"Kegiatan belajar di perguruan tinggi tentu berbeda dengan jenjang pendidikan sebelumnya. Pada tingkatan ini, seorang individu dituntut untuk mandiri baik secara finansial maupun emosional (Papalia & Olds, 1992). Inilah yang tak sedikit memotivasi mahasiswa untuk kuliah sekaligus bekerja, apalagi untuk mereka yang sudah berkeluarga. Mahasiswa yang kuliah sekaligus bekerja mempunyai waktu yang lebih singkat untuk belajar dan menyeimbangkan aspek-aspek dalam kehidupannya. Karena ketika ia kuliah sekaligus bekerja ada sisi positif dan negatif yang akan ia alami.
Menurut Santrock (1990), ketika seorang mahasiswa sekaligus bekerja, sisi negatif yang akan ia alami adalah bahwa ia akan mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan tuntutan kuliah dan kerja. Namun sisi positifnya menurut Greenberger dan Steinberg (dalam Santrock, 1990) ketika seorang mahasiswa kuliah sekaligus bekerja ia akan mempunyai pemahaman lebih mengenai dunia kerja, cara memperoleh dan mempertahankan pekerjaan dan cara mengatur uang. Selain itu juga membantu mengalokasikan waktu dan kebanggaan terhadap hasil dan evaluasi.
Mahasiswa yang dapat mengelola waktu dengan baik menurut penelitian Macan, dkk (1990) memiliki perfoma yang lebih baik hasilnya, dan kepuasan kerja, tidak bingung dalam menjalankan peran dan dapat mengurangi beban kerja, sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan termasuk dalam penyelesaian tugas kuliah.
Menurut Macan, dkk (1990) , ketika seorang mahasiswa tidak dapat mengatur waktu, hal itu adalah penyebab rendahnya prestasi belajar karena ia sulit membagi waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas kuliah, istirahat, olah raga dan mengerjakan tugas kantor. Jadi terlihat manajemen waktu punya peran penting dalam hal ini. Dengan adanya manajemen waktu yang baik diharapkan seorang mahasiswa bekerja menjadi lebih baik terhadap komitmen tugasnya (Task Involved).
Penelitian ini berusaha mengungkap hubungan antara manajemen waktu beserta keempat aspeknya yaitu perencanaan, prioritas, delegasi dan disiplin diri dengan lamanya waktu digunakan untuk bekerja dan hubungan antara manajemen waktu beserta keempat aspeknya dengan komitmen terhadap tugas. Alat pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Time Problems Inventory yang diadaptasi dari alat ukur pemanfaatan waktu Albert. A. Canfield (1987), 2) sedangkan untuk mengukur orientasi gol digunakan alat ukur orientasi belajar dari teori Ames & Archer (1988). Jenis pemilihan sampel dalam penelitian ini purposive sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Pengambilan data dilakukan secara massal dengan sampel sejumlah 51 orang bertempat di Gedung D lantai 2 mang 201-202 pada saat ujian Diagnostik IV sekitar pukul 18.30 WIB.
Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah 1) tidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen waktu dengan perencanaan, prioritas, disiplin diri dan manajemen waktu dengan lamanya waktu digunakan untuk bekerja, 2) ada hubungan negatif dan signifikan antara aspek delegasi dengan lamanya waktu digunakan untuk bekerja, 3) ada hubungan yang negatif dan signifikan antara aspek perencanaan, prioritas dalam manajemen waktu dan manajemen waktu itu sendiri dengan komitmen terhadap tugas, 4 ) tidak ada hubungan yang signifikan antara aspek delegasi dan disiplin diri dalam manajemen waktu dengan komitmen terhadap tugas 5) tidak ada hubungan yang signifikan antara manajemen waktu dengan keempat aspeknya dengan komitmen terhadap ego. Sebagai hasil tambahan, dari penelitian ini ternyata didapat 1) tidak ada perbedaan dalam manajemen waktu beserta keempat aspeknya dengan tingkat semester, 2) tidak ada perbedaan dalam aspek perencanaan dan prioritas dalam manajamen waktu antara pria dan wanita.
Penulis beralasan bahwa dalam penelitian ini ada variabel-variabel ternyata tidak berhubungan dikarenakan, 1) jumlah sampel yang kurang variatif sehingga penelitian kurang tajam mengungkap perbedaan yang ada, 2) jumlah item yang kurang banyak sehingga kurang dalam mengungkap variabel yang hendak diukur, 3) adanya variabel tertentu dalam hal ini panjang waktu bekeija yang tidak dikontrol.
Saran-saran yang diajukan dalam penelitian ini berkenaan dengan 1) jumlah sampel yang harus diperbanyak, 2) jumlah item yang juga harus diperbanyak, menghindari uji coba terpakai, 3) ada batas waktu kritis dalam kemampuan manajemen waktu dalam hal ini 20 jam per minggu."