Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 224086 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kemal Akbar Suryoadji
"

Pendahuluan: Perilaku sedenter atau menetap pada pekerja dapat menyebabkan berbagai risiko penyakit yang mengganggu kegiatan sehari-hari. Salah satu uji yang dapat dilakukan dengan mudah dan fleksibel untuk menilai tingkat kebugaran seseorang adalah melalui uji jalan 6 menit yang ditunjukan berdasarkan persentase antara hasil dan prediksi uji jalan 6 menit.  Oleh karena itu, penelitian untuk mencari tahu hubungan antara jenis pekerjaan dan tingkat kebugaran perlu dilakukan sebagai pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah dilakukan, dalam hal ini dilakukan kepada petugas kebersihan luar UI Depok.

Metode: Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah potong lintang. Subjek merupakan petugas kebersihan Universitas Indonesia Depok. Jenis pekerjaan pada subjek terbagi menjadi lokasi, durasi, giliran waktu, dan cara kerja subjek yang diisi melalui kuisioner oleh subjek. Tingkat kebugaran subjek didapatkan berdasarkan persentase hasil dan prediksi uji jalan 6 menit yang dilakukan oleh peneliti sesuai pedoman dari ATS. Data tingkat kebugaran dan jenis pekerjaan dianalisis korelasinya dengan Uji Fisher.

Hasil: Sebaran jenis pekerjaan pada petugas kebersihan Universitas Indonesia Depok didapatkan berdasarkan lokasi 95,4% bekerja di outdoor, 1,8% bekerja di indoor dan outdoor, dan 2,8% bekerja di tempat yang tidak menentu. Berdasarkan durasi didapatkan 93,6% pekerja bekerja lebih dari 8 jam dan sebanyak 6,4% pekerja bekerja kurang dari 8 jam. Berdasakan giliran waktu kerja sebanyak 94,5% pekerja bekerja pada giliran waktu pagi, sebanyak 1,8% bekerja pada giliran waktu sore, dan sebanyak 3,7% bekerja pada waktu tidak menentu. Berdasarkan cara bekerjanya 100% pekerja bekerja secara fisik. Sebaran tingkat kebugaran melalui uji jalan 6 menit pada petugas kebersihan Universitas Indonesia Depok didapatkan sebanyak 1,83% pekerja tergolong bugar, sebanyak 2,75% pekerja tergolong tidak bugar, dan sebanyak 95,4% pekerja tergolong sangat tidak bugar. Hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat kebugaran melalui hasil uji jalan 6 menit pada petugas kebersihan UI Depok didapatkan pada hubungan tingkat kebugaran terhadap lokasi, durasi, dan waktu kerja menunjukan tidak adanya hubungan (p>0,05). Sedangkan pada korelasi antara tingkat kebugaran dengan cara bekerja tidak dapat dihubungkan karena cara bekerja pada subjek konstan.

Kesimpulan: Korelasi antara tingkat kebugaran dengan lokasi, durasi, dan waktu kerja tidak memiliki hubungan (p>0,05), serta tidak dapat dilakukan hubungan antara tingkat kebugaran dengan cara bekerja karena cara bekerja subjek bersifat konstan.


Introduction: Sedentary behavior in workers can cause various risks of illness that interfere with daily activities. One of the test that can be done easily and flexibly to assess a persons fitness level is through 6-minute walking test which is shown based on the percentage between the results and predictions of the distance. Therefore, research to find out the relationship between work type and fitness level needs to be done as new knowledge that has never been done before, in this case conducted to janitors of UI Depok.

Method: The design used in this study is cross-sectional. The subjects are janitors of the Universitas Indonesia Depok. The type of work of the subjects is divided into location, duration, shift time, and how the work of the subjects and its filled out through questionnaires by the subjects. The fitness level of the subjects was obtained based on the percentage of results and predictions of the 6-minute walking test conducted by the researchers according to the guidelines of ATS. Data on fitness level and type of work were analyzed by correlation with the Fisher Exact Test.

Results: The distribution of work types on subjects was obtained based on the location it was found that 95.4% working in outdoor, 1.8% working indoor and outdoor, and 2.8% working in uncertain places. Based on the duration, it was found that 93.6% of workers worked more than 8 hours and 6.4% of workers worked less than 8 hours. Based on work time 94.5% of workers work in the morning shift, 1.8% work in the afternoon shift, and as many as 3.7% works in uncertain times. Based on how it works 100% of workers work physically. The distribution of fitness levels through a 6-minute walk test on subjects was found as many as 1.83% of workers classified as fit, as many as 2.75% of workers were classified as unfit, and as many as 95.4% of workers were classified as very unfit. The relationship between the types of work with the fitness level through the results of the 6-minute walk test that the subjects were found in the relationship of fitness level to location, duration, and work time showed no relationship (p>0.05). Whereas the correlation between fitness level with how to work cannot be connected because the way to work on subjects was constant.

Conclusion: The correlation between fitness level with location, duration, and work time has no relationship (p>0.05), and there is no relationship between fitness level and work method because the subjects work method is constant.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neny Husnaini Zain
"Kesehatan tidak dapat dipisahkan dengan dengan asupan gizi yang kita konsumsi setiap hari. Seseorang dengan status gizi yang baik maka sejatinya juga memiliki kualitas kebugaran tubuh yang baik pula. Untuk menilai suatu kebugaran seseorang dapat menggunakan metode uji jalan 6 menit. Penelitian ini ingin mengetahui korelasi antara status gizi dengan tingkat kebugaran pada petugas kebersihan luar Universitas Indonesia yang merupakan rujukan data karena belum pernah dilakukan sebelumnya. penelitian ini menggunakan desain potong lintang dimana status gizi subjek didapatkan dari hasil perhitungan IMT dengan terlebih dahulu mengukur berat dan tinggi badan subjek. Tingkat kebugaran didapatka dengan perhitungan presentase hasil uji jalan 6 menit yang berupa jarak tempuh dan prediksi uji jalan 6 menit yang disesuaikan dengan pedoman ATS. Kemudian data status gizi dan tingkat kebugaran dianalisis korelasinya dengan uji kruskall wallis. Hubungan antara status gizi dengan tingkat kebugaran pegawai nonstaf Universitas Indonesia Depok tidak memiliki korelasi (P >0,05).

The health of one’s body is inseparable from the nutrition we consume each day. A person with a good nutritional status would make a good quality of life and a fit body. Physical fitness can be measured using The 6 Minute Walking Test. This study investigates the correlation between nutritional status and the fitness level of the cleaners in Universitas Indonesia which is a reference data since the study has not been conducted before. This study used a cross-sectional method, in which the subjects’ nutritional status wass acquired by the calculation of IMT after taking the data of the subjects’ body weight and height. The fitness level was calculated from the percentage of the result from The 6 Minute Walking Test and the prediction value of The 6 Minute Walking Test according to the guidelines from ATS. Furthermore, the correlation between the data of the nutritional status and the fitness level were analyzed using Kruskal Wallis Test. There was no significant correlation between the nutritional status and the fitness level of the Non-Staff Employees at Universitas Indonesia Depok (P >0,05)"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakina asha Siva utami
"Pendahuluan: Latihan fisik merupakan salah satu cara untuk mencapai kebugaran fisik. Namun, 25,4% penduduk Jawa Barat termasuk dalam kategori kurang aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran karakteristik latihan fisik dan tingkat kebugaran pegawai kebersihan luar gedung UI di Depok, serta mencari hubungan antara rutinitas dan tingkat latihan fisik terhadap tingkat kebugaran. Metode: Desain penelitian yang digunakan ialah potong lintang. Subjek dipilih menggunakan metode consecutive sampling (n=102). Data yang dikumpulkan ialah rutinitas dan tingkat latihan fisik, hasil uji arus puncak ekspirasi, serta tingkat kebugaran yang diketahui dari hasil uji jalan 6-menit. Data rutinitas dan tingkat latihan fisik dan tingkat kebugaran dianalisis korelasinya dengan uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis. Hasil: Dari 102 subjek, diketahui bahwa 90,2% memiliki rutinitas latihan fisik sesuai dengan rekomendasi American Heart Association (AHA), serta 66,7% memiliki tingkat latihan fisik yang sedang berdasarkan IPAQ Scoring Protocols. Akan tetapi, subjek yang bugar hanya sebanyak 2%. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan p = 0,503 untuk variabel rutinitas latihan fisik dan hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan p = 0,523 untuk variabel tingkat latihan fisik. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rutinitas maupun tingkat latihan fisik dengan tingkat kebugaran pegawai kebersihan luar gedung UI, Depok.

Introduction: Physical exercise is one way to achieve physical fitness. However, 25.4% of the population of West Java is in the less active category. This study aims to determine the distribution of physical exercise characteristics and fitness levels of janitors in UI Depok and to find the relationship the two. Methods: The research design used is cross-sectional. Subjects were selected using the consecutive sampling method (n = 102). Data collected in this study were physical exercise routine, physical exercise level, result of expiratory peak flow test, and fitness level measured using 6-minute walking test. Data were analyzed for correlation with the Mann-Whitney and Kruskal-Wallis test. Results: From 102 subjects, 90.2% have physical exercise routine correspond the recommendations of the American Heart Association (AHA), and 66.7% have a moderate level of physical exercise based on IPAQ Scoring Protocols. However, only 2% of subjects have adequate fitness level. The Mann-Whitney test result showed p = 0.503 for physical exercise routine variables, and the Kruskal-Wallis test result showed p = 0.523 for physical exercise level variables. Conclusion: There is no significant relationship between physical exercise level or routine with the fitness level of janitors in UI, Depok."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilma Nur Faiza
"Pendahuluan: Merokok dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan, termasuk penurunan kapasitas fungsional kardiorespirasi yang akan menurunkan kebugaran fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas merokok terhadap tingkat kebugaran yang diukur dengan metode uji jalan 6 menit. Metode: metode penelitian yang digunakan adalah potong lintang. Subjek dipilih dengan metode consecutive sampling (n=103). Data yang dikumpulkan adalah aktivitas merokok, hasil jarak uji jalan 6 menit, serta status kardiorespirasi sebelum dan sesudah uji jalan. Analisis data pada penelitian ini adalah univariat untuk menilai distribusi subjek berdasarkan karakteristik sosiodemografi dan aktivitas merokok, serta uji korelatif kategorik Kruskal-wallis. Hasil: dari 103 subjek didapatkan mayoritas petugas kebersihan kampus UI Depok adalah laki-laki (53,4%), usia 40-49 tahun (33%), serta mayoritas adalah bukan perokok (55,3%). Berdasarkan aktivitas merokok, 35% perokok dengan IB ringan, 9,7% perokok dengan IB sedang, dan 55,3% bukan perokok. Pada subjek perokok, mayoritas adalah laki-laki (80%), usia 20-29 tahun (78,9%), mengonsumsi rata-rata 10 batang rokok perhari, dengan lama merokok rata-rata 13 tahun. Berdasarkan uji korelasi Kruskal-wallis antara intensitas merokok dengan tingkat kebugaran memiliki nilai p value 0,681. Kesimpulan: Tidak ada hubungan bermakna antara intensitas merokok dengan tingkat kebugaran yang diukur dengan metode uji jalan 6 menit pada petugas kebersihan kampus UI Depok.

Introduction: Smoking is one of the risk factor of health problems, including cardiorespiratory function. This study aims to determine the relationship between smoking intensity based on the Brinkman index and fitness level measured by 6 minutes walking test. Method: the method used was a cross-sectional study. The subject was chosen through consecutive sampling methods (n=103). Data analysis used in this study was a univariate test to see the distribution of the social demography and the characteristic of smoking activity, and the Kruskal-wallis test for assessing the relationships between variables. Result: from 103 subjects, the janitors were dominated by male (53.4%), aged 40-49 years (33%), and non-smoker (55.3%). Based on the Brinkman index, the result showed 35% smokers with mild BI, 9.7% smokers with moderate BI, and 55.3% are non-smokers. Furthermore, the smokers were dominated by male (80%), aged 20-29 years (78.9%), consumed approximately 10 cigarettes per day, and the average of smoking duration is 13 years. Based on the Kruskal-wallis test to assess the relationship between those two variables, the p value was 0.68. Conclusion: There is no significant relationship between smoking intensity and physical fitness measured by 6 minutes walking test on janitors of Universitas Indonesia Depok."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinasha Siva Utami
"Pendahuluan: Latihan fisik merupakan salah satu cara untuk mencapai kebugaran fisik. Namun, 25,4% penduduk Jawa Barat termasuk dalam kategori kurang aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran karakteristik latihan fisik dan tingkat kebugaran pegawai kebersihan luar gedung UI di Depok, serta mencari hubungan antara rutinitas dan tingkat latihan fisik terhadap tingkat kebugaran. Metode: Desain penelitian yang digunakan ialah potong lintang. Subjek dipilih menggunakan metode consecutive sampling (n=102). Data yang dikumpulkan ialah rutinitas dan tingkat latihan fisik, hasil uji arus puncak ekspirasi, serta tingkat kebugaran yang diketahui dari hasil uji jalan 6-menit. Data rutinitas dan tingkat latihan fisik dan tingkat kebugaran dianalisis korelasinya dengan uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis. Hasil: Dari 102 subjek, diketahui bahwa 90,2% memiliki rutinitas latihan fisik sesuai dengan rekomendasi American Heart Association (AHA), serta 66,7% memiliki tingkat latihan fisik yang sedang berdasarkan IPAQ Scoring Protocols. Akan tetapi, subjek yang bugar hanya sebanyak 2%. Hasil uji korelasi Mann-Whitney menunjukkan p = 0,503 untuk variabel rutinitas latihan fisik dan hasil uji korelasi Kruskal-Wallis menunjukkan p = 0,523 untuk variabel tingkat latihan fisik. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rutinitas maupun tingkat latihan fisik dengan tingkat kebugaran pegawai kebersihan luar gedung UI, Depok.

Introduction: Physical exercise is one way to achieve physical fitness. However, 25.4% of the population of West Java is in the less active category. This study aims to determine the distribution of physical exercise characteristics and fitness levels of janitors in UI Depok and to find the relationship the two. Methods: The research design used is cross-sectional. Subjects were selected using the consecutive sampling method (n = 102). Data collected in this study were physical exercise routine, physical exercise level, result of expiratory peak flow test, and fitness level measured using 6-minute walking test. Data were analyzed for correlation with the Mann-Whitney and Kruskal-Wallis test. Results: From 102 subjects, 90.2% have physical exercise routine correspond the recommendations of the American Heart Association (AHA), and 66.7% have a moderate level of physical exercise based on IPAQ Scoring Protocols. However, only 2% of subjects have adequate fitness level. The Mann-Whitney test result showed p = 0.503 for physical exercise routine variables, and the Kruskal-Wallis test result showed p = 0.523 for physical exercise level variables. Conclusion: There is no significant relationship between physical exercise level or routine with the fitness level of janitors in UI, Depok."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Pratiwi
"Pengukuran VO2max secara langsung merupakan pengukuran terbaik kebugaran kardiorespiratori tetapi metode ini tidak efisien, perlu keakhlian dan ruang laboratorium khusus, serta melelahkan. Pengukuran VO2max submaksimal dinilai lebih mudah, sederhana, tidak melelahkan, dan tanpa risiko. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengukuran lain yang lebih sederhana namun akurat dalam mengukur VO2max dengan Bruce Treadmill Test sebagai acuan. Dilaksanakan pada bulan April 2019 dengan responden 32 mahasiswi tingkat 1 Program Studi S1 Gizi Universitas Indonesia, penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Variabel dependen yang diukur adalah VO2maxBruce, sementara variabel independen meliputi VO2maxQCST, VO2maxRFWTKline, dan VO2maxRFWTDolgener. Hasil penelitian menunjukkan bahwa VO2maxQCST, VO2maxRFWTDolgener, VO2maxRFWTKline berturut-turut memiliki nilai koefisien validitas (-0,15), (0,17) dan (0,19). VO2maxQCST yang tidak valid dapat disebabkan karena ketidaksesuaian tinggi balok kayu dengan panjang tungkai orang Indonesia. Hasil lain, VO2maxRFWTDolgener memiliki selisih rata-rata dengan VO2maxBruce lebih sedikit dibandingkan dengan VO2maxRFWTKline.

The direct measurement method of VO2max is the best one of cardiorespiratory fitness, but the method is inefficient, tiring subject, requires an expertise and a special laboratory space. Other method, a submaximal one, is considered easier, simpler, not tiring, and without risk. This study aims to prove the existence of other measurements that are simpler but still accurate in measuring VO2max with Bruce Treadmill Test as a reference. Conducted in April 2019 with respondents of 32 freshmen female students of the Undergraduate Program in Nutrition of Universitas Indonesia, this study used a cross sectional study design. The dependent variable measured was VO2maxBruce, while the independent variables included were VO2maxQCST, VO2maxRFWTKline, and VO2maxRFWTDolgener. The results showed that VO2maxQCST, VO2maxRFWTDolgener, and VO2maxRFWTKline respectively had validity coefficient values (-0.15), (0.17), and (0.19). Invalid VO2maxQCST can be due to incompatibility between height of wooden block and Indonesian limb length. Another result, VO2maxRFWTDolgener has smaller mean difference with VO2maxBruce compared to VO2maxRFWTKline."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Notario Besri
"Studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara depresi dan kebiasaan merokok. Prevalensi perokok Indonesia cukup besar, 34,2% untuk perokok usia lebih dari 15 tahun dan 32,8% dari total perokok berusia 20 ? 24 tahun. Penelitian bertujuan untuk mencari hubungan antara tingkat depresi dan kebiasaan merokok pada kelompok umur mahasiswa yang rentan mengalami depresi. Desain penelitian cross-sectional dengan sampel 97 mahasiswa Universitas Indonesia dengan cara convenient sampling. Tingkat depresi ditentukan dengan kuisioner Beck Depression Inventory. Tingkat kebiasaan merokok ditentukan dari rata-rata jumlah rokok yang dikonsumsi per hari.
Hasil didapatkan 38,1% dari total responden responden perokok ringan, 40,2% perokok sedang, dan 21,6% perokok berat. Prevalensi depresi 21,6%, di antaranya 17,5% dari total responden mengalami depresi ringan, 3,1% mengalami depresi sedang hingga berat, dan 1% mengalami depresi berat.
Pada uji chi-square, didapatkan nilai p = 0,608 (CI 95%), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara depresi dan tingkat kebiasaan merokok pada mahasiswa. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian serupa yang menunjukkan adanya hubungan antara depresi dan kebiasaan merokok. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan random sampling, penggunaan metode lain untuk menentukan tingkat depresi dan kebiasaan merokok, dan penggalian faktor lain yang dapat memicu terjadinya depresi.

Study shown that there is a relationship of depression and smoking habit. Indonesia has high prevalence of smokers, 34.2% among > 15 years old smokers and 32.8% of them are 20 ? 24 years old. This research aim to find relationship between level of depression and smoking habit among college students. It is cross-sectional study and the samples are 97 college students of University of Indonesia by convenient sampling. Level of depression is measured by Beck Depression Inventory questionnaire and smoking habit is measured by average of cigarrettes consumed daily.
The results are 38.1% of total respondents are light smokers, 40.2% are moderate smokers, and 21.6% are heavy smokers. Prevalence of depression is 21.6%, of whom 17.5% of total respondents have a mild-moderate depression, 3.1% have a moderate-severe depression, and 1% has severe depression.
By Chi-square analysis, p value is 0.608 (CI 95%) and it is concluded that there is no relationship between depression and smoking habit among college students. Similar researches show that there is a relationship of depression and smoking habit. Further research needs to be conducted by random sampling, using other methods to determine level of depression and smoking habit, and seeking other factors causing depression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiati Laksmitasari
"ABSTRAK
Tesis ini disusun untuk mengetahui apakah uji jalan dua menit dapat digunakan sebagai alternatif uji kebugaran kardiorespirasi pada anak dengan cerebral palsy atau palsi serebral ambulatori. Penelitian menggunakan desain potong lintang. Subjek anak dengan palsi serebral ambulatori diminta untuk melakukan uji jalan dua menit dan uji jalan enam menit pada hari yang berbeda. Analisis statistik dilakukan untuk menilai korelasi antara jarak tempuh uji jalan dua menit dan jarak tempuh uji jalan enam menit. Hasil penelitian menyatakan bahwa uji jalan dua menit dan uji jalan enam menit mampu laksana pada anak dengan palsi serebral ambulatori, dengan penyesuaian khusus dalam teknis pelaksanaan. Rerata jarak tempuh uji jalan dua menit dan uji jalan enam menit masing-masing sebesar 47,87 + 28,54 m dan 134,33 + 80,27 m. Jarak tempuh uji jalan dua menit dan jarak tempuh uji jalan enam menit berkorelasi secara signifikan dengan tingkat korelasi yang sangat kuat (r = 0,920). Maka, uji jalan dua menit dapat dipertimbangkan sebagai alternatif uji kebugaran kardiorespirasi pada anak dengan palsi serebral ambulatori. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai validitas dan reliabilitas uji jalan dua menit subjek tersebut.

ABSTRACT
This thesis was aimed to know whether two-minute walking test can be used as an alternative to cardiorespiratory fitness tests in children with ambulatory cerebral palsy (CP). The design was cross sectional. Children with ambulatory CP performed two-minute walking test and six-minute walking test on different days. Statistical analysis was performed to assess the correlation between the two-minute walking distance and the six-minute walking distance. The results stated that the two-minute walking test and the six-minute walking test were feasible for children with ambulatory CP, provided that some modifications were made in procedures. The meanof the two-minute walking distance and the six-minute walking distancewere 47.87 + 28.54 m and 134.33 + 80.27 m respectively.There issignificant correlation between two-minute walking distance and six-minute walking distance with very strong level (r = 0.920). Thus, two-minute walking test can be considered as an alternative to cardiorespiratory fitness tests in children with ambulatory CP. Further research is needed to test the validity and reliability of the two-minute walking test."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Lesmana Putra
"Kecemasan adalah perasaan subjektif seperti rasa waswas, takut, atau antisipasi dan terdapat kewaspadaan dan sikap menghindar dari keadaan yang membuat cemas. Cemas merupakan respon psikologis primer terhadap stress. Kebiasaan merokok sendiri merupakan kegiatan yang menjadi salah satu faktor risiko penyakit mematikan tertinggi di dunia dan mempunyai efek terhadap berbagai sistem di tubuh. Kecemasan dan kebiasaan merokok memiliki hubungan timbal balik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kecemasan dengan tingkat kebiasaan merokok. Penelitian dilakukan pada mahasiswa di Universitas Indonesia, Depok pada bulan Juni 2013 hingga bulan Juli 2013.
Penelitian dilakukan dengan disain crosss-sectional. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada mahasiswa yang telah setuju mengikuti penelitian. Jumlah subyek penelitian adalah 97 mahasiswa. Kuesioner berisi pertanyaan mengenai kebiasaan merokok mahasiswa, dan Zung?s Self Rating Anxiety Scale.
Hasil penelitian menunjukkan 53% mahasiswa memiliki kecemasan dan 53% mahasiswa merupakan perokok berat. Analisis bivariat terhadap kecemasan dan tingkat kebiasaan merokok subyek menunjukkan hasil p=0,983. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara antara tingkat kebiasaan merokok dan cemas. Meskipun demikian, masih perlu dilakukan penelitian lanjutan mengingat lebih dari setengah responden memiliki kecemasan.

Anxiety is a subjective feeling like anxious, afraid or anticipation for situation that make anxious. Smoking is one risk factor for deadly disease and has effect on many different systems in our body. Anxiety and smoking have a connection. This research is conducted to find out whether there is a connection between smoking and anxiety. This research was conducted on university of Indonesia?s students in June to July 2013.
This research design's is cross-sectional. The data is gathered by giving approved students a questionnaire which they would fill in. The number of subjects of this research is 97. The questionnaire is filled with question about students smoking behavior and Zung?s Self Rating Anxiety Scale.
The results shows that 53% students had anxiety and 53% students was a heavy smoker. The bivariat analyst between anxiety and students smoking behavior showed p=0,983. The score showed that there is no relationship between anxiety and the smoking heavyness. Nevertheless, further research need to be conducted because more than half respondent have anxiety.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Onna G.P
"Latar Belakang: Dari data SIRS,2010 pasien kanker payudara terbanyak di rawat inap maupun rawat jalan di seluruh RS di Indonesia yakni 28,7 dari seluruh kanker. Efek samping kemoterapi dapat menurunkan kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dampak pengobatan kemoterapi terhadap perubahan kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien kanker payudara stadium I sampai III.
Metode: Desain pre dan post-test. Data diambil sebelum subjek mendapat protokol kemoterapi pertama dan setelah kemoterapi adjuvant ke-3. Kapasitas fungsional dinilai dengan uji jalan 6 menit dan kualitas hidup dinilai dengan EORTC QLQ C-30. Penelitian pada 30 subjek yang didapat secara konsekutif dan memenuhi kriteria penelitian. Data demografis dan klinis pasien dikumpulkan dan dicatat.
Hasil: Dari 30 subjek, terdapat 26 subjek 86,7 mengalami penurunan rerata score uji jalan 6 menit setelah kemoterapi adjuvant ke-3 dibandingkan sebelum pengobatan kemoterapi. Terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai p le;0,05. Hasil score EORTC QLQ C-30 pada domain skala fungsi dan kualitas hidup secara global, didapatkan score rerata yang menurun pada semua fungsi setelah kemoterapi adjuvant ke-3 dibandingkan sebelum kemoterapi pada semua subjek. Perbedaan bermakna terdapat pada skala fungsi sosial p le;0,05 . Pada skala gejala terdapat peningkatan rerata score tiap gejala setelah kemoterapi adjuvant ke-3 dibandingkan sebelum kemoterapi pada semua subjek. Perbedaan bermakna terdapat pada gejala fatique, mual-muntah, dan penurunan nafsu makan p le;0,05.
Kesimpulan: Terdapat penurunan kapasitas fungsional dan kualitas hidup pada pasien kanker payudara setelah mendapat kemoterapi adjuvant ke-3 akibat efek samping pengobatan kemoterapi.

Background: SIRS data from 2010 breast cancer patients most in inpatient and outpatient care in all hospitals in Indonesia, namely 28.7 of all cancers. The side effects of chemotherapy can decrease the functional capacity and quality of life of patients. The purpose of this study Identify the impact of chemotherapy treatment in functional capacity and quality of life in patients with stage I III breast cancer.
Methods: Pre and post test design. Data was taken before the subject had the first chemotherapy protocols and after third adjuvant chemotherapy. Functional capacity was assessed with the 6 minute walking test and quality of life was assessed with the EORTC QLQ C 30. This study was conducted on 30 subjects with consecutive sampling and met the criteria of this study. Demographic and clinical patient data were collected and recorded.
Results: Among 30 subjects, 26 subjects 86.7 experienced decline in six minute walking test score after third adjuvant chemotherapy compare to prior chemotherapy treatment. There were significant differences in functional capacity before and after third chemotherapy adjuvant p le 0,05. There were decrease in mean score of all functions in EORTC QLQ C 30 score on functional domain scale and global quality of life in all subject after third adjuvant chemotherapy compared to prior chemotherapy treatment. Significant differences was found in social functioning scale p le 0,05 . On symptoms scale, there were increase in average score of each symptoms after third adjuvant chemotherapy in all subject compare to prior chemotherapy treatment. Significant differences was found in symptoms of fatigue, nausea, vomiting, and decreased appetite p le 0,05.
Conclusion: There are decrease in functional capacity and quality of life in breast cancer patients after third adjuvant chemotherapy due to side effects of chemotherapy treatment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>