Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19929 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asnah Rumiawati
"Either residential neighborhoods or the tourism area cannot be separated from vector and disease-carrying animals such as rats, files, snails, mosquitos,tec. Vector and these animals are being potential as dangerous carrier and contaminator and needed to be countioned for example malaria, scarlet fever, chikungunya, philariasis (elephant's foot), etc."
Bandung: Research Institute for Human Settlements , 2020
363 JHS 12:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asnah Rumiawati
"Pesanggrahan Singkarak merupakan tempat wisata yang terletak di tepi Danau Singkarak. Tempat ini terpilih sebagai lokasi penerapan teknologi air bersih dan sanitasi Pusperkim pada permukiman tepi Danau Singkarak. Tahun 2019 oleh kantor Balai Litbang Perumahan Wilayah 1 Medan. Sebelum melakukan penerapan teknologi dilakukan survei untuk mengetahui kondisi masyarakat, wisatawan dan pedagang yang terdapat di daerah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi karakteristik masyarakat, wisatawan, dan pedagang di kawasan Pesanggrahan Singkarak sebagai calon pengguna teknologi air bersih dan sanitasi. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data primer terkait aspek fisik dan non fisik dengan kuesioner, wawancara serta dokumentasi teradap wisatawan, pedagang dan masyarakat."
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2020
690 MBA 55:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kremere, Eva
"Bridging academic discussion and real-world case studies, this book considers the challenge, posed by SDG6, of balancing the provision of the basic human right of access to water whilst not eroding our capacity to live sustainably in a rapidly changing world."
Bingley: Emerald Publishing Limited, 2020
e20528094
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Octhiana Ayu Lestari
"Artikel ini menyelidiki peran penting pemerintah kolonial Hindia Belanda dalam menyediakan air bersih untuk wilayah Batavia antara tahun 1918 hingga 1930. Dengan menggunakan pendekatan sejarah, penelitian ini menganalisis langkah-langkah konkret yang diambil pemerintah kolonial dalam memperbaiki infrastruktur air di Batavia dan upaya mereka dalam mengatasi masalah ketersediaan air bersih. Analisis meliputi kebijakan, proyek konstruksi, dan peran institusi pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air. Artikel ini juga bertujuan untuk memberikan wawasan tentang dampak kolonialisme terhadap infrastruktur dan pelayanan publik di wilayah jajahan Belanda, serta implikasinya terhadap masyarakat Batavia. Sumber yang digunakan mencakup surat kabar sezaman, majalah/laporan sezaman seperti Publicaties der Gemeente Batavia dan Verslag van Toestand der Gemeente Batavia, serta catatan rapat Gemeente Batavia, buku, dan artikel tentang pengelolaan air bersih di wilayah Batavia dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Penelitian menemukan bahwa pembangunan perpipaan untuk Batavia tidak berlangsung cepat dan melibatkan berbagai diskusi, akuisisi, serta menghadapi hambatan dalam peremajaan pipa akibat kerusakan dan tunggakan pembayaran biaya air bersih oleh masyarakat.
This article investigates the important role of the Dutch colonial government in providing clean water for the Batavia region between 1918 and 1930. Using a historical approach, this research analyzes the concrete steps taken by the colonial government in improving water infrastructure in Batavia and their efforts in overcoming the problem of availability. clean water. The analysis includes policies, construction projects, and the role of government institutions in water resources management. This article also aims to provide insight into the impact of colonialism on infrastructure and public services in the Dutch colony, as well as its implications for the people of Batavia. Sources used include contemporary newspapers, contemporary magazines/reports such as Publicaties der Gemeente Batavia and Verslag van Toestand der Gemeente Batavia, as well as Gemeente Batavia meeting notes, books and articles about clean water management in the Batavia region from the National Library of the Republic of Indonesia. Research found that the construction of pipes for Batavia did not proceed quickly and involved various discussions, acquisitions, and faced obstacles in renovating pipes due to damage and arrears in paying clean water fees by the community."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annalia
"Penelitian ini mengeksplorasi fenomena eksklusi berlapis yang dialami oleh perempuan di Kelurahan Dadap dalam konteks akses air bersih dan sanitasi. Untuk menjelaskan permasalahan di atas, penelitian ini mengadopsi metode penelitian dengan jenis kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analitik yang menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara mendalam. Penelitian ini menggunakan teori Feminist Political Ecology (FPE) yang dikembangkan oleh Rebecca Elmhirst dan teori interseksionalitas yang diperkenalkan oleh Kimberle Crenshaw sebagai pisau analisis. Hasilnya, melalui analisis kisah hidup lima perempuan, Risda, Dewi, Ratna, Nurhayati, dan Lilis, ditemukan bahwa ketidaksetaraan gender dan ketidakadilan sosial memperparah kesulitan yang dihadapi oleh mereka. Perempuan di Kelurahan Dadap tidak hanya harus mengatasi beban pekerjaan rumah tangga dan tanggung jawab keluarga, tetapi juga tantangan lingkungan seperti banjir rob dan penyumbatan gorong-gorong yang mengancam kesehatan mereka. Kurangnya respons pemerintah terhadap keluhan warga memperburuk situasi ini, membuat perempuan harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan akses air bersih dan sanitasi yang layak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah akses air bersih dan sanitasi bukan hanya isu teknis, tetapi juga terkait dengan ketidaksetaraan gender dan keadilan sosial. Oleh karena itu, intervensi yang lebih adil dan responsif sangat diperlukan untuk mengatasi eksklusi yang dialami oleh perempuan di Kelurahan Dadap.

This study explores the phenomenon of layered exclusion experienced by women in Dadap Village in the context of access to clean water and sanitation. To elucidate the aforementioned issue, this study adopts a qualitative research method with a descriptive-analytical approach, employing data collection techniques such as observation and in-depth interviews. The research utilizes the Feminist Political Ecology (FPE) theory developed by Rebecca Elmhirst and the intersectionality theory introduced by Kimberle Crenshaw as analytical frameworks. As a result, through the analysis of the life stories of five women — Risda, Dewi, Ratna, Nurhayati, dan Lilis — reveal that gender inequality and social injustice exacerbate the challenges they face. Women in Dadap Village not only have to overcome the burden of household chores and family responsibilities but also environmental challenges such as tidal floods and clogged sewers that threaten their health. The lack of government response to residents’ complaints worsens this situation, making women struggle harder to obtain access to clean water and adequate sanitation. The findings indicate that the issue of access to clean water and sanitation is not merely a technical issue but also relates to gender inequality and social justice. Therefore, more equitable and responsive interventions are urgently needed to address the exclusion experienced by women in Dadap Village."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jhonopa
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang penyusunan Program Pembangunan Nagari yang melibatkan partisipasi masyarakat. Penelitian ini dipandang penting mengingat tradisi nagari merupakan suatu bentuk hubungan sosial dalam masyarakat, dimana sebagai konsekuensinya terbentuk Nagari dan Pemerintahan Nagari. Sebagai operasionalisasi kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan maka masing-masing Nagari perlu menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari (APBN). Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 4 Tahun 2001 disebutkan bahwa Nagari menyelenggarakan otonomi sendiri dan berhak mengatur rumah tangga sendiri sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakatnya. Nagari harus menyusun program-program penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang diaplikasikan dalam program tahunan Nagari untuk seterusnya dijabarkan dalam APBN.
Dalam penyusunan Program Pembangunan oleh Pemerintahan Nagari sangat diperlukan peran serta dari masyarakat, masyarakat pada dasarnya masih memiliki berbagai keterbatasan dalam proses penyusunan tersebut. Sehubungan dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana partisipasi masyarakat dalam penyusunan program pembangunan Tahun 2003 di Kenagarian Singkarak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Adapun teknik pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan para informan di lapangan dan studi kepustakaan. Sementara itu pemilihan informan dilakukan dengan purposive sampling ?Dalam menentukan sample penelitian adalah orang yang benar-benar mengetahui dan dianggap dapat memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan permasalahan penelitian?, dengan lingkup informan mencakup BPN, wali nagari/aparat, kepala-kepala Jorong dan tokoh-tokoh masyarakat.
Dari hasil temuan di lapangan dapat diketahui bahwa penyusunan program pembangunan Nagari yang dilaksanakan dalam beberapa tahap penyusunan, terdiri dari: penyusunan di tingkat Jorong, penyusunan di tingkat Nagari dan penyusunan program pembangunan oleh Pemerintah Nagari. Peran Wali Nagari yang melibatkan partisipasi masyarakat telah terlihat sejak awal penyusunan Rencana program pembangunan di tingkat Jorong. Partisipasi masyarakat tersebut tercakup dalam penyusunan yang mewujudkan berbagai program yang bertujuan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Kondisi ini bisa tercipta karena ditunjang oleh kapasitas kemampuan yang dimiliki oleh Wali Nagari dalam menjalankan peran sebagai seorang fasilitator pembangunan di Nagari. Di samping itu kondisi sosial masyarakat yang masih homogen menyebabkan ikatan dan nilai-nilai sosial seperti kebersamaan, gotong royong dan lain sebagainya masih melekat kuat pada masyarakat nagari dan temyata kondisi tersebut bisa dimanfaatkan sehingga turut mendorong penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari yang partisipatif.
Badan Perwakilan Nagari (BPN) yang seharusnya berperan menjaring aspirasi masyarakat dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi ternyata belum terlaksana dengan optimal. Kondisi ini dibuktikan dengan enggannya masyarakat nagari menyampaikan aspirasi kepada BPN sebagai bahan masukan dalam penyusunan program pembangunan nagari. Partisipasi masyarakat dalam penyusunan program pembangunan perlu ditingkatkan secara terus- menerus dan berlangsung berkesinambungan. Karena untuk meningkatkan partisipasi masyarakat tidak dapat dilakukan hanya dengan sekejap, akan tetapi harus ada langkah-langkah nyata untuk mewujudkannya.
Untuk menyikapi kondisi dan permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyusunan program pembangunan nagari yang ideal oleh nagari diperlukan berbagai pembenahan. Pembenahan harus dilakukan terhadap kondisi internal nagari terutama peningkatan kerjasama antara Wali Nagari/aparat nagari dan BPN agar mampu menjalankan perannya sebagai fasilitator pembangunan. Kemudian perbaikan juga ditujukan kepada masyarakat agar mampu mengerti dan menyadari permasalahan, kebutuhan dan potensi yang dimilikinya. Selain itu diperlukan kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang lebih atas (Pemerintah Kabupaten) yang mendukung terwujudnya partisipasi bagi masyarakat nagari."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14000
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Quercia, Francesca F., editor
"This book addresses questions of relevance to governments and industry in many countries around the world, in particular concerning the link between contaminated-land-management programs and the protection of drinking water resources and the potential effects of climate changes on the availability of these same resources. On the “problem” side, it reports and analyzes methodologies and experiences in monitoring and characterization of drinking water resources (at basin, country and continental scales), pollution prevention, assessment of background quality and of impacts on safety and public health from land and water contamination and impacts of climate change. On the “solution” side, the book presents results from national cleanup programs, recent advances in research into groundwater and soil remediation techniques, treatment technologies, research needs and information sources, land and wastewater management approaches aimed at the protection of drinking water."
Dordrecht, Netherlands: Springer, 2012
e20401957
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Margareta Novia Asih Christami
"ABSTRAK
Pencemaran domestik telah menyebabkan kontaminasi terhadap air Sungai Pesanggrahan. Pengolahan kimia sebagai reaksi untuk menurunkan polutan menghasilkan byproduct berupa limbah B3 yang mahal pengolahannya dan berpotensi mencemari lingkungan. Tingginya pencemaran air Sungai Pesanggrahan berupa TSS 11,1 ndash; 243,8 mg/L, COD 17,8-165,2 mg/L, Total Fosfat 0,12-0,74 mg/L, dan NH3-N 0,094-1,04 mg/L telah melampaui syarat mutu Kelas I air baku air minum berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001. Oleh karenanya, pengolahan biologis Aerated Submerged SpongeBed Biofilter dapat dijadikan rekomendasi pretreatment proses IPAM karena sifat ramah lingkungan dan kemampuan mereduksi beban pencemar organik dengan baik. Untuk mereduksi beban organik tersebut, dilakukan pendekatan skala lab dengan modifikasi 15 media dalam reaktor bervolume 6 L dengan suplai udara 7 L/menit. Variasi waktu tinggal ditinjau pada 1; 1,5; 2 jam. Didapatkan bahwa removal tertinggi terjadi pada waktu retensi 1,5 jam dengan kemampuan reduksi 75,5 0,12 TSS; 59,1 0,14 COD; 57,1 0,27 Total Fosfat; dan 45,5 0,37 NH3-N. Penurunan ammonia berlangsung pada orde nol dengan koefisien 0,005 g/m2-hari pada HRT optimumnya: 1,5 jam. Efek setelah pengolahan juga ditinjau menggunakan Jartest dan ditemukan bahwa pengolahan biofilter spongebed mampu menurunkan kebutuhan dosis koagulan optimum PAC dari sekitar 50 mg/L menjadi 5 mg/L. Kekeruhan dan COD pun mampu diturunkan dari 135 NTU menjadi sekitar 0,5 NTU dan dari 33 mg/L menjadi 14 mg/L.

ABSTRACT
The domestic source has caused contamination into Pesanggrahan River water. Chemical treatment as a reaction to decrease this pollutant produces by products in the form of Toxic and Hazardous Wastes which are both expensive to process and have high potential to pollute the environment. High contamination of Pesanggrahan River such as TSS 11.1-243.8 mg L, COD 17.8-165.2 mg L, Total Phosphate 0.12-0.74 mg L, and NH 3 N 0.094 ndash 1.04 mg L has exceeded the standard of Class I Raw Water for Drinking Water based on Government Regulation Number 82 Year 2001. Therefore, the biological treatment using Aerated Submerged Spongebed Biofilter can be proposed as a pretreatment recommendation for Drinking Water Treatment Plant processing due to its environmental friendly property and its ability to reduce the organic pollutant really well. To see the implementation of organic load reduction, a lab scale experiment with a modified volume of 15 media was applied in a 6L reactor with 7 L min oxygen supply. Variations of retention time were evaluated at 1 1,5 2 hours. It was found that the highest removal efficiency occurred at HRT 1,5 hours with the reduction capability of 75.5 0.12 TSS 59.1 0.14 COD 57.1 0.27 Total Phosphate and 45.5 0.37 NH3 N. Ammonia reduction obtained at zero order reaction with the coefficient of 0.005 g m2day on its most optimum hydraulic retention time 1,5 hours. The post treatment effects were also reviewed using Jartest. It was found that the spongebed biofilter was able to decrease the need for optimum coagulant dose or PAC from around 50 mg L to 5 mg L. Turbidity and COD could also be derived from 135 NTU to around 0.4 NTU, and from 33 mg L to 14 mg L."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Noviyanti Nurzanah
"Perbedaan pedesaan perkotaan dalam hal air dan sanitasi menjadi hambatan utama bagi Indonesia untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Di Provinsi Bengkulu, hanya 39,22% memiliki akses ke sanitasi dan 41,08% akses ke air bersih. Perbedaan sosial ekonomi di daerah perkotaan dan pedesaan dan rendahnya akses di Provinsi Bengkulu menjadi masalah besar untuk memastikan peningkatan fasilitas air dan sanitasi untuk semua, sehingga membantu mengendalikan sejumlah besar penyakit menular. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan tata ruang pedesaan perkotaan dalam akses terhadap peningkatan fasilitas air dan sanitasi di Provinsi Bengkulu. Data diperoleh dari Potensi Desa 2018 dari BPS dengan 148 sampel di setiap kategori wilayah. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional untuk menggambarkan perbedaan perkotaan dan pedesaan untuk akses peningkatan jamban, pengelolaan limbah, pembuangan air limbah, air bersih, air minum, dan kondisi struktural. Hasil dari penelitian ini menemukan daerah perkotaan memiliki akses yang lebih baik ke sanitasi dan air yang lebih baik daripada di daerah pedesaan. Tata ruang pedesaan perkotaan memiliki perbedaan yang signifikan untuk memperbaiki jamban (OR 11.091, 95% CI 6.393-19.240), pengelolaan limbah (OR 85.792, 95% CI 34.679-212.239), air limbah buangan (OR 9.197, 95% CI 5.341-15.835), bersih air (OR 2,988, 95% CI 1.048 - 8.521), dan air minum (OR 0,114 95% CI 0,047-0,279).

Urban rural differences in water and sanitation become a major obstacle for Indonesia to achieve the Sustainable Development Goals. In Bengkulu Province, only 39.22% had access to sanitation and 41.08% access to clean water. Socioeconomic differences in urban and rural areas and low access in Bengkulu Province are major problems to ensure improved water and sanitation facilities for all, thus helping to control a large number of infectious diseases. This study aims to describe the differences in urban urban spatial planning in access to improved water and sanitation facilities in Bengkulu Province. Data was obtained from Village Potential 2018 from BPS with 148 samples in each regional category. This study uses a cross-sectional design to describe urban and rural differences for improved access to latrines, waste management, waste water disposal, clean water, drinking water, and structural conditions. The results of this study found that urban areas have better access to better sanitation and water than in rural areas. Urban rural spatial planning has significant differences to improve latrines (OR 11,091, 95% CI 6,393-19,240), waste management (OR 85,792, 95% CI 34,679-212,239), waste water (OR 9,197, 95% CI 5,341-15,835) ), clean water (OR 2.988, 95% CI 1.048-8.521), and drinking water (OR 0.114 95% CI 0.047-0.279)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Ilafa Ramadhani
"Akses ke sanitasi dan sumber air masih terbatas di Indonesia, dengan banyak komunitas yang masih terpapar buang air besar sembarangan. Penelitian menunjukkan bahwa sanitasi dan sumber air yang tidak memadai dapat menyebabkan penyakit yang berdampak negatif pada kinerja akademis, termasuk kehadiran di sekolah, rentang perhatian, dan retensi informasi. Hal ini menekankan pentingnya sanitasi yang layak. Memiliki akses ke sanitasi dan air yang layak di rumah tangga dapat menghasilkan hasil pendidikan yang lebih baik, termasuk kemampuan kognitif. Studi ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan: apakah anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan sanitasi yang lebih baik memiliki skor kognitif yang lebih tinggi? Dengan menggunakan analisis t-test, studi ini membandingkan rata-rata skor kognitif anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan sanitasi yang lebih baik, yang mencakup sumber air dan fasilitas toilet, dengan mereka yang tinggal di rumah tangga dengan fasilitas sanitasi yang tidak memadai. Analisis ini mengungkapkan bahwa anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan sanitasi yang lebih baik memiliki skor kognitif yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di rumah tangga dengan fasilitas yang tidak memadai, yang menyoroti peran penting sanitasi yang layak dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak.


Access to sanitation and water sources remains limited in Indonesia, with many communities still exposed to open defecation. Studies indicate that inadequate sanitation and water sources can lead to illnesses that negatively impact academic performance, including school attendance, attention span, and information retention. This underscores the importance of proper sanitation. Having access to proper sanitation and water in households can lead to better educational outcomes, including cognitive ability. This study seeks to answer the question: do children living in households with improved sanitation have better cognitive scores? By using t-test analysis, this study compares the mean cognitive scores of children living in households with improved sanitation, which includes water sources and toilet facilities, to those living in the households with unimproved sanitation facilities. The analysis reveals that children living in households with improved sanitation have significantly higher cognitive scores compared to those living in households with unimproved facilities, highlighting the critical role of proper sanitation in improving children’s cognitive development.

 

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>