Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dinda Nisrina
"

Tingkat pengetahuan yang rendah mengenai aktivitas fisik akan menyebabkan ketidaksadaran terhadap pentingnya aktivitas fisik. Pentingnya meningkatkan kesadaran tentang pentingnya aktivitas fisik pada usia muda adalah agar dapat dijadikan kebiasaan baik yang akan dijadikan gaya hidup saat dewasa. Penelitian ini menyebarkan kuesioner kepada 300 murid di beberapa Sekolah di Jakarta untuk mengetahui tingkatan pengetahuan dan persepsi remaja terhadap aktivitas fisik. Tingkat pengetahuan mengenai aktivitas fisik pada remaja di Jakarta adalah baik (69.7%). Pola aktivitas murid menunjukan 49.3% remaja aktif dalam organisasi sekolah sedangkan 25.7% tidak aktif dalam sekolah. Ditemukan 36% responden yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga di sekolah dengan 44.7% dari remaja mengikuti ekstrakurikuler olahraga permainan seperti basket. 53.3% dari responden menggunakan transportasi pribadi dari dan kesekolah. Hanya 26.7% remaja melakukan aktivitas fisik sesuai rekomendasi kesehatan. Pengetahuan remaja Jakarta tingkat pendidikan menengah baik tingkat pertama dan mumum menunjukan pengetahuan aktivitas fisik yang baik. Dan Penelitian juga menyimpulkan pola aktivitas fisik pada remaja menunjukan tingginya partisipasi murid dalam olahraga permainan dan mayoritas remaja melakukan olahraga kurang dari yang direkomendasikan. Disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara tingkat pengetahuan mengenai aktivitas fisik dalam remaja dan karakteristik demografik.


The level of knowledge regarding physical activity would raise awareness on the benefits and importance of physical activity. It is important to promote physical activity from a young age, as it will result in habitual healthy lifestyle in adulthood. Questionnaires were distributed to 300 students in several school in Jakarta to describe the knowledge and perception level of adolescents. The overall level of knowledge on physical activity is good (69.7%). Pattern of activity in the respondents shows majority (49.3%) of the respondent active in school organization while 25.7% of them is not active at school. It is shown that 36% of the respondents is participating in sports extracurricular with a majority of sport games (44.7%). 53.3% of the total respondents use private transportation. The average time spent in watching TV and playing video game is 190.4 minutes while 117.88 minutes on exercising in a day. This research concluded that knowledge regarding physical activity of adolescents in Jakarta is good and the highest participation of students is in sport games such as basketball. Majority of adolescent shows having exercise less than recommended. There are no correlation between knowledge level and demographic characteristics among adolescents in Jakarta.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Jonatan
"Latar Belakang Pemenuhan nutrisi pada remaja sangat krusial. Gizi yang seimbang mampu memelihara tumbuh dan berkembang secara optimal serta index masa tubuh yang normal. Kesadaran akan diet sehat saat usia muda akan membangun kebiasaan baik yang dapat merubah gaya hidup hingga dewasa nanti.
Metode Penelitian ini dilakukan dengan metode potong lintang melalui pemberian kuesioner kepada murid di beberapa sekolah di Jakarta. Kuesioner diambil dari Survey Global Kesehatan Berbasis Sekolah tahun 2015. Ditujukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan persepsi remaja Jakarta terhadap diet sehat. Seluruh data terkumpul dianalisis menggunakan program SPSS.
Hasil Dari 390 responden, 79.3% responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang diet sehat. 47.9% dari responden dengan pengetahuan baik memiliki BMI normal, 37.9% underweight, dan sisanya overweight. Persepsi tentang membawa makanan ke sekolah, membeli jajanan dari pedagang pinggir jalan, dan konsumsi buah dan sayuran memiliki hubungan statistic (p=<0.05).
Kesimpulan Tingkat pengetahuan remaja tentang diet sehat adalah baik (73.9%). Sebagian besar remaja memiliki persepsi yang baik tentang diet sehat, dilihat melalui perilaku makan. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan BMI (p=0.0016) dan persepsi dan BMI (p=<0.05). Tingkat pengetahuan dan persepsi mungkin dipengaruhi oleh factor-faktor demografis, lingkungan, dan kebiasaan.

Background Proper nutrition intake during adolescence is crucial. Balanced diet could ensure ideal growth and development along with normal BMI. Awareness refinement toward a healthy diet during adolescence could build better habits and consequently, positive lifestyle changes.
Method This research is done by cross-sectional method through questionnaire distribution to selected schools in Jakarta. Questionnaire is adapted from Global School-based Student Health Survey 2015. It aims to assess knowledge level and perception toward healthy diet among adolescents and its relation to BMI. All the data collected is being analysed using SPSS.
Result From a total of 390 respondents, 79.3% respondents have overall good knowledge about healthy diet. From respondents who have good knowledge, 49.7% of respondents obtain normal BMI, 37.9% are underweight, and the remaining fall into the overweight category. Perceptions about bringing lunch to school, buying food from street vendors, and consumption of food and vegetables are statically relevant in explaining BMI (p=<0.05).
Conclusion Adolescence’ knowledge level about healthy diet is generally well perceived. Majority of the respondents have a good perception about a healthy diet that is being analysed through eating behaviour. There are statistically positive relations between knowledge and BMI (p=0.016), and perception and BMI (p=<0.05). Knowledge level and perception are influenced by several factors (demographic, media, environment, etc).
"
2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diandra Amandita
"Kelompok usia remaja memiliki insiden infeksi menular seksual (IMS) kedua tertinggi di dunia. Akuisisi IMS pada masa remaja memiliki konsekuensi kesehatan yang serius pada usia dewasa. Tingkat pengetahuan dan persepsi remaja Indonesia terhadap IMS memengaruhi risiko penularan IMS. Studi deskriptif-analitik cross sectional ini bertujuan untuk menyelidiki tingkat pengetahuan dan persepsi remaja Indonesia di Jakarta terhadap IMS dan mengidentifikasi faktor-faktor demografis yang terkait dengan mereka. Populasi yang diteliti adalah siswa berusia 10 hingga 19 tahun dari tiga tingkat pendidikan (Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan). Sebanyak 397 subjek dilibatkan dalam penelitian ini. Sumber utama informasi kesehatan reproduksi untuk populasi penelitian adalah sekolah atau guru (n=260/397). Mayoritas mendapat nilai buruk untuk pengetahuan IMS (93,20%) dan persepsi IMS (69,77%). Terdapat hubungan signifikan antara usia dan pengetahuan IMS (p=0,009), tingkat pendidikan dan pengetahuan IMS (p<0,001), usia dan persepsi IMS (p<0,001), dan tingkat pendidikan dan persepsi IMS (p<0,001). Tidak ada hubungan antara pengetahuan IMS dan persepsi IMS (p=0,944). Penelitian ini menyimpulkan bahwa remaja di Jakarta memiliki pengetahuan dan persepsi yang buruk terhadap IMS, yang mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor demografis. Sekolah memiliki peran penting dalam distribusi pengetahuan IMS dan pembentukan persepsi IMS di kalangan remaja Indonesia.

Adolescents have the second highest incidence of sexually transmitted infections (STIs) globally. STI acquisition in adolescence has serious health consequences in adulthood. The level of knowledge and perception of adolescents towards STI influence their acquisition risk. This cross sectional descriptive-analytical study aims to understand the level of knowledge and perception of adolescents in Jakarta towards STI and identifies associated demographic factors. The study population were students aged 10 to 19 years from three education levels (Junior High School, Senior High School, and Vocational High School). A total of 397 subjects were included in this study. The main source of reproductive health information for the study population was found to be school or teachers (n=260/397). The majority scored poorly for STI knowledge (93,20%) and STI perception (69,77%). There were significant associations between age and STI knowledge (p=0,009), education level and STI knowledge (p<0,001), age and STI perception (p<0,001), and education level and STI perception (p<0,001), with no association between STI knowledge and STI perception (p=0,944). This study concluded that adolescents in Jakarta have poor knowledge and perception towards STI, which may be influenced by demographic factors. The school is important in STI knowledge distribution and STI perception forming among Indonesian adolescents. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restika Hapsari
"Prevalensi obesitas pada remaja di Karawang lebih tinggi dibandingkan di antara kabupaten di Jawa Barat. Gaya hidup remaja yang tidak sehat di Karawang mengarah pada obesitas. Salah satu contoh gaya hidup yang tidak sehat adalah kurangnya latihan fisik. Remaja yang gemuk cenderung memiliki aktivitas fisik yang rendah dan berisiko mengalami tingkat obesitas yang lebih tinggi seiring bertambahnya usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi deskripsi aktivitas fisik pada remaja gemuk di Kabupaten Karawang. Penelitian deskriptif ini menggunakan desain cross sectional dengan 97 responden remaja dengan status gizi dianggap obesitas. Data diambil di sekolah menengah pertama dan menengah atas di Kabupaten Karawang. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah pengukuran tinggi menggunakan microtoise dan pengukuran berat menggunakan skala berat badan digital untuk menunjukkan Indeks Massa Tubuh (BMI). Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan dilanjutkan dengan menerapkan tabulasi data (crosstabb). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas remaja yang menderita obesitas adalah remaja pria dengan obesitas kelas 1. Sementara itu, remaja perempuan juga pasif dalam melakukan aktivitas fisik. Studi ini merekomendasikan bahwa sekolah perlu melakukan program manajemen obesitas yaitu promosi aktivitas fisik untuk menjadi intervensi berbasis sekolah.

The prevalence of obesity in adolescents in Karawang is higher than among districts in West Java. Unhealthy adolescent lifestyles in Karawang lead to obesity. One example of an unhealthy lifestyle is lack of physical exercise. Obese adolescents tend to have low physical activity and are at risk of experiencing higher levels of obesity with age. This study aims to identify the description of physical activity in obese adolescents in Karawang Regency. This descriptive study uses a cross sectional design with 97 teenage respondents with nutritional status considered obese. Data were collected at junior high and senior high schools in Karawang Regency. The method used in collecting data is height measurement using microtoise and weight measurement using a digital weight scale to show the Body Mass Index (BMI). The analysis carried out was univariate analysis and continued by applying data tabulation (crosstabb). The results showed that the majority of adolescents suffering from obesity were male adolescents with grade 1 obesity. Meanwhile, female adolescents were also passive in physical activity. This study recommends that schools need to conduct obesity management programs, namely the promotion of physical activity to become school-based interventions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabila Rusydina Fitri Imani
"Diabetes mellitus pada remaja terus meningkat selama beberapa tahun terakhir. Fenomena yang berbeda terjadi pada tingkat aktivitas fisik yang terus menurun selama hampir satu dekade terakhir. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai diabetes mellitus dengan aktivitas fisik pada remaja. Sejumlah 139 remaja SMA berusia 15-18 tahun menyelesaikan survey Diabetes Knowledge Questionnaire dan Physical Acitivity Questionnaire in Adolescents. Usia, jenis kelamin, riwayat diabetes mellitus, sumber informasi, serta perilaku sedentari juga diteliti sebagai faktor yang memengaruhi pengetahuan dan aktivitas fisik. Riwayat diabetes mellitus dan sumber informasi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat pengetahuan.
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan, usia, dan perilaku sedentari dengan aktivitas fisik. Namun, jenis kelamin memiliki hubungan yang signifikan dengan aktivitas fisik (p = 0,001). Tingkat pengetahuan dan aktivitas fisik masih rendah di kalangan remaja. Upaya preventif dan promotif terhadap remaja perlu ditingkatkan untuk mencegah risiko diabetes mellitus.

Diabetes mellitus in adolescents continues to increase over the last few years. Declining level of physical activity is also an on-going phenomenon for almost a decade. The aim of this study is to determine the association between levels of knowledge on diabetes mellitus and physical activity in adolescents. A number of 139 high school students aged 15-18 years completed the survey using the Diabetes Knowledge Questionnaire and Physical acitivity Questionnaire in Adolescents. Age, gender, history of diabetes mellitus, source of information, and sedentary behavior were also investigated as factors influencing knowledge and physical activity. History of diabetes mellitus and resources do not have a significant association with the level of knowledge.
The results also showed no correlation between the level of knowledge, age, and sedentary behaviors with physical activity. However, gender had a significant association with physical activity (p = 0.001). The level of knowledge and physical activity is still low among adolescents. Preventive and promotive efforts towards teenagers need to be improved to prevent the risk of diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Lisetyaningrum
"Pada kota-kota besar di Indonesia saat ini telah terjadi perubahan gaya hidup dan berdampak pada peningkatan risiko obesitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kebiasaan jajan, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik dengan indikator obesitas pada remaja SMA di Jakarta. Penelitian ini menggunakan jenis desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel 170 siswa SMA kelas 10 sampai 12 di Provinsi DKI Jakarta yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner online dan data diolah dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna pada kebiasaan jajan, kebiasaan makan dan aktivitas fisik dengan indikator obesitas pada remaja SMA di Jakarta (p > 0,05). Disarankan agar perawat tidak hanya memberikan pengetahuan saja tapi juga melakukan pendekatan untuk modifikasi perilaku dengan membiasakan konsumsi makanan yang sehat dan bergizi serta menerapkan gaya hidup yang sehat, dan melakukan konseling kepada remaja dengan obesitas untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri mereka.

In big cities in Indonesia there has been a change in lifestyle and have an impact on increasing the risk of obesity. This study was conducted to determine the relationship between snacking habits, eating habits, and physical activity with indicators of obesity in high school adolescents in Jakarta. This study uses a cross-sectional study design with a sample size of 170 student‟s grades 10 to 12 in DKI Jakarta Province selected by purposive sampling technique. Data collection uses an online questionnaire and data processed by chi-square test. The results showed that there was no association involving snacking habits, eating habits and physical activity with obesity indicators in high school adolescents in Jakarta (p>0.05). It is related that nurses not only provide knowledge but also conduct discussions for policy modification by familiarizing the
consumption of healthy and nutritious foods and implementing healthy lifestyles, and counseling adolescents with obesity to increase their self-confidence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfia Martviana
"Aktivitas fisik menjadi salah satu faktor utama penyebab noncomunicable disease. 80% remaja di dunia tahun 2016 memiliki tingkat aktivitas fisik rendah. Aktifitas fisik remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin, dukungan sosial, motivasi, dan urbanisasi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi aktivitas fisik remaja di Kota Depok dengan melibatkan 364 responden siswa sekolah menengah pertama dan menengah atas dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa remaja memiliki tingkat aktivitas fisik rendah (n=208; 57,1%), motivasi aktivitas fisik rendah n=188; 51,6%, dukungan aktivitas fisik rendah dari orang tua n=205; 56,3%, dan dukungan aktivitas fisik rendah dari teman sebaya n=203; 55,8%. Disimpulkan bahwa sebagian besar remaja Kota Depok memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah, sehingga perlu adanya promosi maupun intervensi aktivitas fisik yang tidak hanya diberikan kepada remaja saja melainkan juga pada lingkungan sosial remaja (keluarga, sekolah, dan teman sebaya).

Physical activity is one of the main factors causing non-communicable diseases. In the world, 80% of adolescents have low physical activity in 2016. Physical activity influenced by several factors, such as age, gender, social support, motivation, and urbanization. This study aimed to identify the physical activity of adolescents in Depok by involving 364 respondents of middle and high school students who used consecutive sampling techniques. The results of this study indicated that adolescents have low of physical activity n=208; 57,1%, low of physical activity motivation n=188; 51,6%, low of physical activity support from parents n=205; 56,3%, and low of physical activity supports from peers n=203; 55,8%. It concluded that the majority of adolescents in Depok have low physical activity. Thus, promotion or intervention of physical activities is given to adolescents but also and social environment of adolescents family, school, and peers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofwah Nur Athallah
"Zaman yang semakin maju menyebabkan perkembangan internet yang pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pengguna internet terutama di kalangan remaja. Remaja berada ditahap perkembangan menuju dewasa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan dan perilakunya jika tidak dapat menggunakan internet dengan bijak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan internet dengan pengetahuan seksualitas dan perilaku seksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional pada 413 remaja sesuai dengan kriteria inklusi melalui metode purposive sampling. Karakteristik responden pada penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, kepemilikan gadget, akses ke internet, penggunaan internet harian, media sosial yang digunakan, tempat untuk mengakses internet, mengakses konten seksual, dan tergabung kelompok terkait seksual di media sosial. Variabel independen pada penelitian ini yaitu pengunaan internet. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu pengetahuan seksualitas dan perilaku seksual pada remaja. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara akses ke internet, media sosial yang digunakan, dan tempat untuk mengakses internet dengan pengetahuan seksualitas (p-value < 0,05). Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara media sosial yang digunakan, mengakses konten seksual, tergabung kelompok terkait seksual di media sosial, dan penggunaan internet dengan perilaku seksual (p-value < 0,05). Peneliti menyarankan untuk mengawasi penggunaan internet pada remaja kepada orang tua, kemudian edukasi dan promosi oleh pelayanan kesehatan terkait pengetahuan seksualitas dan perilaku seksual.

The Internet has developed rapidly with the increasingly advanced age. This is evidenced by the increase in the number of Internet users, especially among teenagers. Adolescents are in the stage of development towards adulthood. Therefore, it may affect their knowledge and behavior if they cannot use the Internet wisely. This study aims to determine the relationship of Internet use with sexuality knowledge and sexual behavior. This study used a cross-sectional approach on 413 adolescents according to the inclusion criteria through purposive sampling method. The characteristics of the respondents in this study are age, gender, gadget ownership, internet access, daily internet usage, social media used, place of internet access, access to sexual content, and joining sexually related groups on social media. The independent variable in this study is Internet use. The dependent variable in this study is sexuality knowledge and sexual behavior among adolescents. The results showed a significant relationship between access to the internet, social media used, and place to access the internet with sexuality knowledge (p-value <0.05). In addition, the results also showed a significant relationship between social media used, accessing sexual content, joining sexually related groups on social media, and internet use with sexual behavior (p-value <0.05). Researchers suggest to supervise the use of internet in adolescents to parents, then education and promotion by health services related to sexuality knowledge and sexual behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muflih Wahid Hamid
"

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas fisik pada remaja di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Partisipan (N= 64) merupakan siswa sekolah menengah atas yang berusia 15 – 18 tahun. Penelitian dilakukan secara bertahap mencakup studi baseline pada tahap awal  dan dilanjutkan dengan intervensi. Teori yang digunakan adalah focus theory of normative conduct yang mengidentifikasi dua jenis norma yakni norma deskriptif dan norma injungtif. Berdasarkan hasil studi baseline ditemukan bahwa mayoritas remaja di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tergolong rendah dalam aktivitas fisik. Hal ini bisa dijelaskan dengan rendahnya norma deskriptif yang ada pada remaja tersebut. Penelitian ini dianalisi dengan One-way repeated measures ANOVA menggunakan bantuan SPSS 24 untuk melihat efektivitas pemberian umpan balik norma sosial yang diberikan setiap hari. Hasil intervensi mengindikasikan bahwa kelompok yang mendapatkan intervensi umpan balik pesan norma deskriptif+norma injungtif tercatat memiliki jumlah langkah kaki yang lebih banyak dibandingkan dengan kelompok yang hanya mendapatkan umpan balik pesan norma deskriptif dan kelompok kontrol (p < .05).   

 


This study aimed to increase the physical activity among adolescents in Pangkajene and Kepulauan Regency. The partisicpants (N = 64) were senior high school students age 15 – 18 years. This study was conducted gradually. The first stage was focused on baseline study then followed by intervention stage. Theory used for this study was the focus theory of normative conduct that identifies two norms, descriptive norm and injunctive norms. According to the baseline study result, it was found that the majority of adolescents in Pangkajene and Kepulauan Regency was classified low in terms of physical activity. This could be explained by the low of descriptive norms among them. This study was analyzed by One-way repeated measures ANOVA using SPSS 24 in order to see the effectiveness of daily social norms feedback. The intervention resulted that the group which had descriptive+injunctive norms was recorded higher in steps score compared to group that only recieved descriptive norm feedback and control group (p = .05)

 

"
2019
T53138
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaerul Nisa
"Tidur merupakan kebutuhan dasar agar tubuh dapat berfungsi dengan baik. Remaja merupakan salah satu kelompok umur yang sering mengalami masalah kualitas tidur buruk. Remaja rentan mengalami masalah kualitas tidur yang buruk karena penyesuaian berbagai faktor dan gaya hidup. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan munculnya risiko kesehatan baik fisik dan psikis serta terganggunya perkembangan kognitif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kualitas tidur dan hubungannya dengan durasi tatap layar, kecemasan, aktivitas fisik, dan kebiasaan tidur pada remaja di SMA Negeri 1 Kebumen tahun 2024. Studi ini menggunakan desain cross-sectional dengan responden sebanyak 304 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,6% responden memiliki kualitas tidur yang baik. Analisis bivariat yang dilakukan memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan (p-value < 0,001) dengan nilai OR 8,971 dan kebiasaan tidur (p-value < 0,001) dengan nilai OR 3,24 dengan kualitas tidur remaja. Kemudian dari analisis bivariat juga memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara durasi tatap layar dan aktivitas fisik dengan kualitas tidur remaja (p-value>0,05). Intervensi mengenai tips mengontrol kecemasan dan edukasi terkait kebiasaan tidur yang baik diharapkan dapat diterapkan di sekolah untuk meningkat kualitas tidur remaja.

Sleep is a basic need for the body to function properly. Adolescents are one of the age groups that often experience poor sleep quality problems. Adolescents are susceptible to poor sleep quality problems due to adjustments to various factors and lifestyles. Poor sleep quality can lead to physical and psychological health risks and disrupt cognitive development. This study was conducted to determine the picture of sleep quality and its relationship with screen time, anxiety, physical activity, and sleep hygiene in adolescents at SMA Negeri 1 Kebumen in 2024. This study used a cross-sectional design with 304 students as respondents. The results showed that 53,6% of respondents had good sleep quality. The bivariate analysis showed that there was a significant relationship between anxiety (p-value <0.001) with an OR value of 8.971 and sleep hygiene (p-value <0.001) with an OR value of 3.24 with adolescent sleep quality. Then the bivariate analysis also showed that there was no significant relationship between screen time and physical activity with adolescent sleep quality (p-value>0.05). Interventions regarding tips for controlling anxiety and education regarding good sleep hygiene are expected to be implemented in schools to improve the quality of adolescent sleep.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>