Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112355 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Audisya Fatia
"

Film Kucumbu Tubuh Indahku merupakan film terbaru karya sutradara Garin Nugroho. Film ini bertemakan kisah perjalanan seorang penari Lengger yang hidup berpindah-pindah tempat sambil melawan trauma tubuh dari pengalaman-pengalamannya. Hal yang menjadi pertimbangan dalam melakukan penelitian ini adalah pandangan masyarakat umum yang masih tabu akan persoalan idenititas diri. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah aspek identitas dalam film Kucumbu Tubuh Indahku memiliki peran penting dalam kehidupan suatu individu seperti kesadaran identitas yang melekat pada karakter Juno dalam film ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teori semiotika oleh Roland-Barthes. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah kesadaran identitas yang dimiliki karakter Juno menunjukkan bahwa ia memiliki lebih dari satu identitas yang mengarah pada peran gender— baik feminin, maskulin, maupun keduanya atau androgini. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu individu dapat memiliki sisi feminin dan maskulin secara bersamaan dan hal tersebut tidak selalu dipengaruhi dari identitas seksual, namun juga jenis identitas lainnya.


The movie Kucumbu Tubuh Indahku (Memories of My Body) is the latest film by director Garin Nugroho. This movie is about a journey of a Lengger dancer who lives from one place to another while struggling over his trauma. Self-identity issue is considered taboo amongs Indonesian, hence this study focuses on aspects of identity in Kucumbu Tubuh Indahku  to show how important the role of identity in the life of an individual. This study used a descriptive qualitative method with an adaptation of semiotic theory by Roland-Barthes. The result concludes that the awareness of identity possessed by the character of Juno shows that he has more than one identity that leads to gender roles — whether feminine, masculine, or androgynous. Based on these data, it can be concluded that an individual can have a feminine and masculine side simultaneously and this is not always influenced by sexual identity, but also other types of identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dibaj
"Laki-laki dan perempuan adalah sistem biner pada gender yang normatif yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Namun, terdapat pula variasi identitas gender lainnya, meliputi transgender, agender, genderqueer, androginitas, atau kombinasi dari identitas- id ent it as t ersebut . Selain it u t erd apat pula variasi orient asi seksual, sepert i heteroseksual, homoseksual, dan aseksual. Variasi identitas gender dan orientasi seksual dapat dipengaruhi oleh peran sosial dan pengalaman traumatis, yang terlihat dalam film Indonesia Kucumbu Tubuh Indahku (2018). Fokus penelitian ada pada konstruksi identitas gender tokoh utama, Juno. Film dibedah menggunakan teori film Boggs dan Petrie untuk membedah aspek naratif dan sinematografis, kajian gender Judith Butler, dan kajian queer Brett Beemyn dan Eliason untuk membedah ideologi teks. Ketertarikan terhadap laki-laki menjadi hasil dari peran pengalaman traumatis Juno d alam mengonst ruksi id ent it as gend ernya, sed angkan peran sosial menghasilkan konstruksi identitas gender Juno yang mengarah pada adanya sifat-sifat feminin di dalam tubuh Juno yang secara alami maskulin. Dilihat dari posisi film, identitas gender Juno adalah non-biner yang perlu dihargai dan boleh hadir di tengah-tengah masyarakat. Terdapat adanya kritik film terhadap kepura-puraan masyarakat identitas non-biner yang menjalani kehidupan sesuai norma heteroseksualitas.

Men and women are binary systems on normative gender that are present in society. However, other variations of gender identity are also present in society, including transgender, agender, genderqueer, androgynous, or a combination of those identities. There are also variations of sexual identity, such as heterosexual, homosexual, and asexual. Variations in gender identity and sexual identity can be influenced by social roles and traumatic experiences of the individual which depicted in the Indonesian film Kucumbu Tubuh Indahku (2018). The research focuses on the construction of the main character's gender identity. The film is analyzed using Boggs and Petrie’s film theory to dissect the narrative and cinematographic aspects of the film, Judith Butler’s gender studies, and queer studies from Brett Beemyn and Eliason to dissect the ideology of the text. The attraction to men is the result of Juno's traumatic experience in constructing his gender identity, while social roles result in Juno's gender identity construction which leads to the presence of feminine traits in Juno's naturally masculine body. Judging from the film's position, Juno's gender identity is placed as a non-binary that needs to be respected and allowed to be present in society. There is also film criticism against the pretense of society with its non-binary identity who lives a life according to the norms of heterosexuality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Long Meilin
"Penelitian ini membahas konstruksi gender non-normatif dalam film Indonesia Kucumbu Tubuh Indahku (2018), dengan menggunakan teori performativity gender Judith Butler, sementara menganalisis hubungan sistem patriarki dan norma heteroseksual terhadap konstruksi gender di Indonesia. Hasil penelitian ini adalah: film ini membangunkan tiga jenis gender, yaitu lelaki heteroseksual yang maskulin, perempuan heteroseksual yang feminin (dengan sedikit petunjuk yang tidak langsung tentang homoseksual/lesbian), lelaki homoseksual yang ekspresi gendernya cair. Perempuan dalam film Kucumbu Tubuh Indahku utamanya ada dua macam. Semacam adalah perempuan rumah tangga yang sesuai persyaratan patriarkal, yang lain adalah yang aktif dalam politik, ambisius dan penuh perhitungan, melihat meningkatkan posisi keluarga sebagai tugasnya, dan memiliki orientasi seksual yang berubah-ubah. Konstruksi gender untuk lelaki heteroseksual dalam film ini utamanya hanya satu macam, yaitu lelaki sebagai pemimpin keluarga yang sesuai persyaratan patriarkal, mengelola istri dan laki-laki muda. Konstruksi gender untuk lelaki homoseksual adalah identitas gendernya di luar biner gender, dan tidak memenuhi persyaratan norma heteroseksual, sebagai objek seksual melayani laki-laki heteroseksual yang sebagai subjek seksual, dan menginternalisasi logika budaya patriarki dan norma heteroseksual sebagai nilai- nilainya sendiri.

This article examines the construction of non-normative gender in the Indonesian film Memories of My Body (2018), using Judith Butler's theory of gender performativity, while analyzing the relationship of the patriarchal system and heterosexual norms to gender construction in Indonesia. The results of this study are: this film awakens three types of gender, namely masculine heterosexual men, feminine heterosexual women (with a few indirect hints of lesbianism), homosexual men whose gender expression is fluid. There are mainly two kinds of women in the film, some are household women who conform to patriarchal requirements, others are politically active, ambitious and calculating, see improving the family's position as their duty, and have variable sexual orientations. The gender construction for heterosexual men in this film is mainly of only one kind, namely men as family leaders who comply with patriarchal requirements, managing wives and young men. Gender construction for homosexual men is his gender identity outside of the gender binary, and not meeting the requirements of heterosexual norms, as sexual objects serving heterosexual men, and internalizing the logic of patriarchal culture and heterosexual norms as his own values. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Fara Praditya
"Skripsi budaya berjudul Dunia Batin Wanita Jawa dalam Film Opera Jawa karya Garin Nugraho di bawah bimbingan Bp. Prapto Yuwono, M.Hum. Program Studi Jawa FakuItas llmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007. Film Opera Jawa adalah fiilm terbaru karya sutradara Garin Nugroho. Film ini adalah hasil intrepretasi modem Garin Nugroho terhadap cerita Ramayana yang hadir di Jawa. Berkisah tentang Siti, Setyo dan Ludiro yang merupakan representasi dari Dewi Sinta, Rama dan Rahwana. Dalam film Opera Jawa, Garin Nugroho menggunakan kesenian dan kebudayaan Jawa sebagai medium dalam mengungkapkan gagasan dan ekspresinya. Oleh karenanya, film ini merniliki bentuk sebagai sebuah film musikal gamelan yang menggunakan gamelan sebagai musik pengiring film dan tembang-tembang Jawa sebagai dialog dalam film. Dalam skripsi ini penulis melakukan analisis terhadap simbol-simbol yang hadir dalam film Opera Jawa. Analisis yang dilakukan oleh penulis menggunakan teori Hermeneutik dari Dilthey dan Scheieiermacher. Dari kesebelas simbol yang diangkat, disimpulkan makna-makna simbolis dari setiap unsur simboI. Makna _makna simbolis tersebut digunakan untuk melihat nilai-nilai yang terkandung dalam setiap unsur simbol yang berkaitan dengan tokoh wanita dalam Opera Jawa, yakni tokoh Siti. Nilai-nilai tersebut menjelaskan tentang dunia batin tokoh Siti, yang merupakan seorang wanita Jawa, dalam film Opera Jawa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S12355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Muti Ardelinesia
"Puisi berjudul Aku Ingin karya Sapardi Djoko Damono telah bertransformasi menjadi komposisi lagu berjudul sama dan menjadi film berjudul Cinta dalam Sepotong Roti. Transformasi seperti ini menunjukkan fakta bahwa sebuah karya seni berkemungkinan berubah bentuk sehingga penting untuk menganalisis penyebab dan akibat dari perubahan bentuk tersebut. Perubahan bentuk seperti ini disebut sebagai alih wahana yang secara teori dapat bernama ekranisasi, musikalisasi, dramatisasi, atau novelisasi. Saat ini, pengubahan suatu jenis kesenian ke jenis kesenian lain lazim terjadi dalam kalangan pegiat seni, seperti pengubahan novel ke dalam film atau pengubahan puisi ke dalam lagu. Jenis kesenian apa pun dapat dijadikan bentuk kesenian yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berfokus pada alih wahana puisi menjadi film. Penelitian ini bertujuan menjelaskan perubahan variasi berupa penafsiran dari puisi yang diinterpretasikan menjadi film. Dengan metode kualitatif berpendekatan deskriptif dalam penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa puisi Aku Ingin karya Sapardi Djoko Damono yang dialihwahanakan menjadi film Cinta dalam Sepotong Roti karya Garin Nugroho menunjukkan perubahan variasi yang ditafsirkan dalam bentuk penambahan variasi cerita. Dalam hal ini, Garin Nugroho sebagai sutradara memiliki interpretasi berupa penambahan-penambahan unsur cerita pada film atas puisi.

The poem titled Aku Ingin by Sapardi Djoko Damono has been transformed into a composition of the song with the same title and has become a film titled Cinta dalam Sepotong Roti. Transformations like this show the fact that a work of art is likely to change shape so it is important to analyze the causes and consequences of such shape changes. This form of change is referred to as a vehicle which in theory can be called eranizati dramatization, or novelization. At present, the conversion of one type of art to another type of art is common among activists in the arts, such as the conversion of novels into films or the conversion of poetry into songs. Any type of art can be made into a different form of art. Based on that, this research focuses on the transformation of poetry into a film. This study aims to explain the change in variation in the form of interpretation of poetry interpreted into film. With a descriptive qualitative approach in this study, the results showed that the poem "Aku Ingin" by Sapardi Djoko Damono, which was converted into the film Cinta dalam Sepotong Roti by Garin Nugroho, showed a change in variation which was interpreted in the form of adding variations to the story. In this case, Garin Nugroho as the director has an interpretation in the form of additions to the story element in the film on poetry.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aryanti Rianom
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi semiotik yang dilakukan pada film karya sutradara Garin Nugroho yang berjudul Bulan Tertusuk Ilalang. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan tiga hal yang berhubungan dengan proses semiosis yang terjadi pada penyampaian pesan dalam film: tanda yang dipergunakan untuk mengemas makna krisis tradisi dalam masyarakat modernisasi dalam film, beserta motif dibalik penyampaian pesan oleh sutradara dalam membuat film. Permasalahannya, apakah Garin Nugroho menunjukkan adanya krisis tradisi dalam masyarakat melalui simbol-simbol Budaya Jawa yang dipergunakannya. Permasalahan ini termasuk kajian Ilmu Komunikasi karena terdapat suatu proses penyampaian pesan (message; oleh pengirim pesan (sender) terhadap penerima (receiver) . Penelitian semiotik ini menggunakan dua teori utama Peirce untuk Analisis Semiotik dalam film Bulan Tertusuk Ilalang dan dari Charles Sanders sistem tanda Kenneth Burke untuk menganalisis motif komunikator untuk membuat film yang begitu sarat tanda namun sekaligus dengan narasi yang minimum. Melalui Analisis Semiotik Peirce ditemukan bahwa Nugroho dalam mengemas pesan dapat dilihat dalam kode sinematis dan non-sinematis/ dimana hubungan antara tanda yang dipergunakan Garin kodeindex atau sutradara menggunakan dalam budaya Jawa untuk tanda dan obyeknya dapat berbentuk iconr symbol. Dalam sinematografinya, konsep-konsep yang dikenal mengungkapkan pengaruh budaya itu dalam masyarakat. Melalui Analisis Pentad Burke, diketahui tujuan (purpose) Garin Nugroho sebagai agent yang hendak menunjukkan adanya krisis pada tradisi Jawa terhadap masyarakat yang telah dipengaruhi modernisasi. Purpose ini direpresentasikan oleh act berupa penggunaan simbolsimbol dalam Budaya Jawa yang menunjukkan bentuk kekuasaan yang mengekang pada tradisi Keraton-Solo beserta konflik yang terjadi sebagai akibat dari tradisi ini. Beberapa contoh bentuk kekuasaan yang mengekang tersebut adalah metode pengajaran yang kaku dan keras oleh Waluyo sebagai guru sanggar kesenian, serta Ayah Ilalang yang selalu harus menghukum dengan melukai. Dengan menganalisis film yang mengangkat hubungan antara Bulan, Ilalang dan Waluyo sebagai guru mereka berdua, terlihat bahwa simbol-simbol Budaya Jawa yang dipergunakan cara sebagai tanda-tanda dalam film menggambarkan tradisi yang bersifat mengekang dan mengalami krisis sebagai akibat dari perkembangan masyarakat yang hidup didalamnya."
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larissa Adinda
"ABSTRAK
Skripsi ini menjelaskan penggunaan metafora dalam percakapan pada film Juno. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis metafora untuk menjawab tiga rumusan masalah, yaitu: (1) ciri-ciri yang dimanifestasikan metafora; (2) pengaruh konteks budaya pada penggunaan metafora; dan (3) implikatur penggunaan metafora terhadap makna tuturan. Data diperoleh dari film Juno berupa tuturan yang mengandung metafora. Berdasarkan data, metafora dianalisis menggunakan teori relevansi Sperber dan Wilson yang berfokus kepada tingkat relavansi suatu tuturan. Metafora dan konteks digabung sehingga menghasilkan asumsi kontekstual. Dari asumsi kontekstual, ditarik ciri-ciri relevan metafora yang dimanifestasikan ke dalam suatu konsep, pengaruh konteks budaya terhadap relevansi metafora, dan pengaruh penggunaan metafora terhadap makna tuturan. Penelitian ini diharap memberikan pengetahuan lebih dalam kepada pembaca untuk memahami dan menginterpretasi metafora.

ABSTRACT
This undergraduate thesis decribes the usage of metaphors in the conversation in Juno movie. This research was done by analyzing the metaphors to answer the three problems, which were: (1) the encoded characteristics of the metaphors; (2) the influence of cultural context to the use of metaphors; and (3) the implicature of the usage of metaphors on the speech meaning. Data were obtained from Juno movie in the form of speech containing metaphors. Based on the data, metaphors were analyzed by using Sperber and Wilson relevance theory, focusing on relevance level of speech. Metaphors and the contexts were combined in order to get the contextual asumptions. From contextual asumptions, the relevant encoded characteristics of metaphors, the influence of cultural context, and the implicature of the usage of metaphors on the speech, were identified. This observation hopefully could give extended knowledge of metaphors comprehending and interpretations for the readers."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Avi Amanda
"ABSTRAK
Kehamilan remaja sering digambarkan secara negatif di media. Melihat dari beberapa film Hollywood tentang kehamilan remaja, ibu remaja cenderung terlihat tidak dewasa dan tidak mengerti ketika membuat keputusan dan berurusan dengan bayinya. Hal ini disebabkan pengaruh orang tuanya dan lingkungan mereka. Film Juno 2007 merupakan film yang menampilkan perlawanan terhadap stereotip ibu remaja di masyarakat. Dalam film, Juno, remaja yang hamil di usia 16 tahun, memilih untuk menjaga bayinya dan menempatkannya untuk diadopsi. Menggunakan analisis tekstual agensi seorang perempuan mdash;ibu remaja mdash;melalui film, penelitian ini menunjukkan bahwa Juno mewakili kedewasaan di luar usianya ketika dia sedang dalam proses pengambilan keputusan. Melalui ideologi pro-kehidupan dan pro-pilihan yang ditampilkan dalam beberapa karakter dalam film, Juno menunjukkan agensinya yang mengarahkan dirinya pada keputusan akhir.

ABSTRACT
Teenage pregnancy is often portrayed negatively in the media. Looking from some Hollywood movies about teen pregnancy, teenage mothers tend to be seen as immature and clueless in dealing and making decision of the baby since they often make decision based on their parents and surroundings. Juno 2007 somehow counters the stereotypes of teenage mothers in the society and media nowadays through the character of Juno, a 16 year-old pregnant teenager, who chooses to keep her baby and place it for an adoption. Using a textual analysis of female agency of teenage mother in the film, this research shows that Juno represents maturity beyond her age when she is in the process of making decision. Through the ideologies of pro-life and pro-choice which are represented in some characters in the film, Juno shows her agency that makes her come to the final decision."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tolstoy, Aleksey Nikolayevich
"Buku ini merupakan novel yang ditulis oleh Alexei Tolstoi dengan judul Гиперполоид инженера гарина = Giperpoloid inzhenera garina. Novel ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh George Hanna dengan judul The Garin Death Ray."
Moscow: Foreign Languages Publishing House, 1937
891.74 TOL gt (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>