Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114114 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jessy Hardjo
"Untuk mencapai kehamilan sehat dibutuhkan interaksi dalam kandungan yang baik antara ibu hamil dengan janin. Apabila terjadi gangguan, maka masalah pada kehamilan yang bersifat fatal seperti preeklamsia dapat terjadi. Banyak studi telah menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara rusaknya proses aktivasi invasi trofoblas dan masalah pada maternal vascular endothelium. Peranan penting sebuah faktor transkripsi bernama Hif-1⍺ penting untuk regulasi oksigen khususnya dalam kondisi hipoksia, dan dipercaya juga berperan penting pada terjadinya preeklamsia di kehamilan. Pada studi ini, 20 sampel jaringan plasenta terdiri dari 10 sampel dari kehamilan preeklamsi dan 10 sampel dari kehamilan normal dianalisis menggunakan ELISA untuk melihat peranan protein HIF-1⍺ dan diinterpretasikan untuk menunjukkan hipoksia pada kehamilan preeklamsi. Hasil dalam studi ini menemukan bahwa tidak ada hasil yang signifikan ketika dianalisa secara statistic (p>0,05), namun ada kecenderungan bahwa kadar HIF-1⍺ lebih tinggi dibanding kadar HIF-1⍺ yang ditemukan dalam plasenta kehamilan normal.

Healthy pregnancy requires successful appropriate interaction established between mother and the fetus. When this fails to occur, problems in pregnancy such as a life- threatening disorder called preeclampsia may occur. Many studies have shown high correlation between the development of preeclampsia with faulty trophoblast invasion and spiral artery remodelling at early weeks of gestation, that consequently led to placental ischemia. Hypoxia-inducible factor-1a (HIF-1⍺), an essential transcription factor for oxygen regulation induced in hypoxic environment, is believed to be important in the course of this disease. However, the exact mechanism of the pathogenesis of preeclampsia is still elusive. In this study, 20 tissue samples composed of 10 preeclamptic placenta and 10 normal pregnancy placenta were examined using ELISA Kit, with the aim to assess the HIF-1⍺ protein level and determine whether it could be used to demonstrate presence of persistent hypoxia in preeclampsia. The results demonstrated that there is no statistically significant difference between the HIF-1⍺ level in preeclamptic and normal placenta (p>0.05), but there is an evident tendency of the level in preeclampsia placenta to be elevated."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Alya Winarto
"Hypoxia-inducible factor-1a (HIF-1a) adalah faktor transkripsi yang bertanggung jawab pada kondisi hipoksia seperti preeklampsia. Studi ini membandingkan konsentrasi HIF-1a pada kehamilan preeklampsia di bawah 32 minggu gestasi dan kehamilan normal. Sebagai penelitian observasional potong lintang pendahuluan, 10 sampel digunakan untuk masing-masing grup. Konsentrasi HIF-1a diukur menggunakan kit enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang insignifikan (p>0.05) antara konsentrasi HIF-1a pada kehamilan preeklampsia awal dan kehamilan normal walaupun terdapat kecenderungan untuk konsentrasi yang lebih tinggi pada kehamilan preeklampsia awal. HIF-1a kemungkinan tidak terlibat pada perkembangan preeklampsia awal. Sebaliknya, konsentrasi HIF-1a pada plasenta dipengaruhi oleh kerusakan syncytiotrophoblast akibat modifikasi arteri spiralis yang inadekuat dan berujung pada kurangnya jumlah HIF-1a.

Hypoxia-inducible factor-1a (HIF-1a) is a transcription factor that is expressed by cytotrophoblast in the placenta during hypoxic condition of preeclampsia. This study compares the level of placental HIF-1a in preeclampsia pregnancies under 32 weeks old of gestation and normal pregnancies. As an observational cross-sectional preliminary study, 10 samples were used for each group. The level of placental HIF-1a was measured by using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) kit. Statistical analysis revealed insiginificant difference (p>0.05) of placental HIF-1a concentration between the early preeclampsia pregnancies and the normal ones although there’s a tendency of the level being higher for the former. HIF-1a might not be involved in the development of early preeclampsia. Instead, its level in the placenta is affected by the syncytiotrophoblast damage due to inadequate spiral arteries remodeling that leads to a reduced amount of HIF-1a."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Bintang
"Tujuan penelitian cross sectional comparative ini adalah diketahuinya perbandingan antara kadar magnesium serum pada preeklampsia dan kehamilan normal. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi dan Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan pada bulan Oktober sampai November 2013. Sebanyak 46 orang ibu hamil yang terdiri dari 23 orang dengan preeklampsia dan 23 orang dengan kehamilan normal yang memenuhi kriteria inklusi menyatakan kesediaannya mengikuti penelitian ini. Data diperoleh dari wawancara, pengukuran tekanan darah dan lingkar lengan atas, evaluasi asupan magnesium dengan metode FFQ semikuantitatif dan pemeriksaan kadar magnesium serum. Analisa statistik menggunakan uji t-test dan Mann Whitney. Uji karakteristik usia, usia kehamilan, paritas, pendidikan dan status gizi kedua kelompok homogen. Tidak ditemukan perbedaan rerata kadar magnesium serum pada preeklampsia (1,98 0,26 mg/dL) dengan kehamilan normal (1,89 0,21 mg/dL). Rerata asupan magnesium pada preeklampsia lebih rendah 233,6 (190,1;319,3) mg dibandingkan dengan kehamilan normal 380,1 (229,8;444,2) mg dengan p=0,024.
Kesimpulan: tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara kadar magnesium serum pada preeklampsia dengan kehamilan normal sementara asupan magnesium pada preeklampsia lebih rendah bermakna dibandingkan dengan kehamilan normal.

The aim of this cross sectional comparative study was to analyze serum level of magnesium in preeclamptic pregnancies and to compare them with those in normal pregnancies. The data was collected at RSUD Tarakan on October 2013. Out of 23 women with preeclampsia and 23 women with normal pregnancies that meet our inclusion criteria given their consents to join the study. Data collated including interviews, blood pressure and mid upper arm circumference (MUAC) measurement and intake of magnesium by semiquantitative FFQ method. Statistical analysis performed by t-test and Mann Whitney. The result of the characteristic test in two groups of study shows that both groups are homogenic. There was no different between magnesium serum level in women with preeclampsia (1.98±0.26 mg/dL) and normal pregnancy (1.89±0.21 mg/dL) While the mean daily intake of magnesium is significantly lower in preeclampsia 233.6 (190.1;319.3) mg than in normal pregnancy 380.1 (229.8;444.2) mg.
Conclusion: there was no significant different between serum magnesium level in women with preeclampsia dan normal pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novan Satya Pamungkas
"Latar Belakang: Kejadian preeklamsia dilaporkan berkisar 5-15% dari seluruh
kehamilan dan terkait erat dengan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal.
Preeklamsia merupakan penyakit dengan berbagai teori (disease of theory) yang
menggambarkan ketidakpastian patofisiologi dan penyebabnya. Salah satu teori
patogenesis preeklamsia adalah peningkatan stres oksidatif. Stres oksidatif
merupakan ketidakseimbangan jumlah oksidan dan antioksidan dalam tubuh.
Peningkatan radikal bebas pada preeklamsia diduga menyebabkan penurunan
antioksidan endogen seperti superoksida dismutase (SOD) karena banyak antioksidan
tersebut yang terpakai untuk menanggulangi radikal bebas. Mengingat pentingnya
peranan SOD pada patogenesis preeklamsia, maka pemberian suplementasi SOD
diduga dapat memberi manfaat pada preeklamsia maupun kehamilan normal.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar SOD
pada kehamilan normal dan preeklamsia. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan
untuk mengetahui kenaikan kadar SOD pasca pemberian suplementasi SOD pada
kehamilan normal dan preeklamsia.
Metode Penelitian: Penelitian uji klinis ini dilakukan di RSCM, RSAB Harapan
Kita, RSIA Bunda, dan RSIA Brawijaya pada bulan September hingga Desember
2019. Subjek penelitian berasal dari Ibu hamil normotensi dan Ibu hamil preeklamsia
yang akan dilakukan tindakan operasi sesar berencana dalam waktu 2 minggu. Pada
subjek di kelompok uji, akan diberikan suplementasi Glisodin 2 x 250 U selama 14
hari. Dilakukan pengukuran kadar SOD serum pra- dan pasca- suplementasi Glisodin,
SOD plasenta, dan kadar Cu, Mn dan Zn serum. Data selanjutnya diolah dengan
menggunakan uji statistik dengan paket SPSS versi 15. Analisis data berupa analisis
univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil Penelitian: Didapatkan 91 subjek penelitian yang terdiri dari 42 Ibu hamil
normotensi dan 49 Ibu hamil dengan preeklamsia. Dari 25 subjek penelitian yang
diberikan suplementasi Glisodin, 15 orang berasal dari kelompok Ibu hamil
normotensi dan 10 orang berasal dari kelompok Ibu hamil preeklamsia. Kadar Zn pada kelompok preeklamsia didapatkan lebih rendah bermakna dibandingkan pada
kelompok normotensi (45 (25,00-110,00) ug/dL vs 52,00 (36,00-88,00) ug/dL, p
0,025). Tidak didapatkan perbedaan bermakna kadar SOD pra- dan pasca
suplementasi pada kelompok normotensi dan preeklamsia. Tidak terdapat
peningkatan bermakna kadar SOD pasca suplementasi , baik pada kelompok
normotensi maupun preeklamsia (+1,08 ± 2,45, p 0,069 dan +0,12 ± 2,04, p 0,721).
Satu-satunya perbedaan bermakna yang ditemukan adalah kadar SOD plasenta
dimana didapatkan kadar SOD plasenta lebih rendah pada kelompok preklamsia
dibandingkan normotensi (26,04 (10,49-91,16) U/mL vs 37,62 (13,58-105,40) U/mL,
p<0,001).
Kesimpulan: Kadar SOD plasenta pada kehamilan hipertensi atau preeklamsia lebih
rendah dibandingkan dengan normotensi. Tidak ada peningkatan bermakna kadar
SOD pasca-suplementasi dengan Glisodin pada kehamilan normotensi dan hipertensi
atau preeklamsia.

Background: Preeclampsia incidence varies between 5-15% from all pregnancy and
related to maternal and perinatal morbidity and mortality. Preeclampsia is a disease of
theory which describe uncertainty in its pathogenesis and pathophysiology. One of
the preeclampsia pathogenesis theory is the increasing oxidative stress level.
Oxidative stress is a condition caused by imbalance between oxidant and anti-oxidant
inside the body. Increased free radicals level in preeclampsia causing further
decreased in endogenous antioxidant level such as superoxide dismutase (SOD)
because antioxidant were used to neutralize free radicals. Given the important role of
SOD in the pathogenesis of preeclampsia, supplementation of SOD is thought to be
beneficial, both in the normal pregnancy and preeclampsia.
Objective: The aim of this study is to determine differences in SOD levels in normal
pregnancy and preeclampsia. This study is also aims to determine the increase in
SOD levels after SOD supplementation in normal pregnancy and preeclampsia.
Methods: This clinical trial study was conducted at RSCM, RSAB Harapan Kita,
RSIA Bunda, and RSIA Brawijaya in September to December 2019. The research
subjects came from normotensive pregnant women and preeclampsia pregnant
women who will undergo planned cesarean operations within 2 weeks. Subjects in
the test group will be given Glisodin 2 x 250 U supplementation for 14 days. Serum
SOD pre-and post-supplementation with Glisodin, placental SOD, and serum Cu, Mn
and Zn levels were measured. Data were then processed using statistical tests with
SPSS package version 15. Data analysis was in the form of univariate, bivariate and
multivariate analyzes.
Results: There were 91 research subjects consisting of 42 normotensive pregnant
women and 49 pregnant women with preeclampsia. Of the 25 study subjects who
were given Glisodin supplementation, 15 were from the group of normotensive
pregnant women and 10 were from the group of preeclampsia. The level of Zn in the
preeclampsia group was significantly lower than in the normotensive group (45
(25.00-110.00) ug/dL vs 52.00 (36.00-88.00) ug/dL, p 0.025). There were no
significant differences in pre- and post-supplementation SOD levels in the normotensive and preeclampsia groups. There was no significant increase in SOD
levels after supplementation, both in the normotensive and preeclampsia groups
(+1.08 ± 2.45, p 0.069 and + 0.12 ± 2.04, p 0.721). The only significant difference
found was placental SOD levels in which placenta SOD levels were lower in the
preeclampsia group than normotensive (26.04 (10.49-91.16) U / mL vs 37.62 (13.58-
105.40 ) U / mL, p <0.001).
Conclusions: Placental SOD levels in pregnancy with hypertension or preeclampsia
are lower than normotensive. There was no significant increase in post-Glisodin
supplementation SOD levels in normotensive and hypertensive or preeclampsia
pregnancy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Marsudidjaja
"Latar Belakang: Pre-eklampsia adalah suatu sindrom yang berhubungan dengan kehamilan yang disebabkan oleh kecacatan dalam pembaharuan arteri spiral dalam pembentukan jaringan plasenta. Sebagai hipotesis utama, telah diusulkan bahwa pre-eklampsia terjadi akibat iskemia seluler di placenta. Dimana, hal itu mengarah ke produksi spesies oksigen reaktif (ROS) yang dapat menganggu fungsi jaringan plasenta. Superoksida dismutase (SOD) merupakan salah satu mekanisme pertahanan yang melindung sistem vaskular placenta terhadap ROS.
Metode: Sebanyak 28 sampel jaringan plasenta (terdiri dari kehamilan normal, pre-eklampsia awal dan pre- eklampsia lambat) telah dihomogenisasi dan dipelajari untuk menguji aktivitas enzim SOD. Aktivitas spesifik SOD diukur dengan xanthine, xanthine oksidase (XOD) dan INT dimana aktivitas SOD dihitung melalui tingkat penghambatan atas reaksi superoksida (dihasilkan oleh substrat xanthine) dengan INT untuk membentuk warna formazan merah. Lalu, jumlah zat warna yang dihasilkan tersebut dihitung dengan spektrofotometri UV (505 nm).
Hasil: Rata-rata log aktivitas spesifik SOD untuk kehamilan normal, pre-eklampsia lambat dan pre-eklampsia awal masing-masing adalah 6.43 U/mg, 3.46 U/mg dan -0.18 U/mg. Analisis statistik juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara aktivitas SOD dalam onset pre-eklampsia (dini dan akhir) dan juga antara kedua onset pre-eklampsia dengan kehamilan normal.
Kesimpulan: Aktivitas SOD pada pre-eklampsia awal mempunyai nilai terendah diikuti oleh nilai aktivitas SOD pada pre-eklampsia lambat. Dengan demikian, jaringan plasenta dalam pre-eklampsia awal memiliki stres oksidatif tertinggi dibanding dengan dalam kehamilan normal dan pre-eklampsia lambat.

Background: Pre-eclampsia is a pregnant-related syndrome caused by a defect in spiral arterial remodeling in placenta formation. It has been proposed as central hypothesis that pre-eclampsia is a product of cellular ischemia in the placenta. Therefore, leading to production of Reactive Oxygen Species (ROS) which began the disruption of the placental function. Superoxide dismutase (SOD) is one of the defense mechanism that protect the placental vascular system against ROS.
Method: A total of 28 placenta tissue samples (consist of normal pregnancy, early pre-eclampsia and late pre- eclampsia) were homogenized and studied for SOD enzyme activity assay. The specific activity of SOD was measured by xanthine, xanthine oxidase (XOD) and INT as the SOD activity is calculated by degree of inhibition of reaction of generated superoxide (produced by xanthine substrate) with INT to form red formazan dye. In which, the amount of dye is calculated by spectrophotometry UV (505 nm).
Result: The average log of specific activity of SOD is 6.43 U/mg, 3.46 U/mg and -0.18 U/mg for normotensive pregnancy, late pre-eclampsia and early pre-eclampsia respectively. The statistical analysis also revealed that there is significant difference between SOD activities of onset of pre-eclampsia (early and late) and also between both onset of pre-eclampsia with normal pregnancy (p<0,05).
Conclusion: SOD activity in early pre-eclampsia has the lowest value, seconded by late pre-eclampsia. Thus, placenta of early pre-eclampsia has the highest oxidative stress compare to in normal pregnancy and in late pre- eclampsia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyan Hari Kurniawan
"Tesis ini bertujuan mengetahui kadar vitamin D dan zinc serum pasien preeklamsia berat dan hamil normal, mengetahui hubungan antara kadar vitamin D dan zinc dengan kejadian preklamsia berat, dan prevalensi preeklamsia berat di RSCM. Penelitian ini merupakan observasional potong lintang. Subyek penelitian adalah perempuan hamil yang menjalani persalinan di Kamar Bersalin RSCM pada Januari sampai dengan April 2014. Terdapat 22 subyek kelompok preeklamsia berat dan 22 subyek kelompok hamil dengan tekanan darah normal. Hasil penelitian didapatkan rerata kadar vitamin D dan median kadar zinc lebih rendah pada kelompok preeklamsia berat dibandingkan hamil normal, namun tidak berbeda bermakna. Kadar vitamin D dan zinc tidak berhubungan bermakna dengan kejadian preklamsia berat, dengan p=0,689 dan 0=0,517. Prevalensi hipertensi dalam kehamilan di RSCM adalah 31,07%, dengan rincian sebagai berikut: hipertensi kronik, hipertensi gestasional, preeklamsia ringan, preeklamsia berat, preeklamsia berat superimposed, sindrom HELLP, dan eklamsia gravidarum adalah 0,54%, 2,14%, 1,96%, 17,14%, 3,21%, 4,64%, dan 1,44%.

The purpose of this investigation was to examine the maternal plasma level of vitamin D and zinc in cases of severe preeclampsia compare to normal pregnancy, to know association between level of vitamin D and zinc and severe preeclampsia, and to know prevalence of severe preeclampsia in Cipto Mangunkusumo. This is a cross sectional observational study. Subjects were pregnant women who gave birth in delivery room Cipto Mangunkusumo Hospital in between January and April 2014. There are 22 subjects in severe preeclampsia group and 22 subjects in normotensive pregnancy. Subject with severe preeclampsia were noted to have lower maternal vitamin D and zinc level to normotensive pregnancy with not significant statistically (p 0,689 and p 0,517). Prevalence of hypertension in Cipto Mangunkusumo hospital is 31,07% which is contain of: chronic hypertension 0,54%, gestational hypertension 2,14%, mild preeclampsia 1,96%, severe preeclampsia 17,14%, superimposed severe preeclampsia 3,21%, HELLP syndrome 4,64%, and eclampsia 1,44%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frizka Widyana Widjanarko
"Latar Belakang: Hipertensi terkait kehamilan, termasuk preeklamsia, merupakan salah satu penyebab utama dari kematian ibu dan janin. Penyebab spesifik preeklamsia belum pernah ditentukan, dan satu-satunya pengobatan definitif adalah melahirkan janin dan plasenta. Preeklamsia onset dini dan preeklamsia onset lambat adalah dua subkategori preeklamsia berdasarkan waktu terjadinya dalam kaitannya dengan usia kehamilan. Fosfofruktokinase-1 (PFK-1) adalah enzim glikolitik pembatas laju yang penting untuk sintesis energi setiap sel – ATP terus menerus diperlukan untuk perkembangan plasenta. Enzim glikolitik seperti PFK-1 dibutuhkan pada preeklamsia ketika terjadi perubahan metabolisme plasenta dan stres oksidatif. Dalam konteks preeklamsia, masih terdapat kesenjangan pengetahuan mengenai mekanisme molekuler PFK-1 sebagai enzim glikolitik. Metode: Berdasarkan desain penelitian yang merupakan studi observasional dengan desain case control. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sampel biologis plasenta manusia yang disimpan dari pasien dengan preeklamsia aterm normal dan awitan dini. Isolasi RNA total kemudian dilakukan sebelum RT-PCR – ekspresi relatif PFK-1 dilakukan dengan membandingkan konsentrasi mRNA PFK-1 pada kelompok normal dan EOPE. Data tersebut akan dianalisis menggunakan persamaan Livak dan dianalisis secara statistik dengan independent T-test menggunakan IBM SPSS versi 2.0. Hasil: Terdapat penurunan relatif ekspresi PFK-1 mRNA pada kelompok EOPE (2.342±2.894) jika dibandingkan dengan kelompok normal (3.960±5.343). Perbedaan ekspresi relatif antara kedua kelompok yang diuji ini secara statistik tidak signifikan (hasil independent T-test p= 0.472). Kesimpulan: Ekspresi relatif PFK-1 mRNA pada kelompok EOPE menurun 0.591 kali dibandingkan dengan kelompok normal, dan perbedaannya tidak signifikan secara statistik.

Background: Pregnancy-related hypertension, including preeclampsia, is one of the primary causes of maternal and fetal death. The specific cause of preeclampsia has never been determined, and the only definitive treatment is immediate delivery of both the fetus and the placenta. EOPE and LOPE are subcategories of preeclampsia based on its occurrence in relation to gestational age. The enzyme phosphofructokinase-1 (PFK-1) is a rate-limiting glycolytic enzyme that is essential for every cell's energy synthesis – continuous ATP is required for placental development. Glycolytic enzymes like PFK-1 are needed in preeclampsia when there are changes in placental metabolism and oxidative stress. In the context of preeclampsia, there is still a knowledge gap regarding the molecular mechanism of PFK-1 as a glycolytic enzyme. Method: Based on the research design which is an observational study with case control design. The sample that is used for this research are stored biological sample of human placenta from patients with normal term and early-onset preeclampsia. Total RNA isolation is then done before RT-PCR – relative expression of PFK-1 is done by comparing the concentration using Livak equation of PFK-1 mRNA in the normal and EOPE group. Result: There is a decrease relative expression of PFK-1 mRNA in EOPE group (2.342±2.894) when compared to the normal group (3.960±5.343). The difference of relative expression between these groups are statistically insignificant (independent T-test result p= 0.472). Conclusion: The relative expression of PFK-1 mRNA in EOPE group is decreased by 0.591 times compared to the normal group, and the difference was statistically insignificant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Preeklampsia adalah penyebab paling sering ketiga kematian ibu di dunia. Etiologi preeklamsia belum diketahui, hipoperfusi plasenta yang mengarah ke iskemia dan cedera sel endotel dianggap peristiwa patologis utama. Hal ini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat dan bahkan kematian ibu dan janin. Preeclampsia juga mengarah ke penurunan berat badan plasenta. Untuk mengamati pengaruh tekanan arteri rata-rata (MAP) pada berat plasenta, sebuah penelitian Cross sectional dengan total 24 perempuan dilaksanakan (12 preeclampsia VS 12 normal). Data sekunder dari Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan digunakan dan pengukuran MAP dan berat plasenta dilakukan oleh para dokter di rumah sakit. Dari hasil penelitian ini, rata-rata berat plasenta non-preeklamsia VS preeklamsia adalah 555±74.7 VS 429.2±78.2(p<0.05), sedangkan rata-rata MAP non-preeklamsia VS preeclampsia adalah 91.7±11.3 VS 131±13.4(p<0,05). Korelasi tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain r = 0.640 (p<0.05). Korelasi wanita tanpa preeklampsia dengan MAP mereka menghasilkan r=0,539(p>0,05) dan wanita dengan preeklamsia dengan MAP, mereka menghasilkan r=-0,352(p>0,05), semua korelasi tidak signifikan ketika status penyakit dimasukkan kedalam analisis. Kesimpulan akhirnya ditemukan analisis korelasi statistik tidak signifikan, tetapi dari studi klinis yang didukung oleh hasil tinjauan literatur sebelumnya menunjukkan bahwa ada kecenderungan penurunan pada berat plasenta dengan peningkatan MAP pada ibu preeklamsi. Oleh karena itu, kita tidak bisa hanya mengandalkan hanya pada analisis statistik saja dan analisis statistic yang tidak signifikan mungkin disebabkan karena kurangnya ukuran sampel.

Preeclampsia is the third most frequent cause of maternal death worldwide. The cause of preeclampsia is still unclear, hypoperfusion which leads to placental ischemia and endothelial cell damage are thought to be the main pathologic events. It causes retarded fetal growth and even maternal and fetal death. Preeclampsia also leads to decreased placental weight. To observe the effect of mean arterial pressure (MAP) on placental weight, a cross sectional study with a total of 24 women in the study (12 preeclamptic VS 12 normal) was done. Secondary data from Budi Kemuliaan Maternity Hospital was used and the measurements of the MAP and placental weight were done by the doctors in the hospital. In the obtained result, mean placental weight of non-preeclampsia VS preeclampsia is 555±74.7 VS 429.2±78.2 (p<0.05), while for mean MAP of non-preeclampsia VS preeclampsia is 91.7±11.3 VS 131±13.4 (p<0.05). Correlation without considering other factors r = -0.640 (p<0.05). The correlation of women without preeclampsia with their MAP yielded r = 0.539 (p>0.05) and women with preeclampsia with their MAP yielded r = -0.352 (p>0.05), all the correlations are insignificant when disease status is considered. In conclusion, the correlation statistical analysis is insignificant but clinical studies and results supported by earlier literature reviews suggest that there is a decreasing trend on placental weight with increasing MAP in preeclamptic mothers. Therefore, we cannot just rely on just statistical analysis alone and the insignificant statistical analysis might be due to the lack of sample size."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Feryanto
"Latar Belakang: Preeklamsia, yang menyerang sekitar 5%-7% wanita hamil dengan tekanan darah tinggi, proteinuria, dan risiko kerusakan organ, merupakan bidang medis kompleks yang masih perlu banyak dipelajari. Pada preeklamsia dimana terjadi inflamasi secara sistemik, kemungkinan terjadi perubahan kadar Delta Hemoglobin.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memahami perubahan kadar Delta Hemoglobin sebagai indikator inflamasi pada preeklampsia dan korelasinya dengan Omega-3 serta rasio sFLT-1/PlGF dalam serum pasien.
Metode: Dengan menggunakan metode pengambilan sampel konsekutif, penelitian cross-sectional ini mencakup analisis korelatif dan komparatif pada dua kelompok tidak berpasangan: pasien hamil dengan preeklampsia dan kehamilan normal.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan kadar Delta Hemoglobin pada preeklampsia lebih tinggi dibandingkan kelompok normal, sedangkan kadar total omega-3, EPA, DHA, dan ALA lebih rendah pada preeklamsia tanpa adanya korelasi yang signifikan antara Delta Hemoglobin dan Omega-3. Preeklampsia dikaitkan dengan tingkat sFLT-1, PlGF, dan rasio sFLT-1/PlGF yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok normal. Terdapat juga korelasi positif lemah yang ditemukan antara rasio sFLT-1/PlGF dan delta hemoglobin. Selain itu, terdapat korelasi positif sedang dan korelasi negatif sedang antara EPA dan rasio sFLT-1/PlGF.
Kesimpulan: Terdapat variasi nilai kadar Delta Hemoglobin dan parameter lainnya antara kelompok preeklampsia dan kelompok normal.

Background: Preeclampsia, which affects approximately 5%-7% of pregnant women with high blood pressure, proteinuria, and risk of organ damage, is a complex understudied medical field. In preeclampsia where there is systemic inflammation, there may be changes in Delta Hemoglobin levels.
Objectives: This study aims to understand changes in Delta Hemoglobin levels as an indicator of inflammation in preeclampsia and its correlation with Omega-3 and the sFLT-1/PlGF ratio in patient serum.
Methods: Using the consecutive sampling method, this cross-sectional study includes correlative and comparative analysis in two unpaired groups: pregnant patients with preeclampsia and normal pregnancies.
Results: The results showed that Delta Hemoglobin levels in preeclampsia were higher compared to the normal group, while total omega-3, EPA, DHA, and ALA levels were lower in preeclampsia without a significant correlation between Delta Hemoglobin and Omega-3. Preeclampsia was associated with higher levels of sFLT-1, PlGF, and sFLT-1/PlGF ratio compared to the normal group. There was also a weak positive correlation found between the sFLT-1/PlGF ratio and delta hemoglobin. Furthermore, there was a moderate positive correlation and a moderate negative correlation between EPA and the sFLT-1/PlGF ratio, respectively.
Conclusion: there are variations in the Delta Hemoglobin level values and other parameters between the preeclampsia and normal groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Pamungkas
"Latar belakang : Preeklamsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi yang masih tergolong cukup tinggi di dunia. Preeklamsia menduduki kedua tertinggi sebesar 14% penyebab kematian ibu. Penyebab kematian bayi pada masa neonatus sebesar 78,5% disebabkan oleh asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi. Salah satu akibat hal tersebut dikarenakan faktor maternal seperti preeklamsia. Luaran neonatal dengan kasus preeklamsia yaitu pertumbuhan janin terhambat, gangguan darah (Trombositopenia), gangguan sistem saraf pusat (hypoxic ischemic ensephalopathy, cerebral palsy), gangguan organ pernafasan (bronchopulmonary dysplasia, respiratory distress syndrome) serta gangguan saluran pencernaan (NEC).
Tujuan : Mengetahui adakah perbedaan luaran neonatal pada kelahiran preterm dengan preeklamsia dibandingkan dengan kelahiran preterm tanpa preeklamsia.
Metode : penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan metode case-control. Pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling. Subjek penelitian ini merupakan neonatal dari kelahiran preterm di usia kehamilan kurang dari 37 minggu yang dilakukan di RSCM. Data yang didapatkan dianalisis secara bivariat menggunakan uji chi-square untuk mengetahui ada atau tidaknya preeklamsia pada kelahiran preterm dengan bayi yang mengalami hypoxic ischemic ensephalopathy (HIE), broncopulmonary syndrome (BPD), respiratory distress syndrome (RDS) dan necrotizing entercolitis (NEC) selama masa perinatal.
Hasil : Dari 2.750 subjek yang diteliti dari tahun 2015 hingga 2018 didapatkan luaran neonatal preterm dari ibu yang mengalami Preklamsia sebanyak 455 subjek (16,5%) dibandingkan ibu yang tidak mengalami Preeklamsia sebanyak 2295 subjek (83,5%). Terdapat perbedaan bermakna untuk seluruh gangguan luaran neonatus preterm yaitu hypoxic ischemic ensephalopathy dengan nilai p = 0,002, OR 3,84, CI95% 1,61-9,17, broncopulmonary syndrome dengan nilai p = 0,04, OR 1,87, CI95% 1,03-3,42, respiratory distress syndrome dengan nilai p < 0,0001, OR 5,51 CI95% 4,35-6,98 dan necrotizing entercolitis dengan nilai p< 0,001, OR 2,22 CI95% 1,5-3,17.
Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna untuk seluruh gangguan luaran neonatus preterm berupa hypoxic ischemic ensephalopathy (HIE), broncopulmonary syndrome (BPD), respiratory distress syndrome (RDS) dan necrotizing entercolitis (NEC) pada ibu dengan preeclampsia.

Background: Preeclampsia is one of major causes of maternal and infant morbidity and mortality in the world. Preeclampsia is the second highest causes maternal death. Factors of death in infants are due to asphyxia, low birth weight and infections. One of the reasons causing infant death are maternal factors such as preeclampsia. Neonatal outcomes with maternal preeclampsia are fetal growth restriction, trombositopenia, nervous system disorder (hypoxic ischemic ensephalopathy, cerebral palsy), respiratory disorder (broncopulmonary dysplasia, respiratory distress syndrome), and digestive tract disorder (necrotizing enterocolitis).
Objective : To investigate whether there are differences of preterm neonatal outcomes in cases with and without preeclampsia.
Method : This study is an observational analytic study using case-control method and consequtive sampling. The subject of this study was preterm neonatal outcomes at gestational age less than 37 weeks in Cipto Mangunkusumo Hospital. The data then bivariately analyzed in order to determine preterm neonatal outcomes in cases with and without preeclampsia with hypoxic ischemic ensephalopathy (HIE), bronchopulmonary dysplasia (BPD), respiratory distress syndrome (RDS) and necrotizinf enterocolitus (NEC) on perinatal period.
Result : Two-thousand and seventy hundred fifty subjects from 2015 until 2018 was studied, preterm infants with preeclampsic mother were 455 subjects (16,5%) and without preeclampsia is 2295 subjects (82,4%). There were significant relationship between preeclampsia with hypoxic ischemic ensephalopathy ( p = 0,002, OR 3,84, CI95% 1,61-9,17) broncopulmonary syndrome (p = 0,04, OR 1,87, CI95% 1,03-3,42), respiratory distress syndrome (p < 0,0001, OR 5,51 CI95% 4,35-6,98) and necrotizing entercolitis (p< 0,001, OR 2,22 CI95% 1,5-3,17).
Conclusion : There were significant relationship between preeclampsia with neonatal outcame hypoxic ischemic ensephalopathy (HIE), bronchopulmonary dysplasia (BPD), respiratory distress syndrome (RDS) and necrotizif enterocolitus (NEC).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>