Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110581 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kevin Fernando Suhardi
"

Diabetes melitus adalah penyakit yang ditandai dengan kondisi hiperglikemik dan akumulasi stress oksidatif mikrovaskular. Tanaman daun afrika (Vernonia amygdalina) diketahui memiliki efek antidiabetes dan antioksidan, sehingga berpotensi sebagai terapi alternatif dari diabetes melitus. Penelitian ini menguji aktivitas antioksidan dan antidiabetes ekstrak air dan ekstrak etanol tanaman daun afrika dengan metode inhibisi DPPH dan enzim α-glukosidase serta menginvestigasi metabolit sekunder yang terkandung pada tiap ekstrak. Tanaman daun afrika diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol, air, dan campuran air:etanol (1:1). Tiap ekstrak dilakukan skrining fitokimia, kromatografi lapis tipis, dan LC-MS. Selanjutnya, dilakukan uji inhibisi  ekstrak tanaman daun afrika terhadap radikal bebas DPPH dan enzim α-glukosidase. Aktivitas inhibisi dinyatakan dengan nilai IC50. Perbedaan komposisi air dan etanol mempengaruhi aktivitas antioksidan dan kandungan metabolit sekunder, tetapi tidak mempengaruhi aktivitas antidiabetes dari ekstrak daun afrika. Ekstrak campuran air:etanol (1:1) mempunyai aktivitas antioksidan dan antidiabetes yang lebih tinggi daripada ekstrak air dan ekstrak etanol daun afrika. Skrining fitokimia menunjukkan adanya kandungan alkaloid, tanin, saponin, dan terpenoid. IC50 dari ekstrak campuran air:etanol (1:1) terhadap DPPH adalah 418,5 µg/mL, sedangkan nilai IC50 terhadap enzim α-glukosidase adalah 585,8 µg/mL. Ekstrak campuran air:etanol (1:1) tanaman daun afrika dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai antioksidan dan antidiabetes.

 


Diabetes mellitus is a disease characterized by hyperglycemic conditions that can cause various complications through the accumulation of microvascular oxidative stress. Bitter leaf plants (Vernonia amygdalina) are known to have antidiabetic and antioxidant effects, so they have the potential as an alternative therapy for diabetes mellitus. This research is conducted to analyze the antioxidant and antidiabetic activity of water and ethanolic extract of Vernonia amygdalina measured by using DPPH and α-glucosidase inhibition and investigated its secondary metabolites contained. The extraction of Vernonia amygdalina was conducted using ethanol, water, and a mixture of water:ethanolic (1:1). Each extract was analyzed by phytochemical screening, and LC-MS. The extract of Vernonia amygdalina were then tested for its inhibition acitivity toward DPPH  and α-glucosidase enzyme. The inhibition activity of each tests was calculated in IC50 value. The composition of water and ethanol solvents affects the antioxidant activity and its secondary metabolites, but not the antidiabetic acitivity in Vernonia amygdalina extract. The mixed water extract:ethanolic (1:1) had higher antioxidant and antidiabetic activity than the water extract and the ethanol extract of Vernonia amygdalina leaves. Phytochemical screening showed the presence of alkaloids, tannins, saponins, and terpenoids. The IC50 value of the water:ethanol (1:1) mixture extract against DPPH was 418.5 µg/mL and the IC50 value for α-glukosidase enzyme was 585.8 µg/mL. The mixture of water:ethanolic (1:1) extract of Vernonia amygdalina could be observed and improved further as an antioxidant and antidiabetec agents.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Dea Firdaus
"

Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang prevalensinya cukup tinggi. Untuk mengobatinya, tanaman herbal seringkali digunakan, salah satunya tanaman kenikir (Cosmos caudatus) yang diketahui memiliki aktivitas antidiabetes dan antioksidan yang tinggi. Namun, perbandingan jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi daun tanaman ini belum dipelajari secara utuh. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap aktivitas antidiabetes dan antioksidan ekstrak daun kenikir. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi dengan 3 pelarut yang berbeda, yaitu air, etanol 50%, dan etanol teknis selama 3 malam, kemudian dilakukan beberapa pengujian kuantitatif: perhitungan total fenolik dan flavonoid; aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH; dan aktivitas antidiabetes dengan metode inhibisi enzim α-glukosidase. Selanjutnya dilakukan pengujian LCMS/MS untuk memprediksi senyawa spesifik yang terkandung dalam ekstrak. Hasil pengujian menunjukkan kadar total fenolik dan flavonoid serta aktivitas antioksidan dan antidiabetes paling tinggi dimiliki oleh ekstrak etanol 50%. Analisis LCMS/MS menunjukkan prediksi senyawa fitokimia yang terkandung dalam masing-masing ekstrak dengan kuersetin adalah senyawa yang paling dominan yang terdeteksi pada ekstrak etanol 50%. Daun kenikir yang diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 50% memiliki banyak keunggulan berupa kandungan zat aktif yang lebih banyak, serta aktivitas antioksidan dan antidiabetes yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan ekstrak air dan etanol.


Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is one of the most common degenerative disorders. For therapeutic use, herbs are commonly used in Indonesia for T2DM treatment, one of them is (Cosmos caudatus) kenikir’s leaves. In previous studies, kenikir's leaves have high antidiabetic and antioxidant activity. However, a comparison of antidiabetic activity from many extracts of kenikir's leave is remain unclear. This study will compare the antidiabetic and antioxidant properties of various kenikir’s leave extract. Kenikir’s leaves are extracted by maceration methods for three days using three different solvents: boiling water, ethanol 50%, dan ethanol 100%. Then, phenolic and flavonoid content will be measured, as well as antioxidant properties by DPPH radical scavenging activity assay, and antidiabetic properties by α-glucosidase inhibition assay, also LCMS/MS will be used to predict the compound from each extract. The result shows that ethanol 50% extract has highest phenolic and flavonoid content than others. It also has significantly higher antioxidant (p<0.05) and antidiabetic (p<0.05) properties than others. Meanwhile, LCMS/MS result of ethanol 50% extract predicts 6 chemical component, which quercetin is the most dominant compound. Ethanol 50% extract of kenikir’s leaves is superior from other extracts on phenolic and flavonoid content, antioxidant properties, and antidiabetic properties.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Owen Senlia
"

Latar belakang: Diabetes merupakan salah satu masalah yang semakin banyak di dunia modern. Pencegahan dan pengobatan diabetes beragam mulai dari cara modern dan juga tradisional. Pengobatan herbal merupakan salah satu metode untuk menangani diabetes. Salah satu tanaman herbal yang digunakan adalah jati cina atau Senna alexandrina. Manfaat dari pengobatan herbal diperngaruhi oleh pelarut yang digunakan. Pada proses pembuatan minuman baik pada skala industri atau rumahan, pelarut yang digunakan adalah pelarut etanol dan pelarut air.

Tujuan: Menentukan pelarut terbaik untuk memberikan efek antidiabetes dan antioksidan

Metode: Penelitian dilakukan secara in vitro menggunakan enzim α-glukosidase dan DPPH. Sampel daun jati cina dimaserasi dan direndam menggunakan pelarut etanol, campuran etanol : air (1:1), dan air. Ekstrak lalu diskrining untuk kandungan fitokimianya dan diprediksi kandungan senyawanya menggunakan LC-MS/MS. Jumlah kandungan fenolik dan flavonoid dihitung dengan membandingkan menggunakan asam galat dan quercetin. Ekstrak dengan kemampuan antioksidan dan antidiabetes terbaik lalu diuji untuk menghitung nilai IC50.

Hasil: Tanaman jati cina menunjukkan kemampuan sebagai antioksidan dan antidiabetes. Pelarut campuran etanol-air menunjukkan kemampuan terbaik sebagai antioksidan dan antidiabetes. Ekstrak etanol murni memiliki kemampuan antioksidan kedua terbaik namun memiliki kemampuan antidiabetes terburuk dan ekstrak air memiliki kemampuan antioksidan terburuk namun memiliki kemampuan antidiabetes kedua terbaik. Nilai IC50 ekstrak etanol-air sebagai antidiabetes terhadap enzim α-glukosidase adalah 33,151 µg/ml dan sebagai antioksidan terhadap radikal bebas DPPH adalah 160,502 µg/ml. Prediksi kandungan senyawa dari ekstrak etanol-air daun jati cina menggunakan LC-MS/MS adalah torachrysone-8-O-β-D-glucopyranoside, Oroxin B, 3-O-[β-D-Glucopyranosyl-(12)]-β-D-glucopyranosyl-kaempferol, 7-Hydroxy-1-methoxy-2-methoxyxanthone, rhamnetin dan rubilakton.

Simpulan: Ekstrak etanol-air (1:1) daun jati cina menunjukkan kemampuan  aktivitas antioksidan dan aktivitas antioksidan dan antidiabetes terbaik.


Background: Diabetes is a growing problem in this modern time. Preventing and treating diabetes can be done using various ways from traditional to modern methods. Herbal medicine is one of the traditional forms of medication. One of the herbs used to treat diabetes is Senna Alexandrina or Jati Cina. The effects of herbal medicine is linked with the solvent used. In the process of making a herbal drink in industrial and private scale, the solvent used is ethanol and water.

Objective: Determining the best solvent to produce antioxidant and antidiabetic effect.

Methods:.This study was conducted in vitro using I±-glucosidase enzyme and DPPH. Senna Alexandrina leaves was maserated and soaked using ethanol, water, and ethanol-water mix (1:1). Extract was then screened for phytochemical contents and had its compounds predicted using LC-MS/MS. Total phenolic and flavonoid count were measured using gallic acid and quercetin. Extract with the best antioxidant and antidiabetic properties was further tested to measured its IC50.

Results: Senna Alexandrina leaves showed antioxidant and antidiabetic properties. Ethanol-water mixed solvent produced the best antioxidant and antidiabetic properties. Ethanol extract had the second best antioxidant properties but had the worst antidiabetic properties and water extract produced the worst extract with antioxidant properties but had the second best antidiabetic properties. The antidiabetic IC50 value of ethanol-water mix extract  by I±-glucosidase testing was 33,151 ug/ml and the IC50 value as antioxidant by DPPH testing was 160,502 ug/ml. The compounds predicted in ethanol-water extract using LC-MS/MS method was torachrysone-8-O-I²-D-glucopyranoside, Oroxin B, 3-O-[I²-D-Glucopyranosyl-(12)]-I²-D-glucopyranosyl-kaempferol, 7-Hydroxy-1-methoxy-2-methoxyxanthone, rhamnetin dan rubilactone.

Conclusion: Ethanol-water mix (1:1) extract showed the best antioxidant and antidiabetic properties. 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariffinisa Lintang Widyaningtyas
"Green synthesis nanopartikel Nd2O3, Ag2O dan nanopartikel Nd2O3-Ag2O dilakukan karena mudah, murah dan ramah lingkungan. Dalam penelitian ini, ekstrak daun afrika (Vernonia Amygdalina Del.) kemudian diberi nama EDA digunakan untuk mensintesis nanopartikel Nd2O3-Ag2O. Metabolit sekunder pada EDA berperan sebagai sumber basa dan capping agent, yang ditentukan melalui uji fitokimia. Pola difraksi dan kristalinitas ketiga nanopartikel tersebut dikonfirmasi menggunakan X-Ray Diffraction, sedangkan morfologi ditentukan menggunakan Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive X-ray Analysis dan Transmitted Electron Microscopy. Fourier Transform-Infra Red digunakan untuk menunjukkan interaksi antara EDA dengan nanopartikel. Bilangan gelombang Nd-O pada nanopartikel Nd2O3 muncul di daerah 426 cm-1, Ag-O pada nanopartikel Ag2O di daerah 825 cm-1. Sedangkan bilangan gelombang Ag-O (855 cm-1), Nd-O (424 dan 667 cm-1) terdapat pada nanopartikel Nd2O3-Ag2O. Ukuran distribusi dari ketiganya berada di antara 1-100 nm yang dikonfirmasi menggunakan Particle Size Analyzer. Band gap nanopartikel Nd2O3-Ag2O yaitu sebesar 3,29 eV. Aktivitas fotokatalitik nanopartikel Nd2O3-Ag2O disimulasikan terhadap degradasi Metilen Biru (MB). Hasil degradasi sebesar 93, 71%.

Green synthesis of Nd2O3, Ag2O and Nd2O3-Ag2O nanoparticles has been investigated lately due to its properties of inexpensive, easy to use, and eco-friendly material. At current research, Vernonia amygdalina Del. leaf extract was used to synthesize Nd2O3, Ag2O and Nd2O3-Ag2O nanoparticles. The secondary metabolite of Vernonia amygdalina Del. leaf extract plays a role as a base source and a capping agents, which can be determined by phytochemical test. The diffraction pattern and crystallinity of Nd2O3, Ag2O and Nd2O3-Ag2O nanoparticles were confirmed by using X-ray Diffraction, while the morphology can be determined using Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive X-ray Analysis and Transmitted Electron Microscopy. Fourier Transform-Infra Red (FT-IR) spectra was used to show the interaction between Vernonia amygdalina Del. leaf extract and nanoparticles. FT-IR characterization showed the wave number of Nd2O3 at 426 cm-1, Ag2O at 825 cm-1, and Nd2O3-Ag2O nanoparticles at 424 and 855 cm-1. The size distribution of Nd2O3, Ag2O and Nd2O3-Ag2O nanoparticles at 1-100 nm were confirmed by Particle Size Analyzer. UV-Vis DRS characterization proved the energy band gap of Nd2O3-Ag2O nanoparticles at 3,29 eV. The photocatalytic activity of Nd2O3-Ag2O nanoparticles was observed by determining the degradation of methylene blue, which was identified at 93.71%."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T51972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Hartanto
"Pendahuluan: Saat ini, dunia secara global termasuk Indonesia tengah mengalami tren pesat peningkatan populasi lansia. Hal ini dapat menjadi tantangan kesehatan besar karena penuaan meningkatkan kerentanan terjadinya penyakit degeneratif. Sayangnya, agen antipenuaan seperti suplemen vitamin masih sulit terjangkau secara biaya atau diperoleh secara luas. Centella asiatica L. (CA) adalah tanaman herbal tradisional yang dilaporkan memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan poten dalam banyak studi. Namun, studi yang meneliti efek CA dalam konteks penuaan masih sangat terbatas. Tujuan: Studi ini meneliti efek pemberian ekstrak etanol CA terhadap kadar TNF-α pada jantung dan ginjal tikus Sprague-Dawley tua Metode: Tikus Sprague Dawley jantan usia 8-12 minggu dan 20-24 bulan dibagi menjadi empat kelompok uji: kontrol positif (vitamin E 6 IU), kontrol negatif (air ad libitum), CA 300 (CA 300 mg/kgBB), dan kontrol muda (tikus usia 8-12 minggu dengan air ad libitum). Setelah 28 hari perlakuan, tikus diterminasi. Organ jantung dan ginjal setiap tikus diambil dan melewati pengukuran kadar TNF-α dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil: Pada kelompok CA 300, terdapat penurunan kadar TNF-α jantung secara signifikan (p = 0,023) disertai penurunan kadar TNF-α ginjal secara tidak signifikan (p = 0,574). Namun, kadar TNF-α ginjal pada kelompok yang diberikan CA tetap paling rendah dibandingkan kelompok lainnya. Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol CA menurunkan kadar TNF- α jantung secara signifikan pada tikus Sprague-Dawley tua namun tidak berpengaruh terhadap kadar TNF-α ginjal. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki efek CA sebagai agen antipenuaan.

Introduction: Currently, the world including Indonesia are experiencing a trend of rapid growth in aging population. This poses a major challenge to healthcare due to increasing incidence of degenerative diseases. In spite of this, preventive antiaging agents such as vitamin supplements are not widely available nor affordable. Centella asiatica L. (CA), a traditional herbal plant native to Southeast Asia, has been widely studied and demonstrated potent anti-inflammatory and antioxidant effects in clinical studies. However, studies examining effects of CA in aging population are very limited. Objective: This study investigates effects of CA treatment on aged Sprague-Dawley rats. Methods: Male Sprague-Dawley rats aged 8-12 weeks and 20-24 months were split into four experimental groups: positive control (vitamin E 6 IU), negative control (water ad libitum), CA 300 (CA 300 mg/kgBW), and young control (young rats given water ad libitum). After 28 days of treatment, the rats underwent termination with kidneys and hearts harvested. TNF-α concentration were determined using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) method. Results: In the CA 300 group, there was a significant decrease in heart TNF-α levels (p = 0,023) accompanied by an insignificant decrease in kidney TNF-α levels (p = 0,574). However, renal TNF-α levels in the group given with CA is still the lowest among all groups. Conclusion: The administration of CA ethanolic extract on aged Sprague-Dawley rats significantly reduced heart TNF-α level and had no effect on the kidney TNF-α level. Further research and exploration needs to be made to investigate the effects of CA as an antiaging agent"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Urinary Stone Disease also called urolithiasis had sever from human since 4800 before century. urolithiasis relapse value during one 15-17%, during 4-5 years was 75% and 95-100% during 20-25 years. Urolithiasis cause mild stadium pain until uremia syndrome and kidney fuction disturbance, severe consequences my provoke to death. Urolithiasis on Male"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
MEILINA FARIKHA
"Latar Belakang : Riwayat alamiah Lesi Prakanker Serviks menjadi kanker invasif berlangsung bertahun-tahun, sehingga memiliki banyak kesempatan untuk deteksi dini. Inspeksi Visual with Acetat Acid (IVA) cukup cost efektif dan mampu laksana di Indonesia. Kejadian lesi prakanker diyakini disebabkan HPV dan dipengaruhi faktor risiko.
Tujuan : Mengetahui hubungan karakteristik demografi serta riwayat kesehatan reproduksi dengan kejadian lesi prakanker serviks pada deteksi dini dengan menggunakan metoda IVA.
Metode : Cross sectional data Female Cancer Program FKUI-RSCM yang berasal dari deteksi dini di beberapa puskesmas dan kantor di Jakarta. Logistik regresion digunakan untuk mendapatkan faktor yang memprediksi lesi prakanker serviks.
Hasil : Perempuan berumur  ≤ 30 tahun (POR 5,2; 95% CI: 1,4-19,5), umur 31-40 tahun (POR 3,5; 95% CI: 1,0-12,0), dan umur 41-50 tahun (POR 2,1; 95% CI: 0,6-7,7) meningkatkan lesi prakanker serviks dibandingkan umur > 50 tahun. Menikah lebih dari 1 kali berisiko lesi prakanker serviks (POR 5,5; 95% CI: 2,9-10,0) dibandingkan menikah 1 kali. KB pil (POR 2,3; 95% CI: 1,0-5,1), KB susuk (POR 1,8; 95% CI: 0,4-8,7) dan KB suntik (POR 1,5; 95% CI: 0,7-2,8) meningkatkan lesi prakanker servik dibandingkan tidak KB dan KB non hormonal.
Kesimpulan : Umur, jumlah perkawinan, KB merupakan prediktor independen lesi prakanker serviks. KB lebih berisiko dibandingkan KB suntik dan susuk. Dianjurkan deteksi dini pada perempuan yang telah melakukan kontak seksual dan membatasi jumlah pasangan seksual.

Background ;Natural history Cervical Precancer lesions to be invasive cancer along many years, so it has many opportunities to be early detected.Visual Inspection Acetat Acid (VIA) is cost effectiveness and capable in Indonesia.The incidence of precancerous lesions is caused of HPV and influenced of risk factors.
Objective :  association between demographic characteristics and reproductive health history with the incidence of cervical precancer lesions in women screened by VIA.
Methods : Cross sectional with the data’s from Female Cancer Program FKUI-RSCM. Analysis which comes from early detection at primary health care and offices in Jakarta. Logistic regresion is used to obtain factors that predict cervical precancer lesions.
Results :  Women aged ≤ 30 (POR 5.2, CI: 1.4-19.5), aged 31-40 (POR 3.5, CI: 1.0-12.0), and  aged 41-50 (POR 2.1, CI: 0.6-7.5) for cervical precancer lesions in comparison with women in the older age group (>50 years). Married subjects  were more than 1 times the risk of cervical precancerous lesions (POR 5,5, 95% CI: 2.9-10.0) compared with one times merriage. Pill contraceptive (POR 2.3; CI: 1.0-5.1), implant contraceptive (POR 1.8; 95% CI: 0.4-8.7), injecting contraception (POR 1.5; CI: 0.7-2.8) are increased precancerous cervical lesions compared non contraception and  non hormonal contraception.
Conclusion : age, number of marriages, contraception are independent predictors of cervical precancer lesions. The prevention and control of cervical cancer in this study should early detection is done on every woman who has sexual contact and limiting  number of sexual partners.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Vin
"Radikal bebas dapat menyebabkan stres oksidatif, yang berdampak negatif pada kesehatan. Antioksidan, terutama dari tanaman obat, memiliki kemampuan untuk menetralisir radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi antioksidan serta aktivitas protektif daun ciplukan (Physalis angulata) terhadap radikal bebas pada embrio zebrafish dan brine shrimp. Fragmen-fragmen pengenal serbuk simplisia daun dan daun ciplukan diidentifikasi secara mikroskopik. Metode ultrasound-assisted extraction (UAE) digunakan untuk mengekstraksi daun ciplukan menggunakan pelarut etanol 96%. Profil fitokimia ekstrak dianalisis melalui skrining fitokimia dan LC-MS. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa daun ciplukan mengandung senyawa golongan alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, terpenoid, dan glikosida. Selain itu, data LC-MS menunjukkan bahwa daun ciplukan mengandung physalin A, robinetin 3-rutinosid, dan pheophorbid A, yang telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Ekstrak tersebut kemudian digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan secara in vitro dengan metode DPPH, ABTS, dan FRAP. Ketiga uji masing-masing menghasilkan aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 126,423 ± 2,09 ppm, 46,292 ± 0,49 ppm, dan 15,977 ± 0,31 FeSO4 E g/100 g ekstrak. Selanjutnya, efek protektif dari ekstrak juga dievaluasi dengan pengujian toksisitas dan efek protektif secara in vivo pada embrio zebrafish dan brine shrimp. Hasil menunjukkan bahwa toksisitas pada embrio zebrafish praktis tidak toksik (LC50 158,947 ppm) dan pada brine shrimp cukup toksik (LC50 264,289 ppm). Efek protektif dari radikal bebas H2O2 pada keduanya berada di konsentrasi 12,5–50 ppm, dengan persentase bertahan hidup yang lebih tinggi daripada kontrol positif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96% daun ciplukan memiliki aktivitas antioksidan dan efek protektif terhadap radikal bebas H2O2.

Free radicals could induce oxidative stress, negatively affecting health. Antioxidants, including from medicinal plants, can counteract these effects. This study investigates the antioxidant potential and protective properties of gooseberry (Physalis angulata) leaf extract on zebrafish embryo and brine shrimp. Identification of fragments from leaf simplicial powder and leaves are done microscopically. Ultrasound-assisted extraction (UAE) was used to extract gooseberry leaves using 96% ethanol solvent. The phytochemical profile of the extract was analyzed through phytochemical screening and LC-MS. Phytochemical screening results showed that gooseberry leaves contain alkaloids, saponins, flavonoids, tannins, terpenoids, and glycosides. LC-MS analysis identified key antioxidants such as physalin A, robinetin 3-rutinoside, and pheophorbide A. In vitro antioxidant assessments using DPPH, ABTS, and FRAP assays showed antioxidant activity with IC50 values of 126.423 ± 2.09 ppm, 46.292 ± 0.49 ppm, and 15.977 ± 0.31 FeSO4 E g/100 g extract, respectively. In vivo studies evaluated toxicity and protective effects against H2O2-induced oxidative stress, revealing nontoxic activity in zebrafish embryos and moderate toxicity in brine shrimp. The results indicated that toxicity in zebrafish embryos was practically non-toxic (LC50 value of 158,947 ppm), while in brine shrimp was moderately toxic (LC50 value of 264,289 ppm). The protective effect against H2O2-induced free radicals in both models was observed at concentrations of 12.5–50 ppm. These findings demonstrate that the extract has protective effects as evidenced by higher survival rates compared to the positive control group. In conclusion, the 96% ethanolic extract of gooseberry leaves shows promising antioxidant and protective properties against oxidative stress."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyan Oktavia Rindhu Shinta Rini
"Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah. Salah satu terapi diabetes melitus adalah menjaga kadar glukosa post-prandial melalui penghambatan enzim yang menghidrolisis karbohidrat yaitu α-amilase dan α-glukosidase. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi golongan senyawa kimia dan mengetahui penghambatan aktivitas enzim pada ekstrak tanaman Garcinia hombroniana Pierre Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi dengan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol. Pengukuran aktivitas α-amilase dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 490 nm, sedangkan untuk pengukuran aktivitas α-glukosidase dilakukan pada panjang gelombang 405 nm. Ekstrak yang memiliki penghambatan tertinggi untuk kedua enzim adalah ekstrak metanol dengan persen penghambatan sebesar 61,64% pada konsentrasi 20 μg/mL, IC50 = 23,70 μg/mL pada α-amilase, sedangkan pada α-glukosidase memberikan nilai IC50 = 34,45 μg/mL. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa pada ekstrak metanol Garcinia hombroniana Pierre yang diuji mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, dan antrakuinon.

Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder characterized by high blood glucose levels. One of strategies in treatment diabetes mellitus is to maintain postprandial glucose levels by inhibition of carbohydrates-hydrolysing enzymes, α-amylase and α-glucosidase. The aim of this research was to identify chemical constituent group and determine enzyme inhibition activity from extract of Garcinia hombroniana Pierre. Extraction was done by maceration with solvent n-hexane, ethyl acetate, and methanol. Measure activity of α-amylase was tested using spectrophotometer UV-Vis at wavelength λ=490 nm, and activity of α-glucosidase was tested at wavelenght λ=405 nm. An extract which has the highest inhibition to both enzymes was the methanol extract with the percent inhibition was 61.64% at concentration 20 μg/mL, IC50 = 23.70 μg/mL in α-amylase activity, meanwhile an α-glucosidase activity it provided IC50 = 34.45 μg/mL. Phytochemical screening showed that in methanol extracts of leaves from Garcinia hombroniana Pierre contain alkaloids, flavonoids, glycosides, saponins, tannins, and antrakuinon."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S63581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astried Leonyza
"Epidermal Growth Factor (EGF) merupakan polipeptida yang mendorong terjadinya proses pertumbuhan, proliferasi, dan diferensiasi sel, juga digunakan sebagai kosmetik anti-aging. Akan tetapi, EGF memiliki ukuran molekul yang besar sehingga dapat menyulitkan penetrasinya ke kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan mengkarakterisasi transfersom rhEGF dalam sediaan emulgel dan mempelajari profil penetrasinya ke kulit. Pada penelitian ini dilakukan optimasi formula transfersom dengan perbandingan antara fosfolipid dan surfaktan yang berbeda. Hasil menunjukkan bahwa formula TF3 dengan perbandingan 80:20 merupakan formula dengan karakteristik terbaik, sehingga formula ini digunakan untuk mengenkapsulasi rhEGF. Transfersom rhEGF dibuat sebanyak tiga formula, dengan konsentrasi rhEGF yang berbeda-beda. Karakteristik terbaik dimiliki oleh formula TF-EGF1 dengan konsentrasi rhEGF 0,025%, yaitu bentuk vesikel sferis, Zaverage 128,1 ± 0,66 nm, indeks deformabilitas 1,254 ± 0,02, indeks polidispersitas 0,109 ± 0,004, potensial zeta -43,1 ± 1,07 mV, dan efisiensi penjerapan 97,77 ± 0,06%. Ketiga formula diformulasikan ke dalam sediaan emulgel (ETF1 - ETF3) dan diuji penetrasi in vitro dengan emulgel rhEGF non-transfersom (ENTF) sebagai pembanding. Hasil menunjukkan bahwa formula ETF1 menunjukkan peningkatan fluks terbesar, yaitu 5,56 kali dibandingkan formula ENTF. Oleh karena itu, emulgel transfersom rhEGF memiliki potensi untuk digunakan sebagai kosmetik anti-aging.

Epidermal Growth Factor (EGF) is a polypeptide that promotes the process of growth, proliferation, and cell differentiation, also used as an anti-aging cosmetics. However, EGF has a large molecular size that can make it difficult to penetrate the skin. This study aims to create and characterize rhEGF transfersom in emulgel preparations and study its penetration profile into the skin. In this study, optimization of transferom formulation was carried out with several ratios between phospholipid and surfactants. The results show that the TF3 formula with a ratio of 80:20 was the formula with the best characteristics, so it was used to encapsulate rhEGF. rhEGF transfersomes were made in three formulas, with different rhEGF concentrations. The best characteristics were obtained by the formula TF-EGF1 with 0.025% rhEGF concentration, which had spherical vesicle, Zaverage of 128.1 ± 0.66 nm, deformability index of 1.254 ± 0.02, polydispersity index of 0.109 ± 0.004, zeta potential of  -43.1 ± 1.07 mV, and encapsulation efficiency of 97.77 ± 0.06%. The three formulas were formulated into emulgel preparations (ETF1 - ETF3) and tested in vitro with non-transferom rhEGF emulgel (ENTF) as a comparison. The results showed that the ETF1 formula showed the largest increase in flux, which was 5.56 times compared to the ENTF formula. Therefore, rhEGF transfersomal emulgel has the potential to be used as an anti-aging cosmetic."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T52909
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>