Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153993 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edlyn John
"Dalam masyarakat yang modern, perempuan di Korea masih mengalami kesulitan dalam menghadapi glass ceiling di tempat kerja. Dalam menanggapi masalah ini sudah banyak hal dilakukan termasuk meningkatkan kesadaran masyarakat melalui media. Untuk mengkaji pesan dan makna penulis serial TV Korea mengenai fenomena glass ceiling dan efikasi diri perempuan di perusahaan, penelitian dilaksanakan dengan fokus cara penulis menyajikan permasalahan tersebut. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dua serial TV dengan analisis komparatif menggunakan teori tiga aspek penanda mentoring oleh Crawford dan Smith. Penulis memilah dialog ke dalam kategori aspek penanda mentoring dan menganalisis bagaimana hubungan efikasi diri dan glass ceiling ditampilkan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kedua serial TV mengkritik permasalahan glass ceiling dan mentoring di perusahaan dengan cara yang berbanding terbalik. Penelitian ini menggaris bawahi pentingnya peran media untuk memberikan kesadaran akan permasalahan glass ceiling dan solusinya kepada masyarakat

In modern society, women in Korea still suffer from facing glass ceiling in the workplace. Several efforts have been done in respond to this issue including raising public awareness through media. To examine messages and meanings of Korean TV series writer about the glass ceiling phenomenon and women self-efficacy in the corporate, a research has been done focusing on the way TV series writers presented those problems. The methods used in this research are literature study on two TV series through comparative analysis using three aspects of mentoring significance theory of Crawford and Smith. Chosen dialogues were sorted out into categories of mentoring significance aspects and the relationship between glass ceilings and mentoring shown in the serial TV were analyzed. In this research it was found that the two TV series criticized glass ceiling and mentoring problems in the corporate through opposite ways. This research highlights the importance of media roles in raising awareness about glass ceiling problem and the solution to the society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Prinadilla Putri Wibowo
"Pada era globalisasi saat ini dapat kita ketahui bahwa semakin banyak perempuan yang memilih untuk berkontribusi dan mengembangkan karier mereka di suatu organisasi atau perusahaan. Namun, perempuan memiliki hambatan tersendiri ketika ingin mengembangkan karier mereka peristiwa ini biasanya disebut dengan fenmena glass-ceiling atau adanya langit-langit kaca yang tidak terlihat namun menjadi hambatan bagi perkembangan karier perempuan. Faktor-faktor glass-ceiling dapat berasal dari lingkungan eksternal maupun hambatan yang tercipta dari individu itu sendiri, perkembangan zaman dan juga penyuaraan tentang kesetaraan gender membuat lingkungan masyarakat seharusnya lebih peka terhadap perkembangan karier perempuan pada masa ini. Salah satu upaya yang sudah terealisasi dalam upaya pengembangan karier perempuan adalah sistem gender quota yaitu sistem penetapan kuota tertetu atas keterlibatan perempuan di tempat kerja. Namun, sistem ini tidak akan berjalan dengan baik apabila perempuan memiliki barriers yang muncul dalam diri mereka sendiri. Indivdual barriers perempuan juga dapat menjadi hambatan dalam perkembangan karier mereka seperti rendahnya efikasi diri (self-efficacy) dan juga percaya diri (self-confidence) yang membuat mereka merasa tidak mampu untuk mengembangkan karier mereka di tempat kerja. Penelitian yang berbentuk studi eksplorasi ini akan menguji pengaruh self-efficacy, self-confidence dan gender quota terhadap fenomena glass ceiling di lingkungan sektor pendidikan khususnya perguruan tinggi. Penelitian ini akan meggunakan metode kualitatif dengan mewwancarai 10 narasumber yang memiliki profesi sebagai dosen, dekan, wakil dekan, kepala departemen dan guru besar perempuan di universitas negeri dan swasta di daerah Jawa.

In the current era of globalization, we can see that many women are choosing to contribute to the development of a company. However, women have their own obstacles when they want to develop their careers, this event is usually called the glass-ceiling phenomenon or the existence of an invisible glass ceiling that becomes an obstacle to women's career development. glass-ceiling factors can come from the external environment as well as barriers created by the individual himself, the development of the times and also the voice about gender makes the community environment should be more sensitive to career development at this time. One of the efforts that have been realized in efforts to develop women's careers is the gender quota system, namely the determination of certain quotas for women's involvement in the workplace. However, this system will not work well if women have obstacles that arise within themselves. Women's individual barriers can also be obstacles in their career development such as self-efficacy and self-confidence which makes them feel unable to develop their careers at work. This research in the form of an exploratory study will examine the effect of self-efficacy, self-confidence and gender quota on the glass ceiling phenomenon in the education sector, especially universities. This study will use a qualitative method by interviewing 10 resource persons who have professions as lecturers, vice deans, heads of departments and female professors at public and private universities in Java."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Dini Rizki
"Pada dasarnya, kejahatan memiliki batasan tersendiri di setiap disiplin ilmu, seperti halnya yang ditekankan dalam tulisan ini, yaitu suatu tindakan yang dapat memberikan kerugian fisik, psikologis, bahkan materi. Terlebih lagi ketika media telah mengambil peran, sehingga terbentuk pola yang dapat merepresentasikan suatu kejahatan, baik secara faktual maupun fiktif sebagai bagian dari landasan berpikir seorang individu mengenai sifat kejahatan, khususnya viktimisasi. Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini secara khusus menyoroti film sebagai wadah penyampaian makna melalui audio dan visual menenai sebuah fenomena yang dikenal sebagai glass ceilling. Film Kim Ji-Young, Born 1982 merupakan salah satu film yang berusaha menunjukkan adanya bias gender di ranah privat maupun dunia kerja. Untuk mempermudah penulis dalam melihat fenomena tersebut, metode pengumpulan data yang dimanfaatkan oleh penulis merujuk pada level analisis wacana yang ditawarkan oleh Sara Mills, meliputi 1) cuplikan adegan karakter dan peran Kim Ji Young; 2) cuplikan adegan fokalisasi Kim Ji Young; 3) cuplikan adegan skemata Kim Ji Young; dan 4) cuplikan adegan penggambaran glass ceiling sebagai bentuk bias gender dalam film Kim Ji Young, Born 1982. Lebih lanjut, penulis mendalami fenomena tersebut menggunakan teori feminis sosialis, kriminologi konstitutif, pendekatan kriminologi visual, dan pendekatan kriminologi naratif. Berdasarkan teori feminis sosialis dan kriminologi konstitutif, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa terdapat pembatas yang dibuat secara nyata dalam lingkungan sosial. Secara khusus, dalam tulisan ini feminis sosialis berfungsi untuk melihat adanya sistem patriarki dan kapitalis sebagai landasan terjadinya bias gender. Kondisi ini kemudian dijelaskan sebagai sebuah kejahatan karena dilandasi oleh bias gender yang pada akhirnya membatasi ruang gerak perempuan, pada akhirnya juga bisa berdampak pada kesehatan mental seorang perempuan atau dikenal sebagai postpatrum depression.

Crime has limitations in each discipline, as emphasized in this paper, namely an action that can cause physical, psychological, and even material harm. When the media has taken a role, a pattern is formed that can represent a crime, both factually and victimization. As part of the foundation of an individual's thinking about the nature of the crime, especially victimization. Based on this, this paper explicitly highlights film as a vehicle for conveying meaning through audio and visuals regarding a phenomenon known as glass ceilings. Kim Ji-Young, Born in 1982, is one of the films that try to show the existence of gender bias in the private sphere and the world of work. To make it easier for the writer to see this phenomenon, the data collection method used by the writer refers to the level of discourse analysis offered by Sara Mills, including: 1) footage of Kim Ji Young's character and role; 2) footage of Kim Ji Young's vocalization scene; 3) stills of Kim Ji Young's schemata scene; and 4) Footage of the glass ceiling depiction as a form of gender bias in the film Kim Ji Young, Born 1982. Furthermore, the author explores this phenomenon using socialist feminist theory, constitutive criminology, visual criminology, and narrative criminology approaches. Based on socialist feminist theory and constitutive criminology, the writer can conclude that there are barriers that are actually made in the social environment. Specifically, in this paper, socialist feminists function to see the patriarchal and capitalist systems as the foundation for gender bias. This condition is then explained as a crime because it is based on gender bias which ultimately limits women's space for movement. In the end, it can also impact a woman's mental health, known as postpartum depression."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Dewi Anjarsari
"GYPSY 2017 menceritakan tentang wanita berumur 40 tahun bernama Jean yang membentuk identitas baru untuk mendapatkan kembali dirinya yang telah hilang. Penelitian ini fokus kepada penggambaran alter ego. Penelitian ini menggunakan analisis tekstual, konsep alter ego milik Brothers dan Engel, dan konsep struktur kepribadian, libido, dan mekanisme pertahanan ego. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alter ego adalah hal yang normal, alter ego berdampak pada struktur kepribadian dan libido, dan peran mekanisme perthanan ego dibutuhkan untuk menutupi alter ego.

GYPSY 2017 is an American television series about a 40-year-old woman named Jean who creates a new identity to regain her old-self. This research focuses on how alter ego is represented. This research uses textual analysis, Brothers rsquo; and Engel rsquo;s concept on alter ego, and Freud rsquo;s personality structure, sexual drive, and defense mechanisms. This research aims to reveal reasons, characteristics, impacts of alter ego, and defense mechanisms. The findings show that alter ego is normal, it impacts personality structure and sexual drive, and the use of defense mechanisms plays a role for the ego to cover the alter ego.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Halimah
"13 Reasons Why 2017 merupakan sebuah serial drama web TV dari Netflix yang bercerita mengenai seorang remaja bernama Hannah Baker yang bunuh diri dan meninggalkan 13 kaset rekaman berisi cerita dan alasan dibalik kematiannya. Artikel ini berfokus pada kasus bullying yang terjadi antara laki-laki ke perempuan dan bagaimana kasus tersebut berhubungan dengan teori objektifikasi seksual yang menjadi akar dari masalah ini. Dengan menggunakan teori objektifikasi seksual dari Fredrickson dan Robert, serta teori existensialisme dari Sarte, artikel ini bertujuan untuk menggali kasus-kasus yang ada dan memberikan pandangan yang berbeda dalam melihat aksi bunuh diri dari karakter Hannah sebagai bentuk kebebasannya dari masalah-masalah yang ada.

13 Reasons Why 2017 is a Netflix web TV series about a girl named Hannah Baker who commits suicide and leave 13 audio tapes that reveal the truth behind her death. This article is focusing on bullying issue related to the sexual objectification which becomes the beginning of her suicide and how the suicide is represented as well as depicted as her liberation from these issues. By using Fredrickson and Robert rsquo;s framework of sexual objectification, and Existentialism from Sartre, this article aims to discover the bullying and rape issues in Hannah rsquo;s case and how it leads to her suicide through Freud rsquo;s death drive which embodies her liberation from her problematic situation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sipayung, Dixa Dresserlita
"ABSTRAK
Perkembangan media hiburan seperti perfilman, televisi dan radio memiliki peranan penting dalam masyarakat. Seiring berkembangnya jaman, serial televisi dapat diakses melalui internet, salah satunya adalah Netflix. Pada penelitian ini, penulis akan membahas mengenai konstruksi tokoh detektif perempuan menyelesasikan kasus di serial televisi Netflix yang berjudul Parfum serta pengaruh kehidupan pribadi tokoh utama terhadap identitasnya sebagai detektif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan teori representasi Stuart Hall, teori konstruksi gender Simone de Beauvoir serta buku-buku yang bersangkutan. Simpulan yang didapatkan di akhir analisis adalah terdapatnya perbedaan cara dalam menyelesaikan kasus dan adanya pengukuhan di mana tokoh Nadja Simon dikonstruksikan sebagai wanita yang masih membutuhkan laki-laki di dalam hidupnya sehingga memengaruhi identitasnya sebagai detektif."
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Dandi Mardianyah
"ABSTRAK
Makalah ini meneliti tentang hubungan kekuasaan pada serial telvisi Lucifer 2015 - di mana seorang karakter wanitanya lebih kuat dibandingkan dengan karakter utamanya yaitu sang iblis itu sendiri. Serial ini menunjukkan masyarakat Kristiani dan patriarki di mana Lucifer berusaha keras untuk memahami konsep baik dan buruk yang dikarenakan oleh kehadiran karakter wanita tersebut, yang bernama Chloe, di hidupnya. Dengan menggunakan konsep kekuasaan milik Michel Foucault pada Gordon, 1980 dan karya Barbara Welter tentang penggambaran wanita di masyarakat Kristiani, dan dengan menganalisis dialog yang terdapat pada serial ini, makalah ini bertujuan untuk menemukan hubungan kekuasaan antara kedua karakter utama tersebut. Makalah ini mengutamakan alas an kenapa sang karakter wanita muncul sebagai karakter yang lebih superior, dan bagaimana hubungan tersebut membentuk cara pandang Lucifer mengenai kebaikan dan keburukan yang ada di dunia ini.

ABSTRACT
This paper examines power relations in television series Lucifer 2015 - in which one female character is more powerful than the main character which is the devil himself. The series depicts a patriarchal, Christian society, where Lucifer struggles to understand what is good and evil because of the existence of a female character rsquo;s existence, named Chloe, in his life. Using Michel Foucault rsquo;s concept of power in Gordon, 1980 and Barbara Welter rsquo;s work about the depiction of women in Christian society, and through the analysis of the dialogues in this series, this article aims to discover the power relation between the two main characters. The paper puts forwards the reason why the female is emerging as the superior one, and how this relationship shapes Lucifer rsquo;s perspective about good and evil in the world. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dannika Sulistyana Santoso
"Penelitian ini membahas prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi dalam serial TV Jerman Biohackers ke dalam bahasa Indonesia dan bertujuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi bagaimana transposisi dan modulasi digunakan dalam hasil terjemahan takarir, serta alasan terjadinya pergeseran dalam hasil terjemahan takarir. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif yang mempertimbangkan karakteristik penerjemahan teks lisan seperti takarir. Analisis ini dilakukan berdasarkan teori prosedur penerjemahan transposisi dari Catford (1965) dan prosedur penerjemahan modulasi dari Vinay dan Darbelnet (1965). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 27 prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi. Sebagian besar data yang ditemukan adalah transposisi sebanyak 21 data, sedangkan modulasi hanya enam data. Terjadinya pergeseran dalam hasil terjemahan takarir disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain perbedaan struktur dan tata bahasa antara bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. Selain itu, pemilihan kata dan struktur kalimat yang sesuai harus dipilih oleh penerjemah, serta sudut pandang dan interpretasi makna juga memainkan peran penting agar mudah dipahami oleh penonton dalam bahasa sasaran (BSa).
This study examines the procedures of transposition and modulation in translating the German TV series Biohackers into Indonesian. The research aims to analyze and identify how transposition and modulation are utilized in the translated subtitles, as well as the reasons for shifts in the translated subtitles. A qualitative research method is employed, considering the characteristics of translating spoken text such as subtitles. This analysis is based on Catford's (1965) theory of transposition procedures and Vinay and Darbelnet's (1965) modulation procedures. The findings reveal 27 instances of transposition and modulation translation procedures. The majority of the data are transpositions, with 21 cases, while modulation accounts for only six cases. Shifts in the translated subtitles are caused by several factors, including the differences in structure and grammar between German and Indonesian. Additionally, the translator's choice of appropriate words and sentence structures, as well as the perspective and interpretation of meaning, play crucial roles in ensuring the translation is easily understood by the audience in the target language (TL)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zila Lois Vangelis
"Tema bad boy terus menjadi populer di Hollywood hingga saat ini karena merupakan komoditas yang menarik di industri hiburan. Euphoria (2019), serial televisi kedua yang paling banyak ditonton dalam sejarah HBO, tetap dicintai oleh penggemar dan kritikus walaupun kontroversial karena sinematografinya yang memukau, penampilan para aktor, dan yang terpenting, pendekatannya pada topik yang berat dan sensitif seperti trauma, narkoba, seksualitas, dan media sosial. Salah satu karakter yang paling banyak dibicarakan adalah atlet yang sangat menarik namun mengerikan, yaitu Nate Jacobs yang mengalami pengalaman traumatis yang kemudian membentuk kepribadiannya menjadi agresif dan mendominasi. Artikel ini mengkaji bagaimana Euphoria menggambarkan tema bad boy melalui karakter Nate sejak masa kecil hingga masa remaja. Dengan menggunakan metode analisis tekstual, penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi akar dari nilai maskulinitas toksik dan membahas apakah Nate sesuai dengan stereotip bad boy. Penelitian ini menemukan bahwa perilaku maskulinitas toksik Nate, yaitu kekerasan, homofobia, dan dominasi, diakibatkan oleh traumanya terhadap ayahnya, dan ambiguitas moral yang ia perlihatkan menunjukkan bahwa Nate adalah versi ekstrim dari bad boy konvensional.

The bad boy archetype continues to be popular in Hollywood today, as it is an appealing commodity in the market. Euphoria (2019), the second most-watched television series in HBO history, remains controversial but loved by fans and critics because of its astounding cinematography, the actors' performance, and, most importantly, their touch on heavy and sensitive topics such as trauma, drugs, sexuality, and social media. One of the most talked about characters is the irresistible yet horrible jock, Nate Jacobs – who went through a traumatic experience that shaped his aggressive and dominating personality. This article examines how Euphoria portrays the bad boy archetype through Nate's character from childhood to adolescence. Using textual analysis as a method, this paper starts by identifying the root of his toxic idea of masculinity and inquiring whether Nate fits the stereotype of a bad boy. The evidence presented in the article suggests that Nate's toxic masculinity behaviors, which are violence, homophobia, and domination, resulted from his trauma toward his father, and the moral ambiguity he exhibits shows that he is an extreme version of the conventional bad boy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hennigusnia
"ABSTRAK
Tesis ini melihat kesenjangan upah menurut jender di Indonesia tahun
2008-2012. Selain melihat kesenjangan upah pada tingkat rata-rata, penelitian ini juga akan melihat kesenjangan upah di kuantil yang berbeda dari distribusi upah, sehingga dapat diketahui apakah kesenjangan upah melebar di bagian atas distribusi upah “glass ceiling” atau melebar di bagian bawah distribusi upah “sticky floor”. Tesis ini menggunakan data Sakernas 2008-2012, untuk mengestimasi persamaan upah laki-laki dan perempuan menggunakan OLS standar. Kemudian, metode dekomposisi Oaxaca-Blinder (1973) digunakan untuk menentukan besarnya kesenjangan upah menurut jender yang disebabkan oleh faktor karakteristik (explained effect)dan faktor diskriminasi (efek unexplained).
Sedangkan untuk menentukan kesenjangan upah menurut jender di kuantil yang berbeda dari distribusi upah menggunakan regresi kuantil dan menerapkan dekomposisi Machado - Mata (2005). Tesis ini menemukan bahwa kesenjangan upah menurut jender masih didominasi oleh faktor yang tidak dapat dijelaskan
(Unexplained) dan diindikasikan sebagai diskriminasi, baik pada tingkat rata-rata maupun di setiap kuantil dalam distribusi upah. Tesis ini juga menemukan adanya bukti lantai lengket (sticky floor) di Indonesia.

ABSTRACT
This thesis looked the gender wage gap in Indonesia from 2008-2012. In
addition to looking at the wage gap average level, the study alsolooked at the
wage gap at different quantile of the wage distribution, so it can be known
whether the wage gap widened at the top of the wagedistribution "glass ceiling" or
widened at the bottom of the wagedistribution "sticky floor". This thesis used data
Sakernas 2008-2012, to estimate the wage equation of men and women using
OLSstandard. Then, the Oaxaca-Blinder decomposition method (1973) wasused
to determine the magnitude of the gender wage gap based on gender that caused
by the characteristics factors (explained effect) and the discrimination factor
(unexplained effects). As for determining thegenderwage gap in different quantile
of the wage distributifusing quantile regression and applying Machado
decomposition – Mata (2005). This thesis found that the genderwage gap was
stilldominated by factors that can not be explained (Unexplained) and
wasindicated as discrimination, both at the average level and in each quintile of
the wage distribution. This thesis also found evidence ofsticky floor in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>