Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163639 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Arum Wulandari
"Meningkatnya pemenuhan energi dan semakin seringnya isu mengenai permasalahan lingkungan membuat para peneliti selalu mencari solusi yang tepat agar dapat mengamankan ketersediaan energi dan meminimalisir efek lingkungan yang mungkin terjadi. Salah satu teknologi yang layak untuk dikembangkan lebih lanjut dalam mengatasi kedua masalah tersebut adalah sistem pendingin dan penyimpanan energi panas secara adsorpsi. Penelitian yang dilakukan ini merupakan menguji kinerja adsorber tipe fin-tube dalam sistem pendingin dan penyimpan panas adsorpsi menggunakan pasangan adsorben dan adsorbat berupa zeolit alam - air. Metodologi yang dilakukan adalah rancang bangun adsorber tipe fin tube dan alat uji adsorpsi serta menguji kinerjanya. Variasi yang dilakukan adalah menggunakan adsorber tipe fin-tube yang mempunyai jarak antar fin 2 mm dan 3 mm, temperatur adsorpsi dan temperatur evaporasi. Selanjutnya dilakukan analisa kharakteristik thermal sehingga didapat kapasitas massa yang terserap maksimal adalah 62,2%, COP sistem pendingin maksimal sebesar 0,44 serta efisiensi thermal sistem penyimpan panas tertinggi sebesar 28,61%.

The increasing supply of energy and more frequent issues regarding environmental problems makes researchers always look for the right solution in order to secure energy availability and minimize the environmental effects that may occur. One technology that deserves to be further developed in overcoming these two problems are the cooling system and thermal energy storage by adsorption. This research was conducted to test the performance of the fin-tube type adsorber in the cooling system and adsorption thermal energy storage using an adsorbent and adsorbate pair in the form of natural zeolite - water. The methodology used are the design of the fin tube type adsorber, adsorption test equipment and performance test. The variations are using a fin-tube type adsorber which has a fin pitch of 2 mm and 3 mm, the adsorption temperatur and the evaporation temperatur. Furthermore, the thermal characteristics analysis was carried out so that the maximum absorbed mass capacity was 62.2%, the maximum cooling system COP was 0.44 and the highest thermal efficiency of the thermal energy storage system was 28.61%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Bagja Wirawan
"Indonesia memiliki suhu tinggi dan kondisi iklim lembab. Mengontrol kelembaban penting untuk memastikan lingkungan yang sehat, produktif, dan nyaman (Salarian et al., 2009). Saat ini, sistem berbasis siklus kompresi uap mendominasi industri pendinginan di seluruh dunia, namun penggunaan Sistem Kompresi Uap (Vapor Compression System) tidak efisien untuk menangani beban laten yang tinggi. Integrasi sistem liquid desiccant ke dalam sistem pendingin udara dapat mengurangi konsumsi energi hingga 30%, sehingga sistem pendingin pengering dapat menurunkan konsumsi energi (Salarian et al., 2009; Zhang et al., 2019). Penelitian ini mengkaji kinerja sistem liquid desiccant dengan memvariasikan distributor solusi untuk melihat kinerja dehumidifikasi dan rasio kebasahan (wetting ratio) dari two-row wavy fin and tube heat exchanger yang digunakan. Dalam sistem liquid desiccant ini, heat exchanger tipe sirip dan tabung (fin and tube) akan bersilangan dengan aliran udara secara horizontal dan aliran larutan secara vertikal. Dengan rasio kebasahan yang lebih baik dari larutan ke permukaan heat exchanger, fenomena perpindahan massa dapat ditingkatkan. Investigasi akan dilakukan dengan melihat kemampuan dehumidifikasi dari masing-masing distributor dan menggunakan metode image processing untuk melihat rasio kebasahan pada permukaan heat exchanger. Tiga pola distributor digunakan, dengan dehumidifikasi dan rasio kebasahan yang lebih baik diperoleh pola distributor kedua dengan rasio kelembaban 6,5 g/kg, 7,7 g/kg, dan 8,3 g/kg.

Indonesia has a high temperature and humid climate condition. Controlling humidity is important for ensuring a healthy, productive, and comfortable environment (Salarian et al., 2009). Currently, vapor compression cycle-based systems dominate the worldwide cooling industry, however, the usage of a Vapor Compression System (VCS) is inefficient to deal with the high latent load. The integration of a desiccant dehumidification system into an air conditioning system can reduce energy consumption by up to 30%, thus desiccant cooling systems can lower energy consumption (Salarian et al., 2009; Zhang et al., 2019). This study investigates the performance of a liquid desiccant system with varying the solution distributor to see the dehumidification performance and wetting ratio of the two-row wavy fin and tube heat exchanger used. In this liquid desiccant system, the fin and tube heat exchanger will cross with airflow horizontally and the flow of the solution vertically. With a better wetting ratio of the solution to the surface of the heat exchanger, the mass transfer phenomena can be improved. The investigation will be carried out by looking at the dehumidification capabilities of each distributor and the image processing to see the wetting ratio to the surface of the heat exchanger. Three patterns of distributors are used, with better dehumidification and wetting ratio obtained by the second distributor pattern with Δ humidity ratio of 6.5 g/kg, 7.7 g/kg, and 8.3 g/kg."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vega Riyanti
"ABSTRAK
Setiap Air Conditioner mengguuakan reiiigeran sebagai Huida kexja. CO2 merupakan altematif refdgeran yang tidak beracun, tidak berbahaya dan mempalcan refrigeran yang mendekati ideal. CO2 sebagai reliigeran dapat berfungsi efelctif bila diterapkan pada Siklus Translcritikal, di mana tekanan konclensemya berada di atas tekanan kdtis. Untuk itu, perlu dibuat suatu desain konstruksi yang sesuai dengan karalcteristik CO1 dalam siklus kompresi uap Dalam AC, kond ser adalah salah satu komponen utamanya. Alat tersebut berimgsi untuk membuang panas alcibat kelja kompresor dan panas yang diserap evapolator.
Pada siklus transkritikal, di kondenser teljadi pelepasan panas dalam .Else tmmggal bukan kondensasl sepertj pada sistem pendingin umumnya, karena itu disebut Gas Cooler. Permcangan ini m itikberatkan pada desain termalnya namun menyesuaikan dengan karakteristik C01 yang memerlukan perhatian khusus pada ketebalan tube dau pressure drop yang besar.
Kapasitas pendinginan pada evaporator dalam perancangan ini adalah 5 TR., di mana refxigeran mengalir di dalam tube dan udara mengalir dengan arah menyilang berkas tube. Temperatur udara masuk 30°C dan temperatur udara keluar 40°C, sedangkan temperatur CO2 masuk adalah 81,26°C dan temperatur CO2 keluar 45°C. Ienis gas cooler pada perancangan ini adalah tipe fin and tube dengan jenis _fin plat kontinu berbentuk segi ernpat datar, dengan material aluminium, jumlahjin 394 finlm, dan tebaljln 0,203 mm.
Dari perhitungan rancangan ini dengan iterasi menggunakan Micosoj? Excel diperoleh data bahwa diameter tube relatif lebih kecil clari diameter tube standar yang digunakan clalan sistem AC Split dan pressure drop yang culcup tinggi. Karena aliran massa yang cukup besar, aliran massa dibagi atas 10 sirkuit untnk mengurangi jatuh tekanan. Tube menggunakan bahan Stainless Steel dengan diameter luar/diameter dalam 5,6/4,3 mm dengan susunan 3 baris dan 50 tube per baris. Panjang tube keselumhan adalah l27,5 m dengan luas perpindahan panas 18,70 ml. Sehingga jatuh tekanan di dalam pipa pada tiap sirl-:uit adalah 111046 Pa sedangkan jatuh tekanan pada sisi udara adalah 156 Pa.

"
2000
S37179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Susilowati
"Dalam Penelitian ini ingin diketahui keefektifan proses kombinasi fotokatalisis dan adsorpsi dengan TiO2 dan zeolit alam Lampung (ZAL). Alat yang digunakan berbentuk kotak dilengkapi dengan lampu UV-A, panel aluminium berlapis TiO2-ZAL, dan kipas penyedot. Panel aluminium dikombinasikan dengan fotokatalis TiO2 dan adsorben ZAL melalui metode penyemprotan.
Hasil pengujian kinerja alat penangkap nyamuk menunjukkan bahwa panel yang dilapisi TiO2-30% ZAL memberikan kondisi yang maksimal untuk menarik nyamuk dan mendegradasi gas asetaldehida dan toluena. Kombinasi proses yang mengintegrasikan fotokatalisis dan adsorpsi sangat menjanjikan untuk diterapkan pada alat perangkap nyamuk fungsi ganda ini.

This study wanted to know the effectiveness of the combination photocatalysis and adsorption with TiO2 and Lampung's natural zeolite. The instrument used is a box equipped with UV-A light, TiO2-Lampung's natural zeolite coating aluminum panels, and the suction fan. Aluminum panels was combined with TiO2 photocatalysis and Lampung's natural zeolite adsorbent through spraying methods.
The results of performance from testing tool in catching mosquitoes showed that TiO2-Lampung's nature zeolite coated panles gave the maximum condition in attracting mosquitoes and degrading acetaldehyde and toluene gas. The combination of photocatalysis and adsorption which is integrated is very promising to be applied on the mosquito double trap functioned tool.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51714
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adenia Gita Dianty
"Oksigen dengan kemurnian yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal. Metode pemurnian oksigen yang akan diaplikasikan pada penelitian ini adalah teknik Pressure Swing Adsorption PSA . Adsorben yang akan digunakan adalah zeolit alam, yaitu ZAL Zeolit Alam Lampung . Zeolit alam memiliki sifat non-polar, sehingga akan mengadsorpsi gas dengan momen quadrupol tinggi, yaitu nitrogen. Variabel bebas pada penelitian ini adalah ukuran adsorben dan konsentrasi aktivator asam H2SO4. Ukuran adsorben yang digunakan adalah 18-35 mesh, 35-60 mesh, dan 60-100 mesh. Konsentrasi aktivator asam H2SO4 yang digunakan adalah 1M, 2M dan 3M. Adsorben diaktivasi dengan aquademin, H2SO4, NaOH, dan kalsinasi. Selain itu, akan dilakukan modifikasi pada ZAL dengan teknik impregnasi basah menggunakan larutan AgNO3, dengan -loading nominal 1 -berat. Adsorben dikarakterisasi menggunakan BET, FTIR, XRF, XRD dan SEM-EDX Adsorben 35-60 mesh 1M menunjukkan hasil adsorpsi terhadap molekul nitrogen yang paling tinggi, dengan peak terendah sebesar 60356 V. Didapatkan juga bahwa ZAL-lah yang memiliki peran utama dan dominan dalam mengadsorpsi nitrogen, sementara AgxO tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada kinerja adsorben.

High purity oxygen can be used for various things. Oxygen purification method to be applied on this research is the Pressure Swing Adsorption PSA technique. The adsorbent that would be used is a natural zeolite, namely ZAL Zeolit Alam Lampung . Natural zeolite has non polar properties, so it will adsorb gas with high quadrupole moment, which is nitrogen. The varied variable is the size of adsorbent and the concentration of H2SO4. The sizes are 18 35 mesh, 35 60 mesh, and 60 100 mesh. While the H2SO4 concentration are 1M, 2M and 3M. The The adsorbent will be activated in aquademine, H2SO4, NaOH, and through a calcination process. Moreover, ZAL will also be modified by wet impregnation technique using AgNO3 solution with 1 wt loading nominal. The adsorbents were characterized using BET, FTIR, XRF, XRD and SEM EDX. ZAL 35 60 mesh 1M showed the best performance on adsorbing nitrogen, with its lowest peak at 60356 V. The result of this research suggested that ZAL itself has the main role on adsorbing nitrogen, while AgxO did not give any significant effect."
2017
S67680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Agus Bayu Prasetyo
"Rekayasa terhadap material zeolit alam Bayah untuk memperbaiki karakteristik material yang lebih baik dan seragam telah dilakukan dengan menambahkan FeCl3.6H2O dan proses perlakuan ultrasonik dengan variasi waktu untuk melihat perubahan yang terjadi pada zeolit. Karakterisasi dengan XRD memperlihatkan puncak baru difraksi, hasil konfirmasi dengan EDS menunjukkan perubahan elemen Fe sebesar 215.77%wt. Distribusi ukuran partikel dengan metode NIBS memperlihatkan hubungan antara waktu proses ultrasonik terhadap ukuran partikel, semakin lama proses ultrasonik akan berdampak pada ukuran partikel, selain itu pada pengujian BET juga memperlihatkan adanya perbaikan luas permukaan sebesar 30.80%, volume pori-pori 62.51% dan ukuran pori-pori 5.50%. Perlakuan ultrasonik terhadap zeolit juga memperlihatkan pergeseran bidang kristal (020) dan (200) pada intensitas difraksi tertinggi XRD. Spektrum infra merah zeolit yang di ultrasonik juga memperlihatkan munculnya puncak kedua hydroxil, peregangan O-H pada 3.800-3.400 cm-1 menunjukkan bahwa absorbsi ganda yang muncul sangat bermanfaat sebagai bahan baku absorbsi, hasil analisa setelah proses adsorbsi H2S juga memperlihatkan pergeseran puncak adsorbsi sinar infra merah dan munculnya ikatan S=O. Kinerja zeolit Bayah dengan penambahan FeCl3.6H2O dan perlakuan ultrasonik, memperlihatkan kenaikan adsorbsi gas H2S sebesar 70%wt sampai 117%wt lebih tinggi dibandingkan tanpa penambahan FeCl3.6H2O dan perlakuan ultrasonik. Kinerja adsorbsi gas H2S hasil riset zeolit Bayah juga menunjukkan kinerja adsorbsi maksimum 150%wt lebih tinggi dari produk komersial PURAFIL® PURACARB MEDIA.

Modification of Bayah natural zeolite to improve material characteristics and uniformly has been done by adding FeCl3.6H2O and ultrasonic treatment process with a time variation to see changes that occur in zeolites. XRD characterization showed a new diffraction peak, the confirmation results with EDS showed changes in Fe elements of 215.77% wt. Particle size distribution using the NIBS method shows the relationship between ultrasonic processing duration to particle size, the longer the ultrasonic process will have an impact on particle size. BET testing also shows an improvement in surface area of ​​30.80%, pore volume 62.51% and pore size 5.50%. The ultrasonic treatment of zeolite also shows a shift in the crystalline plane (020) and (200) at the highest diffraction intensity of XRD. Infrared spectrum in the ultrasonic process also shows the emergence of a second hydroxil peak, OH stretching at 3,800-3,400 cm-1 shows that the emerging double absorption is very useful as a raw material for absorption and the appearance of the S=O bond. Bayah zeolite performance with the addition of FeCl3.6H2O and ultrasonic treatment, showed an increase in H2S gas adsorption of 70% wt to 117% wt higher than without the addition of FeCl3.6H2O and ultrasonic treatment. The performance of H2S gas adsorption from the Bayah zeolite research also shows a maximum adsorption performance of 150% wt higher than the PURAFIL® PURACARB MEDIA commercial product."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
D2641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeshinta Risky Priasmara Putri
"Limbah zat warna memberikan dampak negatif dengan semakin bertambahnya industri tekstil. Congo red adalah zat warna sintetis yang beracun dan stabil di lingkungan. Salah satu solusi untuk mengurangi limbah zat warna adalah adsorpsi. Penelitian ini menggunakan zeolit alam Bayah yang berpotensi sebagai adsorben zat warna. Dilakukan pula modifikasi menggunakan kitosan nanopartikel untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi, kemudian dilakukan karakterisasi dengan FTIR. Diantara Nazeolit@chit (Na-zeolit modifikasi nanokitosan), ZeolitA@chit (zeolit aktif modifikasi nanokitosan) dan ZeolitA (zeolit aktif), Nazeolit@chit memiliki daya adsorpsi tertinggi. Modifikasi dengan performa terbaik ditunjukkan pada pelapisan nanokitosan sebanyak 3 kali dari percobaan sampai 7 kali pelapisan. Kemampuan NaZeolit@chit untuk mengadsorpsi zat warna congo red pada larutan cair telah dilakukan dengan memvariasikan waktu kontak (5-60 menit), pH (3,5-6,5), dan konsentrasi (200- 1200 ppm). Kondisi optimum adsorpsi congo red pada konsentrasi 800 ppm, waktu 5 menit dan pH 5 sebagai waktu kontak dan pH optimum dengan kapasitas adsorpsi sebesar 3,98 mg/g. Konsentrasi congo red ditentukan dengan UV-Vis. Hasil pengujian isotherm adsorpsi menunjukkan bahwa adsorpsi congo red pada Nazeolit@chit mengikuti isotherm adsorpsi Freundlich. Studi kinetika adsorpsi mengikuti persamaan orde dua semu.

Waste dyes adversely impact with the growing textile industry. Congo red is a synthetic dyes are toxic and stable in the environment. One solution to reducing waste is dye adsorption. This study uses the Bayah natural zeolite as adsorbent dyes. Also conducted using a modification of chitosan nanoparticles to enhance the adsorption capacity, and characterization by FTIR. Among Nazeolit @ chit (Na-zeolite modification nanokitosan), ZeolitA @ chit (activated zeolite modification nanokitosan) and ZeolitA (active zeolite), Nazeolit @ chit has the highest adsorption capacity. Modifications to the best performance shown in coating nanokitosan 3 times of trial to 7 times coating. Ability NaZeolit @ chit to adsorb dye congo red in aqueous solution has been carried out by varying the contact time (5-60 minutes), pH (3.5 to 6.5), and concentration (200-1200 ppm). Optimum conditions congo red adsorption at a concentration 800 ppm, 5 minutes and pH 5 as contact time and pH optimum adsorption capacity of 3.98 mg / g. Congo red concentration was determined by UV-Vis. The test results showed that the adsorption isotherm adsorption congo red on Nazeolit @ chit Freundlich adsorption isotherm follows. Study of adsorption kinetics followed the pseudo- second-order equation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Azzahra Putri
"

Bioetanol dapat digunakan sebagai campuran bahan bakar fosil, namun untuk dapat digunakan bioetanol harus melalui proses pemurnian terlebih dahulu. Teknologi adsorpsi merupakan salah satu proses yang dapat digunakan dalam pemurnian bioetanol untuk menghasilkan kemurnian tinggi secara efektif baik dari segi proses maupun biaya. Adsorben zeolit merupakan salah satu adsorben yang dapat digunakan pada proses pemurnian campuran etanol – air karena mempunyai daya serap tinggi, relatif tidak mudah jenuh, selektivitas yang tinggi, dan mudah di regenerasi. Penelitian ini membahas hubungan karakterisasi adsorben dengan keefektifan proses pemurnian etanol – air yang dilakukan pada kolom adsorpsi kontinyu unggun tetap menggunakan dua jenis adsorben zeolit (3A dan 4A).  Uji adsorpsi dilakukan pada kondisi operasi suhu dan tekanan ruangan (20oC dan 1 atm), dan mengalirkan etanol dengan kemurnian awal 50% v/v dan 10% v/v selama 5 jam dengan laju alir 10 mL/menit kedalam kolom. Hasil penelitian ini berupa kurva breakthrough yang digunakan untuk menganalisa performa adsorben pada proses pemisahan etanol – air. Didapat bahwa adsorben zeolit 3A dengan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan zeolit 4A dan diameter pori yang mendekati besar molekul air, mempunyai performa adsorpsi yang lebih baik karena menghasilkan kemurnian etanol paling tinggi, yaitu sebesar 62,4% v/v untuk konsentrasi awal etanol 50% v/v dan 33,27% v/v untuk konsentrasi awal etanol 10% v/v.


In order to use bioethanol as fuels mixtures, bioethanol should go through purification process. One of the economically and effective purification process that can be used to separate ethanol – water mixture is adsorption process. Zeolite adsorbent is one of the adsorbents that can be used in the purification process of the ethanol-water mixture because it has high adsorption capacity, not easily saturated, high selectivity, and easy to regenerate. This study discusses the relationship between adsorbent characterization and the effectiveness of the ethanol – water purification process carried out in a fixed bed adsorption column using two types of zeolite adsorbents (3A and 4A). This research is carried out under operation condition of atmospheric temperature and pressure (20oC dan 1 atm), with 50% v/v and 10% v/v ethanol inlet concentration which has 10 mL/min flow rate. The results of this study are presented in breakthrough curve which will be used to analyse the adsorption performance that has been done. It was found that zeolite 3A adsorbent with a larger surface area and pore diameter which has closest size with water molecules size, has better adsorption performance resulting the highest ethanol purity, which is 62.4% v/v for the initial concentration of ethanol 50% v/v and 33.27% v/v for initial concentration of ethanol 10% v/v.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Amalina Qismina Fajrianti
"Sintesis zeolit NaY dari zeolit alam Bayat dilakukan melalui metode hidrotermal dengan teknik seeding. Sintesis dilakukan berdasarkan komposisi Al2O3: 10 SiO2: 10,3 Na2O: 180,3 H2O rasio molar . Sebelum dilakukan sintesis, zeolit alam Bayat dipreparasi melalui proses purifikasi dan depolimerisasi. Hasil XRD menunjukkan bahwa zeolit yang dihasilkan merupakan zeolit NaY yang didominasi oleh kerangka sodalite. Hasil SEM-EDX memperlihatkan morfologi zeolit NaY seperti tumpang tindih dengan rasio Si/Al sebesar 2,30. Berdasarkan penelitian, zeolit NaY hasil sintesis memiliki sisi aktif yang besar sehingga dapat berperan menjadi adsorben ion logam kadmium II dan kobalt II. Hal ini dibuktikan dengan kapasitas adsorpsi ion kadmium II rata-rata zeolit NaY hasil sintesis lebih tinggi daripada kapasitas rata-rata adsorpsi dari zeolit alam Bayat raw pada waktu optimum 120 menit, 33,46 mek/100 g untuk zeolit alam Bayat raw dan 105,60 mek/100 g untuk zeolit NaY hasil sintesis. Kapasitas adsorpsi ion kobalt II rata-rata zeolit NaY hasil sintesis juga lebih tinggi daripada kapasitas rata-rata adsorpsi dari zeolit alam Bayat raw pada waktu optimum 120 menit, 12,88 mek/100 g untuk zeolit alam Bayat raw dan 78,25 mek/100 g untuk zeolit NaY hasil sintesis. Nilai kapasitas tukar kation zeolit alam Bayat raw adalah sebesar 24,41 mek/100 gram zeolit, sedangkan nilai kapasitas tukar kation zeolit NaY hasil sintesis adalah sebesar 43,45 mek/100 gram zeolit.

NaY zeolite was hydrothermally synthesized using seeding technique. The synthesis were performed according to the following composition of Al2O3 10 SiO2 10.3 Na2O 180.3 H2O molar ratio . XRD pattern confirmed that the structure was NaY zeolite. Before synthesis, natural zeolite Bayat were prepared through purification and depolymerization. From XRD measurement, it is observed that zeolite structures are dominated by sodalite framework. SEM EDX showed that NaY crystals were intergrowth with Si Al ratio of 2.30. In this study, NaY zeolite synthesized has more active sites to adsorb cadmium II and cobalt II ions because the average adsorption capacity cadmium II ions of as synthesized NaY zeolite is higher than the average adsorption capacity of raw Bayat natural zeolite at its optimum contact time 120 minutes, 33.46 meq 100 g for raw natural zeolite Bayat and 105.60 meq 100 g for as synthesized NaY zeolite. The average adsorption capacity cobalt II ions of as synthesized NaY zeolite is also higher than the average adsorption capacity of raw Bayat natural zeolite at its optimum contact time 120 minutes, 12.88 meq 100 g for raw natural zeolite Bayat and 78.25 meq 100 g for as synthesized NaY zeolite. The cation exchange capacity of raw Bayat natural zeolite is 24.41 meq 100 gram zeolite, besides the cation exchange capacity of as synthesized NaY zeolite is 43.45 meq 100 gram zeolite.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Rylzking
"ABSTRAK
E vapor a."Lor inerupakan sal ah sahu conhoh penukar kalor
jenis kompak. Evaporator yang dibahas disini adalah jenis
dongan all ran silang Cct-oss fhoxi}^. Pomasangan
fin-fin torsebut berfungsi untuk memperluas bidang
permukaan perpidahan kalor.
Evaporator telah banyak digunakan dan dikembangkan
baik konfigurasi geometrik maupun proses pierpindahan
kalornya. Dalam sistem pendinginan udara Cair
coTiidi Liortirt^y y evaporator memegang peranan paling penting
didalam siklus refrigerasi, yaitu mendinginkan media
seki tarnya.
Dal am proses perpindahan kalornya, evaporator yang
digunakan untuk pendinginan udara lembab, terjadi
perubahan f ase kondensasi di luar tube dan penguapan di
dal am tube. Perubahan fase ini sangat mempengaruhi
koefisien perpindahan kalor.
Pada kenyataannya koefisien perpindahan kalor
keseluruhan" tidak konstan, bervariasi terhadap lokasi
dan sangat dipengaruhi bilangan Reynold, sifat fisik
fluida, beda temperatur dan tekanan fluida. Karena
banyaknya variasi yang mempengaruhi perancangan
evaporator, tidak hanya perhitungan aritmatik tetapi lebih
khusus lagi karena banyaknya pertimbangan yang diberikan,
maka penyelesaiannya akan kompleks bila dilakukan dengan
perhitungan manual.
Perkembangan teknologi komputer dibidang software
maupun hardware, telah membantu perhitungan perekayasaan
yang kompleks, berulang dan iteratif. Dengan teknik finite
elemen dan metoda numerik, proses perhitungan rancangan
termal yang rumit dapat diselesaikan dengan kecepatan dan
akurasi yang tinggi. Penggunaan program Pascal,
memungkinkan menulis program, secara terstruktur dan mudah di mengerti."
1993
S36050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>