Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190859 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rezka Zulistia Kartika
"Distres psikologis pada tahun pertama dapat memengaruhi terbentuknya tingkah laku bermasalah dan menurunnya performa akademik. Salah satu hal yang memengaruhi distres psikologis adalah body image dissatisfaction. Tahun pertama dalam perkuliahan merupakan masa dimana mahasiswi mengalami perubahan besar dalam pola makan dan body image dissatisfaction. Perceived social support memiliki peran buffering yang dapat melindungi individu dari dampak body image dissatisfaction terhadap distres psikologis. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat peran perceived social support terhadap hubungan antara body image dissatisfaction dan distres psikologis. Partisipan dalam penelitian ini merupakan mahasiswi yang sedang berada di tahun pertama antara usia 18-21 tahun (N = 319). Setelah memperoleh data, peneliti melakukan analisis moderasi menggunakan PROCESS dari Hayes. The Kessler 10-item questionnaire (K10) digunakan untuk mengukur distres psikologis, The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) digunakan untuk mengukur perceived social support, dan Appearance Evaluation (AE) serta Body Areas Satisfaction Scale (BASS) digunakan untuk mengukur body image dissatisfaction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi tahun pertama cenderung puas dengan tubuhnya dan memiliki perceived social support serta distres psikologis yang sedang hingga tinggi. Lalu, ditemukan bahwa body image dissatisfaction memiliki hubungan yang lemah dan signifikan dengan distres psikologis, namun perceived social support tidak memoderasi hubungan di antara keduanya.

Psychological distress in the first year of university can influence the formation of problematic behaviors and decreased academic performance. Body image dissatisfaction affects psychological distress. First year in university is a time when students experience major changes in eating patterns and body image dissatisfaction. Perceived social support has a buffering role that can protect individuals from the impact of body image dissatisfaction on psychological distress. This study aims to examine the role of perceived social support in moderating the relationship between body image dissatisfaction and psychological distress. 319 first-year female college students between the age of 18-21 were involved. To measure psychological distress, The Kessler-10 Item Questionnaire was used (K10), The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) was used to measure perceived social support, and to measure body image dissatisfaction, Appearance Evaluation AE and Body Areas Satisfaction Scale (BASS) were used. The result of this study showed that first year female students tend to be satisfied with their bodies and have moderate to high levels of perceived social support and psychological distress. This study also showed that body image dissatisfaction has an association with psychological distress, but perceived social support does not moderate the relationship between the two.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfida Hanum
"

Perilaku menggemari selebritas disebut dengan celebrity worship, yang tergambarkan melalui perilaku mulai dari mendiskusikan selebritas bersama teman hingga memuja selebritas ke tahap yang lebih ekstrem. Celebrity worship ditandai dengan adanya keterlibatan emosional antara penggemar dengan selebritas. Namun, ikatan dan paparan pada selebritas secara terus menerus dapat menimbulkan kecenderungan penggemarnya untuk melakukan perbandingan diri. Perbandingan diri tersebut dapat memicu ketidakpuasan pada citra tubuh yang kemudian dapat mengarah pada perilaku makan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran Body Image Dissatisfaction (BID) sebagai mediator hubungan antara celebrity worship dengan perilaku makan terganggu pada sampel penggemar K-Pop usia emerging adulthood (18-25 tahun). Hasil penelitian pada penggemar K-Pop (N = 219) menggunakan Celebrity Attitude Test (CAS), Eating Attitude Test-8 (EAT-8), dan Body Shape Questionnaire-Revised-10 (BSQ-R-10) menunjukkan bahwa terdapat indirect effect yang signifikan antara celebrity worship dan perilaku makan terganggu melalui BID (𝛽 = .07, BootSE = .01, CI = [.0425 – .0987]). Hasil penelitian ini mendukung hipotesis penelitian bahwa BID memediasi hubungan antara celebrity worship dan  perilaku makan terganggu. Temuan ini mengimplikasikan bahwa semakin tinggi celebrity worship pada penggemar K-Pop, maka semakin tinggi pula BID yang dirasakan, hingga meningkatkan perilaku makan terganggu pada penggemar K-Pop. 


Celebrity worship is a form of idolizing celebrities that ranges from discussing celebrity with friends to worshiping celebrities to a more extreme level. Celebrity worship is referred to as a one-sided emotional attachment to a celebrity. However, continuous exposure to celebrities could lead to a tendency for fans to do self-comparisons that trigger dissatisfaction with body image and further become disordered eating behavior. This study aims to see whether Body Image Dissatisfaction (BID) mediates the relationship between celebrity worship and disordered eating behavior among emerging adulthood (18-25 years of age) K-Pop fans. The results of this study (N = 219) using Celebrity Attitude Test (CAS), Eating Attitude Test-8 (EAT-8), dan Body Shape Questionnaire-Revised-10 (BSQ-R-10) showed that there was a significant indirect effect between celebrity worship and disordered eating behavior through BID (𝛽 = . 07, BootSE = .01, CI = [.0425 – .0987]). The results of this study proved that BID mediates the relationship between celebrity worship and disordered eating behavior. This finding implies that the higher the celebrity worship of K-Pop fans, the higher the perceived BID, which then increases the tendency of disordered eating behavior among K-Pop fans.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rizqia Sukmadhani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image terhadap distres psikologis pada masyarakat perkotaan Jabodetabek yang aktif beraktivitas fisik. Sebanyak 955 masyarakat perkotaan berpartisipasi dalam penelitian ini. Ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara body imagee terhadap distres psikologis pada individu yang aktif beraktivitas fisik dalam populasi normal di area perkotaan, secara spesifik pada lingkup Jabodetabek. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin positif body image yang dimiliki oleh individu, semakin rendah distres psikologis yang inidividu miliki.

ABSTRAK
This study aims to know the relationship between body image and psychological distress in Jabodetabek urban citizens who are actively conducting physical activities. There are 955 urban citizens participated in this study. It was found that there was a significant negative relationship between body image and psychological distress in individuals who actively conduct physical activities in normal population of urban areas, specifically in Jabodetabek areas. Therefore, it can be concluded that the more positive individual?s body image, the lower the psychological distress that the individual has.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Nugroho
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara social comparison dan citra tubuh pada mahasiswa. Pengukuran social comparison menggunakan alat ukur Body Comparison Scale milik Fisher, Dunn, & Thompsom (2002). Untuk pengukuran citra tubuh menggunakan alat ukur MBSRQ dari Thomas Cash (1989). Partisipan berjumlah 102 responden mahasiswa dengan rentang usia 18 sampai 29 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara social comparison dan citra tubuh pada mahasiswa. (r=0,121; p=0,210). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dalam mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai social comparison dan citra tubuh.

This research was conducted to find the correlation between social comparison and body image among college students. Social comparison was measured using instrument of Body Comparison Scale from Fisher, Dunn, & Thompsom (2002). Body image was measured using instrument of MBSRQ from Thomas Cash (1989). The participants of this research are 102 responden of college studets who have emerging adulthood ages, 18 until 29 years old (r=0,121; p=0,210). The main results of this study showed no significant relationship between social comparison and body image among college students. The results of this study are expected to be the basis of data in developing further research on social comparison and body image.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sindi Fatimah Dewantari Nugraha
"Skripsi ini mengkaji tentang pembentukan body image anggota cover dance VERMILION yang mengidolakan SNSD. Melalui wawancara mendalam dan pengamatan saya berusaha mengetahui body image anggota VERMILION yang terbentuk berdasarkan pengetahuan mereka mengenai SNSD. Anggota VERMILION memanfaatkan media untuk mencari informasi tentang SNSD. Pengetahuan tentang SNSD mempengaruhi pandangan anggota VERMILION tentang body image, sehingga kriteria kecantikan mereka mengacu pada gambaran tubuh anggota SNSD. Anggota VERMILION melakukan perbandingan tubuhnya dengan tubuh SNSD, kemudian menyadari kenyataan bahwa bentuk tubuhnya berbeda dengan tubuh SNSD dan menyebabkan mereka mengalami body dissatisfaction. Berbekal pengetahuan yang diperoleh dari orang terdekat, artikel tentang kecantikan, dan film tentang kecantikan mereka melakukan perubahan bentuk tubuh. Anggota VERMILION juga melakukan peniruan penampilan idola ketika menjadi cover dance dan ketika tidak menjadi cover dance. Hal ini dilakukan untuk memperlihatkan bahwa mereka adalah cover dance dan fans dari SNSD.

This study examines the forming of body image of VERMILION cover dance members who love SNSD. In depth Interviews and observations were conducted to reveal the body image of VERMILION members which was formed based on their knowledge regarding SNSD. VERMILION members use media to search information regarding SNSD. The knowledge regarding SNSD affects VERMILION members rsquo s point of view regarding body image. As the result, the beauty criteria of VERMILION members refer to SNSD members rsquo s body image. VERMILION members compare their body with SNSD members rsquo s body. They found the fact that their shape of body is different from SNSD members rsquo s body which causes body dissatisfaction. The knowledge which is gained from relatives, beauty articles, films regarding beauty becomes a base in forming body image. VERMILION members also imitate their idol rsquo s appearance whether they become a cover dance or not. This matter is conducted to show that they are the cover dance and fans of SNSD."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S70038
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Kholisah
"Latar belakang. Penelitian di negara maju menunjukkan masalah ketidakpuasan citra tubuh (body image dissatisfaction/BID) pada remaja menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan makan dan masalah psikososial. Prevalens BID pada remaja di negara berkembang cukup tinggi, yaitu masing-masing 10-75% dan 24-90% pada remaja lelaki dan perempuan, tetapi di Indonesia belum diketahui.
Tujuan. Mengetahui prevalens BID pada remaja di populasi urban, faktor risiko terjadinya BID, hubungan BID dengan kebiasaan makan, dan masalah psikososial pada remaja.
Metode. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain potong lintang yang dilakukan di 10 sekolah di Jakarta selama Agustus-November 2020. Penilaian data demografik, status antropometri, nilai BID, umpan balik dari orangtua, teman, follower media digital mengenai citra tubuh, stres psikologis, kebiasaan makan, dan masalah psikososial menggunakan kuesioner yang divalidasi dibagikan melalui tautan elektronik.
Hasil. Jumlah subyek pada penelitian ini ialah 327 remaja dengan prevalens BID sebanyak 47,1%. Faktor risiko untuk terjadinya BID pada remaja adalah umpan balik negatif orangtua (p=0,045, adjusted OR 1,766, IK 95% 1,012-3,080), status gizi (p<0,0001, adjusted OR 2,819, IK 95% 1,777-4,471), dan tingkat stres (p=0,004, adjusted OR 1,404, IK 95% 1,113-1,772). Tidak terbukti adanya hubungan antara BID dengan kebiasaan makan (p=0,893) atau masalah psikososial (p=0,053) pada remaja. Aspek emosi dalam masalah psikososial terbukti berhubungan dengan BID pada remaja (p=0,023).
Kesimpulan. Prevalens BID pada remaja di Jakarta cukup tinggi. Dibutuhkan suatu program intervensi untuk faktor risiko yang dapat dimodifikasi dengan pelajaran di sekolah mengenai citra tubuh positif dan mekanisme koping yang didukung oleh orangtua.

Background. Studies in developed countries showed that body image dissatisfaction in adolescents causes some health problems, including eating disorder and psychosocial problem. The prevalence of BID in developing countries were 10-75% and 24-90% in girl and boy teenagers respectively. Meanwhile, it is still unknown for Indonesian adolescents.
Objective. To determine the prevalence of BID problems in adolescents of Indonesian urban population, the risk factors associated with BID, and the health problems potentially caused by BID in teenager, which were unhealthy eating behaviour and psychosocial problems.
Methods. This study was an observational study with cross-sectional design, which involved 10 high-schools in Jakarta, during August to November 2020. The validated and reliable questionnaire on demographic data, anthropometric status, body dissatisfaction scale, feedback from parents, friends, digital media followers on body image, psychological stress, eating behaviour, and psychosocial problems was shared via electronic link.
Result. This research included 327 teenagers, with the prevalence of BID among them was 47.1%. The BID risk factors in adolescent were negative feedback from parent (p=0.045, adjusted OR 1.766, CI 95% 1.012-3.080), nutritional status (p<0.001, adjusted OR 2.819, CI 95% 1.777-4.471), and stress level (p=0.004, adjusted OR 1.404, CI 95% 1.113-1.772). BID in adolescents has no association to eating habits (p=0.893) or psychosocial problems (p=0.053). Meanwhile, emotional subscale as one of psychosocial problems has an association with BID in teenagers (p=0.023).
Conclusion. The prevalence of BID in adolescents in Jakarta was high. An intervention program is needed for modifiable risk factors, which can be done via lessons at school about positive body image and coping mechanism, supported by parents as well
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mustika Astarina Astarto
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara locus of control dengan ketidakpuasan akan bentuk tubuh pada remaja wanita. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 146 remaja yang berasal dari 2 kelompok, yaitu kelompok remaja pertengahan (14-18 tahun) dan kelompok remaja akhir (19-22 tahun). Penelitian ini menggunakan Body-Shape Questionnaire (BSQ-34) untuk mengukur tingkat ketidakpuasan akan bentuk tubuh, dan Rotter?s Locus of Control Scale untuk mengukur jenis locus of control seseorang. Data diolah menggunakan metode correlation dan independent t-test.
Penelitian ini dapat membuktikan bahwa ada hubungan signifikan yang positif antara kedua variabel tersebut. Sebagai tambahan, hasil dari penelitian juga mengungkapkan bahwa remaja dengan locus of control eksternal tingkat ketidakpuasan akan bentuk tubuhnya lebih besar dibandingkan dengan kelompok locus of control internal. Selain itu, dalam penelitian ini dibuktikan bahwa umur juga memiliki hubungan dengan locus of control seseorang.

The aim of this study is to observe the relationship between locus of control and body dissatisfaction in adolescence women. There were 146 women which divided into 2 different groups, middle adolescence (14-18 years old) and late adolescence (19-22 years old). This study used the Body-Shape Questionnaire (BSQ-34) to measure the level of body dissatisfaction, and the Rotter?s Locus of Control Scale to measure the type of locus of control. The data was analysed by using correlation and independent t-test.
This study shows that there is a positive significant relationship between locus of control and body dissatisfaction. In addition, this study also revealed that the level of body dissatisfaction is higher for adolescence with external locus of control than those who have internal locus of control. Moreover, this study has proven that age also has a relationship with a person's locus of control."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Agustina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpuasan citra tubuh pada siswi di SMA Negeri 11 Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 136 siswi kelas X dan XI yang dipilih dengan systematic random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan pengukuran antropometri, meliputi pengukuran berat badan menggunakan timbangan dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise, kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 74,3% siswi mengalami ketidakpuasan citra tubuh. Status gizi, Riwayat Diet, rasa percaya diri, pengaruh orang tua, dan pengaruh teman sebaya memiliki hubungan yang bermakna dengan ketidakpuasan citra tubuh. Peneliti menyarankan agar siswi diberikan informasi dan edukasi yang berhubungan dengan status gizi, diet seimbang, gaya hidup sehat, serta peningkatan rasa percaya diri.

This study aims to determinefactors associated with body image dissatisfaction in female students at SMAN 11 Jakarta. This study is a quantitative studythat uses cross-sectional study design. The sample in this study consisted of 136 female students of class X and XI which selected by systematic random sampling. Data were collected from questionnaire and anthropometric measurements, including weight measurement using weight scales and height measurement using microtoise, then analyzed using chi-square test.
The results showed that 74,3% female students were dissatisfied with their body. Nutritional status, weight-loss diet, self-esteem, parental influence, and peer influence has a significant association with body image dissatisfaction. Researcher suggests that students could be given information and education related to nutritional status, balanced diet, healthy lifestyle, and increased of self-esteem.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60281
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pattiasina, Amanda Daphne D.
"Dalam kehidupannya, setiap manusia terutama kaum wanita, ingin selalu tampil cantik dan menarik. Memang tidak dapat disangkal, individu yang berpenampilan menarik akan lebih dihargai dan populer, mendapat perlakuan istimewa serta atribut yang positif dari lingkungannya (Hatfield dan Sprecher, dalam Stein, 1996). Oleh karena itu, manusia akan berusaha semaksimal mungkin untuk memiliki penampilan fisik yang menarik.
Adapun konsep tentang penampilan fisik yang menarik, selalu berubah sejalan dengan waktu dan budaya setempat. Wisman et.al (dalam Heinberg, 1996) menyimpulkan bahwa bentuk tubuh yang ideal pada massa kini cenderung kurus, seperti layaknya bentuk tubuh para model. Standar ideal tersebut akan mempengaruhi persepsi, penilaian dan penghargaan terhadap tubuh yang dimilikinya, atau dengan kata lain akan mempengaruhi citra tubuh (body-image) yang dimiliki. Citra tubuh didefinisikan sebagai gambaran yang dimiliki oleh seseorang mengenai bentuk fisiknya.
Pada masa remaja, terjadi perubahan fisik yang besar. Perubahan tersebut akan mempengaruhi penampilan fisik, yang tentu akan berpengaruh pada konsep diri dan pada akhirnya akan berpengaruh pada citra tubuh yang dimiliki. Perubahan yang terjadi juga dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan bila perubahan tidak sesuai dengan standar ideal yang berlaku.
Remaja putri adalah kelompok yang paling rawan terhadap ketidakpuasan pada citra tubuhnya. Biasanya mereka menginginkan bentuk tubuh kurus, ramping dan proporsional seperti Iayaknya tubuh seorang model. Dan berbagai usaha dilakukan untuk mencapai keinginan lersebut, tanpa memperhitungkan resikonya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perbandingan kepuasan citra tubuh antara remaja putri yang berprofesi sebagai model, yang tubuhnya menjadi patokan standar ideal, dengan remaja putri yang tidak berprofesi sebagai model ?
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tipe penelitian studi komparatif yaitu membandingkan kepuasan citra tubuh antara kelompok model dan bukan model. Dan untuk mengukur kepuasan citra tubuh akan digunakan alat Multidimensional Body-Self Relation Questionnaire (Cash, 1994), yang terdiri dari 10 subskala : evaluasi penampilan, orientasi penampilan, evaluasi kebugaran, orientasi kebugaran, evaluasi kesehatan, orientasi kesehatan, orientasi tentang penyakit , kepuasan area tubuh, kategori berat badan dan kecemasan akan kegemukan. Dalam pengolahan data penelitian dilakukan independent sample t-test untuk melihat apakah ada perbedaan kepuasan citra tubuh antara kelompok model dan bukan model.
Hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam hal kepuasan citra tubuh pada kelompok remaja putri yang berprofesi sebagai model dan kelompok remaja putri yang tidak berprofesi sebagai model. Dalam arti remaja putri yang berprofesi sebagai model lebih merasa puas dengan tubuhnya dan merasa dirinya Iebih menarik, dibandingkan dengan remaja putri yang tidak berprofesi sebagai model. Hanya empat aspek dan sepuluh subskala yang ternyata berbeda secara signifikan, yaitu evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kategori berat badan dan kepuasan area tubuh.
Sedangkan dari hasil tambahan diketahui bahwa berat badan, selisih berat badan dan indeks Massa Tubuh mempunyai hubungan negatif yang signifikan dengan kepuasan citra tubuh. Makin kurus seseorang, maka makin tinggi kepuasan yang dimiIiki. Selain itu ditemukan pula terdapat distorsi dalam mempersepsi ukuran tubuh yang dimiliki. Banyak responden yang sebenarnya mempunyai berat badan kurus tetapi masih merasa dirinya kelebihan berat badan.
Saran yang diberikan adaiah dilakukannya pelatihan atau diadakan seminat untuk meningkatkan citra tubuh dan peningkatan konsep diri untuk para remaja putri. Selain itu disarankan pula untuk mempublikasikan di media massa dampak negatif dan ketidakpuasan terhadap citra tubuh yang dimiliki."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desty Hersiana Mustikaningrum
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang gambaran citra tubuh remaja yang mengidolakan tokoh idola. Citra tubuh merupakan persepsi individu dan orang lain tentang bentuk dan ukuran tubuh individu. Remaja biasanya mengharapkan ukuran dan bentuk tubuhnya menjadi ideal seperti apa yang sering dilihatnya, salah satunya tokoh idola. Metode penelitian deskriptif sederhana dengan teknik pengambilan sampel secara acak sederhana pada 224 remaja dan menggunakan Contour Drawing Rating Scale sebagai instrumen penelitian. Hasil penelitian menunjukkan 89,3% remaja yang mengidolakan tokoh idola di SMAN 1 Depok memiliki citra tubuh positif. Pemahaman tentang citra tubuh perlu diberikan kepada remaja seperti di lingkungan sekolah agar remaja mengerti perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh beserta dampaknya.

This study aimed to identify the overview of body image in adolescents who idolize idols. Body image is the perception of the individual and others about individual?s body shape and size. Teens usually expect their body shape and size to be ideal as what they used to watched, like idols. Simple descriptive study with simple random sampling technique to 224 students and used the Contour Drawing Rating Scale as an instrument of research. The result showed 89,3% of teens who idolize idols in SMAN 1 Depok have a positive body image. Understanding of body image needs to be given to adolescents in the school environment in order to understand the changes that occur in the body and the impacts."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>