Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186194 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhyiddin
"Pandemi Covid-19 melanda dunia, dan Indonesia termasuk di dalamnya. Indonesia berjuang melawan Covid-19 dengan memodifikasi kebijakan karantina wilayah (lockdown) menjadi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang bersifat lokal sesuai tingkat keparahan di wilayah provinsi, kabupaten, atau kota. Selama masa pandemi ini, perekonomian dunia dan Indonesia mengalami pelambatan. Pemerintah dan lembaga kajian strategis memprediksi Indonesia tumbuh rendah atau bahkan negatif di tahun 2020. Untuk itu, Pemerintah berupaya mengagendakan kebijakan Normal Baru agar dampak ekonomi akibat pandemi tidak sampai menimbulkan krisis yang berkepanjangan. Kebijakan ini berhubungan dengan perencanaan pembangunan dimana Pemerintah sudah menetapkan program, target, dan major projects di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Pemerintah perlu melakukan penelaahan kembali terhadap rencana jangka menengah mengingat pada tahun 2020 semua program dilakukan pengalihan fokus untuk penanganan Covid-19. Pemerintah mempunyai 3 alternatif dalam perencanaan jangka menengah, apakah tetap dengan rencana semula, melakukan revisi moderat, atau mengganti dengan rencana yang baru dengan mendasarkan asumsi yang sudah diperbaharui dengan datangnya pandemi Covid-19 dan dampak ekonomi yang mengiringinya."
Jakarta: Badan Perencanaan PembangunaN Nasional (BAPPENAS), 2020
330 JPP 4:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dias Yudhistira
"Penelitian ini membahas bagaimana aspek implementasi dari kebijakan pembatasan jarak fisik melalui PSBB selama pandemi COVID-19 di Kota Bogor yang kemudian direformulasi kembali pada implementasi kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Mikro dan Komunitas (PSBMK). Adapun, perspektif teoritis yang digunakan bersumber pada pandangan dari Majone & Wildavsky (1978) yang mengartikan implementasi sebagai proses di mana program-program terus dibentuk dan didefinisikan ulang. Selain itu, turut dirujuk pendapat dari Grindle (1980) yang menyatakan terdapat dua aspek utama di dalam menentukan derajat keberhasilan dari sebuah implementasi kebijakan antara lain; konten atau isi kebijakan dan konteks implementasi. Dalam menghimpun data, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan didukung oleh data primer yang bersumber dari proses wawancara mendalam terhadap narasumber serta data sekunder. Hasil penelitian ini pun menunjukkan bahwa konsep implementasi yang dikemukakan oleh Majone & Wildavsky (1978) dan Grindle (1980) relevan dengan temuan yang ada. Di mana kebijakan mengalami reformulasi dan dibentuk kembali selama tahap pengimplementasian. Hal itu dibuktikan dari pengambilan keputusan pemkot Bogor untuk menerapkan kebijakan PSBMK di Kota Bogor di samping memiliki tujuan dan derajat perubahan yang sama juga lebih menyesuaikan dengan konteks kondisi di Kota Bogor ketimbang melanjutkan kebijakan PSBB yang memberikan dampak besar terutama pada sektor ekonomi. Keberhasilan PSBMK juga dapat dibuktikan dari model analisis Grindle (1980) antara isi kebijakan dan konteks implementasinya, hingga mengubah status Kota Bogor dari zona merah ke zona oranye dalam waktu sepuluh hari.

This research discusses the implementation aspect of the policy of physical distancing through PSBB during the COVID-19 pandemic in Bogor City which was then reformulated into the implementation of the Micro and Community Scale Social Restrictions (PSBMK) policy. Meanwhile, the theoretical perspective used stems from the view of Majone & Wildavsky (1978) which defines implementation as a process in which programs are continuously shaped and redefined. In addition, the opinion of Grindle (1980) is also referred to, which states that there are two main aspects in determining the degree of success of a policy implementation, among others; content or contents of the policy and implementation context. In collecting data, this study uses qualitative methods supported by primary data which originates from in-depth interviews with informants as well as secondary data which includes books, journal articles and other scientific documents. The results of this study also show that the implementation concept put forward by Majone & Wildavsky (1978) and Grindle (1980) is relevant to the existing findings. Where the policy undergoes reformulation and is reshaped during the implementation stage. This is evidenced by the decision made by the Bogor City Government to implement the PSBMK policy in Bogor City. Apart from having the same goals and degree of change, it is also more adapted to the context of conditions in Bogor City, rather than continuing the PSBB policy which has a major impact, especially on the economic sector. The success of PSBMK can also be proven from Grindle's (1980) analysis model between the content of the policy and the context of its implementation, to changing the status of Bogor City from the red zone to the orange zone within ten days."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Clarissa Ghani
"Skripsi ini membahas persepsi dan motivasi masyarakat dewasa muda serta perilaku physical distancing mereka saat beraktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi kerentanan dan keparahan mereka terhadap COVID-19, bagaimana motivasi personal dan motivasi sosial mereka dalam melakukan physical distancing, serta bagaimana praktik perilaku physical distancing yang dilakukan mereka. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menggunakan metode Rapid Assessment Procedure (RAP) dengan melakukan wawancara mendalam dan penelusuran melalui media sosial terhadap 9 informan yang merupakan masyarakat dewasa muda, serta wawancara mendalam terhadap orang terdekat seperti keluarga, sahabat, atau kekasih dari informan. Hasil penelitian mendapatkan masyarakat dewasa muda belum mempraktikkan perilaku physical distancing dengan baik terhadap orang terdekat karena mereka memiliki persepsi kerentanan terhadap COVID-19 yang lemah serta motivasi personal dan sosial yang rendah dalam melakukan physical distancing dengan orang terdekat. Namun, mereka melakukan physical distancing terhadap orang asing karena mereka memiliki persepsi keparahan terhadap COVID-19 yang kuat serta motivasi personal dan sosial yang tinggi dalam melakukan physical distancing dengan orang yang tidak dikenal. Oleh sebab itu, perlu dilakukan edukasi dan intervensi untuk meningkatkan perilaku physical distancing.

This thesis discusses young adults’ perception, motivation and their physical distancing behavior in their activities. This study aims to find out how are their perception of vulnerability and severity to COVID-19, what are their personal motivation and social motivation in doing physical distancing, and how they practice physical distancing behavior. This research is a qualitative research with Rapid Assessment Procedure (RAP) method, using in-depth interviews and tracing through social media of 9 informants who are young adults, as well as in-depth interviews with the closest people to informants such as family, friends, or lover. The results of the study found that young adults have not practiced physical distancing behavior well with those closest to them because they have a weak perception of vulnerability to COVID-19 and low personal and social motivation in doing physical distancing with those closest to them. Even though, they do physical distancing to foreigners because they have a strong perception of the severity of COVID-19 and high personal and social motivation in doing physical distancing with strangers. Therefore, education and intervention are needed to increasing physical distancing behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atnike Nova Sigiro
"Pembatasan jarak sosial (social distancing) adalah salah satu bentuk metode pencegahan penyebaran virus Corona di masa pandemi Covid-19. Metode ini dijalankan oleh berbagai negara. Di Indonesia, metode pembatasan jarak sosial ini dijalankan melalui kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dengan penerapan PSBB maka sejumlah besar kegiatan di ruang publik harus ditutup dan/atau dibatasi. Sementara itu, sebagian besar aktivitas masyarakat, seperti bersekolah dan bekerja, harus dilakukan jarak jauh atau dilakukan di rumah. Penerapan pembatasan jarak sosial tersebut menyebabkan bertambahnya kegiatan rumah tangga, dan hal ini memperbesar tanggung jawab perempuan dalam kerja-kerja perawatan (carework) dan kerja rumah tangga (housework) di ranah domestik. Melalui perspektif feminisme interseksional, artikel ini mencoba memaparkan dampak penerapan pembatasan jarak sosial di Indonesia terhadap perempuan dan kelompok marginal. Artikel ini menemukan bahwa berbagai ketimpangan seperti ketimpangan gender, ketimpangan kelas, dan ketimpangan sosial yang selama ini dialami oleh perempuan dan kelompok marginal di dalam tulisan ini telah memperburuk situasi mereka di saat penerapan pembatasan jarak sosial dilakukan di Indonesia."
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2020
305 JP 25:4 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Thalia Salma Azzahra
"Studi skripsi ini akan menerapkan ide psychogeography, terbitan Situationist International dan Guy Debord, untuk menguraikan keberadaan Pasar Enjo sebagai pasar tradisional. Pengalaman personal dari individu terhadap Pasar Enjo, sebuah bentuk dari domestikasi ruang urban, akan dikaji dengan pemahaman psychogeography. Pasar juga akan dilihat bentuk representasi dari identitas pasar itu sendiri. Keadaan spatiotemporal dari Pasar Enjo akan menjadi konteks dari pasar tradisional. Sehingga respon manusia terhadap arsitektur beserta konteks, pada ruang-ruang temporal tersebut, akan menjadi basis dari studi ini.

Sebagai respon atas situasi terkini yang berpengaruh besar terhadap ruang komunal urban, physical distancing, skripsi ini akan mencoba menganalisis kondisi yang dialami pasar tradisional akibat situasi tersebut. Proses ini juga akan dilakukan dengan mengalami Pasar Enjo pada momen physical distancing dengan psychogeography. Kajian ini diintensikan untuk melihat kembali dan mempelajari pengalaman meruang secara personal dan riil pada Pasar Enjo ketika dihadapkan dengan situasi yang berbeda.

This study will conduct psychogeography theory, of Guy Debord and Situationist International, to decipher the existence of Pasar Enjo as a traditional market. This experience will hold the most personal immanence of individuals toward the Pasar Enjo, as a form of domestication of urban space, which will be seen through the understanding of psychogeography. The traditional market will also be assessed from the forming factors thus generate the representation of the identity of the market itself. The spatiotemporal form of the market Pasar Enjo will be seen as the context of the traditional market. Therefore, in this study human responses to architecture within its context towards the spatiotemporal, will be the basis of this study.
As a response to the current situation that has some influence on communal urban space – physical distancing, this thesis will analyze the impact of the situations towards a traditional market. This process will be carried out by having psychogeographical experience in Pasar Enjo, at the moment. This study is intended to look back and delve into personal and real-life experiences in the Pasar Enjo when faced with a different situation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini memuat sepuluh kajian dengan menggunakan beragam perspektif dan metodologi ilmiah. Sepuluh kajian tersebut terangkum dalam tiga tema besar yang menjadi corak pembabakan. Pada bagian awal pembabakan, kajian berfokus pada people-oriented policy menggunakan bottom-up approach dengan mengangkat isu transformasi kehidupan masyarakat. Pembahasan pada babak selanjutnya menekankan pada perubahan kebutuhan mendasar masyarakat pasca COVID-19. Kebutuhan mendasar tersebut menyangkut aspek-aspek yang selalu mewarnai kehidupan sosial, politik, dan ekonomi di negeri ini. Di bagian akhir, kami berupaya mempertemukan kebijakan berorientasi manusia kepada elite pemerintah dan birokrasi yang berperan penting sebagai aktor perubahan dalam tubuh pemerintahan. Secara tersurat kami hendak menyampaikan pesan bahwa kebijakan bottom up tidak serta merta berjalan selaras tanpa adanya kepercayaan masyarakat terhadap tokoh pemerintah dan keinginan kuat birokrasi untuk mengubah tata kelola mereka."
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2022
362.196 2 MEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cesario Iriansyah
"Pandemi COVID-19 merupakan peristiwa yang telah menyebabkan kekhawatiran di seluruh dunia dan telah mendorong pemerintah di masing-masing negara untuk melakukan tindakan darurat termasuk kebijakan pembatasan sosial. Kebijakan ini merupakan tindakan yang kritikal untuk menurunkan wabah COVID-19 namun dinilai dapat berdampak negatif secara ekonomi. Penelitian ini menguji dampak yang diharapkan dari pandemi COVID-19 dan respon kebijakan pemerintah yaitu pembatasan sosial dengan menganalisis reaksi 27 emerging stock market dengan menggunakan metode panel data analysis technique. Hasil uji empiris menunjukkan bahwa pasar saham telah bereaksi dengan negatif stock return terhadap pertambahan kasus COVID-19 dan peningkatan intensitas pembatasan sosial. Dalam jangka waktu yang pendek, peningkatan intensitas kebijakan pembatasan sosial dapat melemahkan reaksi negatif pasar saham terhadap pertambahan kasus COVID-19, namun efek tersebut tidak lagi signifikan dalam jangka waktu yang panjang. Hasil ini menunjukkan bahwa kebijakan pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah tidak hanya bersifat kontraproduktif namun juga dapat mendukung pemulihan terhadap kinerja pasar saham dalam jangka pendek.

The COVID-19 pandemic is an unprecedented event that has caused concern worldwide and has prompted governments in each country to take emergency action, including social distancing. These policies are critical actions to reduce the COVID-19 outbreak but considered economically painful. This study examines the expected impact of the COVID-19 pandemic and the government's policy response, mainly social distancing, by analyzing 27 emerging stock market reactions using the panel data regression. The results reveal that the stock market reacts with negative stock returns to the increased rate of COVID-19 cases and the increased intensity of social distancing policies. In the short term, the increased intensity of social distancing policies weakens the stock market’s negative reaction to the increased rate of COVID-19 cases, and this effect is no longer significant in the long term. These results indicate that the government’s social distancing policies are not just counterproductive but can also support the recovery of stock market performance in the short term."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fikri Haidar
"Peralihan mendadak dan penggunaan intensif dari komunikasi termediasi oleh teknologi mengubah pengalaman ketubuhan suatu kelompok masyarakat. Pandemi Covid-19 melalui pembatasan sosial dan aktivitas mendorong penggunaan ruang yang dimediasi oleh teknologi dalam ragam kegiatan yang sebelumnya dilakukan pada medium ruang fisik. Komunitas tari tradisional Indonesia menjadi salah satu kelompok tari yang memiliki tantangan besar dalam menggunakan ruang virtual untuk kegiatan berkesenian. Karakter keruangan dan ketubuhan khusus dari tari tradisional tidak dapat terakomodasi dalam infrastruktur ruang virtual. Pada Maret hingga Desember 2020, sanggar tari Wulangreh Omah Budaya mengalihkan aktivitas kelas tari Jawa dan Bali dalam ruang virtual oleh Zoom, medium telekonferensi yang paling banyak digunakan selama masa pembatasan sosial dan aktivitas di DKI Jakarta. Ragam upaya dilakukan bagi pelatih dan peserta tari untuk ‘membangun’ ruang yang dimediasi oleh teknologi dengan tujuan mereplikasi pengalaman yang serupa dengan ruang fisik. Tulisan ini akan menggambarkan proses pembentukan ruang yang dimediasi oleh teknologi sebagai tempat untuk komunitas tari berlatih tari. Menggunakan metode etnografi, tulisan ini akan menelusuri proses peralihan medium dari ruang fisik ‘ke dalam’ ruang yang dimediasi oleh teknologi. Proses peralihan medium ini menelusuri aspek keruangan dan ketubuhan dari wiraga, wirama, wirasa dalam tari tradisional dalam infrastruktur ruang virtual oleh Zoom.

Sudden shift and intensive use of computer mediated communication change the embodiment for certain group of people. Covid-19 pandemic through social and activity restriction pushes the use of virtual space on many activities previously occurred on physical space. Indonesia traditional dance community faces the toughest challenge on using virtual space as a place for making art. The spacial and emobied quality of traditional dance is unable to be afforded by the infrastructure of virtual space. Since March until December 2020, traditional dance studio (sanggar tari) of Wulangreh Omah Budaya shifted their Javanese and Balinese dance class on a virtual space by Zoom, a popular teleconference medium during social and activity restriction in Jakarta Capital Region. Instructor and class’ participants have many efforts to ‘construct’ technology-mediated space to replicate the similar experience of physical space. This paper will explore the construction of technology-mediated space as a ‘new space’ for traditional dance community rehearsal. Through ethnography, this paper will explore the process of remediation from physical ‘onto’ technology-mediated space. This process explores spacial and embodiment aspect of wiraga, wirama, wirasa on a mediated space provided by Zoom."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Edwina Bernita
"Sejak WHO mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemik pada 12 Maret 2020, hampir seluruh negara di dunia telah terjangkit COVID-19. Hal tersebut tentu menarik perhatian dunia karena jutaan korban dan dampak lain yang ditimbulkan selama pandemi ini. Indonesia juga turut berupaya memberikan himbauan-himbauan kepada masyarakat dalam mengatasi wabah COVID-19. Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah episentrum penyebaran COVID-19 dengan kasus tertinggi di Indonesia, maka diperlukan upaya perilaku pencegahan pada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan COVID-19 dengan perilaku social distancing dalam upaya pencegahan COVID-19 pada masyarakat di DKI Jakarta. Penelitian dengan pendekatan metode kuantitatif, desain cross sectional, dilakukan pada 408 orang yang berusia 15-64 tahun dan diambil secara random sampling dari seluruh wilayah DKI Jakarta. Data dikumpulkan dengan metode responden mengisi kuesioner secara mandiri yang dilakukan secara online dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat telah memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai COVID-19, seperti gejala, penularan, pencegahan, dan penyembuhan. Hasil tersebut juga sejalan dengan perilaku social distancing yang dimiliki oleh masyarakat, dimana perilaku masyarakat sudah cukup baik dalam menjaga jarak di tempat umum, menghindari zona merah, penggunaan transportasi umum dan menghindari kegiatan yang melibatkan banyak orang. Selain itu, ditemukan adanya hubungan signifikan antara pekerjaan dengan riwayat kejadian COVID-19 dengan p value sebesar 0,027. Oleh karena itu, pencegahan COVID-19 perlu lebih ditingkatkan khususnya dalam penerapan kegiatan bekerja agar mencegah adanya kemunculan kluster perkantoran. Pentingnya peningkatan edukasi dan sosialisasi yang efektif dan konsisten melalui berbagai media untuk pengetahuan dan perilaku yang masih kurang baik, melakukan penyuluhan tentang pakai masker yang benar, serta meningkatkan penerapan kebijakan dan kedisiplinan di semua sektor.

Since WHO declared COVID-19 as a pandemic on March 12, 2020, almost all countries in the world have been infected by COVID-19. This phenomenon certainly attracted world attention because of the millions of victims and other impacts caused during this pandemic. Indonesia is trying to provide appeals to the public in overcoming the COVID-19 outbreak. DKI Jakarta Province is the epicentre of the spread of COVID-19 with the highest cases in Indonesia, therefore, the people need preventive effort. This study aims to analyze the relationship between the knowledge of COVID-19 and social distancing behaviour to prevent COVID-19 in people in DKI Jakarta. The research with a quantitative method approach, cross-sectional design, was conducted on 408 people aged 15-64 years and taken by random sampling from all areas of DKI Jakarta. Data were collected using respondents filling out questionnaires independently, which was done online and analyzed descriptively. The study result indicates that the community already has a good knowledge of COVID-19, such as the symptoms, transmission, prevention, and healing process. These results are also in line with the people’s social distancing behaviour, where people's behaviour is quite good in maintaining distances in public places, avoiding red zones, using public transportations and avoiding activities that involve many people. In addition, a significant relation was found between a job and a history of COVID-19 events with a p-value of 0.027. Therefore, the prevention of COVID-19 needs to be further improved, especially in the implementation of work activities to prevent the emergence of office clusters. The importance of escalating effective and consistent education and socialization through various media for knowledge and inadequate behaviour, conducting advisory about wearing masks correctly, and increasing the application of policies and discipline in all sectors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhaja Dhennies Firdaus
"Sejak tahun 2019 hingga saat ini virus Covid-19 sudah menjadi permasalahan diberbagai penjuru dunia. Penyebaran virus yang dapat terjadi hanya dengan kontak fisik dengan cairan tubuh orang yang terjangkit mengakibatkan angka penyebaran virus Covid-19 sangat tinggi. Pasien yang terpapar virus ini juga dikatakan sangat banyak, sedangkan pemerintah masih belum dapat menyelesaikan permasalahannya. Setiap harinya, setidaknya ada 1000 orang lebih yang terpapar virus ini. Sulitnya penanggulangan dan penanganan terhadap pasien menjadi masalah juga. Terdapat pasien yang harus mendapatkan penangan intensif dan juga ada pasien yang hanya memerlukan isolasi mandiri. Pasien yang melakukan isolasi mandiri, juga harus mendapatkan pengawasan kondisi kesehatannya karena di khawatirkan terjadi penurunan kondisi kesehatan. Alat pengawas pasien covid-19 dengan penggunaan sensor global positioning system yang berbasis internet of things diharapkan dapat mempermudah mengetahui kondisi dan juga lokasi dari pasien tersebut. Penggunaan alat ini dapat mengurangi kontak langsung dengan pasien, sehingga tetap dapat dilakukan social distancing antara satgas covid dan pasien. Dengan menggunakan alat ini, Satuan tugas (satgas) Covid-19 dapat memantau kondisi suhu, detak jantung, dan SPO2 dari pasien yang terjangkit. Fitur pencari lokasi diperlukan untuk meminimalisir pasien yang kabur dari tempat isolasi, karena maraknya kasus pasien kabur dari tempat isolasi
Since 2019 until now the Covid-19 virus has become a problem throughout the world. The spread of the virus that can occur only by physical contact with the body fluids of an infected person results in a very high rate of spread of the Covid-19 virus. The number of patients exposed to this virus is also said to be very large, while the government is still unable to solve the problem. Every day, there are at least 1000 people who are exposed to this virus. The difficulty of handling and handling patients is also a problem. There are patients who must receive intensive care and there are also patients who only need self-isolation. Patients who are self-isolating must also get their health condition monitored because they are worried that their health condition will decline. The Covid-19 patient monitoring tool with the use of a global positioning system sensor based on the internet of things is expected to make it easier to find out the condition and location of the patient. The use of this tool can reduce direct contact with patients, so social distancing can still be carried out between the COVID-19 task force and patients. Covid-19 task force can also monitor the temperature, heart rate, and SPO2 conditions of infected patients. The location finder feature is needed to minimize patients escaping from the isolation area, because of the many cases of patients escaping from the isolation area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>