Ditemukan 12478 dokumen yang sesuai dengan query
Carlson, Neil R
Jakarta: Penerbit Erlangga, 2015
612.8 CAR f
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Carlson, Neil R.
Jakarta: Penerbit Erlangga, 2015
612.8 CAR p
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Carlson, Neil R.
Boston : Pearson/Allyn & Bacon, 2007
612.8 CAR p
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Kalat, James W.
Boston: Cengage, 2019
612.8 KAL b
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Bandung : Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-Unpad, 1983
618.2 OBS
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Desiyani Nani
Jakarta: Penebar Plus+, 2018
613.94 DES f
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Pearce, Evelyn C. (Evelyn Clare)
Jakarta: Gramedia, 1983
612.007 PEA a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Poppy Puspita Rini
"Ekonomi Kebahagiaan merupakan salah satu pengukur kesejahteraan individual, yang melibatkan sektor kehidupan non-economic sebagai sesuatu yang dimaksimalkan, dengan mengesampingkan sektor kehidupan economic atau pendapatan (easterlin, 1974). Tulisan ini menjelaskan hubungan antara faktor income dan non-income terhadap observasi 80 murid International Undergraduate Program Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (IUP FEBUI). Kami menemukan bahwa faktor internal dari subjective wellbeing yang secara signifikan mempengaruhi pergerakan nilai Kebahagiaan adalah tahun angkatan, bangun tidur merasa segar, komitmen, keberhasilan menyelesaikan tugas, kemampuan menghadapi tekanan, masa lalu bahagia, dan kepuasan terhadap kehidupan saat ini. Tetapi, ada dua aspek internal yang berbanding terbalik dengan tingkat kebahagiaan murid IUP FEBUI, yaitu optimisme terhadap masa depan dan pengaruh terhadap orang lain di sekitar. Sebaliknya, satu aspek external yang mempengaruhi tingkat kebahagiaan adalah keadaan tempat tinggal saat ini. Untuk menaikkan tingkat kebahagiaan, diharapkan kita mampu untuk bersikap positive dalam membangun dimensi psikologis individual. Singkat kata, pikiran yang sehat menuntun kita dalam kehidupan yang sehat juga.
Economics of happiness as an approach to assess individual wellbeing. It incorporates non-economic life domain measurement as something to be maximized, rather than income or profit (Easterlin, 1974). This paper explains relationship between income and non-income factors with observation of 80 International Undergraduate Program of FEBUI students. We find that the internal factor of subjective wellbeing significantly alters the value of Happiness is student’s batch, feeling wakeup fresh, commitment, gap in doing tasks, the ability to take any pressure, happy past memories and feeling satisfied of current life condition. However, there are other two internal aspects that shows negative impact to happiness students future optimism and influence towards other people. External Aspects, on the other hand, shows negative impact to happiness that is only the student respondent’s current living arrangement. In order to increase the happiness, we have to preserve the positive psychological dimension. As the healthy mind initiates positive mental and happier life to each and our own."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Munthe, Windha Elizabeth
"Perilaku menyimpang di tempat kerja diketahui lebih banyak terjadi pada individu dengan tingkat impulsivitas tinggi. Sensation seeking sebagai dorongan berbasis biologis berkaitan erat dengan impulsivitas dan perilaku disfungsional. Rasa keingintahuan dan keinginan untuk bereksplorasi merupakan karakteristik
dari sensation seeking terutama bila dihubungkan dengan keinginan untuk mempelajari sesuatu. Namun, mastery sebagai salah satu mekanisme kognisi sosial dapat mengarahkan perilaku, sehingga menekan efek disfungsional sensation seeking. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah mastery dapat mengurangi efek disfungsional sensation seeking terhadap perilaku menyimpang di tempat kerja. Desain penelitian berbentuk kuantitatif. Data dikumpulkan dari 129 karyawan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian
membuktikan sensation seeking dapat memprediksi perilaku menyimpang di tempat kerja. Selain itu, analisis indirect effect membuktikan sensation seeking dapat memprediksi perilaku menyimpang di tempat kerja bila diekspresikan melalui mastery.
Workplace deviance tends to occur on people who had impulsivity. As a biological drive, sensation seeking was proposed as general drive which areassociated to impulsivity and dysfunctional behaviour. Sensation seeking usually characterized by curiousity and exploratory, whereas leads desire to learn aboutenvironment. Although, as a sociocognitive construct, mastery could lead behaviour, so that supress dysfunctional effect from sensation seeking. Thispresent study examined the effect of mastery in reducing dysfunctional effect from sensation seeking to workplace deviance. Using quantitave study, 129 employees completed questionnaires. Indirect effect analysis showed that sensation seeking directly predict workplace deviance and also indirectly predict workplace deviance when re-expressed through mastery."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45658
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Philadelphia : Elsevier Mosby, 2010
612 BER
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library