence of diabetes mellitus. Researchers suggest providing education about risk factors for diabetes mellitus, promoting a healthy lifestyle, and focusing on diabetes mellitus prevention and control programs in the 50-74 years age group."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allysa Tiara
"Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia dan prevalensinya setiap tahun mengalami peningkatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menemukan bahwa prevalensi DM di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15 tahun sebesar 2,0% dan Provinsi Riau menjadi salah satu provinsi dengan peningkatan prevalensi yang tinggi yaitu sebesar 0,9%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DM di Provinsi Riau berdasarkan data Riskesdas 2018. Variabel dependen penelitian ini adalah DM dan variabel independennya yaitu faktor sosiodemografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), faktor gaya hidup (aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur, konsumsi makanan berlemak, konsumsi makanan manis, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok), dan faktor riwayat kesehatan (status IMT, obesitas sentral, hipertensi). Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan analisis bivariat dan stratifikasi. Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Riskesdas 2018 dengan jumlah sampel sebesar 10.702 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi DM sebesar 2,8% dan faktor yang berhubungan dengan kenaikan peluang mengalami DM adalah usia yang lebih tua (POR=48,59; 95% CI: 17,80-132,6, p value=0,000), status tidak bekerja (POR=1,53; 95% CI: 1,32-2,17, p value=0,000), aktivitas fisik yang kurang (POR=2,09; 95% CI: 1,63-2,68, p value=0,000), obesitas (POR=1,43; 95% CI: 1,08-1,89, p value=0,015), obesitas sentral (POR=2,70; 95% CI: 2,12-3,44, p value=0,000), dan hipertensi (POR=4,53; 95% CI: 3,58-5,74, p value=0,000). Selain itu terdapat faktor yang berhubungan dengan penurunan peluang mengalami DM yaitu tingkat pendidikan menengah (POR=0,60; 95% CI: 0,41-0,87, p value=0,009), konsumsi buah dan sayur yang kurang(POR=0,71; 95% CI: 0,53-0,95, p value=0,029), dan konsumsi makanan manis yang sering (POR=0,44; 95% CI: 0,34-0,55, p value=0,000), namun hal ini kurang dapat dipercaya karena adanya temporal ambiguity. Upaya untuk meningkatkan awareness dan kemauan masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi kejadian DM di Provinsi Riau perlu dilaksanakan dengan lebih baik lagi dan bekerjasama dengan lintas sektor/instansi maupun kelompok masyarakat.

Diabetes Mellitus (DM) is one of the top diseases that causes death globally and its prevalence increases every year. The 2018 Basic Health Research (Riskesdas 2018) found that the prevalence of DM in Indonesia based on doctor's diagnosis in residents aged ≥15 years was 2.0% and Riau Province was one of the provinces with a high increase in prevalence around 0.9%. This study aims to determine the description and factors related to DM in Riau Province based on Riskesdas 2018. The dependent variable of this research is DM and the independent variables are sociodemographic factors (age, gender, education, occupation), lifestyle factors (physical activity, consumption of fruit and vegetables, consumption of fatty foods, consumption of sweet foods, alcohol consumption, smoking habits), and health history factors (BMI status, central obesity, hypertension). The study used cross-sectional design with bivariate and stratification analysis. This study uses secondary data from Riskesdas 2018 with 10,702 people as sample size. The results showed that the prevalence of DM was 2.8% and the factor associated with an increase in the occurrence of DM was older age (POR=48.59; 95% CI: 17.80-132.6, p value=0.000), nonworking status (POR=1.53; 95% CI: 1.32-2.17, p value=0.000), lack of physical activity (POR=2.09; 95% CI: 1.63-2.68 , p value=0.000), obesity (POR=1.43; 95% CI: 1.08-1.89, p value=0.015), central obesity (POR=2.70; 95% CI: 2.12- 3.44, p value=0.000), and hypertension (POR=4.53; 95% CI: 3.58-5.74, p value=0.000). Apart from that, there are factors that are associated with a reduced chance of experiencing DM, namely secondary education level (POR=0.60; 95% CI: 0.41-0.87, p value=0.009), insufficient consumption of fruit and vegetables (POR=0 .71; 95% CI: 0.53-0.95, p value=0.029), and frequent consumption of sweet foods (POR=0.44; 95% CI: 0.34-0.55, p value=0.000 ), but these results were less reliable because the chance of temporal ambiguity. Efforts to increase public awareness and willingness to prevent and overcome DM incidents in Riau Province need to be implemented better and collaboration with other sectors/agencies and community groups can be implemented."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Diah Karasita
"Stunting pada anak merupakan sebuah cerminan adanya gangguan pada pertumbuhan
dan perkembangan anak di seribu hari pertama kehidupan. Menurut Riset Kesehatan
Dasar tahun 2018, prevalensi balita stunting di Indonesia masih tinggi yaitu 30,8%
terdiri dari 11,5% severe stunting dan 19,3% stunting. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia
0-59 bulan di Kabupaten Mamuju pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain
studi cross-sectional dan data sekunder Riskesdas 2018. Sampel penelitian ini adalah
seluruh balita usia 0-59 bulan di Kabupaten Mamuju yang terpilih sesuai kriteria inklusi
dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting pada balita usia 0-59
bulan sebesar 43,4%. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara variabel independen dan dependen. Namun, data faktor-faktor stunting
di Kabupaten Mamuju dan Provinsi Sulawesi Barat menunjukkan rendahnya cakupan
imunisasi, pendidikan tinggi, akses sumber air minum yang bersih dan sanitasi yang
layak. Penyakit infeksi terutama ispa dan diare masih menjadi penyakit yang sering
terjadi di Kabupaten Mamuju. Pemerintah diharapkan dapat memperdalam
pengumpulan data Riskesdas dari faktor yang mempengaruhi kejadian stunting
sehingga dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut. Penelitian lebih lanjut diharapkan
menggunakan data primer atau meneliti faktor-faktor stunting yang berbeda

Stunting among children reflects disruption in the growth and development of children
that occurs in the first thousand days of life. According to the 2018 Basic Health
Research (Riskedas), prevalence of stunting in Indonesian children under the age of 5
remains high, namely 30.8% with 11.5% severe stunting and 19.3% stunting. This study
aimed to determine the factors associated with stunting among children aged 0-59
months in Mamuju Distric in 2018. This study used a cross-sectional study and
secondary data from Riskedas 2018. The sample of this study was children aged 0-59
months in Mamuju Distric which was selected according to inclusion and exclusion
criteria. The results showed the prevalence of stunting among children aged 0-59
months was 43.4%. Bivariate analysis showed no significant relationship between the
independent and dependent variables. However, factors stunting data in Mamuju and
West Sulawesi Districts show low percentage of immunization coverage, higher
education, access to clean drinking water sources and proper sanitation. Infectious
diseases, especially ispa and diarrhea, are still common diseases in Mamuju Distric. The
government expected to deepen Riskesdas data collection from the factors that affect
stunting so that further research can be carried out. Further studies are expected to use
primary data or examine different stunting factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Azzahra
"Menurut Riskesdas 2013, di Indonesia prevalensi stroke pada penduduk usia ≥ 15 tahun sebesar 7 permil dan mengalami kenaikan dari tahun 2007 yang sebesar 6 permil. DIY menjadi provinsi dengan prevalensi stroke tertinggi kedua di Indonesia dan prevalensinya melebihi angka nasional yakni sebesar 10,3 permil pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejadian stroke pada penduduk usia ≥15 tahun di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan data Riskesdas 2018 Provinsi DIY sebanyak 6695 responden. Uji statistik pada penelitian ini adalah uji chi square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stroke pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Provinsi DIY tahun 2018 yaitu sebesar 1,7%. Uji statistik yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian stroke antara lain usia (POR = 3,23 ; 95%CI = 2,03-5,13), aktivitas fisik (POR = 2,86 ; 95%CI = 1,90-4,31), hipertensi (POR = 5,69 ; 95%CI = 3,68-8,79), penyakit jantung (POR = 2,57 ; 95%CI = 1,47-4,48), dan diabetes melitus (POR = 2,44 ; 95%CI = 1,49-3,40). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara usia, aktivitas fisik, hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes melitus dengan kejadian stroke pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Provinsi DIY. 

According to Riskesdas 2013, the prevalence of stroke in Indonesia in the population aged ≥15 years is 7 per mil and increased from 2007 which was 6 per mil. Special Region of Yogyakarta (DIY) is the province with the second highest prevalence of stroke in Indonesia and the prevalence exceeds the national figure of 10.3 per mil in 2013. This research aimed to determine the factors that can cause stroke in the population aged ≥15 years in DIY Province. Design of this research was cross-sectional and used Riskesdas 2018 data from DIY Province with 6695 respondents. Chi-square statistical test and multiple logistic regression used in this study. The results showed that the prevalence of stroke in the population aged ≥15 years in DIY Province in 2018 was 1.7%. Statistical tests that has a significant relationship with the incidence of stroke included, age ((POR = 3.23 ; 95%CI = 2.03-5.13)), physical activity fisik (POR = 2.86 ; 95%CI = 1.90-4.31), hypertension (POR = 5.69 ; 95%CI = 3.68-8.79), heart disease (POR = 2.57 ; 95%CI = 1.47-4.48), and diabetes mellitus (POR = 2.44 ; 95%CI = 1.49-3.40). The conclusion of this study is there is a relationship between age, physical activity, hypertension, heart disease, and diabetes mellitus with the incidence of stroke in the population aged ≥15 years in DIY Province."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melinda Wulandari
"

Berdasarkan Riset Kesehatan 2013 dan 2018, anak usia 12-23 bulan memiliki prevalensi pneumonia tertinggi diantara usia balita lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak usia 12-23 bulan di Pulau Jawa. Desain penelitian yang digunakan yaitu desain potong lintang dengan menggunakan sampel berjumlah 2.695 anak. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi kejadian pneumonia pada anak usia 12-23 bulan sebesar 5,5%. Imunisasi campak berhubungan dengan kejadian pneumonia secara signifikan (POR= 1,743; 95% CI= 1,077-2,822). Penelitian ini mendukung pentingnya pemberian imunisasi campak untuk mencegah pneumonia. Intervensi yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu meningkatkan cakupan imunisasi campak melalui kampanye imunisasi campak.

 

 


According to Riskesdas 2013 and 2018, the highest prevalence of pneumonia in children under five are the children aged 12-23 months. This study aims to identify the prevalence and factors associated with pneumonia among children aged 12-23 months in Jawa Island. The study design used for this study is cross sectional with total sample of 2.695 children. Bivariate analysis is performed to identify factors associated with pneumonia. The results show the prevalence of pneumonia among children aged 12-23 months is 5,5%. Measles immunization is significantly associated with pneumonia (POR= 1,743; 95% CI= 1,077-2,822). This study supports the importance of measles vaccination to prevent pneumonia. Intervention that can be implemented by the government is increasing measles immunization coverage through measles vaccination campaigns.

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelita Gladys Novia
"Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik balita dan faktor maternal yang berkaitan dengan kejadian anemia pada anak 12-59 bulan di Indonesia tahun 2018. Desain penelitian menggunakan metode cross-sectional dengan memanfaatkan data sekunder Riskesdas 2018. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juli 2021. Populasi penelitian ini adalah anak usia 12-59 bulan di Indonesia. Total sampel yang didapatkan adalah 1662 sampel, tetapi yang termasuk ke dalam kriteria penelitian sebanyak 1592 sampel. Variabel yang diteliti meliputi jenis kelamin, usia balita, riwayat lahir, berat badan lahir, status gizi balita (BB/U, TB/U, dan BB/TB), riwayat penyakit malaria, ASI eksklusif, durasi pemberian ASI, MP-ASI dini, pendidikan ibu, usia ibu, konsumsi TTD ibu selama kehamilan, dan paritas ibu. Analisis bivariat dari penelitian ini menggunakan uji chi-square. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa prevalensi kejadian anemia pada anak 12-59 bulan di Indonesia sebesar 37,8%. Uji statistik yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan antara usia balita dibawah 2 tahun (p<0,001), status gizi berdasarkan BB/U (p=0,007) dan TB/U (p<0,001), ASI eksklusif (p<0,001), durasi pemberian ASI (p<0,001), MP-ASI dini (p<0,001), dan pendidikan ibu (p=0,012) dengan kejadian anaemia pada anak 12-59 bulan di Indonesia. Disarankan melakukan kerjasama lintas sektor untuk membuat dan melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan anemia yang berfokus pada populasi balita.

This study aims to determine the characteristics of toddlers and maternal factors related to the incidence of anemia in children 12-59 months in Indonesia in 2018. A cross-sectional study was conducted by utilizing secondary data from basic health research 2018 in May-July 2021. The population of this study was children aged 12-59 months in Indonesia. The total sample obtained was 1662 samples, but only 1592 samples were included in the analysis. The variables studied are gender, age, birth history, birth weight, nutritional status, history of malaria, exclusive breastfeeding, duration of breastfeeding, early complementary feeding, maternal education, maternal age, iron tablets consumption during pregnancy, and parity. The bivariate analysis was conducted using the chi-square test. This study found that the prevalence of anemia in children 12-59 months in Indonesia was 37.8%. Statistical tests conducted showed a relationship between children under 2 years old (p<0.001), nutritional status WAZ (p=0.007) and HAZ (p<0.001), exclusive breastfeeding (p<0.001), duration of breastfeeding (p<0.001), early complementary feeding (p<0.001), and maternal education (p=0.012) with the incidence of anemia in children 12-59 months in Indonesia. It is recommended to conduct cross-sectoral collaboration to create and implement anemia prevention and control programs that focus on toddlers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medya Aprilia Astuti
"Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi pernapasan yang masih tinggi kejadiannya pada usia balita. Banyak faktor yang dapat memengaruhi pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 237 balita. Berdasarkan uji regresi logistik prediktif didapatkan ada 5 variabel yang berhubungan  dengan kejadian pneumonia yaitu usia, durasi pemberian ASI, riwayat imunisasi, kepadatan hunian dan status ekonomi. Adapun faktor yang paling berhubungan dengan kejadian pneumonia pada penelitian ini adalah riwayat imunisasi (OR 20,372). Program promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan lebih ditingkatkan mengenai faktor risiko tersebut sebagai upaya preventif terjadinya pneumonia pada balita. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan metode case control.

Pneumonia is one of the respiratory infections that is still high at the age of five. Many factors can affect pneumonia. This study aims to determine the factors associated with the incidence of pneumonia in infants. The research design used was cross sectional with a total sample of 237 toddlers. Based on the predictive logistic regression test, there were 5 variables related to the incidence of pneumonia, namely age, duration of breastfeeding, immunization history, occupancy density and economic status. The factors most associated with the incidence of pneumonia in this study were immunization history (OR 20,372). Health promotion programs on health services are more improved regarding these risk factors as a preventive effort for the occurrence of pneumonia in children under five years. Future studies are expected to be able to conduct research using the case control method."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriah Siti Nurjanah
"Secara global setiap tahunnya pneumonia menyebabkan kematian hampir sebanyak 1 juta pada anak usia dibawah 5 tahun. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun (Baduta). Period prevalence pneumonia pada anak Baduta berdasarkan data Riskesdas 2013 sebesar 1,7%.
Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak baduta di Indonesia dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2013. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masingmasing variabel yang diteliti, dan analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan berhubungan secara statistik dengan kejadian pneumonia pada baduta: umur 13-23 bulan berisiko 1,7 dibandingkan umur 0-12 bulan, tidak diberikan kolostrum (OR=1,742; 95% CI= 1,140-2,664), belum diberikan imunisasi campak karena umur anak (OR= 0,548; 95% CI= 0,388-0,773), tinggal di perdesaan (OR=1,448; 95% CI= 1,093-1,919), ada asap hasil pembakaran (OR=1,511; 95% CI= 1,142-1,998), ventilasi ruangan masak/dapur kurang (OR=1,829; 95% CI= 1,279-2,614), dan status sosial ekonomi rendah (OR=1,807). Belum dapat disimpulkan hubungan yang pasti bermakna secara statistik karena analisis dilakukan sampai bivariat, perlu dilakukan analisis multivariat.

Globally each year, pneumonia causes almost 1 million deaths in children under 5 years of age. Populations susceptible to pneumonia are children aged less than 2 years. Period prevalence of pneumonia in children under two years based on data Riskesdas 2013 by 1.7%.
The aim of this study is to reveal the factors associated with the incidence of pneumonia in children under two years in Indonesia using data Riskesdas 2013. The study design was cross-sectional. Univariate analysis is used to describe each of the variables studied, and bivariate analysis is used to examine the relationship between the dependent and independent variables.
The results showed statistically associated with the incidence of pneumonia in children under two years old: age 13-23 months of age at risk of 1.7 compared to 0-12 months, not given colostrum (OR = 1.742; 95% CI = 1.140 to 2.664), not given measles immunization for the child's age (OR = 0.548; 95% CI = .388 to .773), live in rural areas (OR = 1.448; 95% CI = 1.093 to 1.919), there was the smoke of burning (OR = 1.511; 95% CI = 1.142 -1.998), ventilate the room cookware / kitchen less (OR = 1.829; 95% CI = 1.279 to 2.614), and lower socioeconomic status (OR = 1.807). Can not be concluded definite relationship was statistically significant due to the bivariate analyzes were performed, multivariate analysis is needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S61406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>