Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169792 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daniel Amartya
"Sel stelata hepatik yang teraktivasi adalah kunci terhadap proses fibrosis hati yang disebabkan oleh alkohol. Salah satu metode untuk menghentikan progresi fibrosis adalah melalui apoptosis pada sel stelata hepatik yang teraktivasi. Alfa-mangostin diketahui memiliki efek apoptosis pada berbagai sel. Eksperiment ini bertujuan untuk mengetahui efek alfa-mangostin terhadap jalur apoptosis, khususnya ekspresi mRNA Bax and BCl2 pada sel stelata hepatik yang teraktivasi. Eksperiment ini mengunakan galur sel stelata hepatik LX-2. Sample dibagi menjadi 6 kelompok: 1) normal, 2) asetaldehid 100 µM, 3) asetaldehid 100 µM + sorafenib 10 µM, 4) asetaldehid 100 µM + alfa-mangostin 10 µM, 5) asetaldehid 100 µM + 20 alfa-mangostin, 6) alfa-mangostin 10 µM. RNA yang diperoleh dari keenam kelompok sel diatas kemudian dianalisis ekspresi mRNA Bax dan BCl2 menggunakan qRT PCR. Pada sel yang telah diinduksi asetaldehid, alfa-mangostin cenderung meningkatkan ekspresi mRNA Bax (p > 0,05). Sedangkan pada ekspresi mRNA BCl2 terdapat peningkatan yang signifikan (p<0,05). Pada sel yang tidak diinduksi asetaldehid, alfa-mangostin meningkatkan mRNA BCl2 secara signifikan namun tidak pada ekspresi mRNA Bax. Pada kesimpulannya, alfa-mangostin dapat meningkatkan ekspresi mRNA BCl2 dalam sel stelata hepatik yang diinduksi oleh asetaldehid namun tidak mempengaruhi ekspresi mRNA Bax.

The activation of hepatic stellate cell by acetaldehyde induces the progression of liver fibrosis. One of the methods to stop the progression is through apoptosis of activated hepatic stellate cell. Alpha- mangostin is known to have an apoptotic effect towards activated hepatic stellate cell. This research aims to explore the apoptotic pathway of alpha-mangostin towards activated hepatic stellate cell, specifically in the mRNA Bax and BCl2 expression. HSC LX-2 culture was used. The samples were divided into 6 groups: 1) Vehicle group, 2) Acetaldehyde 100 µM, 3) Acetaldehyde 100 µM + Sorafenib 10 µM, 4) Acetaldehyde 100 µM + Alpha-mangostin 10 µM, 5) Acetaldehyde 100 µM + Alpha-mangostin 20 µM, 6) Alpha-mangostin 10 µM. Afterwards, the sample was analyzed for mRNA expression with qRT PCR. Alpha-mangostin increases mRNA Bax expression towards activated hepatic stellate cells. However, this increase is not significant (p > 0.05). The mRNA BCl2 expression is also increased when treated with alpha-mangostin. The increase is statistically significant towards both activated and acetaldehyde- induced hepatic stellate cell. The treatment of alpha-mangostin did not show statistical significance in the increase of mRNA Bax expression in hepatic stellate cell. In conclusion, alpha-mangostin increased mRNA expression of BCl2 in activated hepatic stellate cell, the same cannot be said for mRNA expression of Bax."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Averina Geffanie Suwana
"

Pendahuluan: Konsumsi alkohol dalam jangka panjang dapat berakibat pada fibrosis hati. Fibrosis hati ditandai oleh matriks ekstraseluler yang berlebihan. Alkohol akan mengaktifkasi sel stelata hepatik (HSC) yang memegang peran utama dalam fibrosis hati. Saat ini, tidak ada standar manajemen untuk fibrosis hati. Alfa mangostin telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan pada steatosis hati, namun aktivitas antioksidannya pada fibrosis hati masih belum diketahui. Penelitian ini menggunakan alfa mangostin untuk mengetahui pengaruhnya terhadap ekspresi mRNA antioksidan, MnSOD dan GPx, pada HSC yang diinduksi asetaldehida.

Metode: Penelitian ini merupakan eksperimen in-vitro yang menggunakan galur sel stelata hepatik-LX2 dengan 6 kelompok perlakuan: kelompok yang tidak diobati, yang mendapat perlakuan asetaldehida, asetaldehida dan sorafenib, asetaldehida dan alfa mangostin 10 µM, asetaldehida dan alfa mangostin 20 µM, dan alfa mangostin 10 µM. Ekspresi mRNA MnSOD dan GPx dari RNA diukur dengan mesin qRT PCR.

Hasil: Alfa mangostin 10 μM meningkatkan ekspresi mRNA GPx secara signifikan (p<0,05), namun tidak mempengaruhi ekspresi mRNA MnSOD. Alfa mangostin 20 µM meningkatkan ekspresi mRNA dari MnSOD dan GPx secara signifikan (p<0,05). Peningkatan ekspresi mRNA MnSOD dan GPx sebanding dengan peningkatan dosis alfa mangostin.

Kesimpulan: Alpha mangostin meningkatkan kadar antioxidan, MnSOD dan GPx, dalam model HSC yang diinduksi asetaldehida.


Background: The chronic consumption of alcohol can eventually lead to liver fibrosis. Liver fibrosis is characterized by excessive extracellular matrix. Alcohol will activate hepatic stellate cells (HSCs) which play an important role in fibrogenesis. Currently, there are no standardized treatment for liver fibrosis. Alpha mangostin has been reported to have antioxidant activity on hepatic steatosis, however its antioxidant activity on liver fibrosis is still unknown. This research will use alpha mangostin to identify its effect on the mRNA expression of antioxidant, MnSOD and GPx, in acetaldehyde-induced HSC.

Method: The research is an in vitro experiment utilizing hepatic stellate cell line – LX2 with 6 treatment groups: the untreated group, the treated groups with acetaldehyde, acetaldehyde and sorafenib, acetaldehyde and alpha mangostin 10 µM, acetaldehyde and alpha mangostin 20 µM, and alpha mangostin 10 µM. The mRNA expression of MnSOD and GPx were obtained from the RNA that was measured by qRT PCR machine.

Results: Alpha mangostin 10 µM significantly increased GPx mRNA expression (p <0,05), however it did not affect MnSOD mRNA expression. However, alpha mangostin 20 µM significantly increased the mRNA expression of MnSOD and GPx (p <0,05). The increase of the MnSOD and GPx mRNA expression is linear to the increase of alpha mangostin dose.

Conclusion: Alpha mangostin increases antioxidant, MnSOD and GPx, levels in acetaldehydeinduced HSC models.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putra Andito Ramadhan
"Latar Belakang : alfa mangostin merupakan kandidat yang bisa menyembuhkan penyakit hati yang disebabkan oleh alkohol. Kerusakan yang disebabkan oleh alkohol, akan dikompenasasi hati dengan mensekret matrix extracellular (ECM). Matrix metalloproteinase (MMP) memiliki peran untuk mendegredasi matrix extraceluler. Tujuan dari studi ini adalah menginvestigasi expresi mRNA MMP2 dan MMP9 pada model alcoholic liver disease in-vitro.
Metode : Penilitian ini merupakan experimen in-vitro, dengan galur sel stelata hepatic LX-2. Terdapat 6 kelompok perlakuan yaitu: tanpa obat, asetaldehid, acetaldehid + sorafenib 10μM, asetaldehid + 10μM alpha mangsotin, asetaldehid + 20 μM, dan alfa mangosteen 10μM. Lalu, sample diproses dan dianalisis expresi gen MMP2 dan MMP9 menggunakan qRT-PCR.
Hasil : Acetaldehide meningkatkan expresi mRNA MMP2 dan MMP9 secara signifikan. Alfa-mangostin menurunkan ekspresi mRNA MMP2 dan MMP9 pada sel stelata hepatic yg diberikan asetildehid. Sedangkan sel yang diberi alpha mangosteen tidak mempengaruhi expresi MMP2 namun menurunkan expresi MMP9.
Konklusi : Alfa mangosteen menurunkan expresi mRNA dari MMP2 dan MMP9. Pada sel stelata hepatic yang diinduksi asetildehid.

Background : Alpha mangosteen is a possible candidate to treat liver disease that is caused by alcohol. The liver compensate for damage done by alcohol through secreting extracellular matrix (ECM). Matrix metalloproteinase (MMP) has a role in degrading extracellular matrix. Thus, the purpose of study is to investigate MMP2 and MMP9 mRNA expression on an alcoholic liver disease model done in in-vitro.
Method : Study using In-vitro method using LX-2 Hepatic Stelate cells strain. There are 6 groups of sample and each one of the samples were treated: Without drugs, acetyldehyde, acetyldehyde + 10μM sorafenib, acetyldehyde + 10μM alpha mangosteen, acetyldehyde + 20μM alpha mangosteen, amd alfa mangosteen 10μM. And then, the expression of genes is analyze using qRT-PCR.
Results : Acetaldehyde increased MMP2 and MMP9 mRNA expression significantly. Alpha-mangosteen decrease MMP2 and MMP9 mRNA experssion in hepatic stellate cells induced by acetyldehyde. Meanwhile, cells that were given alpha mangosteen did not affect mRNA expression of MMP2 although decrease MMP9 expression.
Conclusion : Alpha mangosteen decrease mRNA expression of MMP2 and MMP9, in hepatic stelate cells induced by acetyldehyde.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyuntia
"Fibrosis hati merupakan proses patofisiologi pada hati yang ditandai oleh proliferasi sel dan akumulasi protein matriks ekstraseluler yang berlebihan. Penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan sel stelata hepatik mensekresikan mediator fibrogenik TGF-?. Jalur PI3K/Akt merupakan salah satu jalur TGF-? non-Smad. Alfa mangostin merupakan xanton yang terdapat pada kulit, buah, batang, dan daun manggis. Penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan alfa mangostin dapat menurunkan ekspresi p-Akt, AST, and ALT. Akan tetapi, mekanisme kerja alfa mangostin belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menilai aktivitas alfa mangostin terhadap ekspresi penanda profibrotik sel stelata hepatik. Penelitian ini menggunakan sel LX-2 yang dibagi dalam lima kelompok, yaitu kelompok normal, TGF-?, sorafenib 10 ?M, alfa mangostin 5 ?M dan 10 ?M . Kadar TGF-? medium diukur dengan Elisa. Ekspresi penanda profibrotik diukur dengan qRT-PCR. Ekspresi proliferasi sel diukur dengan Western Blot. Berdasarkan parameter yang diperiksa, alfa mangostin dosis 5 dan 10 ?M dapat menurunkan kadar TGF-? yang dilepas ke ekstrasel, menurunkan ekspresi profibrotik sel peningkatan ekspresi mRNA MMP-3, dan penurunan ekspresi TIMP-1 dan PAI-1 , dan menghambat proliferasi sel penurunan rasio p-Akt/Akt diukur dengan Western Blot. Berdasarkan parameter yang diteliti, sel yang diberi TGF-β, menunjukkan peningkatan signifikan kadar TGF-β pada semua parameter pemeriksaan dibanding kelompok tanpa perlakuan, kecuali pada MMP-3. Alfa mangostin dosis 5 dan 10 μM dapat menghambat proliferasi sel, dilihat dari penurunan ratio p-Akt/Akt. Ekspresi penanda profibrotik juga dapat dihambat dengan alfa mangostin, terlihat dari peningkatan ekspresi MMP-3, dan penurunan ekspresi TIMP-1 dan PAI-1. Akan tetapi, efektivitas alfa mangostin dalam menghambat proliferasi dan akumulasi matriks esktraseluler tidak sebaik sorafenib.

Liver fibrosis is a pathological process in the liver, characterized by abnormal proliferation and accumulation of extracellular matrix. In vitro and in vivo studies showed hepatic stellate cells secrete fibrogenic mediator TGF . The PI3K Akt pathway is one of the TGF non Smad pathways. Alpha mangostin is a xanthone that could be found in the skin, fruit, stems, and leaves of mangosteen. In vitro and in vivo studies have shown that alpha mangostin could decrease the expression of p Akt, AST, and ALT. But, the mechanism of action is still unknown. The purpose of this study is to assess the activity of alpha mangostin in the expression of profibrotic markers in hepatic stellate cell. In this study, we used LX 2 cells, divided into five groups normal, TGF , sorafenib 10 M, alpha mangostin 5 M and 10 M . Medium TGF level was measured by Elisa. Expression of profibrotic markers was measured by qRT PCR. Expression of cell proliferation was measured by Western Blot. Based on the parameters examined, alpha mangostin doses of 5 and 10 M can decrease extracellular TGF , decrease the expression of profibrotic cell MMP 3 expression increased and TIMP 1 and PAI 1 expression decreased , and inhibit cell proliferation decrease the ratio of p Akt Akt ratio. Expression of profibrotic marker could be inhibited by alpha mangostin too, showed by the increased level of MMP-3, and TIMP-1 and PAI-1 level decreased. But, the effectivity of alpha mangostin in inhibit cell proliferation and expression of profibrotic marker was not as good as sorafenib. Conclusion: alpha mangosteen could decrease the level of TGF-β in culture medium, inhibit expression of profibrotic marker, and inhibit cell proliferation"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Akmal
"Latar belakang: Asetaldehid menginduksi perkembangan fibrosis pada hati dengan mengaktifkan sel stelata hepatik. Alfa mangostin diketahui memiliki mekanisme anti fibrosis terhadap sel-sel stellata hati yang teraktivasi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai mekanisme kerja alpha mangostin terhadap model fibrosis in vitro pada sel stelata yang teraktivasi oleh asetaldehid ditinjau dari ekspresi mRNA TIMP-1 & TIMP-2.
Metode: Penelitian ini merupakan eksperimen in vitro pada galur sel stelata hepatic LX-2 yang dibagi menjadi 6 kelompok; normal, asetaldehid 100μM, asetaldehid 100μM + Sorafenib 10μM, asetaldehid 100μM + alpha-mangostin 10μM, asetaldehid 100μM + alpha mangostin 20μM, dan alpha-mangostin 10μM. Lalu RT-PCR dilakukan untuk menganalisa ekspresi mRNA TIMP-1 dan TIMP-2. Elektroforesis sebagai uji konfirmasi.
Hasil: Alfa-mangostin menurunkan ekspresi mRNA TIMP-1 dan TIMP-2 dalam sel stelata hepatik yang diinduksi oleh asetaldehid. Meskipun keduanya menunjukan penurunan, penurunan TIMP-1 secara statistik signifikan (p=0,006) tetapi untuk TIMP-2 tidak signifikan (p=0.109). Alfa-Mangostin yang diberikan pada sel stelata hepatik tanpa induksi asetaldehid tidak mempengaruhi ekpresi mRNA TIMP-1 & TIMP-2.
Kesimpulan: Alpha-Mangostin menurunkan ekspresi mRNA dari TIMP-1 pada sel stelata hepatic yang diberi asetaldehid namun tidak memperngaruhi ekspresi mRNA TIMP-2.

Background: Acetaldehyde induces the progression of liver fibrosis by activating the hepatic stellate cells. Alpha mangostin is known to have anti-fibrosis mechanism towards the activated hepatic stellate cells. This research aims to provide information on the mechanism of alpha mangostin towards fibrosis in vitro model of activated stellate cells by acetaldehyde based on TIMP-1 & TIMP-2 mRNA expression.
Method: This in vitro experiment was done on Hepatic Stellate Cells line LX-2 that were divided into 6 groups; normal, acetaldehyde 100 M, acetaldehyde 100 M + sorafenib 10 M, acetaldehyde 100 M + alpha-mangostin 10 M, acetaldehyde 100 M + alpha mangostin 20 M, and alpha-mangostin 10 M. Then RT-PCR was performed to analyze the mRNA expression of TIMP-1 and TIMP-2. Electrophoresis as confirmatory test.
Results: Alpha-mangostin decreases TIMP-1 and TIMP-2 mRNA expression in acetaldehyde induced hepatic stellate cells. Even though, both mRNA showed a decrease, the decrease in TIMP-1 was statistically significant (p=0.006) but for TIMP-2 was not significant (p =0.109). Alpha-Mangostin given to hepatic stellate cells without induction of acetaldehyde does not affect mRNA expression of TIMP-1 & TIMP-2.
Conclusion: Alpha Mangostin decreases the mRNA expression of TIMP-1 on acetaldehyde-induced hepatic stellate cells. But does not affect mRNA expression of TIMP-2.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novriantika Lestari
"Latar belakang : Fibrosis hati ditandai dengan penimbunan berlebihan matriks ekstraseluler pada cedera hati kronik. HSC memegang peranan sentral dalam proses fibrosis hati. HSC yang teraktivasi merupakan sumber miofibroblas yang berkontribusi terhadap fibrogenesis. Asetaldehid memiliki efek langsung terhadap HSC karena meningkatkan sintesis TGF- , sitokin profibrogenik utama yang berperan dalam transformasi HSC menjadi aktif. Asetaldehid juga mengaktivasi PKC dan menghasilkan ROS yang selanjutnya mengaktifkan transduksi sinyal ERK1/2. Saat ini belum ada terapi standar fibrosis hati. Alfa mangostin diketahui memiliki aktivitas antiproliferatif dan antioksidan secara in vivo. Penelitian ini menggunakan alfa mangostin untuk mengetahui aktivitasnya pada jalur TGF- dan ERK1/2 dengan sorafenib sebagai kontrol positif.
Metode : Penelitian menggunakan sel HSC LX-2. Sel dibagi dalam 6 kelompok yaitu kelompok normal, asetaldehid, asetaldehid sorafenib10 M, asetaldehid alfa mangostin10 M, asetaldehid alfa mangostin20 M, dan alfa mangostin10 M. Sel dipanen setelah induksi obat selama 24 jam. Proliferasi sel dihitung menggunakan tryphan blue exclusion method. Ekspresi Ki-67, TGF- , dan TGF- R diukur dengan qRT-PCR. Ekspresi -SMA dan pERK menggunakan Western-Blot. Kadar TGF- medium diukur menggunakan ELISA. Kadar ROS intraseluler dengan spektrofotometri.
Hasil penelitian : Asetaldehid meningkatkan proliferasi sel dan ekspresi marker fibrogenik pada HSC. Pemberian sorafenib dan alfa mangostin menurunkan viabilitas sel, ekspresi Ki-67 dan pERK. Penurunan tersebut juga diikuti dengan menurunnya ekspresi TGF- , TGF- R, and -SMA, dan penurunan kadar TGF- dalam medium dan ROS intraseluler. Pada kelompok yang hanya diberikan alfa mangostin, terdapat penurunan viabilitas sel namun penurunan ekspresi biomarker belum terlihat jelas dibandingkan kelompok normal.
Kesimpulan : Alfa mangostin menghambat proliferasi dan aktivasi pada HSC yang diinduksi asetaldehid pada jalur TGF- dan ERK1/2. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmaniah
"Latar belakang: Fibrosis hati adalah akumulasi berlebihan dari matriks ekstraseluler, termasuk kolagen yang terjadi pada berbagai tipe penyakit hati. Aktivasi Hepatic Stellate Cell HSC memegang peran kunci dalam proses fibrogenesis. Jalur transduksi sinyal TGF-b/Smad ditengarai merupakan jalur yang paling predominan dalam aktivasi HSC yang ditandai dengan meningkatnya ekspresi marker-marker profibrogenik TGF-b, a-SMA, Col1A1 dan pSmad3. Proliferasi HSC yang teraktivasi juga berperan dalam patogenesis fibrosis hati. Pada saat ini belum ada terapi standar untuk fibrosis hati. Sorafenib, suatu multi kinase inhibitor diketahui mempunyai efek yang baik pada fibrosis hati ketika digunakan untuk indikasi karsinoma hepatoseluler. Pada saat ini, sedang dilakukan uji klinik tahap II terhadap Sorafenib untuk indikasi fibrosis hati. Alfa mangostin telah diteliti secara in vivo dapat memperbaiki fibrosis dan mempunyai efek antiproliferativ pada sel kanker. Pada penelitian ini kami menggunakan alfa mangostin untuk mengetahui aktivitasnya pada jalur TGF-b/Smad dengan pembanding Sorafenib.
Metode: Ini merupakan penelitian in vitro menggunakan sel lestari HSC LX-2. Sel dibagi dalam 5 kelompok yaitu kelompok normal tanpa perlakuan , kelompok TGF-b, kelompok TGF-b Sorafenib 10mM, kelompok TGF-b Alfa mangostin 5mM dan 10mM . Dosis obat diperoleh dari perhitungan CC50 dengan MTSassay. Sel dipanen setelah induksi obat selama 24 jam. Proliferasi dilihat dari hitung sel dengan metode trypan blue exclusion method dan ekspresi Ki-67 dengan metode qRT-PCR. Ekspresi TGF-b dan Col1A1 diukur dengan qRT-PCR. Ekspresi a-SMA dan pSmad3 diukur dengan Western Blot.
Hasil : Terdapat peningkatan ekspresi Ki-67 yang senada dengan peningkatan jumlah sel hidup secara pada kelompok TGF-b. Ekspresi Ki-67 maupun jumlah sel hidup menurun secara signifikan pada kelompok Sorafenib dan Alfa Mangostin 5mM dan 10mM. Ekspresi penanda fibrogenesis TGF-b, Col1A1, a-SMA dan pSmad3 meningkat secara signifikan pada kelompok TGF-b dan menurun signifikan dengan pemberian Sorafenib dan Alfa mangostin 5mM dan 10mM . Terdapat perbedaan signifikan dalam jumlah sel hidup, ekspresi Ki-67, TGF-b, Col1A1, a-SMA dan pSmad3 pada dua kelompok dosis Alfa mangostin.
Kesimpulan : Alfa mangostin menghambat proliferasi HSC yang aktif dan menekan ekspresi marker-marker pro fibrogenik secara dose dependent. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yassin Yanuar Mohammad
"Pengantar: Endometriosis merupakan salah satu penyebab infertilitas dan menjadi indikasi fertilisasi in vitro (FIV). Laju apoptosis dan stress oksidatif yang tinggi pada pasien endometriosis diyakini menimbulkan efek negatif terhadap peluang keberhasilan FIV. Namun, pengaruh endometriosis terhadap keberhasilan FIV menunjukkan bukti yang inkonsisten dan belum banyak studi yang menilai langsung efek endometriosis terhadap kualitas oosit sebagai parameter keberhasilan FIV.
Tujuan: Untuk menilai laju apoptosis pada sel granulosa pasien endometriosis dibanding pasien non-endometriosis melalui rasio ekspresi mRNA BAX/BCL-2 dan menilai korelasinya dengan kualitas oosit yang didapatkan saat petik ovum.
Hasil: Sampel didapatkan dari 15 subjek dengan endometriosis dan 15 subjek kontrol. Dosis rekombinan FSH total yang diterima pada kelompok endometriosis untuk stimulasi ovarium lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (p=0.005). Terdapat perbedaan bermakna kadar ekspresi BAX (p=0.029) dan BCL-2 (p<0.001) pada kedua kelompok, tetapi perbedaan rasio keduanya tidak signifikan (p=0.787). Korelasi antara rasio BAX/BCL-2 dengan parameter kualitas oosit tidak menunjukkan hubungan bermakna di kedua kelompok.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio kadar BAX/BCL-2 di kedua kelompok dan tidak ditemukan hubungan bermakna antara rasio tersebut dengan kualitas oosit. 

Introduction: Endometriosis is one of common conditions causing infertility and an indication to undergo in vitro fertilization (IVF). High apoptosis rate and oxidative stress in patient with endometriosis is believed to cause negative effect on IVF success rate. However, there has been conflicting results on endometriosis effect to IVF success and there have been limited studies that directly assess endometriosis and its effect on oocyte quality.
Aim: To assess apoptosis rate on granulosa cells in patients with endometriosis compared to non-endometriosis patients through mRNA BAX/BCL-2 ratio and how it correlates with oocyte quality collected during ovum pick up.
Results: Samples were collected from 15 subjects with endometriosis and 15 control subjects. Total dose of recombinant FSH received by endometriosis group is significantly higher compared to control (p=0.005). There is difference in BAX level (p=0.029) and BCL-2 level (p<0.001) in both groups. However, the ratio does not differ significantly (p=0.787). No significant correlation is found in BAX/BCL-2 ratio and any of the oocyte quality parameters.
Conclusion: We found no significant difference in BAX/BCL-2 ratio between endometriosis and control group as well as significant correlation between the ratio and oocyte quality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naylah Muna
"Endometriosis merupakan penyakit pada sistem reproduksi wanita yang ditandai dengan tumbuhnya jaringan endometrium di luar rongga uterus. Endometriosis memengaruhi sistem reproduksi salah satunya dengan menyebabkan penurunan kualitas oosit akibat terjadinya apoptosis pada sel granulosa di dalam folikel. Apoptosis pada sel granulosa diketahui diaktivasi melalui jalur intrinsik yang dipengaruhi oleh protein BAX (pro-apoptosis) dan BCL-2 (anti-apoptosis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi mRNA bcl-2 dan bax pada sel granulosa penderita endometriosis melalui metode real-time PCR yang kemudian diuji secara statistik dengan menggunakan Uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspresi mRNA bax/bcl-2 pada wanita penderita endometriosis menunjukkan perbedaan yang signifikan (p < 0,05) dibandingkan pada wanita tanpa endometriosis.

Endometriosis is a disease in female reproductive system which marked by the present of endometrium tissue outside the uterus cavity. Endometriosis affects the reproductive system by decreasing oocyte quality as an impact of granulosa cells apoptosis in the follicle. Apoptosis in granulosa cells has been known activated through intrinsic pathway which is influenced by BAX (pro-apoptosis) and BCL-2 (anti-apoptosis) proteins. This research was conducted to know the mRNA expression of bcl-2 and bax in granulosa cells of endometriosis patients using real-time PCR and statistic tests (T-test). The result shows that there is significance difference (p < 0,05) of bax/bcl-2 expression between granulosa cells of endometriosis patients and granulosa cells in women without endometriosis.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brigitta Cindy Lauren
"Latar belakang: Karsinoma hepatoseluler (HCC) merupakan salah satu penyebab kematian akibat kanker terbanyak di dunia. Berbagai metode terapeutik telah tersedia untuk mengobati HCC, namun penyakit ini tetap menjadi masalah dengan tingkat insidensi dan mortalitas yang terus meningkat. Sorafenib merupakan salah satu obat yang digunakan dalam mengobati HCC. Resistensi terhadap sorafenib menjadi kendala dalam terapi HCC dan diketahui berperan penting dalam progresi tumor. Alfa mangostin, suatu komponen aktif pada buah Garcinia mangostana mulai dikenal karena potensinya sebagai terapi anti-kanker dan dibuktikan dapat menginduksi apoptosis pada beberapa sel kanker. Pemberian alfa mangostin diharapkan dapat menekan proliferasi sel HepG2 tahan sorafenib. Tujuan: Mengetahui efek alfa mangostin terhadap penanda proliferasi sel, Ki-67 dan c-Jun sebagai terapi tambahan pada sel hepatoselular karsinoma yang tahan sorafenib
Metode: Sel HCC HepG2 dibagi menjadi 6 kelompok yang diberi perlakuan berbeda, yakni (A) DMSO-DMSO (kelompok kontrol), (B) DMSO-alfa mangostin 20 μM, (C) sorafenib 10 μM-DMSO (sel tahan sorafenib), (D) sorafenib-sorafenib 10 μM, (E) sorafenib 10 μM-alfa mangostin 20 μM, (F) sorafenib 10 μM-sorafenib 10 μM+alfa mangostin 20 μM. Kelompok sel dikultur selama 48 jam. Sel kemudian diambil dan dilakukan pemeriksaan berupa analisis marker proliferasi sel, yaitu c-Jun dan Ki-67 dengan menggunakan metode qRT-PCR.
Hasil: Pemberian sorafenib meningkatkan ekspresi mRNA Ki-67 dan c-Jun pada sel tahan sorafenib. Pemberian alfa mangostin juga meningkatkan ekspresi mRNA Ki-67 dan ekspresi c-Jun secara signifikan dibandingkan kontrol dan sel HepG2 tahan sorafenib (SOR+AM). Kombinasi pemberian sorafenib dan alfa mangostin menghasilkan efek yang serupa (SOR+SORAM)
Kesimpulan: Alfa mangostin meningkatkan ekspresi penanda proliferasi sel Ki-67 dan c-Jun pada sel HepG2 tahan sorafenib.

Introduction : Hepatocellular carcinoma (HCC) is one of the leading causes of cancer- related death in the world. Various therapeutic methods have been available to treat HCC, however, this disease remains unresolved with a continuous increase of incidence and mortality rate. Sorafenib is one of the drugs used in the treatment of HCC. Sorafenib resistance becomes a problem in HCC therapy and is also known for its role in tumor progression. Alpha mangostin, an active substance found in Garcinia mangostana is starting to be recognized for its potential as anti-cancer therapy and is also proven to be able to induce apoptosis in several cancer cells. Administration of alpha mangostin is expected to suppress the proliferation of sorafenib-surviving HepG2 cells.
Purpose: To observe the effect of alpha mangostin on the expression of proliferation markers Ki-67 and c-Jun as an adjuvant therapy in sorafenib-surviving hepatocellular carcinoma cells.
Method: HepG2 HCC cells were divided into 6 groups which were treated differently, (A) DMSO-DMSO (control group), (B) DMSO-alpha mangostin 20 μM, (C) sorafenib 10 μM-DMSO (sorafenib-surviving group), (D) sorafenib-sorafenib 10 μM, (E) sorafenib 10 μM-alpha mangostin 20 μM, (F) sorafenib 10 μM-sorafenib 10 μM+alpha mangostin 20 μM. Cells were cultured for 48 hours. The cells were then harvested and analyzed for their cell proliferation markers, c-Jun and Ki-67, using qRT-PCR method. Result: Administration of sorafenib increased expression of Ki-67 and c-Jun in sorafenib-surviving cells. Alpha mangostin also increased expression of Ki67 and c-Jun mRNA significantly compared to control group and sorafenib-surviving cells group (SOR+AM). Combination of sorafenib and alpha mangostin generates similar effects. (SOR+SORAM).
Conclusion: Alpha mangostin increased the expression of proliferation markers Ki-67 and c-Jun in sorafenib-surviving HepG2 cells.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>